Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH APLIKASI KOMPUTER

SIMULASI UJI T SAMPEL BEBAS (INDEPENDENT


SAMPLE T-TEST)
Studi Kasus dalam Jurnal Perbedaan Efek
Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak
dengan Media Audio Visual terhadap Peningkatan
Pengetahuan Pasien Tuberkulosis

Disusun Oleh:
Yenni Rohma Wijaya

101411131059

IKM B 2014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

2016
ABSTRAK
Pasien tuberkulosis cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Salah satu program promosi kesehatan dalam
penanggulangan

tuberkulosis

adalah

dengan

penyuluhan

kesehatan. Penggunaan media penyuluhan akan memperjelas


informasi

yang

pengetahuan,

disampaikan
ketrampilan,

sehingga
sikap

bisa

dan

meningkatkan

prilaku

penderita

tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui


perbedaan efek penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak
dengan media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan
pasien tuberkulosis. Desain penelitian yang digunakan adalah
quasi experimental dengan rancangan pretest-posttest design
with

comparison

tuberkulosis

di

group.

Sampel

Puskesmas

penelitian

Kedungkandang

adalah

pasien

Malang.

Teknik

sampling menggunakan accidental sampling.


Sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu
kelompok penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak dan
kelompok penyuluhan kesehatan menggunakan media audio
visual.

Berdasarkan

uji

hipotesis

menggunakan

uji-t

tidak

berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai


signifikansi sebesar 0.026. Disimpulkan ada perbedaan efek
penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak dengan media
audio

visual

terhadap

peningkatan

pengetahuan

pasien

tuberkulosis. Sehingga disarankan kepada petugas kesehatan


untuk

menggunakan

penyuluhan

untuk

media

audio

meningkatkan

visual

sebagai

pengetahuan

media
pasien

tuberkulosis.
Kata kunci: tuberkulosis, pengetahuan, penyuluhan, media cetak,
media audio visual

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

PENDAHULUAN
Tuberkulosis hingga saat merupakan masalah kesehatan
yang utama di dunia dan belum ada satu negarapun yang bebas
dari tuberkulosis. Di negara maju sekalipun, yang pada mulanya
kejadian tuberkulosis telah menurun, belakangan angka ini naik
kembali sehingga tuberkulosis disebut salah satu Reemerging
Disease (Aditama, 2008). Laporan World Health Organization
(WHO) yang diterbitkan pada hari tuberkulosis Sedunia 24 Maret
2009, terdapat sekitar 9,27 juta kasus baru tuberkulosis di seluruh
dunia pada tahun 2007, angka ini menunjukkan peningkatan dari
9,24 juta pada 2006. Sedangkan angka prevalensi tuberkulosis di
Indonesia sendiri pada tahun 2007 sebesar 530.000, angka ini
masuk urutan ketiga

dunia dengan penyumbang penderita

terbesar setelah India dan Cina (anonymous, 2009). Tuberkulosis


tetap saja jadi masalah utama, dari semua data yang ada angka
prevalensi Tuberkulosis tidak mengalami penurunan akan tetapi
semakin naik sehingga Tuberkulosis merupakan penyakit lama dan
muncul kembali.
Di Malang penderita tuberkulosis meningkat. Pada tahun
2007 jumlah kasus tuberkulosis meningkat sekitar 29 persen
dibanding tahun 2006, dari jumlah penderita tuberkulosis 1.090
kasus menjadi 1.418 kasus pada tahun 2007 (anonymous, 2008).
Dari

data

Dinkes

Kota

Malang

tahun

2008

Puskesmas

Kedungkandang mempunyai angka prevalensi tertinggi di Kota


Malang pada tahun 2007 ada 80 kasus dan di tahun 2008
mengalami peningkatan menjadi 87 kasus.
YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

Program penanggulangan tuberkulosis yang dibuat oleh


Depkes

RI

dibidang

promotif

adalah

dengan

penyuluhan

kesehatan. Penyuluhan kesehatan tentang tuberkulosis perlu


dilakukan karena masalah tuberkulosis banyak berkaitan dengan
masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Penyuluhan
dilaksanakan dengan menyampaikan pesan penting tentang
tuberkulosis secara langsung ataupun menggunakan media.
Penyuluhan langsung bisa dilakukan secara perorangan maupun
berkelompok

