Anda di halaman 1dari 10

1

BUDGETING

A.Pengertian Anggaran Negara

Anggran secara umum diartikan sebagai keuangan yang mencerminkan pilihan


kebijaksanaan untuk suatu periode di masa yang akan datang. Menurut John F. Due (1975)
Anggaran Negara adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan
yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan, serta data dari
pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa lalu.

Secara rinci Anggaran Negara dapat dirinci sebagai berikut :


1. Merupakan gambaran dari kebijaksanaan pemerintah yang dinyatakan dalam
ukuran uang, yang meliputi baik kebijaksanaan pengeluaran pemerintah untuk
suatu periode di masa depan maupun kebijaksanaan penerimaan pemerintah
untuk menutup pengeluaran tersebut.
2. Dari Angggaran Negara dapat diketahui realisasi pelaksanaan kebijaksanaan
pemerintah di masa lalu.
3. Dapat diketahui ketercapaian kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah di
masa lalu, serta maju mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai
pemerintah di masa yang akan datang.

B.Fungsi

1. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola Negara untuk suatu periode
di masa yang akan datang.

2. pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang diambil pemerintah.


3. Alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam
melaksanakan kebijaksanaan yang telah diambil.

C.Struktur APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama


pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk
mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya
menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam
konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya
2

perlu lebih berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar dapat secara
efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian
negara dengan baik. Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi
Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum yang
kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Berikut ini adalah
pemaparan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun
dengan undang-undang. Struktur APBN yang sekarang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Negara dan Hibah

b. Belanja Negara

c. Keseimbangan Primer

d. Surplus/Defisit Anggaran

e. Pembiayaan

Pendapatan Negara dan Hibah

Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum yaitu penerimaan
pajak yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan
Pajak lainnya, serta Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutanekspor) merupakan
sumber penerimaan utama dari APBN. Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
meliputi penerimaan dari sumber daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan
pajak lainnya, walaupun memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap total
penerimaan anggaran, jumlahnya semakin meningkat secara signifikan tiap tahunnya.
Berbeda dengan sistem penganggaran sebelum tahun anggaran 2000, pada sistem
penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman) tidak lagi dianggap sebagai
bagian dari penerimaan. Dalam pengadministrasian penerimaan negara,
departemen/lembaga tidak boleh menggunakan penerimaan yang diperolehnya secara
3

langsung untuk membiayai kebutuhannya. Beberapa pengeculian dapat diberikan sesuai


dengan peraturan perundang-undangan terkait. Struktur Pendapatan Negara dan Hibah
adalah sebagai berikut:

I. Penerimaan Dalam Negeri

1. Penerimaan Perpajakan

a. Pajak Dalam Negeri

i. Pajak penghasilan

1. Migas

2. Non Migas

ii. Pajak pertambahan nilai

iii. Pajak bumi dan bangunan

iv. BPHTB

v. Cukai

vi. Pajak lainnya

b. Pajak Perdagangan Internasional

i. Bea masuk

ii. Pajak/pungutan ekspor

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

a. Penerimaan SDA

1. Migas

i. Minyak Bumi

ii. Gas Alam

2. Non Migas

i. Pertambangan Umum

- Iuran tetap
4

- Iuran Eksplorasi dan eksploitasi (Royalti)

ii. Kehutanan

- Iuran hak pengusahaan hutan (IHPH)

- Provisi sumber daya hutan (PSDH

- Dana reboisasi 1

iii. Perikanan

b. Bagian Laba BUMN

c. PNBP Lainnya

II. Hibah

Belanja Negara

Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana perimbangan,
serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang. Sebelum diundangkannya UU No.
17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan atas pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan. UU No. 17/2003 mengintrodusing uniffied budget sehingga
tidak lagi ada pembedaan antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Dana
perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi
khusus (DAK). Sementara itu, dana otonomi khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah
Istimewa Aceh dan provinsi Papua. Struktur Belanja Negara ialah sebagai berikut:

