Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata, merupakan salah satu dari beberapa faktor yang menyebabkan bertambah padatnya kota pada beberapa tahun belakangan ini. Saat ini kota Yogyakarta terdaftar sebagai kota terpadat nomer 6 se-Indonesia (sumber Wekipedia Januari 2015). Banyaknya pengunjung dari luar kota yang mengunjugi Kota Yogyakarta untuk berwisata ataupun untuk mengembangkan bisnis di Kota Yogyakarta atau sekedar mampir yang mengunakan kendaraan kendaraan besar mengakibatkan bertambahnya kepadatan lalu lintas di wilayah Kota Yogyakarta. Pada kenyataanya memang kita warga Yogyakarta khususnya, yang tumbuh dan besar di kota ini pasti merasakan betapa mulai padatnya Kota Yogyakarta pada beberapa tahun belakangan ini. Kota Yogyakarta dalam tahap berkembang juga menyababkan semakin padat dan semakin tidak tertatanya kota Yogyakarta. Khususnya untuk kepadatan di jalanan Kota Yogyakarta yang saat ini bisa dikatakan mulai masuk dalam tingkat memprihatinkan. Berbeda dengan tahun 90 an misalnya, di jalanan kota Yogyakarta sangat lapang dan ayem (tentram dalam bahasa Indonesia). Khususnya orang yang tinggal di pinggir jalanan Kota Yogyakarta pasti bisa merasakan perubahan tersebut. Dulu warga yang tinggal di pinggir jalan bisa mendengarkan langkah kaki kuda andong dan bel sepeda ontel dari dalam rumah. Suara yang sangat khas terdengar di telinga kita, yang mungkin patut kita rindukan saat ini. Dan bisa di jumpai ke unikan lain di jalanan Kota Yogyakarta yaitu, setiap pagi hari jam berangkat kerja di Jalan Imogiri rombongan sepeda ontel ke arah kota untuk berangkat kerja, dan pada sore hari pada jam pulang kerjapun sebaliknya, rombongan sepeda ontel dari arah kota ke arah Imogiri. Itu adalah rutinitas jalanan Kota Yogyakarta pada jaman itu. Bahkan dengan banyaknya sepeda ontel yang melintas, jalanan tidak terasa macet dan sesak. Suasana suasana seperti itulah yang kita rindukan di jalanan Kota Yogyakarta.
PERKEMBANGAN KOTA JOGJA
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota berkembang di Indonesia, bahkan perkembangan Kota Yogyakarta termasuk yang sangatlah pesat. Dapat kita lihat beberapa tahun belakangan ini. Dilihat dari segi aktivitas yang tejadi di kota Yogyakarta atau dari segi jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk dan jumlah wisatawan dari luar Kota Yogyakarta yang terjadi juga memberi dampak bagi pertambahan sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Seperti semakin luasnya pemukiman, bertambahnya bangunan komersial dan bertambahnya jalur transportasi untuk masyarakatnya ataupun untuk wisatawan yang datang ke wilayah Kota Yogyakarta. Dan juga bertambahnya jumlah transportasi yang digunakan masyarakat Yogyakarta untuk melakukan aktivitas sehari hari. Sumber dari PUSTRAL menyatakan bahwa di Kota Yogyakarta rata-rata setiap bulannya terjual 6.000 sepeda motor. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda dua di kota Yogyakarta telah menggantikan alat transportasi lain misalnya bus yang hanya beroperasi sebanyak 591 bus dan dapat kita cermati banyak yang hanya mengangkut sedikit penumpang. Padahal, panjang jalan di kota hanya 224,86 kilometer. Tak heran, di sejumlah ruas jalan vital, seperti jalan Malioboro dan sekitarnya kerap terjadi kemacetan yang cukup panjang. Apalagi pada malam minggu atau hari hari libur dimana itu adalah puncak datangnya wisatawan di wilayah tersebut. Dipastikan kemacetan panjang terjadi. Dan kemacetan lainya terjadi di beberapa titik wilayah Kota Yogyakarta yang merupakan pusat perekonomian. Yang sering di temukan adalah kendaraan pengunjung atau bus bus besar wisatawan dari luar kota Yogyakarta yang parkir on street karena terbatasnya ruang parkir yang di sediakan pengelola wilyah tersebut yang ada menyebabkan kemacetan tersebut. Akibat lain yang tidak terhindarkan dari kemacetan tersebut adalah polusi udara.
SOLUSI KEPADATAN LALULINTAS
Maka pemerintah harus segera mencari solusi untuk mengatasi masalah kemacetan tersebut. Pemerintah setempat bisa memulai dengan mempertegas peraturan peraturan yang berhubungan dengan lalulintas di wilayah Kota Yogyakarta. Seperti memilih kendaran yang layak jalan di wilayah Kota Yogyakarta. Masih sering kita jumpai banyak kendaraan plat kuning yang melintas di jalanan mengeluarkan asap hitam pekat masih saja berjalan dengan bebas di jalanan Kota Yogyakarta. Harusya pemerintah dapat mempensiunkan kendaraan umum yang sudah tidak layak jalan, dengan mempertegas peraturan penggunaan kendaraan bermotor yang sudah tidak layak jalan. Di adakan rutin untuk tes uji emisi kendaraan bermotor di wilayah kota Yogyakarta. Di perketatnya kelulusan tes uji emisi bisa juga mengurangi polusi yang di akibatkan kendaraan bermotor di wilayah kota Yogyakarta. Juga memberlakukan pembatasan jam masuk kendaraan besar yang masuk ke dalam wilayah kota. Pembatasan jam masuk kendaraan besar dimana jam jam tersebut tidak memungkinkan terjadinya kemacetan. Dan menekan jumlah kendaraan besar masuk di wilayah kota dengan membuat kantong kantong parkir di luar jalur lingkar Kota Yogyakarta. Membuat kantong kantong parkir di beberapa titik pinggiran kota Yogyakarta, di luar jalur lingkar kota Yogyakarta memungkinkan mengurangi jumlah kendaraan besar yang masuk ke wilayah kota. Kantong parkir tersebut guna menampung kendaraan umum atau kendaraan besar dari luar wilayah kota Yogyakarta yang hendak memasuki kota. Seperti bus bus besar dari luar kota yang mengantar wisatawan dan Truk Truk besar yang mengantar barang ke wilayah di dalam jalur lingkar Kota Yogyakarta. Kantong parkir itu untuk tempat ngtem penumpang ataupun wisatawan luar yang kemudian penumpang atau wisatawan tersebut di distribusikan ke tempat tempat wisata di dalam jalur lingkar menggunakan kendaraan yang lebih kecil atau suthel menggunakan bahan bakar yang hemat energy dan ramah lingkungan. Sehingga dapat mengurangi karbondioksida yang masuk ke wilayah kota. Selain itu kantong parkir tersbut dapat juga sebagai alternafif pengurai kemacetan di wilayah kota.