Anda di halaman 1dari 2

Energiku bukan Fosil Tapi Lautan

Kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini sejalan
dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk, dan pesatnya
perkembangan sektor industri. Untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) pemerintah Indonesia telah menyusun kebijakan energi nasional dengan melakukan
pendekatan yang integral ke semua sektor pembangunan dengan memperhatikan masalah konservasi
dan daya dukung kapasitas lingkungan. Oleh karena itu eksploitasi terhadap sumber daya alam dan
sumber daya manusia haruslah optimalkan. Salah satu sumberdaya yang terus dieksplorasi oleh
Indonesia adalah sumberdaya fosil.

Energi fosil termasuk dalam jenis bahan bakar yang sulit atau bahkan tidak dapat diperbaharui.
Jenis-jenis energi fosil yaitu minyak bumi, batu bara dan gas alam. Membutuhkan waktu jutaan tahun
untuk membentuk energi fosil tersebut. Oleh karena itu jika penggunaan energi fosil secara terus
menerus dapat mengakibatkan bahan bakar ini akan habis. Peneliti di Laboratory of Electric Machinery,
Department of Electrical and Electronic Engineering, Kitami Institute of Technology, Hokkaido, Jepang
Marwan Rosyadi mengatakan energi fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam akan habis pada
2050 mendatang.

Indonesia adalah salah satu Negara produsen tertua bahan bakar energi fosil. Indonesia memiliki
potensi energi fosil di 60 cekungan sedimen, bahkan hasil penelitian geologi terakhir diidentifikasikan
cekungan energi fosil sebanyak 128 cekungan sedimen. Tapi dengan banyaknya potensi tersebut, hanya
beberapa yang dapat termanfaatkan. Salah satu contohnya yaitu pada periode 2010-2014, dari 494
sumur eksplorasi yang dikerjakan, hanya 153 sumur yang disinyalir memiliki cadangan minyak.

Pembangkit listrik tenaga fosil (PLTF) adalah salah satu bentuk pemanfaatan dari energi fosil
menjadi energi listrik. Sebagian besar pasokan listrik di Indonesia masih bergantung pada energi yang
dihasilkan dari PLTF ini. Pada tahun 2012 tingkat pemanfaat energi fosil di Indonesia mencapai 95.6%
(batu bara 30.7%, minyak bumi 43% dan Gas bumi 21%) sedangkan 4.4% adalah energi terbarukan
seperti PLTU dan PLTA.

Berbagai dampak negatif dari penggunaan energi fosil secara berlebihan seperti saat ini.
Pertama yaitu meningkatkan limbah Co2 diudara sehingga mengakibatkan efek rumah kaca. Efek rumah
kaca ini akan menyebabkan radiasi sinar infra merah dari bumi akan kembali ke permukaan bumi karena
tertahan oleh gas rumah kaca. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya pemanasan global pada bumi.
Pemanasan global ini menimbulkan dampak turunan yang lebih panjang yakni mencairnya gunung
gunung es di kutub, meningkatnya suhu permukaan bumi, meningkatnya suhu air laut, menungkatnya
tinggi permukaan laut, kerusakan pantai karena meningkatnya abrasi laut, dan hilangnya pulau-pulau
kecil karena abrasi air laut. Dampak kedua yaitu meningkatkan SO2 dan NO2 diudara. Peningkatan gas
tersebut mengakibatkan berbagai dampak serius bagi makhluk hidup dan benda benda disekeliling kita
seperti punahnya beberapa spesies ikan, gangguan pernafasan, iritasi kulit, mengikis bangunan atau
candi dan menyuburkan pertumbuhan jamur madu yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Menipisnya cadangan energi fosil di Indonesia serta berbagai dampak negatif yang ditimbulkan
maka sudah saatnya untuk mengggalakkan pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan.
Indonesia memiliki luas wilayah yang 75% adalah lautan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia
yaitu 81.000 Km. selain itu Indonesia diapit oleh 2 samudra besar dan terdapat 10 selat potensial yang
dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat dimanfaatkan menjadi energi terbarukan yang mampu menyelesaikan
krisis energi di Indonesia.

Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) adalah salah satu bentuk energi terbarukan
yang dapat diaplikasikan di Indonesia. Pembangkit listrik tenaga gelombang laut ini bekerja dengan cara
aliran gelombang laut yang mempunyai energi kinetik masuk ke mesin konversi energi gelombang.
Kemudian dari mesin konversi aliran gelombang ini dialirkan menuju turbin. Di dalam turbin, energi
kinetik yang dihasilkan gelombang digunakan untuk memutar rotor. Kemudian dari perputaran rotor
inilah energi mekanik yang kemudian disalurkan menuju generator. Di dalam generator, energi mekanik
ini dirubah menjadi energi listrik. Dari generator ini, daya listrik yang dihasilkan dialirkan lagi menuju
sistem tranmisi (beban). Menurut data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI)
secara teoritis, total sumber daya energi laut nasional sangat melimpah, meliputi energi dari jenis panas
laut, gelombang laut dan arus laut, yaitu mencapai 727.000 MW.

Oleh karena itu dengan pemanfaat wilayah 75% Indonesia yang berupa lautan maka Indonesia
akan dapat keluar dari krisis energi. Sehingga masyarakat Indonesia dapat merasakan terangnya lampu
tanpa adanya pemadama Bergilir.

The oceans are the giant energy of Indonesia

Salam Bahari, Jayalah bahariku

Biodata Penulis

Nama Lengkap Fikrang, Mahasiswa Universitas Hasanuddin, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
angkatan 2015, Ketua Umum Komunitas Pemuda Bugis Peduli Barru, BPH UKM LDF LiKIB FIKP UNHAS,
Awardee Rumah Kepemimpin Scholarship. No. hp 081325046753. Email fikrangbarru@gmail.com.
Nomor Induk Mahasiswa L231 15 306

Anda mungkin juga menyukai