PENDAHULUAN
Penyakit yang ditularkan melalui nyamuk antara lain Malaria, Demam Berdarah
Dengue (DBD) dan Filariasis (penyakit kaki gajah). Penyakit menular yang sering
setiap tahun, demikian pula luas wilayah yang terjangkit (Ginanjar, 2008).
49.486 kasus dengan kasus kematian sebesar 403 orang. Jumlah penderita DBD
yang dilaporkan pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian
816 orang (IR= 37,27 per 100.000 penduduk dan CFR= 0,90 %) (Ditjen PP & PL,
2014).
Sedangkan pada tahun 2014 ini sampai awal bulan April tercatat angka kesakitan
Jumlah kasus DBD di Provinsi Bali tahun 2011, terdapat 2.993 kasus,
1.662 kasus diantaranya berjenis kelamin laki - laki dan sisanya (1.331) kasus
penurunan kasus namun tidak singnifikan menjadi 2.649 kasus, 1.517 diantaranya
berjenis kelamin laki - laki dan 1.132 berjenis kelamin perempuan, dan pada tahun
2013 terjadi peningkatan kasus yang signifikan sebesar 7.077 kasus. Dengan
demikian Incidence Rate (IR) DBD tahun 2012 sebesar 65,55 /100.000 penduduk
dengan CFR 0,30 dan meningkat pada tahun 2013 sebesar 174,5/100.000
dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina Aedes aegypti. Salah satu upaya
vektor di seluruh dunia (Okumu et al, 2007). Saat ini larvasida yang paling luas
al, 2005). Di Indonesia temefos 1 % (Abate 1SG) telah digunakan sejak 1976 dan
sejak 1980 abate telah dipakai secara massal untuk program pengendalian Aedes
yang dilakukan oleh Raharjo (2006) diketahui bahwa larva Aedes aegypti di
resisten terhadap temefos. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu usaha
alami, yakni larvasida yang dihasilkan oleh tanaman beracun terhadap serangga
2
tetapi tidak mempunyai efek samping terhadap lingkungan dan tidak berbahaya
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai larvasida alami adalah
terbesar dalam kandungan minyak atsiri daun legundi adalah camphene dan
berkhasiat obat. Salah satu diantaranya adalah Legundi (Vitex trofolia L).
dengan cara mengibaskan daun legundi disekitaran tempat tidur. Secara empiris
sarana endemik bagi nyamuk berkembang baik terutama pada lingkungan yang
kotor. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk dapat membahayakan karena dapat
gigitan nyamuk.
Aedes aegypti dengan menggunakan perasan daun Legundi 25mL, 50mL, dan
3
1.2 Rumusan masalah
1.3.2.1 Untuk mengetahui kematian larva nyamuk Aedes aegypti dengan perasan
1.3.2.2 Untuk mengetahui kematian larva nyamuk Aedes aegypti dengan perasan
1.3.2.3 Untuk mengetahui kematian larva nyamuk Aedes aegypti dengan perasan
1.3.2.4 Untuk mengetahui kematian larva nyamuk Aedes aegypti dengan perasan
1.3.2.6 Untuk mengetahui perasan yang paling efektif dalam membunuh larva
4
1.4 Manfaat Penelitian
Aedes aegypti.
aegypti.
b. Bagi Masyarakat
Indonesia.
c. Bagi Peneliti
kuliah di STIKes Wira Medika Bali, dan sebagai bahan pengayaan dan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tinggiya 1-4 meter daun legundi sudah lama digunakan oleh masyarakat sebagai
obat tradisional, salah satu kegunaannya daun legundi adalah untuk membunuh
serangga dan sebagai obat nyamuk. Legundi mempunyai banyak nama lokal
yang berbeda beda di setiap daerahnya. Tanaman ini berbentuk semak dengan
daun hijau dan bunga berwarna putih hingga ungu. Legundi sendiri sudah banyak
herbal Vitex trifolia mempunyai efek farmakologi antara lain sebagai antibakteri,
jelas, kulit batang coklat muda-tua, batang muda segi empat, banyak bercabang .
sepanjang batang. Panjang tangkai daun sekitar 5 mm. Daun legundi berbentuk
bundar telur, elips bundar telur berbalik, ataupun berbentuk lonjong. Pada bagian
bawah daun terdapat bulu-bulu rapat yang berwarna putih kelabu. Bunganya
bertandan dan keluar dari ujung ranting dengan kelopak warna hijau, bergigi 5.
