Kerugian yang pertama (1) di sebut sebagai pengeluaran pajak (tax expenditure). Pada
hakekatnya tax expenditure ini merupakan subsidi kepada OP atau Badan melalui mekanisme
pengecualian pengecualian (exemptions) dan pengurangan-pengurangan (deductions) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Kerugian karena tindakan aparat pajak dapat di sebabkan karena kegiatan ekstensifikasi dan
intensifikasi, dan kegiatan lain dari aparat pajak tanpa prosedur yang benar, yang pada intinya
untuk memperkaya diri sendiri, yang berakibat pada tidak tercapainya target penerimaan. Sedang
kerugian karena wajib pajak dapat di sebabkan oleh adanya negara bebas pajak (tax haven
countries), penghindaran pajak (tax avoidance) dan penyelundupan pajak (tax evasion) baik
secara bilateral maupun unilateral.
Potential loss yang dapat di timbulkan dari ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku, dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Pemberian subisidi yang termasuk dalam kategori tax expenditure antara lain:
b. Pengecualian
c. Pengurangan
d. Tarif khusus
h. Penyusutan di percepat
i. Sunset Policy
j. Tax holiday
k. Pembebasan impor barang modal dan bahan baku untuk proses produksi
Termasuk di dalamnya yaitu perbuatan para wajib pajak untuk mencari celah-celah
(loopholes) yang terdapat dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
dengan maksud untuk mengecilkan pembayaran pajaknya. Mekanisme yang dipakai oleh
WP adalah dengan cara penghindaran pajak yang di benarkan (acceptable tax avoidance)
dan penghematan pajak (tax saving) melalui perencanaan pajak (tax planning) yang
matang dengan tidak melanggar ketentuan perpajakan yang berlaku. The obvious goal of
most tax planning is the minimization of the amount that a person or other entity must
transfer to the government, demikian menurut James W. Pratt, Jane O. Burns dan William
N. Kulsrud dalam Individual Taxation 1989 Edition (1989 : 1-37)
Kegiatan dalam bentuk penyelundupan pajak bilateral (bilateral tax evasion) antara wajib pajak
dengan aparat pajak untuk mengecilkan omzetnya yang berakibat pada menurunnya pajak yang
terutang. Hal ini seringkali terjadi dalam kegiatan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh para
fungsional pajak.
Kerugian yang di timbulkan tidak hanya berpengaruh pada uang pajak yang seharusnya masuk
ke kas negara, akan tetapi secara moral mencerminkan pula tidak tercapainya unsur keadilan
dalam perpajakan yang merupakan landasan bagi terwujudnya kepatuhan kewajiban perpajakan.
Merupakan kegiatan penghindaran pajak yang tidak di benarkan (unacceptable tax avoidance),
karena secara jelas telah melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Sebagian pakar ekonomi
menyebutnya dengan penyelundupan pajak (tax evasion), karena identik dengan kegiatan yang
bersifat illegal. Garis pemisah antara acceptable tax avoidance dengan unacceptable tax
avoidance (tax evasion) adalah tidak melanggar undang-undang (lawful) dan melanggar undang-
undang (unlawful).
Oliver Oldman menegaskan bahwa termasuk kegiatan tax evasion yaitu kelalaian dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan karena:
a. Ketidaktahuan (ignorance), yaitu WP tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan
peraturan perpajakan yang berlaku tsb.
d. Kealpaan (negligence), yaitu WP alpa untuk menyimpan buku transaksi beserta bukti-
buktinya secara lengkap.
PENGHINDARAN PAJAK (TAX AVOIDANCE)
Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran pajak ini, wajib
pajak tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun kadang-kadang dengan
jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat
undang-undang.
Penghindaran pajak dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
Menahan Diri
Yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu yang
bisa dikenai pajak. Contoh:
Tidak menggunakan ikat pinggang dari kulit ular atau buaya agar terhindar dari
pajak atas pemakaian barang tersebut. Sebagai gantinya, menggunakan ikat
pinggang dari plastik.
Pindah Lokasi
Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya tinggi ke loksi
yang tarif pajaknya rendah. Contoh:
Di Indonesia, diberikan keringanan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di
Indonesia Timur. Namun, pindah lokasi tidak semudah itu dilakukan oleh wajib pajak.
Mereka harus memikirkan tentang transportasi, akomodasi, SDM, SDA, serta fasilitas-
fasilitar yang menunjang usaha mereka. Hal ini harus sesuai dengan kentungan yang
akan mereka dapatkan dan keringanan pajak yang mereka peroleh. Biasanya, hal ini
jarang terjadi. Yang terjadi hanya pada pengusaha yang baru membuka usaha, atau
perusahaan yang akan membuka cabang baru. Mereka membuka cabang baru di
tempat yang tarif pajaknya lebih rendah.
