Anda di halaman 1dari 23

“Kepemimpinan Berbasis Hindu dan

Revelansinya Kini”

Disusun Oleh:
Gede Angga Wiguna ( 1720003 )
Kadek Reza Yudha Lesmana ( 1720009 )
Managemen Informatika
Agama Hindu

POLITEKNIK GANESHA GURU


SINGARAJA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kami
anugrah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa anugrah-Nya tentunya kami tidak akan mampu untuk
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kepemimpinan Berbasis
Hindu Serta Relevansinya Kini” sebagai tugas akhir dari mata kuliah
Agama Hindu.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Buleleng, Juni 2019


Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Depan .................................................................................... i


Kata Pengantar ..................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kepemimpinan ............................................................ 4
2.2 Konsep-Konsep Kepemimpinan Berbasis Hindu ...................... 5
2.3 Pola Kepemimpinan Yang Terjadi Saat Ini ............................... 15
2.4 Solusi Yang Diterapkan Guna Mengatasi Ketidaksesuaian Pola
Kepemimpinan Saat Ini ............................................................. 17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .............................................................................. 18
3.2 Saran ........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepemimpinan adalah proses memimpin, memanage, mengatur,
menggerakkan dan menjalankan suatu organisasi, lembaga, birokrasi,
dan sebagainya. Kepemimpinan juga bermakna suatu values atau nilai
yang sulit diukur karena berhubungan dengan proses kejiwaan, hal ini
berhubungan dengan kepemimpinan sebagai kewibawaan. Dalam
kepemimpinan selalu ada pembagian kekuatan yang tidak seimbang
antara pemimpin dengan yang dipimpin. Oleh karena itu seorang
pemimpin harus memiliki sesuatu yang lebih daripada yang dipimpin,
Pemimpin adalah teladan, panutan, yang pantas dicontoh oleh
anggotanya.
Hindu mengajarkan dalam Kautilya Arthasastra tentang tujuan
proses kepemimpinan sebagai berikut “Apa yang membuat Raja
senang bukanlah kesejahteraan, tetapi yang membuat rakyat
sejahtera itulah kesenangan seorang Raja”. Implikasi dari pernyataan
ini bahwa tujuan dan makna dari kesuksesan sebuah proses
kepemimpinan adalah apabila tercipta kesejahteraan bagi seluruh
anggota organisasi, bahkan lebih luas adalah kebahagiaan dunia.
Sejarah kepemimpinan Hindu selalu menampilkan sosok
seorang pemimpin sebagai keturunan dari Dewa. Hal ini
menggambarkan bahwa seorang pemimpin selayaknya memiliki sifat-
sifat kedewataan. Sifat-sifat kedewataan adalah menerangi dev
yaitu sinar, melindungi bhatara yaitu pelindung, pemelihara visnu yaitu
pemelihara. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika para Raja
terdahulu di Jawa misalnya, Sri Airlangga digambarkan sebagai
perwujudan Wisnu yang menaiki burung Garuda (Garuda Wisnu
Kencana). Garuda adalah simbol pembebasan, simbol kemerdekaan,
bahwa seorang pemimpin harus dapat membebaskan rakyatnya dari
segala ke-papa-an dan ke-duka-an. Wisnu adalah simbol pelindung,
1
pemelihara Maha Agung, yang mampu melindungi seluruh rakyat dari
segala ancaman dan gangguan, menciptakan rasa aman dan
tenteram bagi masyarakat. Sementara itu, Kencana adalah simbol
kewibawaan, kemegahan, kekayaan, inilah kelebihan yang harus
dimiliki oleh seorang Raja, yaitu bala (kekuatan), kosa (kekayaan)
dan wahana (fasilitas), jika seorang pemimpin tidak memiliki ini semua
maka dia akan ditinggalkan oleh rakyatnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa definisi dari kepemimpinan?
1.2.2 Apa saja konsep-konsep kepemimpinan yang berbasis hindu?
1.2.3 Bagaimana pola kepemimpinan pada saat ini?
1.2.4 Apa saja solusi yang diterapkan guna mengatasi
ketidaksesuian antara konsep kepemimpinan berbasis hindu
dengan pola kepemimpinan yang terjadi saat ini?

