Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai
usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
manusia.
Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (1997), artritis reumatoid merupakan penyakit
autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya multifaktor. Penyakit ini
ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain
menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Artritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan
artitis reumatoid juvenil.
Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang timbul berupa nodul
subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di ekstremitas atas dan
tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang merupakan manisfestasi ekstraartikuler. Bila
penyakit ini terjadi bukan pada sendi, seperti bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya
dinamakan reumatoid ektraarikuler.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan golongan
penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semuanya
menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi,
reumatik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga
keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan
kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak.

1
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari reumatoid artritisterjadi pada umur dekade
keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.
Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimana konsep dasar penyakit reumatoid artritis?


2. Bagaimana konsep dasar askep penyakit reumatoid artritis?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui mengenai askep reumatoid artritis.


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit reumatoid artritis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar askep penyakit reumatoid artritis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ.
Penyakit ini adalah salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang
diperantai oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya. Biasanya terjadi destrukti
sendi progesif, walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi.
Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada
sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada wanita
daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada
tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta pergelangan tangan.
(Muttaqin, 2006)
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra
artikuler. (Smeltzer, 2001).
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan
degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami
kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi
tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular
dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai
oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan
pembentukan jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami
hipertropi dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi

3
nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan
granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga
menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara
lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).

2. Klasifikasi
Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2) Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

3. Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal
mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. penyakit ini belum dapat dipastikan
mempunyai hubungan dengan faktor genetik. Namun, berbagai faktor termasuk
kecendrungan genetik bisa memengaruhi reaksi autoimun. Faktor-faktor yang berperan
antara lain adalah jenis kelamin, infeksi.
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi jelas ada
interaksi factor genetik dengan faktor lingkungan. Namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen antibodi), factor metabolik dan infeksi virus.

4. Manisfestasi Klinis
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendiserta kekakuan otot dan
kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis

4
rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya
penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan
gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis. Gejala sistemik dari rheumatoid
arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia.

5. Patofisiologi
Sebelum memahami patofisiologi penyakit reumatik penting untuk memahami lebih
dahulu tentang anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atausinovial. Fungsi
persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu
kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi
yang dapat digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada
sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial
melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-
tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang
memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi
yang terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi pada persendian sebagai
sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting dalam fisiologi
sendi. Pertama, kartilago artikuler memberikan permukaan penahan beban yang licin
secara nyata, dan bersama cairan sinovial, membuat gesekan (friksi) yang sangat rendah
dalam gerakan. Kedua, kartilago akan meneruskan beban atau tekanan pada tulang
sehingga mengurangi stres mekanis. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal tetapi
beban (gaya yang dihasilkan oleh berat tubuh) berlebihan pada sendi menyebabkan
jaringan tersebut gagal, atau beban pada sendi secara fisiologis masih banyak tetapi
kartilago artikuler atau tulangnya tidak normal.
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan

5
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.

Pada respon imun


Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial
fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF- untuk mensekresikan
matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11
melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon- dan interleukin-17.
Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF- merupakan kunci terjadinya inflamasi pada
rheumatoid arthritis.
Aktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan
ikatan dengan 12 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin
meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses
patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar
reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun
kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara
keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas
juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan
pada synovial penderita reumatoid artritis.

6. Komplikasi
1) Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid
drugs, DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan mortalitas utama pada artitis
reumatoid.
2) Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan

6
dengan mielopati akibat ketidakstabilan verterbra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis. Vaskulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosis dan
infark.
3) Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru,
mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glaukoma dapat
terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okular terbentuk pada
mata.
4) Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari , depresi, dan stres
keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit.
5) Osteoporosis.
6) Nekrosis sendi panggul.
7) Deformitaas sendi.
8) Kontraktur jaringan lunak.
9) Sindrom Sjogren.

7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat menyokong
bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan
laboraturium terdapat:
1) Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid
terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru,
sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit kolagen, dan
sarkoidosis.
2) Protein C-reaktif biasanya positif.
3) LED meningkat.
4) Leukosit normal atau meningkat sedikit.
5) Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
6) Trombosit meningkat.
7) Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
8) Pada pemeriksaan rotgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi
metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka jugasering terkena. Pada

7
awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular.
Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi.