Perencanaan pajak adalah suatu proses yang mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan peraturan
perundang-undagan perpajakan tersebut, untuk kemudian dialokasikan sedemikian rupa sehingga
ditemukannya suatu cara penghindaran pajak yang dapat menghemat pajak akibat cacat teoritis
tersebut. Adanya kekurangan yang konseptual dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan harus direvisi, karena perubahan suatu ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan memerlukan banyak pertimbangan dan kriteria-kriteria yang tidak konsisten dan
bertentangan satu sama lainnya.
Seorang perencana pajak harus pula paham akan praktik akuntansi perpajakan seperti penagihan dan
teknik-teknik pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh otoritas pajak. Perencanaan pajak tidak pula
terlepas dari sistem pungutan yang dianut di Indonsia setelah reformasi pajak, yaitu sistem self
asessment.
Ciri dan cara tersendiri dari sistem pemungutan pajak tersebut adalah:
a. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta wajib
pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan
untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
b. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan kewajiban di bidang
perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri. Dalam hal ini aparat perpajakan sesuai
dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan
perundang-undngan perpajakan.
c. Anggota masyarakat wajib pajak diberikan kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotong
royongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang
terhutang (self asessment). Maka melalui sistem ini pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan
dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota
masyarakat wajib pajak.
Berdasarkan ketiga prinsip pemungutan pajak terebut, wajib pajak diwajibkan menghitung dan
membayar sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang berada pajak wajib
pajak sendiri. Selain itu wajib pajak diwajibkan pula melaporkaan secara teratur jumlah pajak yang
terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
EKONOMI PERENCANAAN PAJAK
Hasrat untuk melakukan perencanaan pajak pada dasarnya didorong oleh dua ketentuan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu:
1. Ketentuan pertama menyangkut masalah Pajak Penghasilan itu sendiri yang bukan merupakan biaya
yang fiskal dapt di kurangkan dalam menenrukan Penghasilan Kena Pajak (Pasal 9 ayat (1) huruf h UU
PPh). Sebagai konsekuensinya apabila terdapat pengurangan pembayaran PPh, maka tidak akan terjadi
penurunan dalam jumlah biaya fiksal yang dapat dikurangkan dan oleh karena itu juga tidak akan
menimbulkan kenaikan Penghasilan Kena Pajak. Berbeda dengan aktivitas mencari laba / menambah
penghasilan, suatu perencanaan pajak hanya akan memberikan keuntungan yang sama sekali tidak
termasuk dalam ruang lingkup pengenaan PPh.
2. Ketentuan kedua menyangkut kemungkinan dapat dikurangkan biaya yang ada kaitannya dengan
penentuan besarnya pajak yang terutang, yang dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan disebut sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan (Pasal 6
ayat (1) huruf a UU PPh) oleh karena perencanaan pajak terkait dengan penetuan besarnya pajak yang
terutang, maka biaya yang di keluarkan untuk perencanaan pajak tersebut, merupakan biaya yang fiskal
dapat di kurangkan.
BAB II
TINJAUAN UMUM STRATEGI PEMAJAKAN DAN PERENCANAAN PAJAK
Suatu sistem manajemen pajak yang efektif merupakan hal yang vital bagi suatu usaha
yang berorientasi kepada keuntungan, dan malahan predikat seorang manajer yang sukses
kadang-kadang ditentukan pula oleh tidaknya penyusunan suatu perencanaan pajaknya (Tax
Planing), perencanaan pajak adalah perbuatan yang sifatnya mengurangi beban pajak secara
legal dan bukan mengurangi kesanggupan memenuhi kewajiban perpajakannya melunasi utang-
utang pajak.
Perencanaan pajak itu sendiri sesungguhnya merupakan tindakan penstrukturan yang
terkait dengan konsekuensi potensial pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap
transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendali tersebut
dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer pemerintah, melalui apa yang disebut
sebagai penghindaran pajak (Tax Avoidance).