Benang sari berjumlah 4. Buahnya buah batu berbentuk bola, buahnya berdaging
6
Pada daun legundi terdapat berbagai macam kandungan senyawa kimia di
kandungan antioksidan yang sangat tinggi terutama pada bagian daun dan
buahnya, hal ini karena terdapat senyawa flavonoid, tripenoid, dan sterol. Bukan
hanya pada daun, semua bagian pada tanaman legundi mengandung minyak atsiri
yang didalamnya tersusun atas kamfer, pinen, dan sineol terpinylasetat (Fitry,
2015).
daun Vitex trifolia memiliki aktivitas repellent terhadap beberapa spesies nyamuk
2.2.1 Klasifikasi
Dengue penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penyakit ini telah
Kasus penyakit ini di Indonesia termasuk terbesar di dunia setelah Thailand (Sinar
7
Harapan, 2003). Di Indonesia DBD timbul sebagai wabah untuk pertama kalinya
di Surabaya pada tahun 1968 (Chahaya, 2003). DBD telah menyebar luas ke
meningkat. Penyakit ini sering muncul sebagai Kasus Luar Biasa (KLB) dengan
angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. KLB demam berdarah terjadi di
Indonesia, tepatnya di Jakarta, pada tahun 1998 yang mencapai angka penderita
15.452 dan angka kematian 134 orang (Sinar Harapan, 2003). Angka insidens
DBD secara nasional sangat berfluktuasi dengan siklus puncak 4-5 tahunan.
Incidence rate meningkat dari 10,17 per 100.000 penduduk pada tahun 1999
menjadi 15,99 per 100.000 penduduk pada tahun 2000 dan meningkat lagi
menjadi 21,75 per 100.000 penduduk pada tahun 2001, kemudian menurun
menjadi 19,24 per 100.000 penduduk pada tahun 2002. Penyakit ini menempati
urutan ketiga penyakit terbanyak yang ditemukan pada penderita rawat inap di
perlu mendapat perhatian. Begitu pula vektor Aedes aegypti memberi resiko
2.2.2 Taksonomi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
8
Subfamilia : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Ae.aegypti
2.2.3 Morfologi
Ae. aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran
dan dikenal dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang
(mesonotum) (Djakaria, 2000), yaitu ada dua garis melengkung vertikal di bagian
kiri dan kanan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari betina dan terdapat
rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Telur Ae. aegypti berbentuk
dan membentuk bangunan yang menyerupai gambaran kain kasa. Larva Ae.
aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral
(Djakaria, 2000).
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dapat diselesaikan dalam waktu satu
1) Telur
membentuk bangunan seperti kasa. Telur berwarna hitam dan diletakkan satu
persatu pada dinding perindukan. Panjang telur 1 mm dengan bentuk bulat oval atau
memanjang, apabila dillihat dengan mikroskop bentuk seperti cerutu. Telur dapat
9
bertahan berbulan-bulan pada suhu - 2oC sampai 42oC dalam keadaan kering.
Telur ini akan menetas jika kelembaban terlalu rendah dalam waktu 4 atau 5 hari .
Gambar telur nyamuk Aedes aegypti. dapat dilihat pada Gambar berikut ini
2) Larva
ketersediaan makanan. Larva berkembang pada suhu 28oC sekitar 10 hari, pada
suhu air antara 30 - 40 oC larva akan berkembang menjadi pupa dalam waktu 5 - 7
hari. Larva lebih menyukai air bersih, akan tetapi tetap dapat hidup dalam air
dan menggantung hampir tegak lurus. Larva akan berenang menuju dasar tempat
atau wadah apabila tersentuh dengan gerakan jungkir balik. Larva mengambil
diatas permukaan air. Larva Aedes aegypti. memiliki empat tahapan perkembangan
yang disebut instar meliputi : instar I, II, III dan IV, dimana setiap pergantian
instar ditandai dengan pergantian kulit yang disebut ekdisis. Larva instar IV
mempunyai ciri siphon pendek, sangat gelap dan kontras dengan warna tubuhnya.
