Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU ANESTESI

Oleh:

Egi Herliansah (2012730124)

Pembimbing :

dr. Edwin H. M, Sp.An

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLUD SEKARWANGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2017
TUGAS

1. Kelebihan dan kekurangan penggunaan isofluran dan sevofluran!


2. Kapan pasien dipindahkan dari ruang recovery room ke bangsal ( Aldrete Score)?
3. Penggunaan LMA!
4. Tanda pasien dengan overload cairan (Hipervolemia)!
JAWABAN

1. Kelebihan dan kekurangan penggunaan isofluran dan sevofluran!

Kelebihan Kekurangan
Sevofluran Mudah menguap, berbau harum, dan hiperkapnia, termasuk
tidak mudah terbakar kekakuan otot, takikardia,
Rendahnya kelarutan serta tidak adanya takipnea, sianosis, aritmia,
bau yang menyengat menyebabkan dan atau tekanan darah
induksi inhalasi berjalan dengan cepat tidak stabil. hipoksia akut,
dan mulus, hipovolemia; gangguan
Kelarutan dalam darah yang rendah fungsi ginjal
menyebabkan pemulihan berjalan Menimbulkan rasa mual
dengan cepat. dan muntah pada masa

Tidak ada iritasi saluran nafas pasca bedah/anestesi

Pemulihan fungsi psikomotor, kognitif,


orientasi lebih cepat

Isofluran Tidak berperngaruh pada tekanan Berbau tajam


intracranial merelaksasi otot polos
Efek proteksi serebral dan efek uterus (perdarahan
metaboliknya yang menguntungkan persalinan)
pada tekhnik hipotensi kendali. menimbulkan depresi
Efek depresinya pada otot jantung dan pernafasan
pembuluh darah lebih ringan
Tekanan darah dan denyut nadi relatif
stabil selama anestesi.
Tidak terjadi mual muntah pascaoperasi
2. Kapan pasien dipindahkan dari ruang recovery room ke bangsal ( Aldrete Score)?

Pemantauan pasca anestesi dan kriteria pengeluaran

Penilaian dilakukan : Saat masuk

Selanjutnya dilakukan penilaian setiap saat dan dicatat setiap 5 menit sampai
tercapai nilai total 10. Nilai untuk pengiriman pasien adalah 10. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan sebelum mengirim ke ruangan adalah:

1. Observasi minimal 30 menit setelah pemberian narkotik atau obat


penawarnya (nalokson) secara intervena.
2. Observasi minimal 60 menit setelah pemberian antibiotik, antiemetik atau
narkotik secara intramuskular.
3. Observasi minimal setelah oksigen dihentikan.
4. Observasi 60 menit setelah ekstubasi
5. Tindakan lain akan ditentukan kemudian oleh Dokter Spesialis Anestesiologi
dan Dokter Spesialis Bedah.

Pasien bisa dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang pemulihan jika nilai
pengkajian post anestesi adalah >7-8. Lama tinggal di ruang pulih tergantung dari
teknik anestesi yang digunakan. Pasien dikirim ke ICU (Intensive Care Unit)
apabila hemodinaik tak stabil perlu support inotropik dan membutuhkan
ventilator (mechanical respiratory support).

3. Penggunaan LMA!
Indikasi untuk menggunakan LMA antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk menghasilkan jalan nafas yang lancar tanpa penggunaan sungkup muka.
2. Untuk menghindari penggunaan ET/melakukan intubasi endotrakeal selama
ventilasi spontan.
3. Pada kasus-kasus kesulitan intubasi.
4. Untuk memasukkan ET ke dalam trakea melalui alat intubating LMA.

Kontraindikasi untuk menggunakan LMA, yaitu :


1. Ketidakmampuan menggerakkan kepala atau membuka mulut lebih dari 1,5
cm, misalnya pada ankylosing spondylitis, severe rheumatoid arthritis, servical
spine instability, yang akan mengakibatkan kesulitan memasukkan LMA.
2. Kelainan didaerah faring (abses, hematom).
3. Obstruksi jalan nafas pada atau dibawah laring.
4. Pasien dengan lambung penuh atau kondisi yang menyebabkan lambatnya
pengosongan lambung.
5. Meningkatnya resiko regurgitasi (hernia hiatus, ileus intestinal).
6. Ventilasi satu paru.
7. Keadaan dimana daerah pembedahan akan terhalang oleh kaf dari LMA.
Ukuran LMA
Ada berbagai variasi ukuran pada LMA yang tersedia, mulai dari nomer 1
yang digunakan pada pasien neonatus sampai ukuran paling besar yaitu 5 yang
digunakan pada dewasa besar.
Pada penggunaan sungkup laring, ada yang menggunakan jenis kelamin
sebagai patokan ukuran pada penderita dewasa yaitu nomer 3 untuk wanita
dan nomer 4 untuk pria. Yang perlu menjadi perhatian adalah setelah
melakukan pemasangan LMA, pengembangan kaf tidak boleh melebihi
volume maksimal yang telah ditentukan dari setiap ukuran.

4. Tanda pasien dengan overload cairan!


Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV)
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma

Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain:

a. Asupan natrium yang berlebihan


b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien
dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal
ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing.
d. Kelebihan steroid.
Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua duanya
tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. engan terkumpulnya cairan
isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah
ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah
penumpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau
generalisata. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh penungkatan
jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/
adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan
cairan.

Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh
pada kondisi hipervolemia adalah berupa pelepasan peptida natriuretik atrium
(PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal
dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisis
elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai
hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema
pulmoner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
DAFTAR PUSTAKA

1. dr. Muhardi Muhiman, dr. M. Roesli Thaib, dr. S. Sunatrio, dr. Ruswan
Dahlan. 2004. Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai