Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, partisipasi wanita sebagai pekerja tiap tahun semakin

meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),

penempatan/pemenuhan tenaga kerja wanita pada tahun 2011 sebanyak

143.856 orang, pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 230.646 orang.

Data tersebut jelas membuktikan bahwa jumlah pekerja wanita semakin

meningkat dibandingkan laki-laki yang hanya 83.313 orang ditahun 2011 dan

135.301 orang ditahun 2012. .

Hal yang menyebabkan ini terjadi karena adanya tuntutan ekonomi

untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, Ingin mencari uang sendiri, ingin

mencari pengalaman, ingin mengaktualisasi diri, dsb. Dengan semakin

banyaknya pekerja wanita di Indonesia, tidak dapat dipungkiri dengan adanya

permasalahan kesehatan reproduksi pada pekerja terutama wanita,

diantaranya pelecehan seksual, resiko kemandulan, gangguan kehamilan,

perubahan siklus menstruasi, dll. Dan seharusnya kesehatan wanita terutama

yang telah memiliki keluarga harus dijaga karena Ibu/wanita punya peranan

penting sebagai pemelihara kesehatan keluarganya, terutama anak-anak yang

semuanya masih dalam asuhan ibu.

1
1.2 Rumusan Masalah

Untuk pembahasan pengaruh beban kerja terhadap siklus menstruasi, maka

digunakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pada pekerja wanita?

2. Apa hubungan beban kerja terhadap siklus menstruasi?

3. Apa solusi yang dapat diberikan untuk pekerja dan tempat kerja?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi

pada pekerja wanita.

2. Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja terhadap siklus menstruasi.

3. Untuk mengetahui solusi yang dapat diberikan untuk pekerja dan tempat

kerja.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini yaitu :

1. Dapat menambah wawasan tentang hubungan antara beban kerja terhadap

siklus menstruasi.

2. Dapat mengetahui solusi untuk pekerja dan beban kerja

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKLUS

MENSTRUASI PADA PEKERJA WANITA

2.1.1 FAKTOR INTERNAL

Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi sehingga

menimbulkan gangguan:

1. Fungsi Hormon Terganggu

Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di

otak, tepatnya di kelenjar hipofisis. System hormonal ini akan

mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila

sistem pengaturan ini terganggu otomatis siklus menstruasi pun akan

terganggu.

a. Gangguan Hormon Endokrin :

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes

berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi

amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien

diabetes. Penyakit polystic ovarium berhubungan dengan obesitas,

resistensi insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan

oligomenorrhea pada perempuan dengan penyakit polystic

ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormone insulin dan

menjadikan perempuan tersebut obesitas.

b. Prolaktin

3
Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup

tinggi. Hormon prolaktin dapat meatmbuat wanita tak kunjung

menstruasi karena hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada

kasus ini tidak masalah karena memberikan kesempatan guna

memelihara organ reproduksinya. Sebaliknya, tidak sedang

menyusui, hormon prolaktin juga bisa tinggi. Biasanya

disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di

dalam kepala.

c. Kelenjar Gondok /Tiroid

Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroid dapat menjadi

penyebab tidak teraturnya siklus mentruasi. Gangguan bisa

berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid)

maupun terlalu rendah (hipotiroid), pasalnya sistem hormonal

tubuh terganggu. Hipertiroid berhubungan dengan

oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid

berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.

2. Kadar Glukosa Darah

Faktor yang menyebabkan peningkatan insulin pada siklus

menstruasi adalah kerja anti-insulin dari progesterone. Apabila

hormone progesteron yang lebih dominan, maka kadar glukosa darah

bagi individu berkenaan kemungkinan akan tinggi akibat resistensi

insulin dan hormon estrogen yang lebih dominan, maka akan terjadi

penurunan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah berpengaruh

pada siklus menstruasi.


4
3. Gangguan Pendarahan

Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu: perdarahan

yang berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan

yang sering. Dysfungsional Uterin Bleding (DUB) adalah gangguan

perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan

kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi

menopause.

4. Kelainan fisik(alat reproduksi)

Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak mengalami

menstruasi (aminorea primer) pada wanita adalah:

a. Selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk membuka

selaput dara.

b. Indung telur tidak memproduksi ovum.

c. Tidak mempunyai ovarium

5. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan

kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. WHO

menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja

menjadi penyebab 1 dari 10 kematian dan kecacatan lebih dari 2 juta

5
kematian setiap tahun di sebabkan kurangnya bergerak atau aktivitas

fisik.

