Pada Civic Center (CBD) Kota Yogyakarta terdapat tata letak komponen-
komponen yang dapat dirutkan sebagai berikut Utara jalan Malioboro terdapat
kompleks kepatihan, Pasar Beringharjo, Alun-Alun Lor, Masjid Agung, keraton, Taman
Asri, Alun-Alun Kidul, Tembok Baluwarti, jaringan jalan, dan permukiman penduduk.
Berbagai potensi terkait dengan ekonomi, pariwisata, kebudayaan, dan keagamaan
itulah yang membuat Kota Yogyakarta dapat berkembang dalam segi perkonomian. Hal
ini dikarenakan menarik minat investasi dan wisatawan untuk berkunjung sehingga
menambah jumlah lalu lintas barang dan jasa yang terjadi.
Diperlukan peran besar dari pemerintah Kota Yogyakarta untuk dapat terus
mengembangkan potensi yang ada melalui penyediaan fasilitas, seperti transportasi baik
yang dapat diwujudkan dalam upaya peningkatan fungsi jalan maupun penciptaan
kendaraan yang dapat mejangkau setiap tempat yang menjadi potensi tersebut. adapun
kendaraan yang dapat digunakan baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor;
fasilitas penginapan; pusat-pusat perbelanjaan yang layak dan disediakan fasilitas
khusus untuk itu; dan jasa-jasa lainnya. Diperlukan pula peran dari masyarakat setempat
dalam upaya mendukung kebijkan pemerintah yang telah dicanangkan yang tentunya
kebijkan itu masih tetap mengacu pada budaya lokal sehingga dengan berkembangnya
potensi budaya lokal juga masih dapat tetap terjaga.
Kota Yogyakarta terus mengalami perkembangan baik dilihat dari segi aktivitas
maupun jumlah penduduknya. Dari Civic Center (CBD) yang ada kemudian muncul
Civic Center baru karena adanya perkembangan-perkembangan tersebut. Perkembangan
inilah yang memberi implikasi bagi semakin berkurangnya ruang terbuka di Kota
Yogyakarta. Apalagi setelah adanya kebijakan APY antara Kota Yogyakarta yang
berdampak bagi semakin meluasnya kawasan permukiman, komersial, dan
berkembanganya jalur transportasi. Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi juga
memberi dampak bagi pertambahan sarana dan prasarana akibat perkembangan
kebutuhan penduduk kota, dimana jika dalam pengelolaan sarana dan prasarana ini
kurang baik, maka masalah perkotaan seperti lingkungan kumuh, munculnya bangunan
liar, menurunnya jumlah kualitas dan kuantitas, dan permasalahan terkait limbah akan
semakin meningkat sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hidup
masyarakat. Selain itu, dampak lainnya dalam kehidupan sosial budaya adalah
terjadinya pergeseran tradisi dan mulai melunturnya tradisi-tradisi kuno diakibatkan
masuknya efek-efek moderinasi dan pengaruh globalisasi dalam kehidupan sehari-hari.