Anda di halaman 1dari 27

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 56 TAHUN 2013

TENTANG

ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka membentuk kemampuan khusus


yang dibutuhkan pegawai negeri sipil untuk
melaksanakan tugas di Kementerian Kesehatan, perlu
diberikan orientasi terhadap calon pegawai negeri sipil;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Orientasi Calon Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-


Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3890);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 195, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4016),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 198. Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4019);

4. Peraturan . . .
-2-
4. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 121,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5258);
8. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
13 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
510/MENKES/PER/VII/2009 tentang Pemberian Kuasa
dan Pendelegasian Kewenangan Penandatanganan
Nota/Surat Persetujuan dan Keputusan Mutasi
Kepegawaian Dalam Lingkungan Departemen
Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02./MENKES/076/I/2010;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);

12. Peraturan . . .
-3-
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 008 Tahun 2012
tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 345);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG ORIENTASI


CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat CPNS adalah
Warga Negara Indonesia yang melamar, lulus seleksi, dan diangkat
untuk dipersiapkan menjadi Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah PNS
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999.
3. Orientasi CPNS yang selanjutnya disebut Orientasi adalah pembekalan
kompetensi untuk CPNS yang akan ditempatkan di unit kerja.
4. Unit Utama adalah unit organisasi yang dipimpin oleh pejabat eselon I
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
5. Unit Kerja adalah unit organisasi di lingkungan Kementerian
Kesehatan baik di kantor pusat maupun unit pelaksana teknis vertikal
di daerah yang menyelenggarakan kegiatan Orientasi.
6. Biro Kepegawaian adalah satuan kerja yang memiliki tugas dan fungsi
melaksanakan pengelolaan kepegawaian di lingkungan Kementerian
Kesehatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur adalah satuan kerja yang
memiliki tugas dan fungsi melaksanakan penyiapan dan penyusunan
kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan
sumber daya manusia kesehatan dibidang pendidikan dan pelatihan
aparatur.

8. Narasumber . . .
-4-
8. Narasumber adalah pejabat struktural/fungsional,
pakar/praktisi/akademisi yang berkompeten sesuai dengan keahlian
dibidangnya untuk memberikan materi orientasi organisasi.
9. Pembimbing adalah pejabat struktural/pejabat fungsional yang
berperan untuk membimbing dan membekali CPNS selama
menjalankan praktik kerja, dan telah mengikuti pembekalan bagi
pembimbing yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur.
10. Menteri Kesehatan adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang kesehatan.

Pasal 2
Pengaturan Orientasi bertujuan meningkatkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara
profesional dengan dilandasi disiplin, kepribadian, dan etika PNS sesuai
dengan kebutuhan instansi.

Pasal 3
Pengaturan Orientasi hanya diberlakukan untuk CPNS yang berasal dari
pelamar umum, yang dibuktikan dengan surat keputusan pengangkatan
sebagai CPNS yang diterbitkan oleh Kepala Biro Kepegawaian.

BAB II
PENYELENGGARAAN ORIENTASI

Bagian Kesatu
Perencanaan

Pasal 4
Untuk menyelenggarakan Orientasi yang berkualitas, efektif dan efisien,
Biro Kepegawaian dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur
merencanakan dan menetapkan kebutuhan yang meliputi:
a. jumlah CPNS yang akan mengikuti Orientasi;
b. jumlah pembimbing yang disesuaikan dengan jumlah CPNS dalam satu
Unit Kerja;
c. jumlah Unit Kerja tempat praktik kerja CPNS;
d. waktu pelaksanaan Orientasi; dan
e. sistem evaluasi dan kelulusan.

Bagian Kedua . . .
-5-
Bagian Kedua
Pelaksanaan

Pasal 5
(1) Orientasi dilaksanakan pada:
a. Unit Kerja; atau
b. Unit Utama.
(2) Penetapan tempat pelaksanaan Orientasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Biro Kepegawaian setelah berkoordinasi dengan
Unit Kerja atau Unit Utama.
(3) Mekanisme pelaksanaan Orientasi ditentukan oleh Unit Kerja atau Unit
Utama setelah berkoordinasi dengan Biro Kepegawaian dan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Aparatur.

