Anda di halaman 1dari 4

LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN ONTOLOGIS

(REVIEW LANDASAN FILSAFAT ONTOLOGIS OLEH KELOMPOK 1)


Oleh
Nadya Firda Ulfa Hasanah (166042)

Pengalaman yang menujukkan tentang adanya sesuatu yang telah kita alami
dan kita mempunyai kesempatan untuk mengkomunikasikan pengalaman tersebut
kepada orang lain. Kiranya sampai sejauh ini tak pernah ada seorangpun yang pulang
kembali dari lubang kubur untuk menceritakan pengalamannya. Kejadian seperti ini
termasuk sesuatu yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia. Istilah yang di
pakai untuk menunjukkan sifat kejadian yang terjangkau fitrah pengalaman manusia
disebut empiris.
Fakta empiris adalah fakta yang dialami langsung oleh manusia dengan
mempergunakan panca inderanya. Ruang lingkup panca indera manusia dan peralatan
yang dikembangkan sebagai pembambantu pancaindera tersebut membentuk apa yang
dikenal dengan dunia empiris. Dalam batas-batas ilmu mempelajari objek-objek
empiris sepert btu-batuan, binatang, tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri.
Pengetahuan keilmuan mengenai objek empiris ini pada dasarnya merupakan
abstraksi yang disederhanakan. Ilmu tidak bermaksud memotret atau
memproduksikan suatu kejadian tertentu dan mengabstraksikannya dalam bahasa
keilmuan. Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan membatasi
diri pada hal-hal yang asasi. Proses keilmuan untuk memera hakekat objek empiris
tertentu, untuk mendapatkan sari yang berupa pengetahuan mengenai objek tersebut.
Untuk mendapatkan pengetahuan ilmu membuat beberapa andaian (asumsi)
mengenai objek-objek empiris. Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumtif inilah
yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan. Sebuh pengetahuan baru
di anggap benar selama bisa menerima aumsi yang dikemukakannya. Semua teori
keilmuan mempunyaing asumsi, baik yang dinyatkan secara tersurat maupun yag
tercakup secara tersirat. Ilmu menganggap bahwa obyek-obyek empiris yang menjadi
bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memeperlihatkan sifat berulang,
dan semuannya jalin-menjalin secara teratur. Suatu peristiwa tidaklah terjadi secara
kebetulan namun tiap peristiwa mempunyi pola tetap yang teratur. Secara lebih
terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai obyek empiris. Asumsi pertama
mengangga obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya
dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan hal ini maka dapat
digolongkan obye yang serupa ke dalam satu golongan.
Klaifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap obyek
yang telah ditelaahnya dan taxonomi merupakan cabang ke ilmuan yang mula-mula
sekali berkembang. Konsep yang lebih lanjut seperti konsep perbandingan
(komperatif) dan kuantitatif hanya dimungkinkan dengan adanya taxonomi yng baik.
Linnaeus merupakan pelopor dalam penggolongan hewan dan tumbuh-tumbuhan
secara sistematis. Dengan adanya klasifikasi ini, sehingga kita menganggap bahwa
individu melainkan suatu kelas tertentu mempuyai ciri-ciri yang sempurna, maka ilmu
tidak berbicara mengenai kasus individu melainkan suatu kelas tertentu.
Asumsi yang kedua adalah angapan bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan ilmu bertujuan mempelajari tingkah
laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu. Ilmu hanya menuntut adanya
kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam
jangka waktu tertentu. Tercakup dalam pengertian ini adalah pengakuanbahwa benda-
benda dala jangka panjang akan mengalami perubahan dan jangka waktu ini berbeda-
beda untuk tiap benda.
Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga, kita menganggap tiap
gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dan urut-urutan kejadian yang
sama. Seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu tidak menuntut adanya hubungan
sebab akibat yang mutlak sehingga sutu kejadian tertentu harus selalu di ikuti oleh
suatu kejadian yng lain. Ilmu tidak mengemukakakn bahwa X selalu mengakiatkan Y,
melainkan mengatakan bahwa X mempunyai kemungkinan (peluang) yang bsar untuk
mengakibatkan terjadinya Y. Determinisme dakam pengertian ilmu mempunyai
konotasi yang bersifat peluang (probabilistik). Statistika merupakan metode yang
menytakan hubungan probabilistik antara gejala-gejala dalam penelaahan keilmuan.
Sesuai dalam peranannya dalam kegiatan ilmu, maka dasar statistika adalah teori
peluang. Statistika mempunyai peranan memnentukan dalam persyaratan-persyaratan
keilmuan sesuai dengan asumsi ilmu tentang alam. Tanpa statistika hakekat ilmu
sangat berlainan.