8. Penatalaksanaan/Pengobatan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi
inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1) Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,
pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2) Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang
tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot
dan pergerakan sendi.
3) Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4) Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan buah beri
untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.
Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman
beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan, ekstrak
daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena dapat menyebabkan
penimbunan asam urat dipersendian.

8
5) Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam darah
sehingga tidak tertimbun di sendi.
6) Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada
sendi. Adapun syaratsyarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari.
Ratarata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 2 L/hari, karbohidrat dapat
diberikan lebih banyak yaitu 65 75% dari kebutuhan energi total.
7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau
total join replacement untuk mengganti sendi.

9
B. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan
pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

10
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan
interpretasi informasi

11
C. Intervensi Keperawatan

No Dianosa Tujuan dan criteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1. Nyeri akut/kronis Kriteria Hasil: 1. Kaji nyeri, catat 1. Membantu dalam
b/d agen 1. Menunjukkan lokasi dan menentukan
pencedera; distensi nyeri hilang/ intensitas (skala kebutuhan
jaringan oleh terkontrol, 0-10). Catat manajemen nyeri
akumulasi cairan/ 2. Terlihat rileks, faktor-faktor dan keefektifan
proses inflamasi, dapat yang program.
destruksi sendi. tidur/beristirahat mempercepat 2. Peninggian linen

dan berpartisipasi dan tanda-tanda tempat tidur

dalam aktivitas rasa sakit non menurunkan tekanan

sesuai verbal. pada sendi yang

kemampuan 2. Berikan matras/ terinflamasi/nyeri


kasur keras, 3. Mencegah terjadinya
bantal kecil,. kelelahan umum dan
Tinggikan linen kekakuan sendi.
tempat tidur Menstabilkan sendi,
sesuai mengurangi gerakan/
kebutuhan. rasa sakit pada sendi.

3.Dorong untuk 4. Panas meningkatkan

sering mengubah relaksasi otot, dan

posisi,. Bantu mobilitas,

untuk bergerak menurunkan rasa

di tempat tidur, sakit dan melepaskan

sokong sendi kekakuan di pagi

yang sakit di atas hari. Sensitivitas

dan bawah, pada panas dapat

hindari gerakan dihilangkan dan luka


dermal dapat

12
yang menyentak. disembuhkan.

3. Anjurkan 5. meningkatkan

pasien untuk relaksasi/

mandi air mengurangi nyeri.

hangat atau 6. Meningkatkan

mandi pancuran relaksasi,

pada waktu memberikan rasa

bangun kontrol dan mungkin

dan/atau pada meningkatkan

waktu kemampuan koping

tidur. Sediakan 7. Memfokuskan

waslap hangat kembali perhatian,

untuk memberikan

mengompres stimulasi, dan

sendi-sendi meningkatkan rasa

yang sakit percaya diri dan

beberapa kali perasaan sehat.

sehari. Pantau
suhu air
kompres, air
mandi, dan
sebagainya.
4. Berikan masase
yang lembut.

5. Dorong
penggunaan
teknik
manajemen

13
stres, misalnya
relaksasi
progresif,sentuh
an terapeutik
dan
pengendalian
napas.
6. Libatkan dalam
aktivitas
hiburan yang
sesuai untuk
situasi individu.
7. Kolaborasi:
Berikan obat-
obatan sesuai
petunjuk
(mis:asetil
salisilat).

2. Kerusakan Kriteria Hasil : 1. Evaluasi/ 1. Tingkat aktivitas/


Mobilitas Fisik 1. Mempertahankan lanjutkan latihan tergantung
B/d Deformitas fungsi posisi pemantauan dari perkembangan/
skeletal dengan tidak tingkat resolusi dari peoses
Nyeri, hadirnya/ inflamasi/ rasa inflamasi.
ketidaknyamanan, pembatasan sakit pada sendi. 2. Istirahat sistemik
Intoleransi kontraktur. 2. Pertahankan dianjurkan untuk
aktivitas, 2. Mempertahankan istirahat tirah mencegah kelelahan
penurunan ataupun baring/ duduk. mempertahankan
3. Bantu dengan kekuatan.