Penghindaran pajak merupakan usaha meminimalkan beban pajak dengan cara
penggunaan alternatif yang rill dan dapat diterima oleh fiskus,bukan penyelundupan pajak (Tax
Evasion) yang merupakan tindakan pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi yang merupan
perbuatan tercela yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau penasihat para ahli yang bertujuan
dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
2) Struktur kedua adalah struktur yang merefleksikan anggaran pengeluaran pajak ( Tax
Expenditure budget) dan terdiri dari ketentuan yang mengatur bantuan keuangan yang diajukan
dalam anggaran tersebut atau dengan perkataan lain terdiri dari sistem penyaluran bantuan
keuangan pemerintah melalui jalur ketentuan khusus dan bukan jalur pengeluaran langsung
melalui APBN.
Struktur kedua merupakan okulasi dari struktur pertama yang tidak mempunyai
hubungan yang mendasar pada struktur tersebut dan sesungguhnya tidak begitu diperlukan dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan yang di maksud.
Tetapi sebaliknya struktur kedua ini merupakan alat pemberian subsidi yang luas yang digunakan
oleh pemerintah yang memakai mekanisme pajak sebagai metode pemberian subsidi.
Ketentuan khusus yang mengatur tentang pemberian subsidi yang termasuk dalam ruang
lingkup pengeluaran pajak ( Tax Expenditure) dapat berbentuk antara lain :
(1) Bukan Objek Pajak
(2) Pengecualian-pengecualian
(3) Pengurangan-pengurangan
(4) Tarif Khusus
(5) Pajak ditanggung negara
(6) Penangguhan pengenaan pajak
(7) Perangsang fiskal bagi perusahaan yang akan berusaha dalam bidang kegiatan tertentu beupa
pemberian pinjaman yang bersyarat lunak
(8) Perangsang penanaman
(9) Penyusutan dipercepat
(10) Masa bebas pajak
(11) Mengurangi atau menunda atau membebaskan pembayaran pajak terhadap impor barang modal
dan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi.
Yang termasuk dalam pengertian kerugian karena materi ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan adalah selain subsidi pajak tersebut juga perbuatan atau usaha pembayaran
pajak untuk membayar pajak seefisien mungkin melalui celah-celah ( Loopholes) yang terdapat
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
B. Kerugian karena pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pembayaran pajak yang selalu berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin atau pun
tidak membayar pajak sama sekali, memnyebabkan pekerjaan instansi pajak dalam rangka
pengelolaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan menjadi sulit.
Akibatnya usaha-usaha untuk menjangkau seluruh subjek pajak ( Ekstenfikasi) dan meliputi
semua objek pajak (Intensifikasi) sering kali tidak memenuhi harapan dan bahkan terperangkap
dalam kegiatan penyelundupan pajak bilateral (Bilateral Tax Evasion).
Kerugaian pajak akibat tidak terjangkaunya seluruh subjek pajak dan meliputi seluruh objek
pajak serta penyelundupan bilateral, tidak saja dalam bentuk uang pajak akan tetapi secara moral
mencerminkan pula tidak tercapainya keadilan dalam perpajakan yang merupakan landasan
utama berwujudnya kepatuhan dan kesadaran memenuhi kewajiban perpajakan.
C. Kerugian karena pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kerugian karena pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak
saja terbatas pada kecurangan dan penggelapan, tetapi Menurut Oliver Oldman juga meliputi
kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan yang disebabkan oleh:
1) Ketidaktahuan ( Ignorance)
2) Kesalahan (Error)
3) Kesalahpahaman (Misunderastanding)
4) Kealpaan (Negligence)
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Versus Penyelundupan Pajak (Tax Evasion)
Tax Avoidance adalah manipulasi penghasilan secara legal yang masih sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak terhutang (Barr NA,
1977).
Tax Evasion adalah manipulasi secara ilegal atas penghasilannya untuk memperkecil
jumlah pajak terutang. (Barr Na, 1997).
Semua para ahli sependapat bahwa sesungguhnya antara penghindaran pajak dan
penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental akan tetapi kemudian terrnyata
bahwa perbedaan tersebut menjadi kabur baik secara teori maupun aplikasinya. Walaupun pada
dasarnya antara penghindaran pajak dan penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan perbuatan
ilegal dalam usaha mengurangi beban pajak tersebut.
Penghematan pajak adalah usaha memperkeciljumlah utang pajak yang tidak termasuk
dalam ruang lingkup pemajakan, sedang penghindaran pajak juga merupakan usaha yang sama
dengan cara mengeksploitir celah-celah yang terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, dimana aparat perpajakan tidak dapat melakukan tindakan apa-apa.
Cara lain untuk mengefisienkan beban pajak adalah melalui penghematan pajak (Tax
Saving) yaitu dengan cara mengelakan utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak
membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya, pajak penjualan atau dengan
sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya
menjadi kecil dan terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.