1.3 Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep-konsep kepemimpinan yang
berbasis hindu.
1.3.3 Untuk mengetahui pola kepemimpinan pada saat ini.
1.3.4 Untuk mengetahui solusi yang diterapkan guna mengatasi
ketidaksesuian antara konsep kepemimpinan berbasis hindu
dengan pola kepemimpinan yang terjadi saat ini.

1.4 Manfaat
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1.4.1 Untuk dapat memahami definisi dari kepemimpinan.
1.4.2 Untuk dapat memahami konsep-konsep kepemimpinan yang
berbasis hindu.

2
1.4.3 Untuk dapat memahami pola kepemimpinan pada saat ini.
1.4.4 Untuk dapat memahami solusi yang diterapkan guna mengatasi
ketidaksesuian antara konsep kepemimpinan berbasis hindu
dengan pola kepemimpinan yang terjadi saat ini?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepemimpinan


Secara umum, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan
untuk mengkoordinir dan mengerahkan orang-orang serta golongan-
golongan untuk tujuan yang bahasanya mengenai pemimpin dan
kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk
menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan
kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang
pemimpin yang baik.
Menyimak pengertian diatas maka terkait dengan
kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama,
kepemimpinan selalu melibatkan orang lain sebagai pengikut. Kedua,
dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuatan yang tidak
seimbang antara pemimpin dan yang dipimpin. Ketiga, kepemimpinan
merupakan kemampuan menggunakan bentuk-bentuk kekuatan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Keempat, kepemimpinan adalah
suatu nilai (values), suatu proses kejiwaan yang sulit diukur. Kata
kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing
atau tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang
artinya membimbing atau menuntun, dan kata benda pemimpin yaitu
orang yang berfungsi memimpin atau menuntun atau orang yang
membimbing. Kepemimpinan memiliki berbagai istilah seperti :
Leadership atau leader dari kata asing, management dari kata ilmu
administrasi dan Nitisastra dari kata Hindu.
Dalam agama Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk
pada pengertian pemimpin. Bila bakat kepemimpinannya yang
menonjol dan mampu memimpin sebuah organisasi dengan baik
disebut Ksatriya, karena kata ksatriya artinya yang memberi
perlindungan. Demikian pula yang memiliki kecerdasan yang tinggi,
senang terjun di bidang spiritual, ia adalah seorang Brahmana.
4
Demikian pula profesi-profesi masyarakat seperti pedagang,
bussinessman, petani, nelayan dan sebagainya.
Dalam sejarah Hindu banyak contoh pemimpin yang perlu
dijadikan suri teladan. Di setiap zaman dalam sejarah Hindu selalu
muncul tokoh yang menjadi pemimpin. Sebut saja Erlangga, Sanjaya,
Ratu Sima, Sri Aji Jayabhaya, Jayakatwang, Kertanegara, Hayam
Wuruk, Gajah Mada, dan masih banyak lagi lainnya. Di era sekarang
banyak tokoh Hindu yang juga dapat dijadikan sebagai
panutan/pimpinan seperti : Mahatma Gandhi, Svami Vivekananda,
Ramakrsna, Sri Satya Sai dan sebagainya.
Selain itu contoh kepemimpinan Hindu yang ideal dapat
ditemukan dalam cerita Itihasa dan Purana. Banyak tokoh dalam
cerita tersebut yang diidealkan menjadi pemimpin Hindu. Misalnya:
Dasaratha, Sri Rama, Wibhisana, Arjuna Sasrabahu, Pandudewanata,
Yudisthira dan lain-lain.

