Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Politik dan
Demokrasi dalam islam ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberi
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Politik dan Demokrasi dalam Islam, kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Depok, 25 Oktober 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................................1

Daftar Isi...............................................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan..............................................................................................................................3

Latar Belakang..........................................................................................................................3
Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
Tujuan.......................................................................................................................................3

BAB II Pembahasan.............................................................................................................................4

Pengertian Politik dan Politik dalam Islam..............................................................................4


Pengertian Demokrasi dan Demokrasi dalam Islam.................................................................5

BAB III Penutup...................................................................................................................................7

Kesimpulan...............................................................................................................................7
Saran.........................................................................................................................................7

Daftar Pustaka......................................................................................................................................8

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Politik adalah suatu tatanan yang mencakup segala aspek kegiatan negara yang
berfungsi untuk mengatur dan membuat aturan atau peraturan yang ditaati oleh seluruh warga
negaranya. Politik di dalam islam saling berkaitan dengan al-hukm, perkataan al-hukm dan
kata-kata yang terbentuk dipergunakan 210 kali dalam al-quran.Dalam Bahasa indonesia al-
hukm telah di alih bahasakan menjadi hukum, intinya adalah peraturan, undang-undang,
patokan atau kaidah, dan vonis atau keputusan (pengadilan).

Demokrasi merupakan sebuah sistem yang paling banyak dianut pada masa ini,Saat
ini banyak sekali Negara yang menganut sistem demokrasi sebagai sistem pemerintahannya.
Demokrasi sendiri berarti sistem yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Sering di artikan sebagai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia.

Dalam islam, demokrasi telah di ajarkan Rasulullah SAW yaitu dengan musyawarah,
contohnya pada saat perang badar, beliau mendengar saran sahabatnya mengenai lokasi
perang walaupun itu bukan pilihan yang di ajukan olehnya. Rasulullah pun sering melakukan
musyawarah bersama sahabat-sahabatnya untuk memutuskan sesuatu. Musyawarah dan
pelaksanaan demokrasi yang ideal yang sesuai dengan kaidah-kaidah Islam serta sesuai
dengan cita-cita bangsa dalam Pancasila.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian politik dalam islam?
2. Apa pengertian demokrasi dalam islam?
3. Bagaimana politik dan demokrasi dalam islam?

I.3 Tujuan
Untuk memberikan pemahaman mengenai makna demokrasi dan politik.
Untuk memberikan penjelasan mengenai Politik dan Demokrasi dalam islam.

BAB II

PEMBAHASAN

3
II.1 Pengertian Politik dan Politik dalam Islam

Kata politik di dalam bahasa Latin adalah Politicus dan dalam bahasa Yunani adalah
politicos, arti dari kedua kata yang bermakna sama itu adalah sesuatu yang berhubungan
dengan warga negara atau warga suatu kota kota. Kedua kata itu berasal dari kata polis
maknanya kota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian politik sebagai kata benda
ada tiga. Jika dikaitkan dengan ilmu artinya (1) pengetahuan mengenai kenegaraan (tentang
sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan); (2) segala urusan dan tindakan
(kebijaksanaan, siasat dan sebagainya)mengenai pemerintahan atau terhadap negara lain; dan
(3) kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah). Di dalam
bahasa Arab dan ilmu politik islam dikenal istilah siyasah yang artinya pengurusan atau
pengaturan. Jadi, asal kata siyasah berasal ari kata sasa-yasusu-siyasatan yang berarti
mengurusi kepentingan seseorang. Di dalam kamus Al-Muhith menyebutkan Sustu
arraiyata siyasatan. Maknanya, Saya memerintah dan melarangnya denga suatu aturan.
Makna tersebut mencerminkan adanya aktivitas pengaturan urusan rakyat oleh suatu
pemerintahan dalam bentuk perintah dan larangan. Pelaku pengurusan urusan-urusan manusia
tersebut dinamai politikus (siyasiyun).

Islam adalah metode kehidupan yang unik, berbeda dengan agama maupun ideologi
lainnya. Ari segi wilayah ajarannya, Islam bukan saja agama yang mengurusi masalah ruhiah
(spiritual), namun juga masalah politiknya. Dengan kata lain, Islam adalah akidah yang
bersifat spiritual dan politik. Keyakinan seorang muslim tentang akidah haruslah meliputi
kedua aspek secara keseluruhan (kaffah). Manusia yang menerima satu aspek saja atau
bahkan menolak kedua-duanya adalah termasuk dalam golongan orang yang ingkar. Karena
itu, Islam yang mencangkup urusan akidah dan syariah harus dijalankan oleh setiap manusia
yang telah mengikrarkan kalimat syahadat.

Di dalam Islam kekuasaan politik kait mengait dengan al-hukm, perkataan al-hukm
dan kata-kata yang terbentuk dari kata tersebut dipergunakan 210 kali dalam Al-Quran.
Dalam bahasa Indonesia, perkataan al-hukm yang telah-dialih bahasakan menjadi hukum
intinya adalah peraturan, undang-undang, patokan atau kaidah, dan keputusan atau vonis pada
pengadilan.

Politik Islam memiliki makna pengaturan urusan umat dengan aturan-aturan Islam,
baik di dalam maupun di luar negeri. Aktivitas politiknya dilaksanakan oleh rakyat (umat)
dan pemerintah (negara). Disini pemerintah bertindak sebagai lembaga yang mengatur urusan

4
rakyat secara praktis. Lalu umat mengontrol sekaligus mengoreksi pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya.