Pasal 6
(1) Orientasi terdiri dari:
a. orientasi organisasi; dan
b. praktik kerja.
(2) Materi orientasi organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a terdiri dari:
a. tugas, fungsi, visi, misi dan kewenangan organisasi;
b. kedudukan dan struktur organisasi;
c. kebijakan bidang tugas instansi;
d. sarana dan prasarana organisasi;
e. standar kinerja/standar pelayanan umum;
f. standar prosedur operasional;
g. budaya kerja/nilai-nilai/prinsip-prinsip organisasi;
h. penulisan kertas kerja; dan
i. materi lain yang khusus sesuai dengan kompetensi jabatan yang
dibutuhkan.
(3) Materi praktik kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari:
a. konsep dan tahapan praktik kerja;
b. uraian tugas/standar kompetensi jabatan;
c. peraturan perundang-undangan yang terkait tugas jabatannya;
d. praktik kerja sesuai tugas jabatan;
e. evaluasi hasil pelaksanaan tugasnya;
f. saran perbaikan untuk pelaksanaan tugas;
g. penulisan kertas kerja; dan

h. materi . . .
-6-
h. materi lain yang khusus sesuai dengan kompetensi jabatan yang
dibutuhkan.
(4) Materi orientasi organisasi dan praktik kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) disusun oleh Pusdiklat Aparatur bersama
dengan Unit Kerja atau Unit Utama terkait.

Pasal 7
(1) Model pembelajaran orientasi organisasi dapat dilaksanakan baik
secara klasikal maupun nonklasikal
(2) Model pembelajaran orientasi organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disesuaikan dengan jumlah CPNS.
(3) Model pembelajaran secara klasikal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan apabila jumlah CPNS yang ditempatkan dalam
1 (satu) Unit Kerja paling sedikit 5 (lima) orang.
(4) Model pembelajaran secara nonklasikal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaksanakan apabila jumlah CPNS yang ditempatkan
dalam 1 (satu) Unit Kerja kurang dari 5 (lima) orang.

Pasal 8
Metode pembelajaran praktik kerja dilaksanakan sesuai dengan tugas dan
fungsi jabatan CPNS.

Pasal 9
(1) Pelaksanaan orientasi organisasi dapat dilaksanakan pada Unit Kerja
atau Unit Utama.
(2) Pelaksanaan orientasi organisasi pada Unit Utama dapat dilakukan
apabila materi orientasi organisasi yang disampaikan adalah organisasi
Kementerian Kesehatan dan/atau Unit Utama.

Pasal 10
Pelaksanaan praktik kerja hanya dapat dilakukan pada:
a. Unit Kerja dimana CPNS ditempatkan; atau
b. Unit Kerja yang ditunjuk, yang merupakan pembina dalam bidang
pekerjaan tersebut.

Bagian Ketiga . . .
-7-
Bagian Ketiga
Narasumber dan Pembimbing

Pasal 11
(1) Dalam pelaksanaan orientasi organisasi, Kepala Unit Kerja menunjuk
Narasumber yang bertugas untuk membekali CPNS mengenai materi
organisasi.
(2) Narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari
internal Unit Kerja maupun eksternal.

Pasal 12
(1) Dalam pelaksanaan praktik kerja, Kepala Unit Kerja menunjuk
Pembimbing yang bertugas untuk membimbing dan membekali CPNS
selama menjalankan praktik kerja.
(2) Penunjukan Pembimbing sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengacu pada formasi jabatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(3) Setiap Pembimbing bertugas untuk membimbing dan membekali paling
banyak 5 (lima) CPNS.
(4) Kriteria Pembimbing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. berbadan sehat, baik jasmani maupun rohani;
b. berkelakuan baik dan tidak diskriminatif;
c. telah mengikuti pembekalan sebagai pembimbing dari Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Aparatur;
d. menguasai tugas dan fungsi instansi Kementerian Kesehatan dan
Unit Kerja masing-masing;
e. kompeten dalam pelaksanaan tugasnya;
f. pangkat dan golongan minimal sama dengan CPNS; dan
g. masa kerja minimal 3 (tiga) tahun.

Pasal 13
(1) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur berkewajiban memberikan
pembekalan kepada Pembimbing sebelum menjalankan tugas.
(2) Pembekalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan:
a. memahami peran, fungsi dan tugas sebagai Pembimbing;
b. menyusun jadwal dan materi praktik kerja;
c. membimbing CPNS dalam praktik kerja;
d. menjadi contoh (role model) dalam pelaksanaan tugas; dan
e. mengevaluasi kelulusan CPNS dalam praktik kerja.

(3) Materi . . .
-8-
(3) Materi pembekalan kepada Pembimbing terdiri dari:
a. kebijakan teknis praktik kerja;
b. konsep dan teori praktik kerja;
c. merancang jadwal dan materi praktik kerja;
d. komunikasi efektif dalam praktik kerja;
e. evaluasi praktik kerja;
f. kode etik Pembimbing;
g. perumpunan jabatan Pembimbing; dan
h. simulasi pembimbingan.

Pasal 14
Seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
Orientasi menjadi tanggung jawab Unit Kerja dan/atau Unit Utama masing-
masing.

Pasal 15
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Orientasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB III
PENILAIAN ORIENTASI

Pasal 16
(1) Setiap CPNS yang mengikuti Orientasi akan diberikan penilaian.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek dan
bobot yang meliputi:
a. orientasi organisasi dan praktik kerja (60 %); dan
b. sikap perilaku (40 %).

Pasal 17
(1) Unsur dan bobot yang dinilai pada aspek orientasi organisasi dan
praktik kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a terdiri
dari:
a. tugas dan fungsi organisasi (5%);
b. tugas dan fungsi Unit Kerja (5%); dan
c. pelaksanaan tugas (50%).

(2) Indikator . . .
-9-
(2) Indikator yang dinilai dari masing-masing unsur aspek orientasi
organisasi dan praktik kerja terdiri dari:
a. tugas dan fungsi organisasi yang meliputi:
1) tugas, fungsi, visi, misi dan kewenangan organisasinya;
2) kedudukan dan struktur organisasinya;
3) kebijakan bidang tugas instansinya;
4) sarana dan prasarana serta manfaatnya dalam pelaksanaan
tugas;
5) standar kinerja/standar pelayanan umum dan standar
prosedur operasional untuk pelaksanaan tugasnya; dan
6) budaya kerja/nilai-nilai/prinsip-prinsip organisasinya.
b. tugas dan fungsi Unit Kerja yang meliputi:
1) tugas dan fungsi Unit Kerja;
2) kedudukan dan struktur organisasi Unit Kerja;
3) bidang tugas Unit Kerja;
4) sarana dan prasarana serta manfaatnya dalam pelaksanaan
tugas;
5) standar kinerja/standar pelayanan umum dan standar
prosedur operasional untuk pelaksanaan tugas; dan
6) budaya kerja/nilai-nilai/prinsip-prinsip organisasi.
c. pelaksanaan tugas yang meliputi:
1) konsep dan tahapan praktik kerja yang akan dilaksanakan;
2) uraian tugas/standar kompetensi sesuai dengan jabatan
yang diembannya;
3) peraturan perundangan yang terkait tugas jabatan;
4) pelaksanaan tugas jabatan pada unit organisasi;
5) dapat mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas;
(3) Penilaian unsur aspek orientasi organisasi dan praktik kerja
menggunakan formulir 6 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 18
(1) Unsur dan bobot yang dinilai pada aspek sikap perilaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 huruf b terdiri dari:
a. integritas (10 %);
b. etika (10%);
c. kedisiplinan (10%);
d. kerja sama (5%); dan
e. prakarsa (5%).

(2) Indikator . . .
- 10 -
(2) Indikator yang dinilai dari masing-masing unsur aspek sikap perilaku
terdiri dari:
a. integritas yang meliputi:
1) Kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugas Orientasi;
2) ketegasan dalam menyampaikan ide dan gagasan;
3) konsistensi dalam melaksanakan tugas-tugas Orientasi; dan
4) kepatuhan pada nilai-nilai agama dan moral selama
mengikuti Orientasi.
b. etika yang meliputi:
1) kesopanan dalam berperilaku sehari-hari selama mengikuti
Orientasi;
2) kesantunan dalam bertutur kata;
3) toleransi terhadap keragaman agama, suku, bahasa dan ras;
dan
4) empati dalam pergaulan selama mengikuti Orientasi.
c. kedisiplinan yang meliputi:
1) kerapihan dan kesopanan berpakaian selama mengikuti
Orientasi;
2) ketepatan hadir dalam mengikuti setiap kegiatan Orientasi;
3) kesungguhan dalam mengikuti setiap kegiatan Orientasi; dan
4) kepatuhan terhadap tata tertib Orientasi.
d. kerjasama yang meliputi:
1) berkoordinasi dengan pembimbing, penyelenggara dan
sesama peserta untuk penyelesaian tugas-tugas Orientasi;
2) bersinergi dengan pembimbing, penyelenggara dan sesama
peserta untuk tugas-tugas Orientasi;
3) tidak mendikte atau mendominasi kelompok; dan
4) mau menerima pendapat orang lain.
e. prakarsa yang meliputi:
1) membantu terciptanya iklim Orientasi yang kondusif bagi
lahirnya ide-ide pembaharuan;
2) mampu membuat saran pembaharuan;
3) aktif mengajukan pertanyaan yang menggugah pemikiran;
dan
4) mampu mengendalikan diri, waktu, situasi dan lingkungan.
(3) Penilaian unsur aspek sikap perilaku menggunakan formulir 1 sampai
dengan formulir 5 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 19 . . .
- 11 -
Pasal 19
Penilaian Orientasi dilakukan dengan ketentuan:
a. nilai terendah adalah 0 (nol) sedangkan nilai tertinggi adalah 100
(seratus);
b. nilai (antara nol dan 100) dikalikan dengan bobot masing-masing;
c. nilai aspek sikap dan perilaku merupakan jumlah dari masing-masing
nilai dikalikan dengan bobot masing-masing;
d. nilai aspek kemampuan bidang tugas merupakan jumlah dari masing
masing nilai dikalikan dengan bobot masing-masing;
e. jumlah nilai sikap dan perilaku ditambah nilai kemampuan bidang
tugas adalah nilai akhir yang diperoleh peserta yang telah direkap,
dengan menggunakan formulir 7 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; dan
f. penilaian terhadap peserta dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh
pejabat pembina kepegawaian.