dan

penyuluhan

tidak

langsung

dengan

menggunakan media, dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet,


poster, atau spanduk, juga media massa yang dapat berupa
media cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik
seperti radio dan televisi (Widodo, 2004).
Penggunaan media penyuluhan kesehatan akan membantu
memperjelas informasi yang disampaikan, karena dapat lebih
menarik, lebih interaktif, dapat mengatasi batasan ruang, waktu
dan indra manusia. Agar informasi yang disampaikan bisa lebih
jelas dan mudah difahami sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai, maka informasi tersebut perlu dikemas sesuai dengan
karakteristik dari setiap media yang digunakan. Pentingnya
penggunaan media penyuluhan adalah peningkatan pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan prilaku yang merupakan hasil dari proses
belajar

dalam

kegiatan

penyuluhan,

yang

keberhasilannya

ditentukan oleh efektivitas media penyuluhan, dan efektifitas


penggunaan media penyuluhan sangat ditentukan oleh banyaknya
indra yang digunakan (Zakaria, 2002). Berdasarkan sebuah
penelitian, manusia hanya meretensi 20% dari apa yang mereka
lihat, dan 30% dari apa yang mereka dengar. Akan tetapi mereka
mampu mengingat informasi sebanyak 50% dari apa yang mereka
lihat dan dengar, dan sebanyak 80% informasi yang mereka
peroleh

jika

mereka

melihat,

mendengar,

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

dan

melakukan

informasi tersebut secara bersama-sama (Computer Technology


Research, 1993).
Media disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan
yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui
panca indra, semakin banyak indra yang digunakan untuk
menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas
pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Notoatmodjo,
2003). Dengan penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak
dengan media audio visual bisa meningkatkan pengetahuan
pasien tuberkulosis, dimana pada media cetak hanya memberikan
stimulus pada satu indra dan media audio visual dua indra. Dari
perbedaan jumlah indra yang distimulasi dari proses penyuluh
dengan media yang berbeda apakah peningkatan pengetahuan
pasien tentang tuberkulosis juga berbeda.
Sehingga tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
perbedaan efek penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak
dengan media audio visual terhadap peningkatan pengetahuan
pasien tuberkulosis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan pengetahuan, data dan referensi perpustakaan
tentang

penggunaan

(penyuluhan)

serta

media

sebagai

dalam

dasar

promosi

perkembangan

kesehatan
penelitian

selanjutnya dalam hal promosi kesehatan untuk peningkatan


pengetahuan, selain itu diharapkan juga dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat khususnya bagi pasien tuberkulosis
tentang penyakit tuberkulosis sehingga nantinya bisa merubah
perilaku pasien Tuberkulosis dan masyarakat dalam pencegahan
penularan dan pengobatan.

Serta

bisa

memberikan pilihan

alternatif bagi tenaga kesehatan dalam penggunaan media


promosi kesehatan untuk penanggulangan tuberkulosis.
METODE

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

Desain

penelitian

dalam

jurnal

tersebut

adalah

Quasi

Experimental dengan rancangan Pretest-Postest Design with


Comparison Group. Dua kelompok subyek dengan karakteristik
kondisi yang sama yaitu merupakan pasien Tuberkulosis diberikan
perlakuan berbeda, sebagai berikut:
1). Kelompok 1 : diberi penyuluhan kesehatan menggunakan
media cetak
2). Kelompok 2 : diberi penyuluhan kesehatan menggunakan
media audio visual.
Sebelum

diberikan

perlakuan

masing-masing

kelompok

dilakukan pengukuran (pretest) dan setelah perlakuan dilakukan


pengukuran lagi (posttest) untuk mengetahui pengetahuan dari
masing-masing kelompok perlakuan.
BESAR SAMPEL
Penelitian dalam jurnal tersebut memerlukan 2 (dua) kelompok
perlakuan. Jumlah sampel pada setiap kelompok ditentukan
dengan menggunakan rumus :
p(n-1) 15
2(n-1) 15
n 8,5 n 9
Keterangan:
p : jumlah perlakuan
n : jumlah sampel tiap kelompok
(Solimun, 2001)
Berdasarkan rumus Solimun (2001) besarnya sampel pada
penelitian tersebut adalah minimal 9 responden untuk masingmasing perlakuan, akan tetapi menetapkan 10 responden untuk
masing-masing perlakuan sehingga total 20 responden. Kemudian

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik


Accidental Sampling.
DEFINISI OPERASIONAL
1).

