Anda di halaman 1dari 2

Teori Kimia Koordinasi Sebelum Tahun 1930

Teori dalam ilmu kimia khususnya tentang senyawa koordinasi diperoleh dengan cara
berbeda dengan teori yang dikemukakan dalam disiplin ilmu lain. Pada kimia, teori diajukan
untuk menjelaskan feomena kimia yang ada menurut zamannya. Pada fisika atau biologi teori
yang ada digunakan untuk menjelaskan eksperimen berulang tentang satu atau lebih
fenomena sehingga teori dalam fisika atau biologi dapat digunakan untuk meramalkan
fenomena yang mungkin terjadi setelah teori tersebut dikemukakan. Teori kimia yang ada
adalah teori-teori yang menysuaikan diri dengan zamannya. Misalkan ada senyawa baru yang
tak dapat dijelaskan dengan teori terdahulu maka diajukanlah teori yang lebih universal untuk
menjelaskan semuanya.

Teori yang pertama tentang senyawa koordinasi diajukan oleh Thomas Graham
(1805-1869) yang kemudian disusul oleh teori-teori selanjutnya. Graham menyimpulkan
fenomena banyaknya komplek yang mengandung ligan amina dalam Teori Amonium
Graham yang menyatakan bahwa amina-amina logam dianggap sebagai senyawa-senyawa
amonium yang tersubstitusi. Maksud dari tersubstitusi disini adalah atom logam bertindak
sebagai atom yang menggantikan dan hidrogen yang terikat dengan N pada molekul
amonium sebagai atom yang digantikan. Teori ini dibantah karna hanya berlaku untuk
senyawa kompleks yang ligan amoniumnya berjumlah sesuai dengan valensi logam atau
elektrovalensi dari logam. Padahal faktanya banyak senyewa kompleks yang ditemukan
kemudian mengandung ligan amonium lebih dari valensi logamnya.

Teori Molekuler Kekule menyetakan bahwa senyawa dibagi menjadi dua jenis yakni
senyawa atomik dan senyawa molekuler. Seyawa atomik adalah senyawa yang perbadingan
jumlah atom-atomnya sesuai dengan valensi tetap dari atom-atom penyusun senyawa
tersebut. Senyawa molekuler adalah senyawa yang tersusun dari beberapa senyawa atomik.
Contohnya adalah [Co(NH3)6]Cl3 yang dianggap sebagai senyawa yang tersusun dari dua
jenis senyawa molelkuler yakni CoCl3 dan NH3 sehingga rumusnya ditulis CoCl3.6NH3. Oleh
karena senyawa molekuler adalah kompulan senyawa atomik maka Kekule menyatakan
bahwa ikatan didalamnya tidak sekuat ikatan dalam senyawa atomik dan senya molekuler
kurang stabil. Teori Kekule dianggap valid pada saat itu karna keberhasilan Kekule
mengungkapkan struktur metana dan benzena dengan tepat. Teori Molekuler ini berdasar
pada paham tentang valensi atom yang dianut oleh Kekule saat itu yang menyatakan bahwa
atom-atom hanya memiliki satu jenis valensi. Teori Kekule ini ditinggalkan karna faktanya
valensi logam transisi tidak hanya satu dan senyawa kompleks banyak yang stabil.

Perkembangan yang sangat pesat dalam bidang organik mengilhami Blomstard untuk
menjelaskan kegalauan tentang senyawa kompleks. Blomstard megajukan Teori Rantai yang
kemudian disempurnakan oleh Jorgensen. Jorgensen pada saat itu melakukan risetnya secara
sistematis, berbeda dengan ilmuan kimia lain saat itu yang kebanyakan menggunakan metode
sporadis. Dasar teori ini adalah kemampuan ligan (dalam kasus ini NH3) membentuk rantai.
Rantai dari NH3 ini dianalogikan pada rantai karbon ( -CH2- ). Jorgensen membuat ketentuan
yang berkaitan dengan kereaktifan atom-atom dan gugus-gugus yang terdapat dalam senyawa
kompleks. Diantara ketentuannya adalah untuk senyawa kompleks yang mengandung atom
halogen, atom halogen dibagi menjadi dua macam, yakni halogen lebih dekat dan lebih jauh.
Dekat dan jauhnya halida dalam senyawa kompleks ini adalah dekat dan jauhnya halida pada
logam dalam kompleks. Halida lebih dekat adalah halida yang tidak dapat mengendap dengan
perak dan sebaliknya. Teori Rantai ini dapat menjelaskan banyak struktur senyawa kompleks
pada awal publikasinya. Teori ini terbantahkan karna ditemukannya senyawa kompleks
CoCl3.3NH3. Menurut teori ini seharusnya senyawa kompleks CoCl3.3NH3 merupakan
senyawa elektrolit dan dapat membentuk endapan AgCl, akan tetapi faktanya senyawa ini
bukan elektrolit dan tak dapat membentuk endapan AgCl.

Alferd Warner adalah ilmuan kimia yang sedikit berselisih dengan Jorgensen. Warner
terilhami untuk menjelaskan keganjalan pada teori yang dikemukakan oleh Jorgensen pada
saat tidur yang kemudian dituankan olehnya dalam sebuah artikel dan dia melakukan banyak
penelitian untuk mendukung asumsinya itu. Hasil dari jerih payahnya menghasilkan ini Teori
Koordinasi yang diajukan oleh Warner pada tahun 1893. Pada teori ini, Waener
mempostulasikan adanya dua macam valensi, yaitu valensi primer dan sekunder. Dua macam
valensi ini hanya dimiliki oleh atom logam dalam senyawa kompleks. Valensi primer suatu
logam diisi oleh anion dan valensi sekunder atom logam diisi oleh anion atau atom/molekul
netral. Atom puat dengan anion atau molekul netral yang terikat padanya membentuk suatu
kompleks. Kompleks-kompleks ini menurut Warner dapat membentuk suatu ruang geometri.
Jika jumlah atom atau molekul yang terikat pada atom pusat ada enam, maka bentuknya
adalah oktahedral. Jika jumlah atom/molekul yang terikat pada pusat berjumlah empat, maka
bentuknya bisa bujursangkar atau tetrahedral. Teori ini dapat menjelaskan sifat elektrolit
senyawa kompleks, gejala isomerisme geometrik dan optis pada senyawa kompleks. Teori ini
yang kemudian dipakai sampai saat ini.

Teori selanjutnya yang muncul setelah Warner hanya merupakan penjelasan-


penjelasan yang memprmudah pemahaman atau tambahan-tambahan sebagai penyempurna
saja. Pada tahun 1927 Sidgwik (1873-1852) mengajukan tentang gagasan tentang kaidah
bilangan atom efektif, yang dikembangkan berdasarkan teori oktet Lewis. Jumlah elektron
pada atom pusat dengan elektron yang didonorkan oleh ligan-ligan disebut dengan bilangan
atom efektif.

Anda mungkin juga menyukai