Pasal 20
Kualifikasi kelulusan Orientasi ditetapkan dengan gradasi penilaian sebagai
berikut:
a. sangat memuaskan (skor : 92,5 100);
b. memuaskan (skor : 85,0 - 92,4);
c. baik sekali (skor : 77,5 84,9);
d. baik (skor : 70,0 77,4); atau
e. tidak lulus (skor : dibawah 70,0).

Pasal 21
(1) Penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal
18 dilakukan oleh Pembimbing, dan akan menjadi rekomendasi bagi
Kepala Unit Kerja dalam menentukan kelulusan.
(2) Kepala Unit Kerja dapat mempertimbangkan rekomendasi Pembimbing
sebelum menetapkan kelulusan.

Pasal 22
(1) CPNS yang telah mengikuti Orientasi diberikan surat keterangan lulus
atau tidak lulus.
(2) Surat keterangan lulus atau tidak lulus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja dengan
tembusan kepada Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur,
Kepala Biro Kepegawaian, dan Kepala Unit Utama.

(3) CPNS . . .
- 12 -

(3) CPNS yang dinyatakan lulus Orientasi oleh Kepala Unit Kerja diberikan
surat keterangan lulus Orientasi dengan menggunakan formulir 8 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Apabila CPNS dinyatakan tidak lulus Orientasi, wajib mengikuti
pelaksanaan Orientasi berikutnya.

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 23
Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Orientasi dilakukan bersama-
sama antara Unit Kerja, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, serta
Biro Kepegawaian.

Pasal 24
Biro Kepegawaian menyampaikan laporan hasil pelaksanaan Orientasi
kepada seluruh Kepala Unit Utama di lingkungan Kementerian Kesehatan
setelah berkoordinasi dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur.

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 25
(1) Menteri Kesehatan melalui Kepala Unit Utama melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Orientasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
(2) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Orientasi secara
fungsional menjadi tanggung jawab Kepala Biro Kepegawaian dan
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur secara bersama-sama.

BAB VI
PENDANAAN

Pasal 26
Pendanaan penyelenggaraan Orientasi bersumber dari anggaran masing-
masing Unit Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII . . .
- 13 -
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Agustus 2013

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 31 OKtober 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1274


- 14 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 56 TAHUN 2013
TENTANG
ORIENTASI CALON PEGAWAI
NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I
PENDAHULUAN

Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah saat ini sedang


melaksanakan reformasi birokrasi dan salah satu bidang yang direformasi
adalah penataan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur yang antara lain
meliputi penataan jumlah dan kualitas serta distribusi Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka pembentukan
aparatur negara yang bersih, kompeten, dan melayani, perlu dikembangkan
sistem seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang obyektif, transparan,
akuntabel dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dengan perbaikan sistem seleksi CPNS tersebut, diharapkan dapat
diperoleh CPNS yang profesional, jujur, bertanggung jawab, netral dan
memiliki kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan diduduki.
Menindaklanjuti hasil seleksi CPNS tersebut, maka perlu dikembangkan
sistem Orientasi dalam rangka pengenalan organisasi dengan memberikan
informasi yang berhubungan dengan lingkungan kerja baru dalam suatu
organisasi, meliputi tugas, fungsi, visi, misi dan kewenangan organisasi,
kedudukan dan struktur organisasi, kebijakan bidang tugas instansi,
sarana dan prasarana organisasi, standar kinerja, standar prosedur
operasional, budaya kerja/nilai-nilai/prinsip-prinsip organisasi, dan
tanggung jawab bagi CPNS.
Orientasi diarahkan pada pembentukan kemampuan khusus yang
dibutuhkan PNS sesuai golongannya untuk melaksanakan tugasnya dalam
instansi. Mekanisme dan materi Orientasi disusun dan dilaksanakan oleh
Unit Kerja, Biro Kepegawaian, dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur, termasuk menetapkan kelulusan dan pengendaliannya. Orientasi
terdiri atas orientasi organisasi dan praktik kerja.