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat

membatasi fungsi menstruasi. Perubahan aktivitas secara tiba-tiba

dapat mengganggu siklus menstruasi.

Macam macam aktivitas fisik :

a. Ketahanan (endurance)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat

membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah

tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. Untuk

mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan

selama 30 menit (4-7 minggu perhari). Contoh beberapa kegiatan

yang dapat dipilih seperti: Berjalan kaki, misalnya turunlah dari

bus lebih awal menuju tempat kerja kira-kira menghabiskan 20

menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte yang

menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah, lari

ringan,berenang, senam, bulu tangkis , bermain tenis, berkebun

dan kerja di taman.

b. Kelenturan (flexibility)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat

membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh

tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk

mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan

selama 30 menit (4-7 hari per minggu) contoh beberapa kegiatan

6
yang dapat dipilih seperti: Peregangan, mulai dengan perlahan-

lahan tanpa kekuatan atau sentakan, lakukan secara teratur untuk

10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki , Senam taichi, yoga,

mencuci pakaian, mobil, Mengepel lantai.

c. Kekuatan (strength)

Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat

membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang

diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh

serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit

seperti osteoporosis (keropos pada tulang). Untuk mendapatkan

kelenturan maka aktivitas fisikyang dilakukan selama 30 menit

(2-4 hari per minggu) Contoh beberapa kegiatan yang dapat

dipilih seperti: Push-up, pelajari teknik yang benar untuk

mencegah otot dan sendi dari kecelakaan. Naik turun tangga,

Angkat berat/beban, Membawa belanjaan, Mengikuti kelas senam

terstruktur dan terukur (fitness).

Jadi, Aktivitas fisik yang sedang sampai berat dan dilakukan terus

menerus atau tiba-tiba dapat mengganggu siklus menstruasi.

6. Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi

menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan

gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada

ovarium dan lamanya penurunan berat badan.

7
Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa

mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolism yang

tidak bekerja dengan baik. Wanita penderita penyakit diabetes juga

akan mempengaruhi sistem metabolismenya sehingga siklus

menstruasinya tidak teratur.

Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan

anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang

berat dapat menimbulkan amenorrhea.

7. Diet

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian

berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons hormone

pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus

menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak

berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode

perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah

lemak berhubungan dengan amenorrhea.

8. Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan

yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber

terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan

yang was-was untuk mengatasi bahaya Kecemasan adalah perasaan

tidak nyaman yang biasanya berupa perasaan gelisah, takut, khawatir

yang merupakan manifestasi dari faktor psikologi dan fisiologi.

Kecemasan atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan


8
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya (Stuart, 2007)

Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam

tubuh, bisa saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah, berat

badan turun drastis, sakit-sakitan, sehingga metabolismenya

terganggu. Bila metabolismenya terganggu, siklus menstruasinya

pun ikut terganggu.

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang biasanya

berupa perasaan gelisah, takut, khawatir yang merupakan manifestasi

dari faktor psikologi dan fisiologi. Terdapat beberapa tingkatan

cemas

a. Cemas Ringan

Hubungannya dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

lahan persepsinya. Cemas dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Cemas Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah. Memusatkan pada hal-hal yang

penting dengan mengesampingkangkan hal yang lain.

c. Cemas Berat

9
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang, seseorang

cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan

tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan

untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

Dengan kata lain lapangan persepsi sangat menurun.

9. Stres

Stress merupakan pengalaman emosional negative disertai

perubahan reaksi biokimiawi, fisiologi, kognitif dan prilaku yang

bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi

yang menyebabkan stress . Stress adalah reaksi atau respon tubuh

terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).

Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian.

Stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi karena pada saat

stres, hormone kortisol yang dikeluarkan dapat mengganggu siklus

menstruasi dikarenakan mempengaruhi jumlah hormone

progesterone dalam tubuh.

Tahapan Stres

1) Stress tahap 1

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: a)

Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting); b) Penglihatan

tajam tidak sebagaimana biasanya; c) Merasa mampu

menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; d) Merasa senang

10
dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat,

namun tanpa disadari cadangan energy semakin menipis.

2) Stress tahap II

Dalam tahapan ini dampak stress yang semula menyenangkan

sebagaimana diuraikan pada tahap I diatas. Keluhan-keluhan

yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stress

tahap II adalah a) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang

seharusnya merasa segar; b)Merasa mudah lelah sesudah makan

siang; c) Lekas merasa capai menjelang sore hari; d) Sering

mengeluh lambung atau perut tidak nyaman; e) Detakan jantung

lebih keras dari biasanya (berdebar-debar); f) Otot-otot pungung

dan tengkuk terasa tegang; g) Tidak bisa santai.