14
kekuatan otot. meningkatkan rentang gerak 3. Mempertahankan/
kekuatan dan aktif/pasif. meningkatkan fungsi
fungsi dari dan/ 4. Ubah posisi sendi dan kekuatan
atau konpensasi dengan sering. otot.
bagian tubuh. 5. Gunakan bantal 4. Menghilangkan
3. Mendemonstrasika kecil/tipis di tekanan pada jaringan
n tehnik/ perilaku bawah leher. dan meningkatkan
yang 6. Dorong pasien sirkulasi.
memungkinkan mempertahanka 5. Meningkatkan
melakukan n postur tegak stabilitas
aktivitas dan duduk (mengurangi resiko
tinggi, berdiri, cidera).
dan berjalan. 6. Memaksimalkan
7. Berikan fungsi sendi dan
lingkungan mempertahankan
yang aman. mobilitas.
7. Menghindari cidera
akibat kecelakaan/
jatuh.

3. Gangguan citra Kriteria Hasil : 1. Dorong 1. Berikan


tubuh/perubahan 1.Mengungkapkan pengungkapan kesempatan untuk
penampilan peran peningkatan rasa mengenai mengidentifikasi
B/d perubahan percaya diri dalam masalah rasa takut/
kemampuan untuk kemampuan untuk tentang proses kesalahan konsep
melaksanakan menghadapi penyakit, dan
tugas-tugas umum, penyakit, perubahan harapan masa menghadapinya
peningkatan pada gaya hidup, depan secara langsung

15
penggunaan dan kemungkinan 2. Diskeusikan 2. Mengidentifikasi
energi, keterbatasan. arti dari bagaimana
ketidakseimbangan 2.Menyusun rencana kehilangan/ penyakit
mobilitas. realistis untuk masa perubahan pada mempengaruhi

depan. pasien/orang persepsi diri dan


terdekat. interaksi dengan
Memastikan orang lain akan
bagaimana menentukan
pandangaqn kebutuhan
pribadi pasien terhadap
dalam intervensi/
memfungsikan konseling lebih
gaya hidup lanjut
sehari-hari, 3. Isyarat verbal/non
termasuk verbal orang
aspek-aspek terdekat dapat
seksual mempunyai

3. Diskusikan pengaruh mayor

persepsi pada bagaimana

pasienmengenai pasien

bagaimana memandang

orang terdekat dirinya sendiri

menerima 4. Nyeri konstan

keterbatasan akan melelahkan,


dan perasaan
4. Akui dan terima
marah dan
perasaan
bermusuhan
berduka,
umum terjadi
bermusuhan,
5. Dapat
ketergantungan
menunjukkan
5. Perhatikan emosional ataupun

16
perilaku metode koping
menarik diri, maladaptive,
penggunaan membutuhkan
menyangkal intervensi lebih
atau terlalu lanjut
memperhatikan 6. Membantu pasien
perubahan. untuk

6. Susun batasan mempertahankan

pada perilaku kontrol diri, yang

mal adaptif. dapat

Bantu pasien meningkatkan

untuk perasaan harga

mengidentifikas diri

i perilaku positif 7. Meningkatkan

yang dapat perasaan harga

membantu diri, mendorong

koping kemandirian, dan


mendorong
7. Ikut sertakan
berpartisipasi
pasien dalam
dalam terapi
merencanakan
perawatan dan
membuat jadwal
aktivitas

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi
pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum
cepat lelah.

B. Saran
1. Dunia pendidikan dalam kontes pemberian tugas diharapkan agar dapat menjadi suatu
bagian yang menjadikan penulis maupun pembaca bias lebih berkifrah dalam
menambah wawasan.
2. Lingkungan pendidikan yang baik melalui tim pengajar dan mahasiswa dapat
meningkatkan mutu pendidikan di berbagai kalangan
3. Dosen dalam hal pemberian tugas agar dapat menulai secara konsisten mutu dan
kinerja mahasiswa.
4. Dengan aktifnya dosen dalam menanggapi memberikan masukan dan perbaikan dalam
berbagai tugas yang ada dapat meningkatkan kwalitas

18

Anda mungkin juga menyukai