Orientasi . . .
- 15 -
Orientasi organisasi dilakukan melalui pemberian materi dalam rangka
pengenalan organisasi dengan memberikan informasi yang berhubungan
dengan lingkungan kerja baru dalam suatu organisasi, meliputi organisasi,
budaya, tata laksana, kebijakan, tugas, fungsi, tanggung jawab dan
wewenang bagi CPNS. Praktik Kerja dilakukan untuk melihat kemampuan
peserta orientasi dalam menjelaskan dan melakukan tugas-tugas sesuai
dengan jabatan yang diembannya.
Pendidikan dan pelatihan (Diklat) prajabatan merupakan tahapan
lanjutan setelah CPNS menyelesaikan Orientasi dengan baik dan
dinyatakan lulus oleh Pembimbing di masing-masing Unit Kerja, kemudian
diberikan Surat Keterangan Lulus yang ditandatangani oleh Kepala masing-
masing Satuan Kerja dan ditembuskan kepada Kepala Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Aparatur, Kepala Biro Kepegawaian, dan Kepala Unit Utama
sebagai prasyarat untuk mengikuti diklat prajabatan.
Pelaksanaan Orientasi ini akan mendukung kompetensi CPNS yang
telah tergali melalui proses seleksi CPNS tersebut. Sehingga penempatan
pegawai dapat dilakukan secara objektif, tidak hanya didasarkan pada
aspek kompetensi melainkan juga karakter dan pemahaman budaya
organisasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit kerja dimana
yang bersangkutan akan ditempatkan. Secara faktual, para peserta seleksi
yang telah lulus menjadi CPNS memiliki latar belakang yang berbeda, baik
dalam bidang pendidikan maupun asal perguruan tinggi serta karakter dan
lingkungan yang beragam.
Untuk itu, dipandang penting untuk melaksanakan kegiatan Orientasi
guna membekali para CPNS baru tersebut dengan pengetahuan dan
pengalaman yang mendasar tentang organisasi, budaya kerja, tata laksana,
kebijakan, tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenang dalam ruang
lingkup Kementerian Kesehatan maupun masing-masing Unit Kerja, untuk
membentuk kemampuan umum yang dibutuhkan PNS untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pelayan masyarakat.

BAB II . . .
- 16 -
BAB II
ORIENTASI

A. Ringkasan Materi Orientasi

1. Orientasi organisasi
a) Deskripsi Singkat
Mata ajaran ini membekali peserta dengan kemampuan
mempresentasikan tugas, fungsi, visi dan misi, kewenangan,
kedudukan, struktur organisasi, kebijakan bidang tugas,
sarana dan prasarana, standar prosedur operasional, dan
budaya kerja instansinya melalui pembelajaran tugas, fungsi,
visi, misi dan kewenangan organisasi, kedudukan dan
struktur organisasi, kebijakan bidang tugas instansi, sarana
dan prasarana organisasi, standar kinerja/standar pelayanan
umum dan, standar prosedur operasional, dan budaya
kerja/nilai-nilai/prinsip-prinsip organisasi. Pembelajaran
disajikan secara komunikatif yang meliputi ceramah, tanya
jawab, diskusi dan demonstrasi. Keberhasilan pembelajaran
dinilai dari kemampuan peserta menghasilkan lembar kerja
tentang organisasi instansinya.
b) Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu
mempresentasikan tugas, fungsi, visi dan misi, kewenangan,
kedudukan, struktur organisasi, kebijakan bidang tugas,
sarana dan prasarana, standar prosedur operasional, dan
budaya kerja instansinya.
c) Metode
Metode pembelajaran yang dipergunakan adalah:
1) Ceramah;
2) Diskusi;
3) Praktek;
4) Presentasi; dan/atau
5) Penulisan Kertas Kerja.
d) Media
Media pembelajaran yang dipergunakan adalah:
1) Modul;
2) Naskah; dan/atau
3) Slide.