2.2 Konsep-Konsep Kepemimpinan Berbasis Hindu


Hindu sebagai agama tertua di dunia sudah tentu menjadi
agama yang paling kaya akan sastra – sastra agamanya. Berbagai
macam ajaran agama dimilikinya, yang terutama sekali kepemimpinan
Hindu bersumber dari kitab suci Weda dan diajarkan oleh para orang-
orang suci. Kepemimpinan Hindu juga banyak mengacu pada tatanan
alam semesta yang merupakan ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun konsep-konsep Kepemimpinan Hindu yang banyak
diajarkan dalam sastra dan susastra-nya antara lain :
1. Sad Warnaning Rajaniti
Sad Warnaning Rajaniti atau Sad Sasana adalah enam sifat
utama dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang raja.
Konsep ini ditulis Candra Prkash Bhambari dalam buku “Substance
of Hindu Politic”. Adapun bagian-bagian Sad Warnaning Rajaniti ini
adalah :

5
a) Abhigamika, artinya seorang raja atau pemimpin harus mampu
menarik perhatian positif dari rakyatnya.
b) Prajna, artinya seorang raja atau pemimpin harus bijaksana.
c) Utsaha, artinya seorang raja atau pemimpin harus memiliki
daya kreatif yang tinggi.
d) Atma Sampad, artinya seorang raja atau pemimpin harus
bermoral yang luhur.
e) Sakya samanta, artinya seorang raja atau pemimpin harus
mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki
hal-hal yang dianggap kurang baik.
f) Aksudra Parisatka, artinya seorang raja atau pemimpin harus
mampu memimpin sidang para menterinya dan dapat menarik
kesimpulan yang bijaksana sehingga diterima oleh semua
pihak yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

2. Catur Kotamaning Nrpati


Catur Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan
Hindu pada jaman Majapahit sebagaimana ditulis oleh M. Yamin
dalam buku “Tata Negara Majapahit”. Catur Kotamaning Nrpati
adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Adapun keempat syarat utama tersebut adalah :
a) Jnana Wisesa Suddha, artinya raja atau pemimpin harus
memiliki pengetahuan yang luhur dan suci. Dalam hal ini ia
harus memahami kitab suci atau ajaran agama.
b) Kaprahitaning Praja, artinya raja atau pemimpin harus
menunjukkan belas kasihnya kepada rakyatnya. Raja yang
mencintai rakyatnya akan dicintai pula oleh rakyatnya.
c) Kawiryan, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwatak
pemberani dalam menegakkan kebenaran dan keadilan
berdasarkan pengetahuan suci yang dimilikinya sebagainya
disebutkan pada syarat sebelumnya.

6
a. Wibawa, artinya seorang raja atau pemimpin harus
berwibawa terhadap bawahan dan rakyatnya. Raja yang
berwibawa akan disegani oleh rakyat dan bawahannya.

3. Tri Upaya Sandhi


Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa
seorang raja harus memiliki tiga upaya agar dapat menghubungkan
diri dengan rakyatnya. Adapun bagian-bagian Tri Upaya Sandi
adalah :
a) Rupa, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengamati
wajah dari para rakyatnya. Dengan begitu ia akan tahu apakah
rakyatnya sedang dalam kesusahan atau tidak.
b) Wangsa, artinya seorang raja atau pemimpin harus
mengetahui susunan masyarakat (stratifikasi sosial) agar dapat
menentukan pendekatan apa yang harus digunakan.
c) Guna, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengetahui
tingkat peradaban atau kepandaian dari rakyatnya sehingga ia
bisa mengetahui apa yang diperlukan oleh rakyatnya.

4. Panca Upaya Sandhi


Dalam Lontar Siwa Buddha Gama Tattwa disebutkan ada
lima tahapan upaya yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang menjadi tanggung jawab
raja. Adapun bagian-bagian dari Panca Upaya Sandhi ini adalah :
a) Maya, artinya seorang pemimpin perlu melakukan upaya
dalam mengumpulkan data atau permasalahan yang masih
belum jelas duduk perkaranya (maya).
b) Upeksa, artinya seorang pemimpin harus meneliti dan
menganalisis semua data-data tersebut secara profesional dan
proporsional.

7
c) Indra Jala, artinya seorang pemimpin harus bisa mencarikan
jalan keluar dalam memecahkan persoalan yang dihadapi
sesuai dengan hasil analisisnya tadi.
d) Wikrama, artinya seorang pemimpin harus melaksanakan
semua upaya penyelesaian dengan baik sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan.
e) Logika, artinya seorang pemimpin harus mengedepankan
pertimbangan-pertimbangan logis dalam menindak lanjuti
penyelesaian permasalahan yang telah ditetapkan.

