BUDGETING
B.Fungsi
1. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola Negara untuk suatu periode
di masa yang akan datang.
C.Struktur APBN
perlu lebih berperan dalam mengawal APBN sehingga APBN benar-benar dapat secara
efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian
negara dengan baik. Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi
Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum yang
kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Berikut ini adalah
pemaparan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun
dengan undang-undang. Struktur APBN yang sekarang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia secara garis besar adalah sebagai berikut:
b. Belanja Negara
c. Keseimbangan Primer
d. Surplus/Defisit Anggaran
e. Pembiayaan
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum yaitu penerimaan
pajak yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan
Pajak lainnya, serta Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutanekspor) merupakan
sumber penerimaan utama dari APBN. Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
meliputi penerimaan dari sumber daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan
pajak lainnya, walaupun memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap total
penerimaan anggaran, jumlahnya semakin meningkat secara signifikan tiap tahunnya.
Berbeda dengan sistem penganggaran sebelum tahun anggaran 2000, pada sistem
penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman) tidak lagi dianggap sebagai
bagian dari penerimaan. Dalam pengadministrasian penerimaan negara,
departemen/lembaga tidak boleh menggunakan penerimaan yang diperolehnya secara
3
1. Penerimaan Perpajakan
i. Pajak penghasilan
1. Migas
2. Non Migas
iv. BPHTB
v. Cukai
i. Bea masuk
a. Penerimaan SDA
1. Migas
i. Minyak Bumi
2. Non Migas
i. Pertambangan Umum
- Iuran tetap
4
ii. Kehutanan
- Dana reboisasi 1
iii. Perikanan
c. PNBP Lainnya
II. Hibah
Belanja Negara
Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana perimbangan,
serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang. Sebelum diundangkannya UU No.
17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan atas pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan. UU No. 17/2003 mengintrodusing uniffied budget sehingga
tidak lagi ada pembedaan antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Dana
perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi
khusus (DAK). Sementara itu, dana otonomi khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah
Istimewa Aceh dan provinsi Papua. Struktur Belanja Negara ialah sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai
c. Kontribusi Sosial
2. Belanja Barang
a. Belanja Barang
b. Belanja Jasa
5
c. Belanja Pemeliharaan
d. Belanja Perjalanan
3. Belanja Modal
5. Subsidi
a. Subsidi BBM
b. Subsidi Non-BBM
6. Belanja Hibah
7. Bantuan Sosial
a. Penanggulangan Bencana
8. Belanja Lainnya
1. Dana
i. Perpajakan
- Pajak Penghasilan
- Minyak Bumi
- Gas Alam
6
- Pertambangan Umum
- Kehutanan
- Perikanan
b. Dana Penyesuaian
Keseimbangan Primer
Surplus/Defisit Anggaran
Pembiayaan
utang luar negeri (bruto) dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Struktur
Belanja Negara ialah sebagai berikut:
a. Privatisasi (neto)
a. Pinjaman Program
b. Pinjaman Proyek
a. Penyusunan anggaran
Dalam sistem ini pemisahan anggaran tidak lagi menjadi penerimaan dan
pengeluaran, tetapi dilakukan berdasarkan pendekatan program yang menuntut sistem
akuntansi yang baik, analisis biaya manfaat dan sistem informasi manajemen yang
canggih.
9
Siklus Anggaran (Budget Cycle) adalah masa atau jangka waktu mulai saat
anggaran (APBN) disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan
undang-undang.
Siklus anggaran terdiri atas penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran,
pengawasan anggaran, dan pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran.
1. Tahap penyusunan dan penetapan.
Pemerintah pusat dan DPR membahas kebijaksanaan umum dan prioritas anggaran
sebagai acuan bagi Kementrian Lembaga dalam penyusunan anggaran.
Pemerintah pusat menyampaikan RUU APBN dan Nota Keuangan kepada DPR
untuk dibahas (bulan Agustus)
2. Tahap pelaksanaan
Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa
Pengguna Anggaran
4. Tahap pertanggungjawaban