e) Waktu . . .
- 17 -
e) Waktu
Alokasi waktu : 11 sesi (33 Jam Pembelajaran/JP)

2. Praktik Kerja
a) Deskripsi Singkat
Mata Ajaran ini membekali peserta dengan kemampuan
melakukan praktik kerja sesuai tugas jabatannya,
mengevaluasi hasil pelaksanaan tugasnya dan memberikan
saran perbaikan untuk pelaksanaan tugas jabatan di
instansinya melalui pembelajaran konsep dan tahapan
praktik kerja yang akan dilaksanakan, uraian tugas/standar
kompetensi sesuai dengan jabatan yang diembannya,
peraturan perundangan yang terkait tugas jabatannya,
mengelola pelaksanaan tugas jabatan pada unit
organisasinya, mengevaluasi hasil pelaksanaan tugasnya,
memberikan saran perbaikan untuk pelaksanaan tugas
kepada atasan. Pembelajaran disajikan secara komunikatif
yang meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi dan
demonstrasi. Keberhasilan pembelajaran dinilai dari
kemampuan peserta menghasilkan lembar kerja tentang
praktik kerja tugas jabatan instansinya.
b) Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu
melakukan praktik kerja sesuai tugas jabatannya,
mengevaluasi hasil pelaksanaan tugasnya dan memberikan
saran perbaikan untuk pelaksanaan tugas jabatan di
instansinya.
c) Metode
Metode pembelajaran yang dipergunakan adalah:
1) Ceramah;
2) Tanya jawab;
3) Diskusi;
4) Praktek; dan/atau
5) Penulisan kertas kerja.
d) Media
Media pembelajaran yang dipergunakan adalah:
1) Modul;
2) Naskah; dan/atau
3) Slide.

e) Waktu . . .
- 18 -
e) Waktu
Penetapan waktu untuk Praktek Kerja ini diserahkan kepada
Kepala Satuan Kerja dengan mempertimbangkan kompetensi
yang dibutuhkan oleh CPNS sesuai dengan Kompetensi
jabatannya. Batas waktu pelaksanaan praktik kerja minimal
3 (tiga) minggu dan maksimal 7 (tujuh) minggu.

B. Prinsip Orientasi

1. kemandirian;
2. fokus pada kemampuan;
3. intensif;
4. dukungan pimpinan;
5. keterlibatan aktif;
6. tidak mengganggu pekerjaan rutin;
7. pembelajaran melekat pada pekerjaan;
8. variasi metode pembelajaran; dan/atau
9. memanfaatkan sumber daya yang ada.

C. Alur Orientasi

1. Biro Kepegawaian Kemenkes, melakukan:


pemanggilan peserta Orientasi;
merencanakan penyelenggaraan Orientasi bersama Pusdiklat
Aparatur;
menyusun laporan hasil pelaksanaan Orientasi kepada
seluruh pimpinan Unit Utama; dan
melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Orientasi.
2. Pusdiklat Aparatur:
merencanakan penyelenggaraan Orientasi;
berkoordinasi dengan unit kerja dalam menyusun materi yang
akan disampaikan pada pelaksanaan orientasi organisasi;
memberikan pembekalan kepada Pembimbing sebelum
melaksanakan tugas;
melakukan koordinasi dengan Biro Kepegawaian dalam
penyusunan laporan hasil pelaksanaan Orientasi kepada
seluruh pimpinan Unit Utama; dan
melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Orientasi.
- 19 -
3. Unit Kerja, melakukan:
Pembentukan tim Pembimbing (surat tugas/SK Tim);
Pelaksanaan Orientasi di satuan kerja masing-masing;
Penilaian peserta Orientasi oleh Pembimbing;
Penerbitan surat keterangan kelulusan yang ditandatangani
oleh Kepala Unit Kerja dengan tembusan kepada Kepala Pusat
Pendidikan, Kepala Biro Kepegawaian dan Pelatihan Aparatur,
serta Kepala Unit Utama;
Mengusulkan peserta yang dinyatakan lulus untuk mengikuti
diklat prajabatan; dan
melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Orientasi.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAFSIAH MBOI
Formulir 1 : Pengamatan dan
penilaian
integritas

PENILAIAN ASPEK SIKAP PERILAKU


ORIENTASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
UNSUR INTEGRITAS (BOBOT 10%)

KEGIATAN : .
HARI / TANGGAL : .