5. Nawa Natya
Dalam Lontar Jawa Kuno yang berjudul “Nawa Natya”
dijelaskan bahwa seorang raja dalam memilih pembantu-
pembantunya (menterinya). Ada sembilan kriteria yang harus
diperhatikan oleh seorang raja dalam memilih para pembantunya.
Sembilan kriteria inilah yang dikenal sebagai Nawa Natya. Adapun
kesembilan kriteria itu adalah:
a) Prajna Nidagda (bijaksana dan teguh pendiriannya).
b) Wira Sarwa Yudha (pemberani dan pantang menyerah dalam
setiap medan perang).
c) Paramartha (bersifat mulia dan luhur)
d) Dhirotsaha (tekun dan ulet dalam setiap pekerjaan)
e) Wragi Wakya (pandai berbicara atau berdiplomasi)
f) Samaupaya (selalu setia pada janji)
g) Lagawangartha (tidak pamrih pada harta benda)
h) Wruh Ring Sarwa Bastra (bisa mengatasi segala kerusuhan)
i) Wiweka (dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk)

6. Panca Dasa Pramiteng Prabhu


Dalam Lontar Negara Kertagama, Rakawi Prapanca
menuliskan keutamaan sifat-sifat Gajah Mada sebagai Maha Patih
Kerajaan Majapahit. Sifat-sifat utama itupula yang mengahantarkan

8
Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Sifat-sifat utama tersebut
ada 15 yang disebut sebagai Panca Dasa Pramiteng Prabhu.
Adapun kelima belas bagian dari Panca Dasa Pramiteng Prabhu
tersebut adalah :
a) Wijayana (bijaksana dalam setiap masalah)
b) Mantri Wira (pemberani dalam membela negara)
c) Wicaksananengnaya (sangat bijaksana dalam memimpin)
d) Natanggwan (dipercaya oleh rakyat dan negaranya)
e) Satya Bhakti Prabhu (selalu setia dan taat pada atasan)
f) Wagmiwak (Pandai bicara dan berdiplomasi)
g) Sarjawa Upasama (sabar dan rendah hati)
h) Dhirotsaha (teguh hati dalam setiap usaha)
i) Teulelana (teguh iman dan optimistis)
j) Tan Satrsna (tidak terlihat pada kepentingan golongan atau
pribadi)
k) Dibyacita (lapang dada dan toleransi)
l) Nayakken Musuh (mampu membersihkan musuh-musuh
negara)
m) Masihi Samasta Bawana (menyayangi isi alam)
n) Sumantri (menjadi abdi negara yang baik)
o) Gineng Pratigina (senantiasa berbuat baik dan menghindari
perbuatan buruk)

7. Sad Upaya Guna


Dalam Lontar Rajapati Gondala dijelaskan ada enam upaya
yang harus dilakukan oleh seorang raja dalam memimpin negara.
Keenam upaya ini disebut juga sebagai Sad Upaya Guna. Adapun
keenam upaya tersebut adalah :
a) Siddhi (kemampuan bersahabat)
b) Wigrha (memecahkan setiap persoalan)
c) Wibawa (menjaga kewibawaan)
d) Winarya (cakap dalam memimpin)

9
e) Gascarya (mampu menghadapi lawan yang kuat)
f) Stanha (menjaga hubungan baik).

8. Panca Satya
Selain upaya, sifat dan kriteria sebagaimana yang telah
disebutkan di atas, masih ada satu lagi landasan bagi pemimpin
Hindu dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Landasan ini ada
lima yang dikenal sebagai Panca Satya. Lima Satya ini harus
dijadikan sebagai landasan bagi seorang pemimpin Hindu di
manapun dia berada. Kelima landasan itu adalah :
a) Satya Hrdaya (jujur terhadap diri sendiri / setia dalam hati)
b) Satya Wacana (jujur dalam perkataan / setia dalam ucapan)
c) Satya Samaya (setia pada janji)
d) Satya Mitra (setia pada sahabat)
e) Satya Laksana (jujur dalam perbuatan)
Kelima ini juga harus dijadikan pedoman dalam hidupnya.
Sehingga ia akan menjadi seorang pemimpin yang hebat,
berwibawa, disegani dan sebagainya.
Tingkat keberhasilan dari seorang pemimpin dalam
memimpin itu sendiri ditentukan oleh dua faktor, yaitu : faktor usaha
manusia (Manusa atau jangkunging manungsa) dan faktor
kehendak Tuhan (Daiwa atau jangkaning Dewa). Sementara tingkat
keberhasilannya bisa berupa penurunan (Ksaya), tetap atau stabil
(Sthana) dan peningkatan atau kemajuan (Vrddhi).

