Anda di halaman 1dari 3

Dengan adanya impor, pemenuhan kebutuhan suatu negara dapat terpenuhi.

Impor bermanfaat
untuk mengisi kekosongan barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi oleh negara itu sendiri.
Contohnya, mesin-mesin canggih di pabrik. Tidak semua negara memiliki kemampuan untuk
memproduksi sendiri mesin-mesin industri, sehingga jika ingin industri mereka berkembang,
negara tersebut harus mengimpornya dari negara-negara yang mampu memproduksi mesin-
mesin tersebut. Walaupun demikian, tetap diperlukan pengendalian nilai impor agar nilai impor
tidak lebih mendominasi dibandingkan nilai ekspor. impor adalah cerminan kedaulatan

ekonomi suatu negara, apakah barang dan

jasa buatan dalam negeri masih menjadi tuan

di negeri sendiri. Suatu negara melakukan

impor karena mengalami defisiensi (kekurangan/

kegagalan) dalam menyelenggarakan

produksi barang dan jasa bagi kebutuhan

konsumsi penduduknya. Ada dua

macam defisiensi yang dapat terjadi, yaitu

defisiensi kuantitas dan defisiensi kualitas.

Melakukan impor untuk alasan defisiensi

kuantitas masih merupakan suatu

kewajaran. Faktor penyebab utamanya biasanya

adalah faktor-faktor alamiah yang

nyata, sehingga penyelesaian atau solusinya

juga jelas. Dalam hal ini barang dan jasa

dilihat dari fungsi atau kegunaannya. Peran

konsumsi fungsional dalam pola konsumsi

relatif rendah bila dilihat dari proporsi untuk konsumsi.

Berbeda halnya dengan impor untuk

alasan defisiensi kualitas dalam penyelenggaraan

barang dan jasa kebutuhan penduduk

di dalam negeri. Penyebab utamanya adalah


faktor selera, yang sangat bersifat psychological,

dan seringkali menjadi emosional


Kebutuhan impor khususnya
barang modal menurun yang berakibat
pada melemahnya kinerja ekspor. Di
sisi lain, perkembangan investasi terus
mengalami peningkatan, serta jumlah
penduduk yang berkembang pesat
akan mempengaruhi permintaan impor
Indonesia, terutama pada sektor migas
(BI, 2014).
Turunnya kemampuan ekspor yang
disertai dengan pertumbuhan impor
yang pesat akan menempatkan neraca
perdagangan Indonesia pada posisi
yang mengkhawatirkan. Hal tersebut
tentu tidak menguntungkan bagi
perekonomian nasional. Menurunnya
kinerja ekspor Indonesia akan
berdampak pada produksi dan output
industri dalam negeri yang selanjutnya
akan berdampak pada penyerapan
tenaga kerja. Hal ini menegaskan
pentingnya akselerasi industri
manufaktur Indonesia mengingat sektor
ini berkontribusi dominan terhadap total
pembentukan nilai ekspor Indonesia.
Defisit neraca perdagangan yang
terjadi pada 2012-2013 semakin
menambah kekhawatiran akan
hilangnya surplus perdagangan
Indonesia. Sepanjang tahun 2013,
neraca perdagangan Indonesia hampir
selalu mengalami defisit, kecuali pada
bulan Maret, Agustus, Oktober hingga
Desember. Keadaan yang tidak jauh
lebih baik pun sudah terlihat hingga
akhir tahun 2014 (Badan Pusat
Statistik, 2015).

Anda mungkin juga menyukai