Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan Arsitektur Klasik-Barat di Indonesia

Pengaruh dari arsitektur klasik-barat yang pertama kali berkembang di Barat


(Eropa) telah mempengaruhi khasanah arsitektur di Timur (Asia). Kalau di Barat
dikenal aliran klasik, maka di Timur, khususnya Indonesia dikenal yang namanya
Arsitektur tradisional. Arsitektur klasik-barat yang berkembang sejak zaman Yunani
kuno ribuan tahun silam hingga berakhir pada abad XVI seiring dengan munculnya
aliran lain seperti Neo-Klasik yang merupakan bentuk pembaharuan dari aliran
klasik, tepatnya pada masa Post-Renaissance. Ada juga yang menyebut bahwa paham
klasik-barat berakhir pada abad XIX dengan munculnya aliran modern yang juga
merupakan isme hasil revolusi klasik-barat. Perubahan secara revolusioner ini sejalan
dengan adanya revolusi Industri mulai awal abad ke XIX di Perancis dan Inggris.
Karena dianggap sudah terlalu kuno maka bentuk klasik-barat sudah jarang
sekali dilihat penampilannya pada beberapa bangunan baru di belahan dunia. Dari
bangunan pelayanan sosial, sarana pendidikan, tempat peribadatan sampai ke
bangunan rumah tinggal tak nampak lagi klasik-barat dalam konsep desainnya.
Pada dasarnya arsitektur itu merupakan sebuah ilmu yang perlu dikaji dan
dipelajari karena arsitektur akan selalu berkembang dan nantinya akan menghasilkan
paradigma-paaradigma baru dalam bidang seni desain, bentuk dan ruang. Hal sepeti
itulah yang dilakukan di masa lampau sehingga bermunculanlah nama-nama arsitek,
seperti Charles Jencks, John Ruskin, Kenzo Tange, Le Corbuzier, Viollet Le Duc, dan
arsitek kawakan lainnya di seluruh dunia.
Arsitektur yang dinilai paling inovatif di dunia pada saat ini adalah arsitektur
kontemporer. Di Indonesia sendiri arsitektur kontemporer dirasa sangat minim dan
boleh dikata jumlahnya bisa dihitung jari. Keadaan ini mungkin dikarenakan aspek
keunikan dan kebebasan berkreasi di bidang arsitektur kurang berkembang.
Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai pola dan bentuk yang lagi trend
pada saat sekarang, dan para arsitekpun memenuhi keinginan tersebut, karena hal
tersebut berkaitan dengan tuntutan pasar yang selalu menginginkan hal-hal baru.
Arsitektur kontemporer yang lahir pada masa dimana aliran modern sedang

Perkembangan Arsitektur Barat di Indonesia | Perkembangan Arsitektur Modern 1


berkembang tak ditengok sama sekali. Bahkan parahnya lagi aliran arsitektur yang
lahir jauh sebelum era kontemporer muncul malah tidak diterapkan lagi, termasuk
juga aliran klasik-barat.
Sebagian besar kita menganggap bahwa yang "tua" atau yang "kuno" itu
sudah lewat masa kejayaannya lagi, padahal kadang kita lupa bahwa yang tua dan
kuno semacam arsitektur klasik-barat dulunya menjadi trend dan merupakan sesuatu
yang baru.
Kurang diminatinya gaya-gaya klasik-barat oleh sebagian besar masyarakat,
membuat sebagian besar Arsitek di Indonesia mengikuti dengan tidak
menggunakannya dalam konsep perancangan mereka. Mengejar order sebanyak-
banyaknya dengan mengabaikan keprofesionalannya justru menjadi motto mutlak
bagi sebagian Arsitek non-idealis dewasa ini. Memang, realitanya sangat sulit
menerapkan konsep bangunan ala klasik-barat di Indonesia ini yang sebagian besar
masyarakatnya kurang paham dengan arsitektur jenis ini. Jangankan masyarakat
awam, fenomena tidak disambut gembiranya arsitektur klasik-barat juga mendapat
tantangan dari para Arsitek handal sekelas Dipl. Ing. Y.B. Mangunwijaya yang lebih
menekankan pada pengembangan arsitektur tradisional yang murni berasal dari
budaya Indonesia. Menurut beliau hal itu lebih baik daripada menerapkan gaya
Arsitektur budaya asing yang tak memiliki hubungan sama sekali dengan budaya
timur.
Memang sebaiknya kita lebih menitikberatkan perhatian ke arsitektur langgam
asli budaya sendiri, yang kadang kita merasa kurang “pede” untuk menerapkannya di
negeri kita sendiri, padahal arsitektur kuno atau tradisional masing-masing daerah
telah didesain sedemikian rupa sesuai dengan tuntutan alam sekitarnya. Walaupun
demikian, bukan berarti kita tidak bisa menggunakan langgam arsitektur klasik-barat
dalam perencanaan bangunan di Indonesia. Jangan sampai kita merasa terpenjara dan
terpasung dengan nasehat dari para Arsitek pro-pengembangan kebudayaan yang
menyatakan bahwa hendaknya khasanah budaya arsitektur peninggalan bangsa kita
lebih diutamakan dibanding arsitektur asing dari luar yang tak sesuai dengan
peruntukannya.

Perkembangan Arsitektur Barat di Indonesia | Perkembangan Arsitektur Modern 2


Kenyataannya sampai sekarang, permasalahan itu masih banyak dijadikan
bahan seminar dikalangan para Arsitek dan pemerhati budaya. Namun apapun
hasilnya hendaknya kita mengembangkan arsitektur negeri sendiri namun di lain
pihak kita juga senantiasa memberikan apresiasi terhadap arsitektur budaya lainnya.
Mengenai arsitektur klasik-barat yang konon di Indonesia keberadaannya
sangat sulit ditemukan, walaupun ada paling hanya elemen-elemen penunjang dari
aliran ini yang diambil, seperti kolom dan tiang model korinthya, Ionic, kaca-kaca
lukis warna, elemen ukir dari Yunani dan sebagainya.
Berbeda dengan keadaan di Indonesia, di Eropa khususnya di Prancis,
Yunani, Belanda, eksistensi bangunan tipe klasik-barat sangat banyak ditemukan
dikarenakan aliran arsitektur tersebut aslinya memang berasal dari sana. Kebanyakan
bangunan-bangunan kuno tersebut merupakan bangunan tua yang sebenarnya
dibangun pada masa kejayaan kerajaan yang menjadi era maraknya pembangunan
arsitektur klasik, yaitu sekitar abad ke XVI-XIX. Bangunan-bangunan tersebut tidak
ada yang dipugar atau dihancurkan oleh pemerintah setempat dikarenakan mereka
sadar akan arti penting bangunan kuno itu sebagai simbol dari kejayaan bangsa
mereka pada masa lampau serta menjadi saksi bisu sejarah perkembangan peradaban
manusia di dunia. Selain dengan metode preservasi pada bangunan tua peninggalan
era klasik-barat, pemerintah di Eropa juga mengadakan konservasi pada bangunan tua
yang rusak tanpa mengubah bentuk fisik awal bangunan sehingga kesan zaman abad
pertengahan (mediaeval) masih terasa.
Bangsa Eropa sudah berada pada puncak kepuasan akan modernitas yang
telah melanda dunia. Kebanyakan mereka mulai melirik segala sesuatu yang
berkesan “back to nature”, “back to beginning”, dan “back to the past”. Bangsa eropa
dengan segala hal yang berbau modern dan penuh dengan beragam kerumitan,
sehingga lebih memilih kembali ke masa lalu. Mulai dari pakaian, gaya rambut,
mobil, musik, dan sebagainya. Semua itu telah menjadi trend kembali. Berbeda
dengan kebutuhan formal seperti diatas yang hanya mundur beberapa dekade,
arsitektur malah mundur beberapa abad. Gaya arsitektur beratus-ratus tahun silam

Perkembangan Arsitektur Barat di Indonesia | Perkembangan Arsitektur Modern 3


dibangkitkan kembali dengan penerapan elemen unsurnya dalam pembangunan
property di Eropa.
Di Indonesia sendiri perkembangan klasik-barat sangat lamban bahkan boleh
dikata tidak berkembang sama sekali. Hanya segelintir orang saja yang merasakan
pengaruh dari arsitektur gaya ini. Umumnya mereka adalah orang-orang yang suka
dan fanatik dengan gaya aliran modern atau International Style, dan yang pasti
kebanyakan dari mereka berasal dari kalangan elit yang kaya raya. Kita ketahui
bahwa untuk menghadirkan kembali nuansa yunani dan romawai kuno atau
menciptakan lagi sebuah bangunan bernuansa mediteranian tentunya membutuhkan
tidak hanya biaya yang besar, tetapi juga ahli khusus yang tentunya butuh biaya
mahal untuk mengupahnya. Untuk menerapkan konsep klasik di Indonesia perlu
adanya keinginan bersama dari berbagai pihak terutama peranan para budayawan.
Seperti kita ketahui, arsitektur klasik-barat sudah ada sejak zaman Yunani
kuno, dimana pada masa itu seni arsitektur sudah didasarkan dengan teori dan ilmu
pengetahuan antara lain: ilmu alam, matematika, ukur sudut ruang, biologi, dan lain-
lain termasuk berbagai teori keindahan dan seni.
Arsitektur berkembang dari masa ke masa dalam kurun waktu sejak manusia
pertama hingga sekarang, di seluruh bumi luas tak terbatas. Meskupun terjadi
percampuran dengan saling pengaruh antara budaya barat dengan timur dalam zaman
modern, namun hal itu tidak sampai merusak suatu peninggalan kebudayaan suatu
teritorial. Perkembangan budaya manusia khususnya dalam bidang teknologi,
komunikasi, dan transportasi perhubungan semakin maju sehingga batasan waktu dan
ruang semakin tidak jelas. Perubahan tadi menjadikan semakin cepatnya saling
pengaruh dan pencampuran di dalam dunia arsitektur. Batas antara dunia barat dan
timur tidak kelihatan lagi, karena bentuk barat banyak mempengaruhi pola hidup dan
pola pikir timur, sehingga arsitektur tradisional semakin terdesak karena tidak dapat
memenuhi tuntutan hidup.
Arsitektur yang termasuk dalam aliran klasik-barat adalah: Gothic, Yunani,
Romawi, Mediaeval, dan Romanesque. Pada arsitektur Post-Renassance yang
berlangsung dari abad XVI hingga XIX terjadi pencampuran antara gaya-gaya klasik

Perkembangan Arsitektur Barat di Indonesia | Perkembangan Arsitektur Modern 4


yang sudah ada sebelumnya. Gejala ini menandai adanya perubahan besar dalam
arsitektur yang tadinya didominasi oleh gaya klasik murni.
Akhir dari periode klasik yang oleh Fletcher disebut masa Post-Renaissance
ini terjadi pada abad XIX dimana gaya arsitektur sudah mulai dipengaruhi oleh pola
modern dengan penggunaan bahan-bahan dari baja dan beton bertulang, dan inilah
salah satu tanda pembatas antara klasik dan modern barat
Permasalahan yang terjadi sekarang ini yang justru perlu dicari solusinya
adalah pelestarian (Preservasi) dan perbaikan (konservasi) terhadap arsitektur klasik-
barat yang gema dan nuansanya sudah tidak ada lagi pada bangunan baru yang serba
modern. Kita hanya mengetahui seperti apa atau bagaimanakah arsitektur klasik-barat
itu dari peninggalan-peninggalan bangunan bersejarahnya yang tersebar di seluruh
penjuru dunia, bahkan di Indonesia dimana kita bisa lihat salah satu contohnya yaitu
Gereja Katedral yang berlokasi di Jakarta.
Perkembangan arsitektur klasik-barat di Indonesia kurang pesat. Hal ini
dikarenakan faktor sifat bangsa kita yang lebih mengutamakan aspek dan unsur
modernisasi di segala bidang. Arsitektur klasik-barat hanya dijumpai pada rumah-
rumah tinggal tertentu saja, karena memang hanya sebagian orang saja yang
memahami keberadaan gaya arsitektur ini. Untungnya, klasik-barat masih bisa
berbangga diri karena bentuk elemen dekoratifnya masih banyak diminati seperti
bentuk lukisan pada dinding tembok atau langit-langit kubah, tiang-tiang yunani
(Korinthyan) yang sekarangpun masih banyak diaplikasikan pada sebagian besar
rumah tinggal di Indonesia.
International Style merupakan gaya arsitektur yang paling banyak dipakai
pada bangunan gedung di Indonesia karena desainnya yang sederhana dengan bentuk
kotak kubus tanpa adanya “topi” atau “payung” yang menutupinya. Mungkin karena
bentuk ini lebih modern di mata kita.

Ardiyan rahmawanto
141411423
Teknik Arsitektur

Perkembangan Arsitektur Barat di Indonesia | Perkembangan Arsitektur Modern 5

Anda mungkin juga menyukai