I. Belanja Pemerintah Pusat

1. Belanja Pegawai

a. Gaji dan Tunjangan

b. Honorarium, Vakasi, dll

c. Kontribusi Sosial

2. Belanja Barang

a. Belanja Barang

b. Belanja Jasa
5

c. Belanja Pemeliharaan

d. Belanja Perjalanan

3. Belanja Modal

4. Pembayaran Bunga Utang

a. Utang Dalam Negeri

b. Utang Luar Negeri

5. Subsidi

a. Subsidi BBM

b. Subsidi Non-BBM

6. Belanja Hibah

7. Bantuan Sosial

a. Penanggulangan Bencana

b. Bantuan yang diberikan oleh K/L

8. Belanja Lainnya

II. Belanja Daerah

1. Dana

a. Dana Bagi Hasil

i. Perpajakan

- Pajak Penghasilan

- Pajak Bumi dan Bangunan

- Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

ii. Sumber Daya Alam

- Minyak Bumi

- Gas Alam
6

- Pertambangan Umum

- Kehutanan

- Perikanan

b. Dana Alokasi Umum

c. Dana Alokasi Khusus

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

a. Dana Otonomi Khusus

b. Dana Penyesuaian

Keseimbangan Primer

Surplus/Defisit Anggaran

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.


Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya, penerimaan yang
melebihi pengeluaran disebut surplus. Sejak TA 2000, Indonesia menerapkan anggaran
defisit menggantikan anggaran berimbang dan dinamis yang telah digunakan selama lebih
dari tiga puluh tahun. Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu:
keseimbangan primer (primary balance) dan keseimbangan umum (overall balance).
Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk
pembayaran bunga. Keseimbangan umum adalah total penerimaan dikurangi belanja
termasuk pembayaran bunga.

Pembiayaan

Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber


pembiayaan yang penting saat ini adalah: pembiayaan dalam negeri (perbankan dan non
perbankan) serta pembiayaan luar negeri (netto) yang merupakan selisih antara penarikan
7

utang luar negeri (bruto) dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Struktur
Belanja Negara ialah sebagai berikut:

I. Pembiayaan Dalam Negeri

1. Perbankan dalam negeri

2. Non-perbankan dalam negeri

a. Privatisasi (neto)

b. Penjualan aset prog. Restrukt. perbankan

c. Surat Utang Negara (neto)

d. Penyertaan Modal Negara

II. Pembiayaan Luar negeri

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri

a. Pinjaman Program

b. Pinjaman Proyek

2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri

D. Sistem dan Siklus Anggaran Negara

Pendekatan Penyusunan Anggaran Negara


Ada tiga sistem Anggaran Negara yaitu sistem anggaran tradisional, sistem
anggaran kinerja, dan sistem anggaran perencanaan-pemograman. Setiap Negara
menggunakan sistem yang berbeda-beda sehingga akan menimbulkan perbedaan pada
sistem akuntansinya pula.
1. Sistem Anggaran Tradisional (Line-item Budgeting System)
Titik berat sistem ini adalah pada segi pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan
anggarannya, pembelanjaan pengeluaran Negara oleh tiap lembaga Negara diharapkan
sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku. Namun, pada sistem ini hasil atau
mutu dari program yang dihasilkan tidak mendapat pengawasan, sehingga pencapaian
prestasi dari realisasi pengeluaran anggaran terabaikan.
Sistem anggaran tradisionla lebih menekankan pada segi administrasi saja, yang meliputi:
8

a. Penyusunan anggaran

b. Pengesahan oleh lembaga yang berwenang


c. Pembelanjaan
d. Pembuatan laporan
e. Pertanggungjawaban kas
2. Sistem Anggaran Kinerja (Performance Budgeting System)
Merupakan penyempurnaan dari sistem tradisional yang menitikberatkan pada
manajemen anggaran, yaitu dengan dari segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran
maupun hasil fisik yang dicapainya. Pada sistem kinerja pengendalian anggaran dan
efisiensi pelaksanaan menjadi hal yang diperhatikan lebih karena dengan hal tersebut dapat
diukur pencapaian prestasi dari pengeluaran anggaran.
Beberapa kendala dalam penerapan sistem anggaran kinerja:
a. Terbatasnya tenaga ahli
b. Kegiatan dan jasa pemerintah pada umumnya tidak dapat segera diukur dalam
pengertian per unit output ataupun biaya per unit

c. Klasifikasi rekening pemerintah pad umumnya dibuat berdasarkan klasifikasi


anggaran, tidak berdasarkan klasifikasi akuntansi biaya sehingga proses
pengolahan data menjadi sulit.