9. Asta Brata
Asta Brata adalah Contoh Kepemimpinan Hindu yang
terdapat dalam Itihasa Ramayana. Asta Brata ini merupakan,
Delapan Tipe kepemimpinan yang merupakan Delapan Sifat
Kemahakuasaan Tuhan. Ajaran ini diberikan Sri Rama kepada
Wibhisana sebagai Raja Alengka Pura menggantikan kakaknya
Rahwana. Bagian- bagian ajaran Asta Brata sebagai berikut:

10
a) Indra Brata
Dewa Indra adalah Raja dari para dewa, yang tinggal di
Kahyangan Kaendran dimana di sana adalah simbol kekayaan
(harta), simbol kekuasaan (tahta) dan simbol kesenangan
seksual, semua bidadari tercantik ada di Kaendran (wanita).
Ketiga-tiganya harus dimiliki oleh seorang pemimpin besar dan
rupanya hal ini diterapkan dalam kerajaan-kerajaan Hindu di
India, Jawa, dan Bali pada masa lalu. Dengan kewibawaanlah
seorang pemimpin disegani oleh lawan maupun kawan.
Dalam Kesusasteraan Veda, Dewa Indra dipuja dalam dua
aspek, yaitu sebagai Dewa Hujan dan Dewa Perang. Hujan
adalah air yang sangat diharapkan bagi petani untuk memulai
bercocok tanam, dari bercocok tanamlah petani memperoleh
makanan, tercukupinya sandang dan perumahan, inilah
kesejahteraan. Oleh sebab itu Dewa Indra adalah simbol
kesejahteraan. Seorang pemimpin harus selalu berfikir, berkata,
dan berbuat untuk mengusahakan kesejahteraan rakyatnya.
Ketiga aspek Tri Kaya Parisudha dalam etika Hindu harus
diterapkan oleh pemimpin dalam mengusahakan kesejahtera-
an rakyatnya.
Dewa Indra juga dipuja sebagai Dewa perang, penakluk
musuh yang utama. Dalam hal ini seorang pemimpin haruslah
menjadi pelindung bagi rakyatnya, yang mampu memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi rakyat. Musuh bukan saja
pengganggu dari luar atau pemberontak, melainkan musuh
dalam diri. Ini bermakna bahwa seorang Raja haruslah mampu
mengendalikan dirinya dari musuh-musuh yang ada dalam diri
(sad ripu), sehingga pemimpin menjadi teladan bagi rakyatnya
dalam hal pengendalian diri.
b) Yama Brata
Dewa Yama adalah seorang pengadil yang tidak pernah
pilih kasih apalagi tebang pilih. Seorang hakim agung yang

11
tidak pernah salah dalam mengambil keputusan. Demikianlah
sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu
memberikan keadilan kepada rakyatnya. Dalam manajemen
modern sifat Dewa Yama dapat diterapkan dengan
memberikan reward and punishment secara tepat kepada
anggota yang berjasa bagi laju organisasi dan hukuman
kepada yang bersalah.
c) Surya Brata
Surya atau Matahari adalah sinar Maha agung,
daripadaNya segala kehidupan mungkin bertahan dan
berkelanjutan. Surya juga dikatakan sebagai Saksi Agung Tri
Bhuwana, tidak ada satupun kejadian didunia ini yang tidak
beliau ketahui. Itulah makna mantra Surya Raditya yang
menyatakan bahwa Dewa Surya adalah saksi dari segala
perbuatan manusia, baik perbuatan buruk maupuk
baik, subha dan asubha karma. Surya adalah Sinar yang
paling utama di dunia, menyinari seluruh jagadraya tanpa
kecuali.
Dalam kepemimpinan Hindu, sifat Dewa Surya yang harus
diteladani adalah memberikan sinar kehidupan bagi seluruh
rakyatnya tanpa kecuali. Kesejahteraan bagi seluruh rakyat
adalah tugas seorang pemimpin. Sifat Dewa Surya yang lain
adalah menghisap pajak dari rakyat, tetapi rakyat tidak merasa
tersakiti. Demikian dicontohkan oleh Sinar Matahari yang
menyinari atau memanasi air laut, menyerap uap air ke udara,
menjadi awan, awan menjadi hujan, dan air hujan yang jatuh
dipegunungan kembali ke laut. Laut tidak merasa matahari
memanasinya, semua berlaku seperti proses alam, simbiosis
mutualisme. Demikian juga semestinya hubungan antara
seorang pemimpin dengan yang dipimpin.