3) Stress tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya

tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan

pada stress tahap II tersebut di atas, maka yang bersangkutan

akan menunjukkan keluhankeluhan yang semakin nyata dan

mengganggu yaitu: a) Gangguan lambung dan usus semakin

nyata; b) Ketegangan otot semakin terasa; c) Perasaan ketidak-

tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat; d)

Gangguan pola tidur (insomnia); e) Koordinasi tubuh terganggu

(badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).

4) Stress tahap IV

11
Gejala stress tahap IV akan muncul: a) Untuk bertahan sepanjang

hari saja sudah terasa amat sulit; b. Aktivitas pekerjaan yang

semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi

membosankan dan terasa amat sulit; c) Yang semula tanggap

terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk

merespons secara memadai; d) Ketidakmampuan untuk

melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; e) Gangguan pola tidur

disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan; f) Seringkali

menolak ajakan karena tiada semangat dan kegairahan; g) Daya

konsentrasi dan daya ingat menurun; h) Timbul perasaan

ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa

penyebabnya.

5) Stress tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam

stress tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut: a) Kelelahan

fisik dan mental yang semakin mendalam; b) Ketidakmampuan

untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan

sederhana; c) Gangguan system pencernaan semakin berat; d)

Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan

yang semakin meningkat, mudah bingung dan panic.

6) Stress tahap VI

Gambaran stress tahap VI ini adalah sebagai berikut: a) Debaran

jantung teramat keras; b) Susah bernafas (sesak dan megap-

megap); c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat

12
bercucuran; d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan; e)

Pingsan atau kolaps.

2.1.2 FAKTOR EKSTERNAL

Secara teori, tingkat stres memiliki hubungan dengan

terganggunya siklus mentruasi. Stresor yang membuat satu tuntutan

baru bagi suatu pekerjaan, meningkatkan panjang siklus menstruasi,

jadi menunda periode setiap bulannya (Graha, 2010).

Berbagai faktor dapat memicu timbulnya stres yang dialami

pekerja wanita di tempat kerjanya. Berbagai macam faktor eksternal

antara kondisi pekerjaan, kondisi keluarga, dan kondisi psikososial

Faktor Eksternal

1. Kondisi pekerjaan

Variabel kondisi pekerjaan terdiri dari :

a. shift kerja

b. kapasitas kerja kerja fisik berat

c. lembur/overtime

d. intensitas pertukaran posisi/jabatan

e. gaji pekerja

2. Kondisi keluarga

Variabel kondisi keluarga terdiri dari :

a. hubungan dengan pasangan

b. kondisi keuangan keluarga

c. jumlah anak

13
d. kualitas waktu dengan keluarga

3. kondisi psikososial

Variabel kondisi psikososial terdiri dari

a. jarak rumah dengan tempat kerja

b. waktu perjalanan kerja

c. kondisi alat transportasi

d. konflik dengan rekan kerja

e. diskriminasi kerja

14
2.2 HUBUNGAN BEBAN KERJA TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI

Kesehatan reproduksi khususnya wanita erat kaitannya dengan

mestruasi. Dimana tidak setiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang

teratur. Siklus menstruasi yang tidak teratur ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Diantaranya adalah perubahan kadar hormone akibat stress dalam

keadaan emosi yang kurang stabil. Selain itu perubahan drastic dalam porsi

olah raga atau perubahan berat badan yang drastic juga mampu memjadi

penyebab ketidak teraturan siklus menstruasi. Normal dan tidak normalnya

siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik,

tingkat stress, genetik dan gizi. Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari

penyakit, salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada

menstruasi selama masa reproduksi.

Pada wanita yang bekerja, kebanyakan mengalami stress akibat beban

kerja seperti tekanan dari atasan,dikejar target dan kelelahan akibat

kurangnya istirahat. stress inilah yang mengakibatkan tergangguya hormone

reproduksi sehingga siklus menstruasi tidak lancar.

15
2.3 UPAYA PENCEGAHAN GAN1GGUAN SIKLUS MENSTRUASI

Gangguan menstruasi pada wanita dapat diartikan terdapat gangguan

pada fungsi enzim, pembuluh darah, hormon prostaglandin, dan hormon seks

steroid (estrogen dan progesteron). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya gangguan menstruasi seperti umur, aktivitas fisik, berat badan,

genetik, dan status gizi sangat mempengaruhi siklus menstruasi pada seorang

wanita. Terlebih lagi pada pekerja wanita yang memiliki beban tambahan,

yaitu beban kerja oleh perusahaanya dan beban sebagai ibu rumah tangga

dimana kebanyakan tidak diimbangi dengan keampuan yang dimiliki oleh

wanita tersebut. Sehingga, tak jarang stres fisik maupun psikis dapat

menyerang dirinya akibat beban kerja yang terlalu berat.

Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan berbagai upaya baik

oleh pemerintah, masyarakat, maupun wanita itu sendiri untuk mencegah

gangguan lebih lanjut akibat gangguan siklus menstruasi yang dialami oleh

pekerja wanita, seperti :

2.3.1 Upaya oleh Pemerintah

Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan

menegakkan undang-undang maupun peraturan yang berlaku, seperti:

a. Pengaturan jam kerja / kerja lembur

Didalam UndangUndang nomor 1 tahun 1951 tentang

pernyataan berlakunya UndangUndang Nomor 12 tahun 1948 pasal

10 ayat 1 mengatakan bahwa Buruh tidak boleh menjalankan

pekerjaan lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu. Ini berarti

bahwa waktu kerja dibatasi hanya dalam jangka waktu 7 jam sehari

16
dan 40 jam seminggu. Terlebih lagi pada pekerja wanita yang rentan

mengalami stres akibat jam kerja yang terlalu pada dimana hal ini

memicu terjadinya gangguan kesehatan termasuk gangguan pada

siklus menstruasi.

b. Waktu kerja dan waktu istirahat

Pengaturan jam kerja diatur dalam Undang-Undang No. 1

tahun 1951, pasal 10 ayat 3 yang berbunyi setelah buruh

menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus menerus diadakan waktu

istirahat yang sedikitnya jam tidak termasuk waktu jam bekerja.

Untuk tiap minggu harus diadakan sedikitnya satu hari istirahat. Hal

ini dimaksudkan agar para pekerja mengalami masa istirahat setelah

lama waktu kerja yang telah ditetapkan dengan bertujuan agar

pekerja memiliki produktivitas yang konsisten dengan terjaminnya

kesehatan dan keselamatan pekerja.

c. Pengaturan istirahat/cuti tahunan

Bagi tenaga kerja yang sudah memiliki masa kerja 12 bulan

berturutturut berhak untuk mendapat istirahat/cuti tahunan. Hal ini

diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1951 pasal 14 peraturan

pemerintah No. 21/54 dan diperluas dengan surat keputusan menteri

tenaga kerja dan Tranmigrasi No. 69/MEN/80 tentang perluasan

lingkungan istirahat tahunan bagi buruh.

2.3.2 Upaya oleh Perusahaan

a. Jaminan sosial dan pengupahan

17
Perihal perlindungan upah diatur dalam peraturan pemerintah

No. 8 tahun 1981, antara lain mengatur tentang upah yang diterima

oleh para pekerja apabila pekerja sakit, halangan atau kesusahan.

Disamping itu diatur pula tentang larangan diskriminasi antara

tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan didalam hal

menetapkan upah untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Sebagai hasil dari kontribusi pekerja dalam suatu perusahaan,

perusahaan berkewajiban menjamin masalah jaminan soasial pekerja

seperti jaminan sakit, hari tua, jaminan kesehatan, jaminan kematian

dan sebaginya. Hal ini dimaksudkan agar pekerja dapat

meningkatkan produktivitas pekerja sehingga tidak hanya

meningkatkan profit dari suatu perusahaan namun kesejahteraan

pekerja pun ikut terjamin.

b. Kerja malam

Ketentuan yang mengatur kerja malam tenaga kerja

perempuan pada pasal 7 ayat 1 UU No. 12 tahun 1984 yang

menetapkan: Orang perempuan tidak boleh menjalankan pekerjaan

pada malam hari, kecuali jikalau pekerjaan itu menurut sifat, tempat,

dan keadaan seharusnya dijalankan oleh perempuan. Sehingga

pekerja perempuan dalam hal ini benar-benar harus diberi perhatian

khusus oleh perusahaan berkaitan dengan keterbatasan pekerja

perempuan dibanding pekerja laki-laki.