3. Sistem Anggaran Program (Planning Programming Budgeting System)


Sistem anggaran program menekankan pada persiapan anggaran. Dalam tahap
persiapan ini semua implikasi positif dan negatif dari setiap keputusan yang telah atau
akan diambil dipertimbangkan dengan matang. Adapun tahap-tahap di dalamnya yaitu :
1. Perencanaan
2. Penyusunan program
3. Penyusunan anggaran
4. Pengendalian yang meliputi pengawasan dan penilaian, baik terhadap
pelaksanaan program maupun pelaksanaan anggarannya.

Dalam sistem ini pemisahan anggaran tidak lagi menjadi penerimaan dan
pengeluaran, tetapi dilakukan berdasarkan pendekatan program yang menuntut sistem
akuntansi yang baik, analisis biaya manfaat dan sistem informasi manajemen yang
canggih.
9

4. Sistem Anggaran Berbasis Nol


Pendekatan pembuatan anggaran ini adalah bahwa setiap aktivitas atau program
yang telah diadakan di tahun-tahun sebelumnya tidak secara otomatis dapat dilanjutkan.
Siklus Penyusunan Anggaran Negara

Siklus Anggaran (Budget Cycle) adalah masa atau jangka waktu mulai saat
anggaran (APBN) disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan
undang-undang.
Siklus anggaran terdiri atas penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran,
pengawasan anggaran, dan pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran.
1. Tahap penyusunan dan penetapan.

Pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi


makro kepada Dewan Perwakilan Rakyat (bulan mei)

Pemerintah pusat dan DPR membahas kebijaksanaan umum dan prioritas anggaran
sebagai acuan bagi Kementrian Lembaga dalam penyusunan anggaran.

Menteri/pimpinan lembaga menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian


Lembaga (RKA-KL) dan dibahas dengan DPR, hasilnya disampaikan ke MEnteri
Keuangan sebagai bahan rancangan Undang Undang APBN tahun berikutnya.

Pemerintah pusat menyampaikan RUU APBN dan Nota Keuangan kepada DPR
untuk dibahas (bulan Agustus)

DPR menyetujui RUU APBN selambat-lambatnya 2 bulan sebelum Tahun Anggaran


yang bersangkutan berakhir.

2. Tahap pelaksanaan

Setelah UU APBN ditetapkan, rincian pelaksanaannya dituangkan dalam peraturan


presiden tentang rincian APBN.

Menkeu memberitahu K/L agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran


berdasarkan alokasi dalam peraturan presiden tentang rincian APBN.

Menkeu mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran dan disampaikan kepada


menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Gubernur, Direktur
Jendral Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala kantor wilayah Ditjen
10

Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa
Pengguna Anggaran

Penanggung jawab kegiatan mengajukan dana dengan menerbitkan Surat Pemerintah


Membayar (SPM) kepada kuasa BUN

Pemerintah menyusun laporan realisasi semester I APBN dan prognosis dan


disampaikan ke DPR selambat-lambatnya akhir juli tahun anggaran yang
bersangkutan.

Jika ada penyesuaian pemerintah pusat mengajukan RUU perubahan APBN

3. Tahap pengawasan pelaksanaan.

Pengawasan dilakukan atasan kepala kantor/satker K/L

Inspektorat Jenderal melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN

Pengawasan oleh DPR

4. Tahap pertanggungjawaban

Menteri/pimpinan lembaga membuat laporan keuangan : 1.Laporan Realisasi


Anggaran 2. Neraca 3. Catatan atas laporan keuangan

Laporan keuangan disampaikan ke Menkeu paling lambat 2 bulan setelah TA ybs


berakhir.

Menkeu meyusun rekapitulasi LK dan disampaikan ke presiden

Presiden menyampaikan LK ke BPK untuk diaudit

LK yang diaudit disampaikan presiden ke DPR sebagai RUU pertanggungjawaban


pelaksanaan APBN

Anda mungkin juga menyukai