12
d) Candra Brata
Candra atau Bulan adalah Dewa yang menyinari di kala
malam hari. Malam adalah saat gelap, sisi gelap kehidupan
manusia. Bulan adalah sinar, tetapi tidak pernah memberikan
rasa panas bagi yang disinari berbeda dengan Matahari.
Keduanya, antara sisi gelap dan bulan selalu berdampingan
karena Bulan tidak pernah hadir saat siang, dia selalu hadir
saat malam.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa ada dua sifat
bulan yang perlu diteladani oleh seorang pemimpin. Pertama,
seorang pemimpin haruslah memberikan penerangan di saat
kesusahan menimpa rakyatnya. Dalam skup yang lebih kecil
misalnya dalam organisasi kelurahan, seorang lurah wajib
mengerti kesusahan yang menimpa staff atau warga kelurahan
dan mampu memberikan solusi bagi kesusahan mereka atau
setidaknya memberikan penerangan dan kekuatan mental
kepada yang sedang tertimpa kesusahan. Disamping itu, Bulan
juga menyimbolkan sinar kesejukan. Seorang pemimpin harus
memberikan kesejukan bagi rakyatnya. Tutur kata dan
perbuatan seorang pemimpin haruslah menyejukkan bagi
rakyatnya. Jadi, nilai etika Hindu dalam kepemimpinan Candra
Brata adalah memberikan kesejukan bagi rakyatnya,
menghilangkan kesesuhan yang menimpa rakyat.
e) Bayu Brata
Bayu atau angin selalu memenuhi ruang, tidak ada satupun
ruang yang tidak terisi oleh angin. Dia memberikan kehidupan
dalam wujud nafas, memenuhi ruang dan tidak menyisakan
satupun ruang yang tidak terjamah olehnya. Demikian halnya
dengan seorang pemimpin, layaknya berlaku seperti angin,
yaitu mampu membaca seluruh pikiran dan kehendak rakyat
tanpa kecuali. Seorang pemimpin haruslah memiliki kepekaan
terhadap keinginan dan kehendak rakyat.

13
f) Kuwera Brata
Kuwera adalah Dewa kekayaaan. Dalam hal kepemimpinan,
Kuwera Brata berarti seorang pemimpin haruslah selalu tampil
elegan. Harga diri seorang pemimpin adalah dari
penampilannya. Bukan berarti seorang pemimpin harus
berpenampilan serba mewah yang justru menimbulkan gap
antara pemimpin dan yang dipimpin. Penampilan, tata cara
berpakaian adalah hal yang juga diajarkan dalam etika Hindu
yaitu berpenampilan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
dimana penampilan seperti itu harus hadir.
g) Baruna Brata
Baruna adalah dewa laut, laut adalah simbol keluasan
tanpa batas. Laut adalah penamping semua kekotoran yang
dibawa oleh aliran sungai, tetapi laut tidak pernah terkotori
malahan mampu menyucikan semua kotoran itu. Demikianlah
pikiran seorang pemimpin, pemimpin haruslah berpikiran luas,
mampu menampung semua kesalahan-kesalahan, kejahatan-
kejahatan yang dilakukan atau ditimpakan kepada dirinya dan
selanjutnya mensucikan semua kekotoran itu sehingga semua
menjadi suci. Seorang pemimpin tidak layak memvonis bahwa
rakyatnya yang berlaku tidak baik selamanya akan tidak baik,
melainkan memberikan bimbingan terus menerus kepada
mereka sehingga nantinya menjadi orang baik. Demikianlah
sifat laut yang harus diteladani oleh seorang pemimpin.
h) Agni Brata
Agni atau api bersifat membakar. Dalam hal kepemimpinan
sifat api atau agni bermakna membakar semangat rakyat untuk
maju dan menuju ke arah progresif, ke masa depan yang lebih
baik. Perilaku seorang pemimpin haruslah senantiasa
memberikan teladan-teladan kepada anggotanya agar selalu
bekerja-bekerja dan bekerja demi kemajuan organisasi yang
dipimpin. Dalam manajemen modern hal ini bisa dilakukan