Accidental sampling

Merupakan

teknik

pengambilan

sampel didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan


muncul. Dalam kasus ini, populasi adalah setiap pasien
Tuberkulosis yang berkunjung ke Puskesmas Kedungkandang,
Malang,

maka

peneliti

mengambil

sampel

dari

pasien

Tuberkulosis yang kebetulan sedang melakukan kunjungan ke


Puskesmas

Kedungkandang

pengamatan.
2). Quasi Experiment

pada

saat

dilakukannya

: Merupakan jenis penelitian yang

memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen


namun

tidak

menciptakan

menggunakan
perbandingan

penugasan

dalam

rangka

acak

untuk

menyimpulkan

perubahan yang disebabkan perlakuan. (Cook & Campbell,


1979)
3). Independent sample T-test (Uji T bebas) : Merupakan jenis
uji statistika yang berfungsi untuk mengetahui perbedaan
treatment

atau

perlakuan

dan

dapat

digunakan

untuk

mengetahui perlakuan yang memiliki efek lebih baik pada


sampel. (Wibowo dkk, 2008)
4). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan,
yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan
mengerti, tetapi mau dan bisa melakukan anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Effendy, 1998)
5). Media cetak adalah sebuah media yang dihasilkan melalui
proses percetakan mekanis dan fotografis bisa berupa teks,
grafik dan foto (Setiawati dan Dermawan, 2008).
6). Audio visual adalah sebuah media yang dihasilkan melalui
proses mekanik dan elektronik dengan menyajikan informasi

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

atau pesan secara audio dan visual (Setiawati dan Dermawan,


2008).
KETERBATASAN PENGERJAAN
Hasil penelitian dalam jurnal tersebut tidak memaparkan data
mentah yang didapatkan, sehingga dalam melakukan simulasi
penghitungan dengan Independent T-test, beberapa data akan
diasumsikan sesuai dengan data pendukung yang telah tersedia di
dalam Jurnal. Peneliti dalam jurnalnya melakukan pengujian data
menggunakan Paired Sample T-test untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan pasien Tuberkulosis sebelum (pretest) dan sesudah
(posttest)

perlakuan,

sedangkan

dalam

simulasi

ini

tidak

dijabarkan pengujian menggunakan Paired Sample T-test, akan


tetapi

secara

Independent

langsung

T-test

dilakukan

untuk

pengujian

mengetahui

efek

menggunakan
atau

pengaruh

penyuluhan menggunakan Media Cetak dan Media Audiovisual


terhadap pengetahuan pasien Tuberkulosis.
STUDI KASUS
Dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui pengaruh atau
efek pemberian Penyuluhan menggunakan media cetak dan
media audio visual terhadap pengetahuan pasien Tuberkulosis di
Puskesmas

Kedungkandang,

Malang.

Terdapat

kelompok

pengamatan, masing-masing berjumlah 10 orang. Kelompok


pertama pendapatkan penyuluhan menggunakan media cetak dan
kelompok kedua mendapatkan penyuluhan menggunakan media
audio visual. Tingkat pengetahuan pasien Tuberkulosis diketahui
melalui hasil Pretest dan Posttest yang diberikan oleh peneliti.
Ketentuan dalam jurnal yang dijadikan acuan simulasi:
-

Kelompok 1 (Media Cetak):


Pretest skor min-max (14,00 20,00)
Posttest skor min-max (20,00 25,00)
Kelompok 2 (Media Audiovisual):

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

Pretest skor min-max (14,00 21,00)


Posttest skor min-max (22,0 25,00)
Tabel 1. Hasil Pretest dan Posttest Pasien Tuberkulosis
Kelompok 1 (Media

Kelompok 2 (Media

Cetak)
Pretest
Posttest

Audiovisual)
Pretest
Posttest

19

21

21

25

14

20

17

23

17

23

18

22

16

20

14

25

14

22

20

24

19

22

21

24

16

24

19

23

20

21

16

22

16

22

16

23

18

25

15

24

HIPOTESIS
Sebelum melakukan pengujian data, terlebih dahulu melakukan
perumusan Hipotesis sesuai Uji yang dilakukan.
a. Hipotesis Uji Homogenitas
Ho : Varians Homogen atau sama
H1 : Varians Heterogen atau berbeda
Ho ditolak jika, nilai p <
b. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada perbedaan pengaruh/efek

terhadap

pengetahuan pasien Tuberkulosis pada kelompok yang


mendapatkan

penyuluhan

menggunakan

media

cetak

maupun menggunakan media audiovisual.


H1 : Ada perbedaan pengaruh/efek terhadap pengetahuan
pasien Tuberkulosis pada kelompok yang mendapatkan
penyuluhan

menggunakan

media

cetak

maupun

menggunakan media audiovisual.