c. Cuti haid

18
Bagi seorang wanita yang normal dan sehat, setiap bulannya

akan mengalami menstruasi selama 5-7 hari pada siklus normalnya

akibat peluruhan dinding rahim. Pada proses tersebut sebagian

wanita mengalami penurunan fungsi organ yang mengakibatkan

aktifitas fisik menjadi terganggu dan juga tidak memungkinkan

melakukan pekerjaannya. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian

khusus terkait dengan status kesehatan pekerja. Namun, di lapangan

cuti tersebut tidak diberikan oleh perusahaan karena mereka

menganggap semua pekerja mampu menjalankan pekerjaannya

walaupun dalam masa mesntruasi tersebut. Sehingga diharapkan

perusahaan mentaati undang-undang yang ada dimana mereka harus

memberikan cuti tersebut kepada pekerja wanita yang sedang

mengalami masa haid yaitu selama 2 hari pertam pada siklus

menstruasinya. Hal ini ditujukan sebagai upaya pencegahan

terjadinya penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada nantinya.

d. Penyediaan konseling pada pekerja

Untuk menghindari peningkatan stres pada pekerja akibat

beban kerja yang terlalu berat, maka perusahaan perlu menyediakan

fasilitas konseling baik di bidang fisik maupun psikis untuk pekerja.

Khusunya pada pekerja wanita, konseling ini sangat membantu

dalam mengetahui status kesehatan seorang wanita. Kesehatan

wanita memang memiliki resiko lebih tinggi terhadap gangguan

khususnya pada sistem reproduksi.

19
Beban kerja yang terlalu berat dapat memicu terjadinya stres

dimana dapat berakibat pada gangguan menstruasi. Dengan adanya

konseling ini, pekerja wanita dapat mengkonsultasikan keluhan yang

selama ini ia rasakan sehingga konselor dapat melakukan tindakan

lebih dini. Selain itu, konselor dapat memberikan penyuluhan terkait

informasi tentang kesehatan reproduksi sehingga pekerja dapat

mengkondisikan dirinya dengan beban kerjanya.

e. Penyediaan makanan gizi seimbang

Penyediaan makan siang atau untuk kerja lembur harus

dilakukan oleh setiap perusahaan. Tetapi terkadang untuk menekan

biaya perusahaan sering memberikan makanan yang tidak layak

kepada pekerjanya. Padahal apa yang dimakan oleh pekerja juga

mempengaruhi produktivitas kerja dalam perusahaan itu sendiri.

Sehingga diharapkan perusahaan memberikan makanan dengan gizi

seimbang agar metabolisme tubuh pekerja dapat berjalan dengan

baik yang mana dengan kondisi tubuh yang sehat permasalahn dalam

perusahaan pun dapat diminamilisir.

2.3.3 Upaya Oleh Pekerja

a. Mentaati peraturan perusahaan dan memposisikan diri secara tepat

Peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan merupakan

pertimbangan penting untuk kepentingan pekerja maupun

perusahaan itu sendiri. Seperti halnya peraturan pemakaian alat

pelindung diri (APD), peraturan mentaati rambu-rambu bahaya

dalam lingkungan kerja, ataupun terkait dengan manajemen

20
pekerjaan harus benar-benar diperhatikan oleh pekerja. Dalam hal ini,

pekerja sebaiknya mengikuti prosedur dan peraturan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan demi kepentingan perusahaan dan

dirinya sendiri.

Pada pekerja wanita seperti peraturan kerja malam, cuti haid,

dan sebagainya harus diperhatikan. Berkaitan dengan status

kesehatan wanita yang lebih beresiko, sebaiknya wanita juga dapat

mengkondisikan dirinya dan menyadari akan kodratnya sebagai

perempuan sehingga ia tidak sampai memaksakan kemampuannya

demi menghimpun rupiah. Seorang wanita yang sudah berkeluarga

hendaknya dapat mengatur waktunya sendiri sehingga tidak ada

pihak yang dirugikan tanpa mengesampingkan kesehatannya.

21
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Roswendi, Achmad Setya. 2011. Hubungan Stres Psikologis dengan Siklus

Menstruasi pada Siswi di SMAN 5 CIMAHI Tahun 2011. Didapat dari

http://www.stikesayani.ac.id/publikasi/e-

journal/files/2012/201212/201212-007.pdf . Diakses 22 Mei 2015

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed. 5. EGC: Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2012. Ilmu Kandungan.Jakarta: YBP Sarwono

Prawirohardjo

A.A.Ayu, Dewa, Rahayuning. 2014. Stres dengan siklus menstruasi mahasiswi

angkatan empat stikes wira medika PPNI Bali. Didapat dari

http://poltekkes-

denpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERAWATAN/DESEM

BER%202014/ARTIKEL%20A.A.Ayu%20Sintha%20Pramita%20Dewi%

20dkk,.pdf. Di akses 22 Mei 2015

22

Anda mungkin juga menyukai