14
dengan membuat inovasi-inovasi gaya kepemimpinan,
misalnya mengadakan role play, refreshing, dan sebagainya
yang pada dasarnya melepaskan semua kejenuhan dan
membangun semangat baru dan motivasi kerja menjadi lebih
baik.

2.3 Pola Kepemimpinan Yang Terjadi Pada Saat ini


Pada saat ini tidak hanya pria saja yang dapat menjadi seorang
pemimpin tetapi wanita pun mampu naik dalam suatu kedudukan
kepemimpinan. Sekarang ini wanita bukan saja sebagai wanita rumah
tangga yang selalu bekerja di rumah menunggu suami datang dari
bekerja. Namun kini wanita memiliki peranan penting dalam
kepemimpinan yang tiada bedanya dengan pria.
Seperti beberapa jabatan-jabatan di Indonesia terdapat wanita-
wanita tangguh yang mampu menjadi pemimpin dan menduduki
jabatan tersebut, contohnya Kabupaten Tabanan dipimpin oleh Ni
Putu Eka Wiryastuti, Kabupaten Karangasem yang dipimpin oleh I
Gusti Ayu Mas Sumatri, S.Sos., MAP, Menteri Keuangan Sri Mulyani,
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjastuti serta masih banyak
lagi jabatan-jabatan yang dipimpin oleh wanita-wanita yang mampu
menjadi pemimpin.
Kepemimpinan wanita dalam agama Hindu tercantum dalam
Veda (Yayurveda, Rgveda, Atharwaveda). Hal ini didukung dengan
adanya sloka-sloka yang mengangkat martabat dan menjelaskan
tentang sifat keutamaan wanita seperti halnya sloka berikut:
Yayurveda XIV.21
“Wahai wanita engkau adalah perintis, cemerlang, mantap
pendukung yang memberi makan dan menjalankan aturan-aturan
seperti bumi. Kami memiliki engkau di dalam keluarga usia panjang,
kecemerlangan, kemampuan/kesuburan pertanian dan kesejahteraan”.
Rgveda VIII.33.19
“Wanita sesungguhnya adalah seorang Sarjana dan Pengajar”.

15
Demikian Hindu memandang kepemimpinan wanita, dalam
Veda telah dipaparkan bagaimana keutamaan wanita dalam
kepemimpinan. Wanita dan pria adalah mitra yang sejajar dalam
membangun bangsa ini, yang dapat saling mendukung untuk menuju
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Namun selain itu, pola kepemimpinan yang terjadi saat ini
masih ada beberapa ketidaksesuaian dengan ajaran kepemimpinan
berbasis hindu, karena sebagian besar pemimpin hanya
mengutamakan kepentingan pribadi. Tidak heran ada suatu ungkapan
yang menyatakan “yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin
miskin”. Hal ini sudah terbukti, setiap ada anggaran untuk rakyat ada
yang diselewengkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab.
Adapula terdapat beberapa oknum calon pejabat dimasa
kampanye nya gembar-gembor melakukan aksi umbar janji politik
yang sangat menarik minat dan perhatian kalangan banyak tetapi
ketika oknum tersebut terpilih dan menduduki jabatan tersebut malah
tidak memenuhi janji-janji politik yang sudah digembar-gemborkan
melainkan melakukan hal-hal yang sangat bertentangan dengan
konsep kepemimpinan berbasis hindu yang diharapkan seperti kolusi,
korupsi dan nepotisme. KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) tidak
dapat dipungkiri banyak menggerogoti pola kepemimpinan yang
terjadi saat ini. Hal inilah yang membawa rasa tidak nyaman bagi
kalangan banyak, dimana yang dirugikan adalah masyarakat itu
sendiri.