10
Gerakan larva instar IV lebih lincah dan sensitif terhadap rangsangan cahaya.
Dalam keadaan normal (cukup makan dan suhu air 25 27oC) perkembangan
3) Pupa
menyerupai tanda koma, memiliki siphon pada thorak untuk bernafas . Pupa
nyamuk Aedes aegypti. bersifat aquatik dan tidak seperti kebanyakan pupa
serangga lain yaitu sangat aktif dan seringkali disebut akrobat (tumbler). Pupa
Aedes aegypti. tidak makan tetapi masih memerlukan oksigen untuk bernafas
melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada thorak . Pupa pada
tahap akhir akan membungkus tubuh larva dan mengalami metamorfosis menjadi
11
4) Imago (nyamuk dewasa)
menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari pada nyamuk
mengalami kopulasi.
kawin satu kali semumur hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi 24 28 hari dari
saat nyamuk dewasa. Siklus secara nyamuk Aedes aegypti dalam dilihat pada
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui segala gejala atau
12
pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu
(Notoatmodjo, 2005).
Bangli.
3.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perasan daun legundi (Vitex trifolia
3.4 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah daun legundi (Vitex trifolia L.) yang
3.5.1 Alat
1. Blender
2. Saringan
4. Botol Semprot
5. Corong
13
6. Labu Ukur 100 mL
7. Gelas Ukur
3.5.2 Bahan
1. Daun Legundi
2. Aquadest
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 100 . 75
7500
V1 = 100
V1 = 75 mL
14
Kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda tera dan kocok
sampai homogen.
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 100 . 50
5000
V1 = 100
V1 = 50 mL
sampai homogen.
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 100 . 25
2500
V1 = 100
V1 = 25 mL
sampai homogen.
larva.
15
3.7 Analisis Data
eksperimen. Penelitian pra eksperimen yaitu metode yang digunakan dengan cara
melibatkan suatu kelompok seubyek sehingga tidak ada control yang ketat
terhadap variable ekstra. Data hasil penelitian yang di peroleh disajikan dalam
bentuk tabel.
BAB IV
Konsentrasi Ekstrak
Waktu Keterangan
Daun Legundi
16
4.2 Dokumentasi Penelitian
No
aedes aegypti,
nyamuk tersebut.
4.3 Pembahasan
legundi (Vitex trifolia) yang telah diuji pada larva. Kematian larva uji bertambah
17
seiring dengan bertambahnya konsentrasi . Hal ini membuktikan bahwa semakin
tinggi konsentrasi maka semakin cepat juga kematian larva. Pada konsentrasi
100% dari ekstrak daun legundi didapatkan 85% kematian pada larva uji (Aedes
merupakan bahan insektisida alami dan diduga bahwa pada daun legundi
mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan alkaloid yang merupakan zat toksik
bagi larva sehingga menyebabkan kematian larva uji. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa saponin memiliki aksi sebagai insektisida dan larvasida. Flavonoid bekerja
mempunyai cara kerja yaitu dengan masuk kedalam tubuh larva melalui sistem
kerusakan pada sistem pernafasan dan mengakibatkan larva tidak bisa bernafas
dan akhirnya mati. Posisi tubuh larva yang berubah dari normal bisa juga
disebabkan oleh senyawa flavonoid akibat cara masuknya yang melaui siphon
Selain itu terdapat pula kandungan saponin dan alkaloid yang bertindak
memberan sel untuk masuk kedalam dan merusak sel dan juga dapat mengganggu
Terjadinya perubahan warna pada tubuh larva menjadi lebih transparan dan
gerakan tubuh larva yang melambat bila dirangsang sentuhan serta selalu
18
19
BAB V
5.1 Simpulan
berikut :
2. Konsentrasi ekstrak daun legundi (Vilex trifolia) yang paling efektif dalam
6.2 Saran
Dari penelitian ini peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya agar lebih teliti
dalam proses pembuatan perasan daun legundi. Untuk penelitian selanjutnya mungkin
bias digunakan nyamuk jenis lain agar penelitian tentang perasan aun legundi dapat
20