Anda di halaman 1dari 5

ATELEKTASIS

Gangguan pada system pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau
congenital, infeksi pada saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi
pada system organ tubuh lain.1 Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan
penyakit, tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru.
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kollaps.1 Pemeriksaan radiologis dan
pemeriksaan khusus lainnya seperti bronkoskopi dan bronkografi, dapat menentukan
atau menegakkan diagnosis dari atelektasis.2

1. DEFINISI

Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami
hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama
sekali tidak terisi udara.

2. ANATOMI

Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,


laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus
dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring
atau kotak suara, laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan
oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan
yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur
trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu pohon dan oleh karena itu dinamakan
pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris,
bronkus kanan lebih pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang
utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus
segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya
sangat kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang
mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat
pertukaran gas.1
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak
dalam rongga dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum
sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru
mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, saraf dan
pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk
akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri. Paru-paru kanan
dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobus-lobus
tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
Suatu lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai

1
pleura yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-
paru (pleura vesiralis). Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan
tipis cairan pleura yang berpungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak
selama pernapasan dan untuk mencegah sela perpisahan thorak dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, untuk mencegah
kolaps paru-paru.1
Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis.
Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan
berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial
berasal dari aortatorakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena
bronkialis yang besarmengalirkan darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian
bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena
bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi
bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi
mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang berasal
dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah
tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus
mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk
proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian
dikembalikan melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan
kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.1

3. ETIOLOGI

Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti


tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus
akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang
membesar.

Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan


pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor
thorak seperti tumor mediastinum.

Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan


paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis
lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran
sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir
dengan memperberat keadaan atelektasis.

Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang
menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus
yang dapat memperberat terjadinya atelektasis.

4. PATOFISIOLOGI

2
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah
perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya
kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini
tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam
tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara yang menyebabkan
hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia mengakibatkan timbulnya
transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran transudat dari alveoli
dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru. Daerah sekitar
paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume.
Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian,
dinding dada nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan
mediastinum.3
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi
dan kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah
atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-
paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan
penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran darah pada daerah yang mengalami
atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya normal atau seharusnya turun sedikit
dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru yang normal.3

5. GEJALA KLINIS
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis.
Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,
neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,
bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali
jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi
sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal,
takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan
menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan mungkin pula
normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang
melibatkan lebih dari satu lobus, bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak
terdengar, biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga
dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser,
letak diafragma mungkin meninggi.4,5

6. GAMBARAN RADIOLOGIS
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan
volume bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat
kurangnya aerasi sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan
penarikan mediastinum kearah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan
sela iga menyempit.2
Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu
enfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi

3
hemithorak yang sehat kearah hemethorak yang atelektasis.2 Beberapa atelektasis di
kenal sebagai: 2

Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan
tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya
memperlihatkan diafragma letak tinggi.

Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan


peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi
dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA,
maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang
memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi
pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan
horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan
proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada
keluhan.

7. DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis
yang jelas dari berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya
penarikan tulang iga, peninggian diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan
mediastinum dan selam lobus kehilangan udara, di celah interlobus menjadi bergeser
atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih opak, seperti pada
bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Dan pemeriksaan
khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan tepat menetukan
cabang bronkus yang tersumbat.3.5

8. TERAPI

Pemeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan, apabila atelektasis terjadi


karena oenyumbatan benda asing. Pemberian oksigenasi harus diberikan pada
penderita sesak dan sianosis. Terapi yang diberikan biasanya simtomatis seperti anti
sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid. Fisioterafi sangan berguna seperti
perubahan posisi, masase, latihan pernapasan sangat membantu dalam pengembangan
kembali paru yang kempis.

Pada infeksi yang kronis biasanya dilakukan pemeriksaan bakteriologis yang


lebih teliti dan lobektomi sebaiknya tidak dilakukan kecuali jika nfeksi kronis dan
melibatkan bagian paru yang sehat atau sudah terjadi bronliektasis pada daerah yang
cukup luas.

4
9. PROGNOSIS

Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah


dihilangkan kecuali jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya pnyembuhan
tergantung pula pada luasnya daerah atelektasis, letak atelektasis. Pada daerah
atelektasis umumnya mudah terjadi infeksi, karena gerakan mukosilier pada bronkus
yang bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak bekerja. Jika infeksi ini
berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis atau abses paru.

DAFTAR PUSTAKA

1. A. Price Sylvia, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, vol 2, edisi
4, Jakarta, 1995, hal 645-707.
2. Rasad Sjahriar, Radiologi Diagnostik, FK UI, cetakan 6, Jkarta 2000, hal 108.
3. Sharma. S, Atelektasis, 2003, http//www.eMedicine.com.
4. Franken et all, Atelektasis: A Shrunke, Air Less State Affecting All or Part of Lung,
2004, http//www.eMedicine.com.
5. Ilmu Penyakit Dalam, Penyakit Sistem Pernapasan, 1998, FKUI, Jakarta.
6.Edwin F. Donnelly, M.D., Ph.D., Patterns of Lobar Collapse, 2004,
http//www.RadiologyNotebook.com.

Anda mungkin juga menyukai