Indikator
Kejujuran dalam
Ketegasan dalam Konsistensi dalam Kepatuhan Pada nilai-
No. Nama Peserta melaksanakan Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
menyampaikan ide melaksanakan tugas- nilai moral selama
tugas-tugas
dan gagasan tugas Orientasi mengikuti Orientasi
Orientasi
1 2 3 4 5 6 7 8

..,.
Penilai

()

a. Kolom 1 diisi dengan no urut sampai dengan jumlah maksimal peserta yang telah ditetapkan dalam pedoman
b. Kolom 2 diisi dengan nama peserta Orientasi
c. Kolom 3 s.d. 6 diisi dengan hasil penilaian dikalikan bobot
d. Kolom 7 diisi dengan jumlah nilai pada kolom 3 s.d. 6
e. Kolom 8 diisi nilai rata jumlah nilai pada kolom 3 s.d 6
Formulir 2 : Pengamatan dan
penilaian etika

PENILAIAN ASPEK SIKAP DAN PERILAKU


ORIENTASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
UNSUR ETIKA (BOBOT 10%)

:
KEGIATAN .
:
HARI / TANGGAL .

Indikator
Kesopanan
Empati
dalam berperilaku Kesantunan Toleransi
No. Nama Peserta dalam pergaulan Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
sehari-hari selama dalam terhadap keragaman agama,
selama mengikuti
mengikuti Orientasi bertutur kata suku, bahasa dan ras
Orientasi
1 2 3 4 5 6 7 8
1
2
3
4
5

..,.

Penilai

()

a. Kolom 1 diisi dengan no urut sampai dengan jumlah maksimal peserta yang telah ditetapkan dalam pedoman
b. Kolom 2 diisi dengan nama peserta Orientasi
c. Kolom 3 s.d. 6 diisi dengan hasil penilaian dikalikan bobot
d. Kolom 7 diisi dengan jumlah nilai pada kolom 3 s.d. 6
e. Kolom 8 diisi nilai rata jumlah nilai pada kolom 3 s.d 6
Formulir 3 : Pengamatan dan
penilaian kedisiplinan

PENILAIAN ASPEK SIKAP DAN PERILAKU


ORIENTASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
UNSUR KEDISIPLINAN (BOBOT 10%)

:
KEGIATAN .
:
HARI / TANGGAL .

Indikator

Kerapihan dan Ketepatan hadir Kesungguhan


Kepatuhan
No. Nama Peserta kesopanan berpakaian dalam mengikuti dalam mengikuti Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
terhadap tata
selama mengikuti setiap kegiatan setiap kegiatan
tertib Orientasi
Orientasi Orientasi Orientasi

1 2 3 4 5 6 7 8
1
2
3
4
5

..,.

Penilai

()

a. Kolom 1 diisi dengan no urut sampai dengan jumlah maksimal peserta yang telah ditetapkan dalam pedoman
b. Kolom 2 diisi dengan nama peserta Orientasi
c. Kolom 3 s.d. 6 diisi dengan hasil penilaian dikalikan bobot
d. Kolom 7 diisi dengan jumlah nilai pada kolom 3 s.d. 6
e. Kolom 8 diisi nilai rata jumlah nilai pada kolom 3 s.d 6
Formulir 4 : Pengamatan dan
Penilaian kerjasama

PENILAIAN ASPEK SIKAP DAN PERILAKU


ORIENTASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
UNSUR KERJASAMA (BOBOT 5%)

KEGIATAN : .
HARI / TANGGAL : .

Indikator
Berkoordinasi dengan Bersinergi dengan
pembimbing, pembimbing,
Tidak mendikte atau Mau menerima
No. Nama Peserta penyelenggara dan penyelenggara dan Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
mendominasi pendapat orang
sesama peserta untuk sesama peserta untuk
kelompok lain
penyelesaian tugas- penyelesaian tugas-
tugas Orientasi tugas Orientasi
1 2 3 4 5 6 7 8

1
2
3
4
5

..,.

Penilai

()

a. Kolom 1 diisi dengan no urut sampai dengan jumlah maksimal peserta yang telah ditetapkan dalam pedoman
b. Kolom 2 diisi dengan nama peserta Orientasi
c. Kolom 3 s.d. 6 diisi dengan hasil penilaian dikalikan bobot
d. Kolom 7 diisi dengan jumlah nilai pada kolom 3 s.d. 6
e. Kolom 8 diisi nilai rata jumlah nilai pada kolom 3 s.d 6
Formulir 5 : Pengamatan dan
penilaian prakarsa

PENILAIAN ASPEK SIKAP DAN PERILAKU


ORIENTASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
UNSUR PRAKARSA (BOBOT 5%)

KEGIATAN : .
HARI / TANGGAL : .