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

Ho ditolak jika, t

hit

>t

tabel

, nilai p <

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum melakukan pengujian data menggunakan Uji T-bebas
atau Independent Sample T-test, lakukan Uji Normalitas terlebih
dahulu, karena salah satu syarat untuk melakukan Uji T-bebas,
data harus berdistribusi Normal.
1). Langkah Penginputan Data dalam SPSS
a. Pada kolom Name di lembar Data Variable isikan 3 variabel
yaitu Kelompok, Pretest, dan Posttest.
b. Pada kolom Label, beri keterangan sesuai dengan yang
diinginkan
c. Kemudian pada Kolom Value Labels Kelompok, isikan
dengan value 1 merupakan Media Cetak, dan value 2
merupakan Media Audiovisual.

d. Masukkan data sesuai dengan Variabelnya

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
0

2). Melakukan Uji Normalitas


a. Split File
Pilih Menu Data Split File Organize output by groups
Masukkan variabel Kelompok kedalam kotak Group based
on OK

Akan muncul keterangan seperti berikut di lembar Output SPSS:

b. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov


Pilih menu Analyze Nonparametric Tests Legacy Dialogs
1-Sample K-S Masukkan variabel Pengetahuan Pretest
dan Posttest di kotak Test Variable List OK

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
1

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Media Cetak


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testa

Pengetahuan
Pasien Setelah
Perlakuan
N

Pengetahuan Pasien
Sebelum Perlakuan

10

10

Mean

22,0000

16,9000

Std.
Deviation

1,63299

2,07900

Absolute
Most Extreme
Positive
Differences
Negative

,200

,167

,200

,167

-,110

-,144

Kolmogorov-Smirnov Z

,632

,530

Asymp. Sig. (2-tailed)

,819

,942

Normal
Parametersb,c

a. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Media Penyuluhan = Media Cetak


b. Test distribution is Normal.
c. Calculated from data.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Media


Audiovisual
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testa
Pengetahuan
Pasien Setelah
Perlakuan

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

Pengetahuan Pasien
Sebelum Perlakuan

1
2

10

10

Mean

23,5000

17,7000

Std.
Deviatio
n

1,08012

2,49666

Absolut
e

,178

,152

Positive

,178

,152

Negativ
e

-,178

-,122

Kolmogorov-Smirnov Z

,564

,481

Asymp. Sig. (2-tailed)

,908

,975

Normal
Parametersb,c

Most Extreme
Differences

a. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Media Penyuluhan = Media Audiovisual


b. Test distribution is Normal.
c. Calculated from data.

Berdasarkan hasil Uji Normalitas di atas dapat diketahui


bahwa data yang akan dipergunakan telah memenuhi syarat Uji
T-Bebas yaitu data berdistribusi Normal, sehingga dapat
melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu melakukan Uji T-Bebas.
c. Split File Off
Setelah melakukan Uji Normalitas, lakukan Split File Off
terlebih dahulu sebelum melakukan Uji T-bebas. Langkahlangkahnya seperti pada saat melakukan Split File. Pilih Menu
Data Split File Reset OK.
Akan muncul keterangan seperti gambar di bawah ini:

3).
Uji T-Bebas atau Independent Samples T-Test
a. Pilih menu Analyze Compare Means Independent
Samples T-test

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
3

b. Masukkan variabel Pretest pada kolom Test Variable dan


variabel Kelompok pada kolom Grouping Variable isi
menu Define Group seperti pada gambar dibawah
Continue OK.
Note: Lakukan langkah yang sama untuk melakukan Uji T-test
pada variabel Posttest.

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
4

4).

Analisis Output
Tabel 4. Group Statistics Sebelum Pemberian Perlakuan
Klasifikasi Kelompok
Berdasarkan Media
Penyuluhan

Pengetahua
n Pasien
Sebelum
Perlakuan

Media Cetak
Media Audiovisual

Mean

SD

Std. Error
Mean

10 16,9000

2,0790
0

,65744

10 17,7000

2,4966
6

,78951

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa rata-rata hasil


penilaian

Pengetahuan

Pasien

Tuberkulosis

sebelum

diberi

perlakuan pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan jumlah yang


sama yaitu 10 orang masing-masing sebesar 16,9 dan 17,7.

Levene's Test for


Equality of Variances

Pengetahuan
Pasien Sebelum
Perlakuan

Equal variances
assumed

Sig.