2.4 Solusi yang diterapkan guna mengatasi ketidaksesuian pola


kepemimpinan saat ini
Adapun solusi yang dapat diterapkan guna mengatasi
ketidaksesuaian antara kepemimpinan berbasis hindu dengan pola
kepemimpinan saat ini, diantaranya sebagai berikut :

16
1. Pembentukan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) yang diharapkan
mampu untuk memperbaiki pola kepemimpinan yang berkaitan
dengan kejujuran dan kesetiaan terhadap janji.
2. Pembentukan Undang-Undang Dasar yang mampu mengikat dan
menjadi pedoman pemimpin didalam melakukan managemen atau
pengelolaan terhadap instansi yang dipimpinnya guna mewujudkan
kesejahteraan serta keadilan bagi seluruh elemen didalamnya.
3. Pembentukan LSM-LSM yang dalam hal ini mampu membantu
dalam pengawasan kebijakan-kebijakan pemerintah guna
kepentingan masyarakat.
4. Ditambahkannya pendidikan karakter yang baik didalam
pembelajaran dari jenjang SD hingga perguruan tinggi, dimana
diharapkan nantinya bisa menciptakan calon pemimpin-pemimpin
yang mampu melaksanakan tugas serta kewajiban yang sesuai
dengan pola kepemimpinan yang sejati.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah kepemimpinan
merupakan proses memimpin, memanage, mengatur, menggerakkan
dan menjalankan suatu organisasi, lembaga, birokrasi, dan
sebagainya. Terdapat banyak konsep-konsep kepemimpinan berbasis
hindu yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan didalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawab menjadi seorang pemimpin.
Dimana dari konsep-konsep tersebut diharapkan mampu mewujudkan
dan menciptakan kondisi yang dapat menguntungkan serta
memberikan rasa aman dan nyaman bagi kalangan banyak. Meskipun
pola kepemimpinan yang terjadi pada saat ini sudah berjalan sesuai
dengan konsep-konsep kepemimpinan berbasis hindu namun masih
ada beberapa ketidaksesuaian didalam pelaksanaannya.
Untuk mengatasi ketidaksesuaian antara kepemimpinan
berbasis hindu dengan pola kepemimpinan yang terjadi saat ini yaitu
dengan menerapkan solusi sebagai berikut :
1. Pembentukan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).
2. Pembentukan Undang-Undang Dasar yang mampu mengikat dan
menjadi pedoman.
3. Pembentukan LSM-LSM.
4. Ditambahkannya pendidikan karakter yang baik didalam
pembelajaran dari jenjang SD hingga perguruan tinggi.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah untuk
meningkatkan kualitas calon-calon pemimpin perlu diciptakannya
syarat-syarat minimal yang harus dipenuhi oleh calon-calon pemimpin
sebelum mereka menjadi pemimpin yaitu seperti minimal pernah
mengenyam pendidikan di IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri)
18
atau sederajat, dimana lulusannya sudah dapat dijamin kualitasnya.
Bisa juga dibuatkan undang-undang yang menyatakan bahwa apabila
pejabat Negara terbukti melakukan tindakan pelanggaran hukum
dalam hal ini KKN, maka seluruh asset yang dimilikinya akan menjadi
milik Negara.

19
DAFTAR PUSTAKA

Gorda, I Gusti Ngurah, 1996. Etika Hindu dan Perilaku


Organisasi. Singaraja: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Satya Dharma.
____________, 2004. Membudayakan Kerja Berdasarkan
Dharma. Singaraja: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Satya Dharma.
____________, 2006. Etika Hindu: Materi Kuliah Etika Hindu. Denpasar:
Program Magister Ilmu Agama dan Kebudayaan UNHI Denpasar.
Gunadha, Ida Bagus. 2006. Kepemimpinan Menurut Hindu. Makalah
untuk Matrikulasi Program Magister Ilmu Agama dan Kebudayaan. UNHI
Denpasar.

20

Anda mungkin juga menyukai