Indikator

Membantu terciptanya Aktif mengajukan Mampu


No. Nama Peserta iklim Orientasi yang Mampu membuat pertanyaan yang mengendalikan diri, Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
kondusif bagi lahirnya saran pembaharuan menggugah waktu, situasi, dan
ide-ide pembaharuan pemikiran lingkungan

1 2 3 4 5 6 7 8

1
2
3
4
5
..,.
Penilai

()

a. Kolom 1 diisi dengan no urut sampai dengan jumlah maksimal peserta yang telah ditetapkan dalam pedoman
b. Kolom 2 diisi dengan nama peserta Orientasi
c. Kolom 3 s.d. 6 diisi dengan hasil penilaian dikalikan bobot
d. Kolom 7 diisi dengan jumlah nilai pada kolom 3 s.d. 6
e. Kolom 8 diisi nilai rata jumlah nilai pada kolom 3 s.d 6
Formulir 6 : Pengamatan dan penilaian
Orientasi Organisasi dan Praktik Kerja

PENILAIAN ASPEK ORIENTASI ORGANISASI DAN PRAKTIK KERJA


ORIENTASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI
ORIENTASI ORGANISASI DAN PRAKTIK KERJA (BOBOT 60%)

KEGIATAN : .
HARI / TANGGAL : .

Indikator

No. Nama Peserta Tupoksi Organisasi Tupoksi Unit Kerja Pelaksanaan Tugas Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata

5% 5% 50%
1 2 3 4 5 6 7

..,.
Penilai

()

a. Kolom 1 diisi dengan no urut sampai dengan jumlah maksimal peserta yang telah ditetapkan dalam pedoman
b. Kolom 2 diisi dengan nama peserta Orientasi
c. Kolom 3 s.d. 5 diisi dengan hasil penilaian dikalikan bobot
d. Kolom 6 diisi dengan jumlah nilai pada kolom 3 s.d. 5
e. Kolom 7 diisi nilai rata jumlah nilai pada kolom 3 s.d 5
Formulir 7 : Rekapitulasi penilaian
Orientasi

REKAPITULASI NILAI PESERTA ORIENTASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PENYELENGGARA : .
TEMPAT PELAKSANAAN : .
WAKTU PELAKSANAAN : .
JUMLAH PESERTA : .

ORIENTASI ORGANISASI DAN PRAKTIK


SIKAP PERILAKU
KERJA
No. Nama Peserta Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata Peringkat
Integritas Etika Kedisiplinan Kerjasama Prakarsa Tupoksi Tupoksi Pelaksanaan
*) *) *) *) *) Organisasi Unit Kerja Tugas
10% 10% 10% 5% 5% 5% 5% 50%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1
2
3
4
5
6
7
8
dst

Kolom 1 diisi dengan no urut sampai dengan jumlah maksimal peserta yang telah ditetapkan
a. dalam pedoman
b. Kolom 2 diisi dengan nama peserta Orientasi
c. Kolom 3 s.d. 9 diisi dengan hasil penilaian dikalikan bobot
d. Kolom 11 diisi dengan jumlah nilai pada kolom 3 s.d. 9
Kolom 12 diisi dengan predikat kualifikasi sebagaimana ditetapkan dalam
e. pedoman
Kolom 13 diisi dengan angka berdasarkan nilai pada kolom 11, peringkat 1 dengann nilai tertinggi dan selanjutnya diurut ke
f. bawah
Formulir 8 : Surat Keterangan
Telah mengikuti Orientasi

SURAT KETERANGAN
Yang Bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :
:
Nama .
:
NIP .
:
Tempat/Tanggal Lahir .
:
Pangkat/Golongan .
:
Jabatan .
:
Instansi .
No. Unsur Nilai Bobot
I SIKAP PERILAKU
a Integritas
b Etika
c Kedisiplinan
d Kerjasama
e Prakarsa
II ORIENTASI ORGANISASI DAN PRAKTIK KERJA
a Tupoksi Organisasi
b Tupoksi Unit Kerja
c Pelaksana Tugas
Demikian surat keterangan ini dibuat sebagai persyaratan mengikuti Diklat Prajabatan
[NamaKota] , [diisi tanggal]
[Jabatan Pejabat Pembina Kepegawaian]

( NAMA LENGKAP )
NIP .

Anda mungkin juga menyukai