,655

,429

Equal variances not


assumed

Tabel 5. Homogenitas Varians Sebelum Pemberian


Perlakuan
Berdasarkan

Tabel

5,

untuk

Uji

Homogenitas

varians

menggunakan Lavenes Test menunjukkan bahwa nilai F adalah


0,655 dan nila sig. adalah 0,429. Nilai p value (0,429) > (0,05),
maka Hipotesis statistik (Ho) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
varians data bersifat Homogen atau sama. Kesimpulannya, tingkat
pengetahuan kelompok 1 dan kelompok 2 sama pada saat
dilakukan pretest.
YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
5

Tabel 6. Independent Samples T-test Sebelum Pemberian


Perlakuan

Berdasarkan Tabel 6, yaitu tabel hasil Uji T juga menunjukkan


bahwa Hipotesis statistik (Ho : 1=2) diterima karena nilai sig.
(0,446) > (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan

(sama)

pengetahuan

antara

kelompok

dan

kelompok 2 pada saat dilakukan pretest.


Tabel 7. Group Statistics Setelah Pemberian Perlakuan

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa rata-rata hasil


penilaian

Pengetahuan

Pasien

Tuberkulosis

setelah

diberi

perlakuan pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan jumlah yang


sama yaitu 10 orang masing-masing sebesar 22,00 dan 23,50.

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
6

Tabel 8. Independent Sample T-test Setelah Pemberian


Perlakuan

Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa pengetahuan


pasien tuberkulosis antara yang diberi penyuluhan kesehatan
menggunakan media cetak dan media audio visual pada saat
posttest menunjukkan nilai signifikansi pada Uji-T sebesar 0.026
(p<0.05), maka Hipotesis statistik (Ho) ditolak, yang berarti bahwa
ada perbedaan efek penyuluhan kesehatan menggunakan media
cetak

dengan

media

ausio

visual

terhadap

peningkatan

pengetahuan pasien tuberkulosis.


Pengetahuan pasien tuberkulosis setelah diberi penyuluhan
kesehatan
sebesar

menggunakan

22.00,

media

sedangkan

cetak

mempunyai

pengetahuan

pasien

rata-rata

tuberkulosis

setelah diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audio


visual

mempunyai

rata-rata

sebesar

23.50.

Hal

ini

juga

mengindikasikan bahwa pengetahuan pasien tuberkulosis setelah


diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audio visual
cenderung lebih tinggi daripada setelah diberi penyuluhan
kesehatan

menggunakan

media

cetak.

Artinya

penyuluhan

kesehatan menggunakan media audio visual cenderung lebih


baik daripada penyuluhan kesehatan menggunakan media cetak.
YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
7

KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisa data menggunakan uji t bebas
(independent sample t test) tentang perbedaan efek penyuluhan
kesehatan menggunakan media cetak dengan media audio visual
terhadap peningkatan pengetahuan pasien tuberkulosis pada
posttest didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.026 (p<0.05),
maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan efek penyuluhan
kesehatan menggunakan media cetak dengan media audio visual
terhadap peningkatan pengetahuan pasien tuberkulosis.
Dianalisis juga skor rata-rata dari tiap kelompok, yaitu untuk
hasil

posttest

atau

setelah

perlakukan

untuk

penyuluhan

kesehatan menggunakan media audio visual lebih tinggi (mean=


23.50)

dibandingkan

dengan

kelompok

penyuluhan

dengan

menggunakan media cetak (mean=22.00).


Tidak dapat dipungkiri bahwa media pembelajaran yang
digunakan

untuk

menyampaikan

sebuah

pesan

sangat

berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Segala informasi


yang disampaikan melalui media yang tepat akan mudah diterima
dan dipahami oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, N. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC.
Jakarta.
Hastjarjo, Dicky. 2008. Ringkasan buku Cook & Campbell. (1979) Quasi
Experimentation: Design & Analysis Issues for Field Settings.
Houghton
Mifflin
Co.
[online]
http://dickyh.staff.ugm.ac.id/wp/wpcontent/uploads/2009/ringkasa
n%20buku%20quasi-experiment-akhir.pdf.
Diakses
pada
27
Desember 2016 pukul 10.50 WIB.
Kumboyono.
2011.
Perbedaan
Efek
Penyuluhan
Kesehatan
Menggunakan Media Cetak dengan Media Audio Visual Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Prodi Ilmu
Keperawatan FK Universitas Brawijaya: Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
8

Setiawati, S., Dermawan, AC. 2008. Proses Pembelajaran Dalam


Pendidikan Kesehatan.Trans Info Media. Jakarta.
Solimun. 2001. Diklat Metodologi Peneliti IKIP dan PKM Kelompok
Agrokompleks. Universitas Brawijaya.

YENNI ROHMA WIJAYA_101411131059_UJI T BEBAS

1
9

Anda mungkin juga menyukai