II.2 Pengertian Demokrasi dan Demokrasi dalam Islam

Secara bahasa demokrasi terdiri atas dua kata, yaitu demos dan kratos yang berarti
kekuasaan ditangan rakyat. Ada tiga pemikiran mengenai hubungan Islam dan demokrasi.
Pertama, Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena konsep syura, ijtihad, dan ijma
merupakan konsep yang sama dengan demokrasi. Kedua, Islam tidak berhubungan dengan
demokrasi. Menurut pandangan ini kedaulatan rakyat tidak bisa berdiri diatas kedaulatan
Tuhan, juga tidak bisa disamakan antara muslim dan non muslim dan antara laki-laki dan
perempuan. Ketiga, Theodemocracy yang diperkenalkan oleh al-Maududi berpandangan
bahaw Islam merupakan dasar demokrasi. Meskipun kedaulatan rakyat tidak bisa bertemu
dengan kedaulatan Tuhan, tetapi perlu diakui bahwa kedaulatan rakyat merupakan
subordinasi kedaulatan Tuhan.

Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan
peranan manusia yang terkandung dalam konsep khilafah, memberikan kerangka dengan
mengembangkan teori politik tertentu yang dianggap demokratis. Penjelasan mengenai
demokrasi dalam kerangka konseptual Islam banyak memberikan perhatian pada beberapa
aspek khusus di ranah sosial dan politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang
mengukuhkan konsep-konsep Islami seperti musyawarah (syura), kesepakatan (ijma), dan
penilaian interpretatif yang mandiri (ijtihad). Istilah-istilah ini sangat penting dalam
perdebatan menyangkut demokrasi di kalangan masyarakat muslim. Perlunya musyawarah
merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia. Masalah musyawarah ini dengan jelas
juga disebutkan dalam QS. Syura [42]: 38 :
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan sholat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah, dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apa pun untuk
menyelesaikan urusan mereka yang di pimpinya dengan cara bermusyawarah. Di dalam
QS.Al-Imran [3]: 159 Allah SWT menyatakan tentang musyawarah ini yaitu:
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

5
Dengan demikian tidak akan terjadi kesewenang-wenangan dari seorang pemimpin
terhadap rakyat yang dipimpinya. Oleh karena itu perwakilan rakyat dalam sebuah Negara
tercermin dalam doktrin musyawarah (syura). Dalam bidang politik umat Islam
mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa, dan pendapat mereka harus
diperhatikan dalam menangani masalah Negara.

Dalam konsepsi Islam, seorang pemimpin berkewajiban menyelaraskan kebijakan


pemerintahannya dengan kemaslahatan rakyat. Kesepakatan ataukonsesus (ijma) dan
musyawarah (syura) sering dipandang sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam
modern. Konsep konsensus (ijma) memberikan dasar bagi penerimaan sistem yang
mengakui suara mayoritas. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, ia
memberikan landasan yang efektif untuk memahami hubungan antara Islam dan demokrasi di
era kontemporer. Dengan kata lain bahwa demokrasi dalam Islam bukan semata-mata suara
rakyat, tetapi suara rakyat yang sesuai dengan aturan agama itulah yang diterima. Sepanjang
suara rakyat (demokrasi) itu sesuai dengan agama, maka Islam dapat menerimanya.
Sebaliknya jika tidak sesuai dengan aturan agama maka Islam tidak menerimanya sekalipun
itu merupakan aspirasi orang banyak. Islam menginginkan demokrasi plus, yaitu demokrasi
yang tetap menjunjung kebenaran agama dan aspirasi rakyat banyak.

Selain syura dan ijmak ada konsep yang sangat pnting dalam proses demokrasi islam
yakni ijtihad. Bagi para pemikir muslim upaya ini merupakan langkah kunci menuju
penerapan perintah Tuhan di suatu tempat atau waktu. Musyawarah, konsensus dan ijtihad
merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi artikulasi demokrasi islam dalam
kerangka keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban setiap manusia sebagai khalifah-Nya.
Meskipun masalah-masalah ini banyak diperdebatkan maknanya namun lepas dari ramainya
perbedaan maknanya di dunia islam, istilah-istilah ini memberi landasan yang efektif untuk
memahami hubungan antara islam dan demokrasi di dunia kontemporer.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, politik Islam memiliki makna
pengaturan urusan umat dengan aturan-aturan Islam. Aktivitas politiknya dilaksanakan oleh
rakyat dan pemerintah. Disini pemerintah bertindak sebagai lembaga yang mengatur urusan
rakyat secara praktis. Lalu rakyat mengontrol sekaligus mengoreksi pemerintah dalam

6
melaksanakan tugasnya. Sedangkan demokrasi Islam menjadi sifat dasar demokrasi, karena
konsep syura, ijtihad, dan ijma merupakan konsep yang sama dengan demokrasi. Islam
merupakan dasar demokrasi. Meskipun kedaulatan rakyat tidak bisa bertemu dengan
kedaulatan Tuhan, tetapi perlu diakui bahwa kedaulatan rakyat merupakan subordinasi
kedaulatan Tuhan.

III.2 Saran

Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih
mengerti bagaimana berpolitik dengan cara islami, dan memahami kewajiban untuk
menjaganya serta dapat mengambil pelajaran dari perbedaan-perbedaan demokrasi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Politik

https://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam

QS. Syura [42]: 38

QS.Al-Imran [3]: 159

http://www.scribd.com/doc/190036587/Makalah-Demokrasi-Dalam-Islam#scribd

http://mycreativeincatcerpen.blogspot.co.id/2013/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://diaharrazy.files.wordpress.com/2011/10/9-sistem-politik-dan-demokrasi-islam-makalah.pdf

Anda mungkin juga menyukai