.Secara etimologis (dari asal-usul bahasa) ontologi berasal dari bahasa Yunani,
yakni dari kata ontos artinya ada dan logos = logic artinya ilmu. Jadi secara
etimologis, ontologi diartikan ilmu tentang ada
Ontology merupakansalahsatukajian filsafat yang pling kuno yang bersal dari
Yunani. Secara sederhana ontologi bisa di rumuskan sebagai ilmu yang mempelajari
realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Pada masa Yunani ketika mithology masih memiliki pengaruh yang kuat,
kebanyakan orang belum mampu membedakan antara penampakan dengan kenyataan.
Bahkan pada masa tersebut ada banyak hal yang masih mengkaji kejadian alam dalam
bentuk mistis sebagai penanggung jawab dari fenomena alam yang sulit untuk
dimengerti.
Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada yang mungkin
ada, yang mencangkup pengetahuan dan nilai (yang dicarinya adalah hakikat
pengetahuan dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah teori tentang
keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas ialah kerealan, real artinya kenyataan yang
sebenarnya, jadi haikat adalah kennyataan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara
atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang merubah.
Onotologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan
cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari kategori yang logis yang berlainan
(obje-objek fisik, hal universal, abstrak) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional.
Ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada,
sedangkan dalam hal pemakainnya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori
mengenai teori yag ada.
Fungsi dan manfaatn mempelajari ilmu ontologi sebagaia cabang filsafat ilmu
yang pertama ; berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan,
konsep-konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu. Daiantara asumsi dasar
keilmuan yaitu :
1. Dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar ada
2. Dunia empris itu dapat diketahui oleh manusia dengan panca indera
3. Fenomena yang terdapat di dunia ini hubungan satu dengan yang lainnya
secara kausal.
Kedua : ontologi membantu ilmu untukmenyusun suatu pandangan dunia yang
integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri khaasnya mengkaj hal-hal
yang khusus untuk di kaji secra tuntas yang paada akhirnya diharapkan memperoleh
gambaran tentang objek yang telah ditelaahnya, namun pada kenyataan kadang hasil
temuan ilmiah berhenti pada simpulan-sipulan yang perisal dan terpisah-pisah.jika itu
terjadi, berarrti ilmuan tdak mampu mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan
pengetahuan lain.
Ketiga : ontologi memberikan masukan informsi untuk mengatasi permasalah yang
tidak mampu untuk dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Pembagian objek kaian ilmu
yang satu dengan lainnya kadang menimbulkan berbagai permasalah, di antaranya ada
kemungkinan terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu
masuk disiplin etika atau displin biologi. Kemungkinan lain adalah justru
terbentuknya bidang kajian yang sama sekali belum dikaji oleh ilmu apapun. Dalam
hal ini ontologi berfungsi membantu memetakan batasan-batasan kjian ilmu. Dengan
demikian berkembanglah ilmu-ilmu yang dapat diketahui manusia iu dari tahun
ketahun atau dari abad ke abad.

DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S, 1999, IlmudalamPerspektif, YayasanObor Indonesia, Jakarta.

Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat umum. Bandung: Remaja rosdakarya.

Susnto, A. 2001 filsafat umum. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai