Anda di halaman 1dari 7

Pemanfaatan Teknologi Dalam

Kehidupan Sehari-hari
DECEMBER 17, 2012 BY NATHANIELPUTRA
ICT (Information and Communication Technology) jika diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu Teknologi
Informasi dan Komunikasi, merupakan suatu istilah yang berupa keseluruhan peralatan teknis untuk memproses
dan menyampaikan informasi. Istilah ini ramai digunakan saat ini karena zaman yang semakin hari, semakin tak
dapat diceraikan oleh yang disebut dengan teknologi. Karena, dengan teknologi kita semua dapat berkomunikasi
dan juga mendapatkan informasi. Oleh karena itu, penguasaan akan ICT ini dipastikan dibutuhkan saat ini dan
mendatang.

Hampir seluruh masyarakat di Indonesia, sudah sadar akan teknologi. Walaupun penggunaan akan teknologinya
masih lebih berfokus pada social media. Namun ini membuktikan bahwa pemanfaatan ICT sendiri saat ini sudah
terbilang baik. Pengembangan teknologi setiap saatnya, semakin mempermudah masyarakat untuk memperoleh
informasi dan berkomunikasi. Dengan pemanfaatan ICT di sektor perekonomian, sekarang e-commerce (online
shop dan online store)dapat dikunjungi secara mudah oleh semua kalangan. Lalu pemanfaatan ICT di sektor
pendidikan, memunculkan istilah e-learning, e-book, e-library, juga pemanfaatan ICT pada sektor indurstri.
Selain itu, mulai masuknya komputer dan internet dalam kurikulum sekolah sekolah dasar hingga atas,
menunjukkan juga akan pemanfaatan ICT dibidang pendidikan.

Penerapan ICT dalam Perusahaan

Penerapan ICT banyak digunakan para usahawan. Kebutuhan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan
setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi informasi dalam lingkungan kerja. Penerapan Teknologi
Informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan pada kebiasaan kerja. Misalnya penerapan Enterprice
Resource Planning (ERP). ERP adalah salah satu aplikasi perangkat lunak yang mencakup sistem manajemen
dalam perusahaan, cara lama kebanyakan.

MANFAAT ICT

Perkembangan di bidang ITC dari masa ke masa sangat pesat dan perannya dalam kehidupan manusia
dapat dirasakan dalam berbagai bidang kegiatan kehidupan manusia, baik secara individu ataupun kelompok
(organisasi atau perusahaan).

ITC dalam Industri dan Manufaktur

Dalam bidang industri, komputer digunakan pada proses perencanaan sebuah produk baru melalui
program desain, seperti Computer Aided Design (CAD). Gunanya, agar produk yang diinginkan dapat
dirancang secara cepat, mudah, dan memiliki ketepatan tinggi. Sebagai contoh, untuk menggambar bentuk
desain mobil dibutuhkan waktu yang lama dan relatif sulit apabila dilakukan secara manual. Akan tetapi, dengan
program CAD (misalnya, AutoCad) semua itu dapat teratasi. Bahkan, program ini dapat menggambarkan bentuk
nyata sebuah desain mobil dilihat dari berbagai sudut (3 dimensi).

Pada tahap produksi, digunakan robot yang dikendalikan oleh komputer dengan program Computer Numerical
Control (CNC) dan Computer Aided Manufacture (CAM). Bahkan, ujicoba ketahanan kendaraan dapat
dilakukan dan disimulasikan dengan komputcr.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran ITC dalam bidang industri dan manufaktur sangat
besar, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Sebagai alat bantu untuk merancang produk baru secara cepat, mudah, dan tepat (akurat).
b. Proses produksi dapat dilakukan dengan sesedikit mungkin tenaga manusia sehingga mengurangi resiko
fisik yang dapat dialami oleh manusia.

Pemanfaatan ICT dalam Sektor Industri Pertanian

Dengan Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat saat ini , kita dapat memanfaaatkan ICT
hampir kedalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk juga dalam bidang industry seperti bidang
pendidikan, perbankan, kedokteran, pertanian, dan lain sebagainya.

Saat ini dalam dalam industry pertanian manfaat penggunaan ICT pun sangat dirasakan, seperti penerapannya
dalam E- Agriculture E-Agriculture melibatkan konseptualisasi, desain, pengembangan, evaluasi dan
penerapan cara-cara inovatif untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) pada domain
pedesaan, dengan fokus utama pada pertanian.Contoh penggunaan atau penerapan ICT pada sektor pertaniann
yaitu untuk tingkat pengembangan suatu perusahaan pengolahan hasil panen, bantuan ICT sangat berpengaruh
pada proses kegiatan perusahaan tersebut seperti meliputi proses produksi dan pemasaran.

Di Indonesia kita mengetahui sebenarnya sektor pertanian mempunyai prospek yang cerah dikarenakan tanah
Indonesia yang luas, subur dan beriklim tropis yang memudahkan dalam hal pertanian. Manfaat ayng
didapatkan dari pengembangan industri pertanian di Indonesia juga banyak tidak hanya terhadap penyerapan
tenaga kerja, tetapi juga sebagai penghasil bahan pangan, pendorong munculnya industri lain, pendorong
munculnya kesempatan berusaha di kegiatan yang lain, dan penghasil devisa yang relatif besar.

Namun dalam perjalanannya, sektor industri pertanian mengalami sejumlah masalah, yang dikarenakan semakin
menyempitnya lahan untuk pertanian, semakin terbatasnya modal untuk usaha, kurangnya pemanfaatan
teknologi informasi dan sulitnya melakukan pemasaran. Hal hal tersebut mengakibatkan hasil yang didapat
dari sektor industrs pertanian tidak seperti yang diharapkan/ ditargetkan sebelumnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah berusaha memanfaatkan ICT untuk mempercepat pembangungan
dalam sector pertanian. Pemanfaatan ICT dalam sector pertanian inilah yang sering kita sebut sebagai e-
Agriculture atau e-Agribusiness.

Manfaat ICT untuk Pembangunan

Dua kondisi akan membantu negara berkembang mengeksploitasi potensi TIK untuk pertumbuhan sosial
dan ekonomi. Yang pertama adalah ketersediaan infrastruktur informasi nasional. Yang kedua adalah
kemampuan untuk menciptakan dan mendorong lingkungan yang mendukung. Ini artinya membangun aplikasi
dan konten untuk memanfaatkan inftrastruktur sesuai dengan kebutuhan lokal. Aplikasi ini misalnya adalah
aplikasi kebutuhan harian, aplikasi komunitas, aplikasi pendidikan dan aplikasi produktif. TIK dapat
memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang sangat besar kepada banyak pihak bila strategi TIK yang tepat
diimplementasikan. Pertimbangan utama dalam desain dan implementasi strategi TIK mencakup memproduksi
dan memanfaatkan TIK untuk kepentingan sosial dan ekonomi, mengembangkan sumber daya manusia untuk
dapat mengimplementasikan strategi secara efektif, mengelola inovasi iptek di bidang TIK demi pengembangan
yang berkelanjutan, memperbaiki akses ke jaringan TIK, mempromosikan dan mendanai investasi TIK,
menciptakan dan mengakses pengetahuan iptek, memonitor dan mempengaruhi aturan internasional.

Pemanfaatan ICT dalam Dunia Pendidikan

1. Latar Belakang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information Communication and Technology (ICT) di era
globalisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan kualitas proses
pendidikan. Isu-isu pendidikan di Indonesia seperti kualitas dan relevansi pendidikan, akses dan ekuitas
pendidikan, rentang geografi, manajemen pendidikan, otonomi dan akuntabilitas, efisiensi dan produktivitas,
anggaran dan sustainabilitas, tidak akan dapat diatasi tanpa bantuan TIK. Pendidikan berbasis TIK merupakan
sarana interaksi manajemen dan administrasi pendidikan, yang dapat dimanfaatkan baik oleh pendidik dan
tenaga kependidikan maupun peserta didik dalam meningkatkan kualitas, produktivitas, efektifitas dan akses
pendidikan.
Perkembangan TIK atau multimedia di Indonesia khususnya dalam dunia pendidikan masih belum optimal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga sepertI Singapura, Malaysia dan Thailand. Terdapat beberapa
masalah dan kendala yang masih dirasakan oleh masyarakat khususnya tenaga pendidik dan profesional
pendidikan untuk memanfaatkan TIK di berbagai jenjang pendidikan baik formal maupun non formal.
Permasalahan tersebut terutama berkaitan dengan kebijakan, standarisasi, infrastruktur jaringan dan konten,
kesiapan dan kultur sumber daya manusia di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, berbagai upaya yang telah
dan akan dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pemanfaatan TIK dalam pendidikan
sangat urgen dan mutlak dilakukan secara terintegrasi, sistematis dan berkelanjutan. Dalam makalah ini
khususnya akan dibahas bagaimana kebijakan dan standarisasi mutu penyelenggaraan pendididkan berbasis
TIK. Apa standarisasi mutu yang disyaratkan untuk penyelengganan pendidikan berbasis TIK yang efektif dan
efisien serta akuntabel.

2. Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi


Secara sederhana Elston (2007) membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (ICT), yaitu IT as the technology used to managed information and ICT as the technology used to
manage information and aid communication. Sementara itu, UNESCO (2003) mendefinisikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut: ICT generally relates to those technologies that are used for
accessing, gathering, manipulating and presenting or communicating information. The technologies could
include hardware e.g. computers and others devices, software applications, and connectivity e.g. access to the
internet, local networking infrastructure, and video conferencing.
Dalam praktek di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, TIK meliputi komputer, laptop,
network komputer, printer, scanner, video/DVD player, kamera digital, tape/CD, interactive
whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa peran TIK adalah sebagai enabler atau alat
untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi TIK merupakan sarana untuk
mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:

piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasi


mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
perangkat proyektor / LCD
LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
mesin komputer dan robot
Sejatinya TIK memiliki potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana
cetak biru TIK Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yaitu sebagai sumber
belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung
keputusan, dan sebagai infrastruktur.

UNESCO telah mengidentifikasi 4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :

1) Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan
mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting
work performance)
2) Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik
dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional
teaching)
3) Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah
mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga
kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional
(facilitating learning).
4) Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi.
Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating
innovative learning environment)melalui TIK.
Dewasa ini pemanfaatan TIK dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mode yang dikenal dengan
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Bates (2005) membedakan pendidikan terbuka, pendidikan jarak
jauh dan pendidikan fleksibel sebagai berikut: Open learning is a primarily a goal. An essential characteristics
of open learning is the removal of barriers to learning. In distance learning students can study in their own
time, at any place and without face-to-face contact with a teacher. Flexible learning is the provision of learning
in a flexible manner.
PTJJ merupakan alternatif model dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas bagi
peserta didik untuk belajar kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja.

3. Kebijakan Pemanfaatan TIK Pendidikan


3.1. Tantangan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional memiliki banyak tantangan baik dari sisi input, proses maupun output. Beberapa tantangan
pendidikan nasional tersebut adalah sebagai berikut:

Banyak anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun. Anak usia 7 12 tahun
masih dibawah 80% yang telah menikmati pendidikan (APK SMP 85,22, dan APK SMA 52,2).
Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah sebagai contoh: tidak semua sekolah
memiliki telepon, apalagi koneksi internet.
Tidak seragamnya dan rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditunjukkan dengan masih
rendahnya tingkat kelulusan Ujian Nasional dan nilai Ujian Nasional.
Rendahnya jumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta ( PTN 82 dan PTS 2.236 (Dikti,2003))
Rendahnya daya tampung dan tingkat partisipasi kuliah (Daya tampung sekitar 3,2 juta mahasiswa dengan
tingkat partisipasi 12.8%. Padahal, Filipina mencapai 32% dan Thailand telah mencapai 30%.
BAN sebagai penentu kualitas pendidikan menginformasikan bahwa hampir 50% pendidikan tinggi
berakreditasi C (46,35% program diploma dan 47.97% PTN dan PTS).
Rendahnya Tenaga Pengajar Non Formal (PLS). Kebutuhan guru PLS mencapai angka 519.790 orang.
Sementara yang ada hanya sebesar 113.622 orang atau 22%. Sehingga diperlukan 406.168 guru atau
78%. (PMPTK 2006).
Rendahnya tenaga pendidik yang belum memenuhi syarat sertifikasi (dari 2.692.217 orang guru yang ada,
727.381 orang (27%) memenuhi syarat sertifikasi, sisanya 1.964.836 (73%) belum memenuhi syarat
sertifikasi.
Berdasarkan survey HDI th 2005, Indonesia menduduki ranking 112 dari 175 negara (jauh berada di bawah
Malaysia dan Bangladesh).
Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah/kampus (Digital Divide), yang ditunjukkan dengan kondisi
dimana tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK. Sekalipun ada, jumlahnya terbatas dan
pemanfaatannya masih belum optimal.
3.2. Peran Strategis TIK untuk Pendidikan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
pemanfaatan TIK dalam pendidikan melalui Pendidikan Jarak Jauh bahwa (1) Pendidikan jarak jauh
diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi
memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara
tatap muka atau reguler, (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam bentuk, modus dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan
standar nasional pendidikan. Jadi sistem pendidikan jarak jauh telah menjadi suatu inovasi yang berarti dalam
dunia pendidikan nasional. Sistem pendidikan jarak jauh yang dimulai dengan generasi pertama korespondensi
(cetak), generasi kedua multimedia (Audio, VCD, DVD), generasi ketiga pembelajaran jarak jauh
(telekonferensi/TVe), generasi keempat pembelajaran fleksibel (multimedia interaktif) dan generasi kelima e-
Learning (web based course), akhirnya generasi keenam pembelajaran mobile (koneksi nirkabel/www).

Seperti tercantum secara eksplisit dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 2009,
terlihat jelas bahwa TIK memainkan peran penting dalam menunjang tiga pilar kebijakan pendidikan nasional,
yaitu:(1) perluasan dan pemerataan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; dan (3) penguatan
tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, akuntabel,
murah, merata dan terjangkau rakyat banyak.

Dalam Renstra Depdiknas 2005 2009 dinyatakan peran strategis TIK untuk pilar pertama, yaitu perluasan dan
pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Sedangkan untuk pilar
kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam
pendidikan/proses pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik, peran
TIK diprioritaskan untuk sistem informasi manajemen secara terintegrasi.
3.3. Infrastruktur Jaringan dan Konten TIK Depdiknas
Depdiknas telah memiliki infrastruktur backbone teknologi informasi dan komunikasi yang cukup besar dan
siap untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya baik untuk kebutuhan pendidikan, penelitian, maupun
adminisitrasi.
Jardiknas dikategorikan kedalam tiga zona, yaitu:

Zona Personal/Komunitas; yang diperuntukkan sebagai akses personal bagi guru, dosen, dan siswa.
Zona Perguruan Tinggi; yang diperuntukkan bagi seluruh Perguruan Tinggi dan Kopertis; dan
Zona Kantor Dinas/UPT/Sekolah; diperuntukkan bagi sekolah, Dinas Pendidikan Kab/Kota, Dinas
Pendidikan Provinsi, dan Unit-unit Kerja Depdiknas.
Infrastruktur ini akan diisi oleh konten yang dikelompokkan dalam dua ketegori yaitu:

Kontent e-learning; konten e-learning dapat meliputi konten yang dikembangkan oleh Pustekkom,
Ditdikdasmen, Ditjen Dikti, Setjen, atau unit-unit lain.
Konten e-administration; e-content administration meliputi online transaction proccessing (OLTP), data
center warehouse (DCW) dan online analysis processing (OLAP)
4. Pembelajaran Berbasis TIK (e_Learning)
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian
informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat
yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku
teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer), sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi
pendidikan. Keempat, Kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara
penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Pembelajaran berbasis TIK atau e-Learning adalah sumber pembelajaran baik secara formal maupun informal
yang dilakukan melalui media elektronik, seperti Internet, Intranet, CDROM, video tape, DVD, TV,
Handphone, dan PDA
Pola-pola seperti di atas semua berbeda satu dengan yang lain. E-learning lebih luas dibandingkan
dengan online learning. Online learning hanya menggunakan Internet/intranet/LAN/WAN tidak termasuk
menggunakan CD ROM.
Dalam pembelajaran berbasis TIK terdapat perbedaan komunikasi antara pembelajaran langsung (syncronous)
dan tidak langsung (ansyncronous), dengan sebuah terminologi untuk
mendeskripsikan bagaimana dan kapan pembelajaran berlangsung.
4.1. Pembelajaran Langsung (Syncronous Learning)
Dalam pembelajaran langsung, proses belajar dan mengajar berlangsung dalam waktu yang sama (real time)
walaupun pendidik dan para peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda satu sama lain. Sebagai
contoh yaitu:

1. Mendengarkan siaran Radio.

2. Menonton siaran Televisi

3. Konferensi audio/video.

4. Telepon Internet.

5. Chatting

6. Siaran langsung Satelite dua arah.


4.2. Pembelajaran Tidak Langsung (Ansyncronous Learning)
Dalam pembelajaran tidak langsung, proses belajar dan mengajar berlangsung dengan adanya delay waktu
(waktu yang berbeda) dan pendidik dan peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda. Sebagai
contoh yaitu:
1. Belajar sendiri menggunakan internet atau CD-Rom.

2. Kelas belajar menggunakan video tape.

3. Presentasi web atau seminar menggunakan audio/video.

4. Rekaman suara.

5. Mentoring tanya jawab.

6. Membaca pesan e-mail.

7. Mengakses content online

8. Forum diskusi

Karakteristik dari pembelajaran tidak langsung (ansyncronous) adalah pendidk harus mempersiapkan terlebih
dahulu materi belajar sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Peserta didik bebas menentukan kapan akan
mempelajari materi belajar tersebut.

Contoh TIK yang digunakan dalam komunikasi pembelajaran secara syncronous dan asyncronous sebagai
berikut:

Asyncronous Learning Syncronous Learning

Fax Telephone

E-Mail Screen Sharing

Knowledge Base Chat

Newsgroups Web conferences

Computer Based Training Online Seminar

Quick Reference Guide Compressed video classes


Sedangkan karakteristik e-learning dapat dikemukakan sebagai berikut:

Karakteristik Penjelasan

Pemakai (user) bebas untuk mengakses


(browse) tentang objek pembelajaran dan
terdapat fasilitas untuk memberikan
persyaratan tergantung pada pengetahuan
Non-linearity pemakai.
Pemakai dapat mengelola sendiri
prosespembelajaran dengan mengikuti struktur
Self Managing yangtelah dibuat.

Pembelajaran dapat dilakukan dengan


interaktifdan disediakan feedback pada
Feedback-Interactivity prosespembelajaran.
5. Standarisasi Pendidikan Berbasis TIK dari SEAMOLEC
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 35, menyatakan bahwa Standar
Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala. Standarisasi pendidikan mutlak diperlukan untuk menjamin mutu proses dan hasil pendidikan. Pada
dasarnya SNP merupakan persyaratan minimum yang ditetapkan UU, namun secara teknis diperlukan
perumusan standar mutu dalam sistem pendidikan seperti Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 / IWA 2.

McGee, Carmean dan Jafari (2005) menyatakan pentingnya standard dan spesifikasi dalam pendidikan berbasis
TIK, karena memungkinkan terjadinya pembelajaran sebagai berikut: 1) Interoperability, sistem berinteraksi
dengan sistem lain dalam organisasi, 2) Reusability, sumber / objek belajar mudah digunakan dalam kurikulum,
latat, profil peserta didik yang berbeda, 3) Manageability, sistem telusur informasi tentang peserta didik dan
konten, 4) Accessibility, semua peserta didik memiliki kemudahan menerima konten setiap saat, dan
5) Sustainability, teknologi terus berkembang sesuai standar untuk menghindari keusangan.
1. Simpulan dan Saran
Pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan mutlak dilakukan untuk menjawab
permasalahan di bidang pendidikan terutama akses dan pemerataan serta mutu pendidikan. Kebijakan dan
standarisasi mutu pendidikan menjadi pondasi yang harus dibangun untuk mendukung pendidikan berbasis TIK
yang efektif dan efisien. Implementasi pendidikan berbasis TIK dapat dilakukan melalui model hybrid (dual
system) yang mengkombinasikan pembelajaran klasikal (face 2 face) dengan belajar terbuka dan jarak jauh (on
line). Sedangkan pembelajaran berbasis TIK dapat dilaksanakan secara lansung (syncronous learning)dan tidak
langsung(asyncronous Learning). Hal ini tergantung dengan kondisi teknologi dan jaringan yang tersedia.
Standarisasi dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat penting untuk menjamin mutu proses dan hasil
pendidikan.
Beberapa saran yang dapat dikemukakan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan berbasis
TIK sebagai berikut.

1. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan baik di sekolah atau
perguruan tinggi menjadi hal mutlak mengingat kondisi permasalahan pendidikan yang makin kompleks.
Pendidikan berbasis TIK hanya akan berhasil apabila dikelola dan ditangani dengan terencana, sistematis
dan terintegrasi.
2. Perencanaan dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan yang integratif meliputi kebijakan, standarisasi
mutu, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur SDM pendidikan menjadi penting untuk
ditata dan dikelola dengan efektif dan efisien.
3. Penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK melalui pendidikan terbuka dan jarak jauh (e-Learning),
membutuhkan dukungan dari semua pihak khususnya pemerintah, swasta serta masyarakat untuk
mengalokasikan anggaran dan investasi pendidikan yang memadai.
4. Standarisasi mutu penyelenggaran pendidikan berbasis TIK perlu ditindaklanjuti dengan standarisasi
konten untuk menjamin kualitas, aksesibilitas dan akuntabilitas program pendidikan berbasis TIK

Anda mungkin juga menyukai