Anda di halaman 1dari 25

3.

pralon pipa air

PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama: minyak bumi dan garam dapur (NaCl). Minyak bumi
diolah melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking menjadi berbagai macam zat, termasuk
etilena ( C2H4 ), sementara garam dapur diolah melalui proses elektrolisa menjadi natrium hidroksida
(NaOH) dan gas klor (Cl2). Etilena kemudian direaksikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida
(CH2Cl-CH2Cl). Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida menghasilkan gas vinil klorida
(CHCl=CH2) dan asam klorida (HCl). Akhirnya, melalui proses polimerisasi (penggabungan molekul yang
disebut monomer, dalam hal ini vinil klorida) dihasilkan molekul raksasa dengan rantai panjang
(polimer): polivinil klorida (PVC), yang berupa bubuk halus berwarna putih. Masih diperlukan satu
langkah lagi untuk mengubah resin PVC menjadi berbagai produk akhir yang bermanfaat.

Penampakan resin PVC sangat mirip dengan tepung terigu. Dan resin PVC memang dapat dianalogikan
seperti tepung terigu: keduanya tidak dapat digunakan dalam bentuk aslinya. Seperti halnya tepung
terigu yang harus diolah dengan mencampurkan berbagai kandungan lain hingga menjadi kue tart dan
berbagai jenis roti yang menarik, resin PVC juga harus diolah dengan mencampurkan berbagai jenis zat
aditif hingga dapat menjadi berbagai jenis produk yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

PVC dan Lingkungan Hidup

Telah menjadi mitos bahwa khususnya pembakaran sampah PVC memberikan kontribusi yang besar
terhadap terjadinya dioxin. Dioxin dapat dihasilkan dari pembakaran bahan-bahan organoklorin, yang
sebenarnya banyak terdapat di alam (dedaunan, pepohonan). Suatu penelitian yang dilakukan oleh New
York Energy Research and Development Authority pada tahun 1987 menyimpulkan bahwa ada atau
tidaknya sampah PVC tidak berpengaruh terhadap banyaknya dioxin yang dihasilkan dalam proses
insinerasi/pembakaran sampah. Kontribusi terbesar bagi terjadinya dioxin adalah kebakaran hutan, hal
yang justru tidak banyak diekspos.

Kandungan klor (Cl) dalam PVC diketahui memberikan sifat-sifat yang unik bagi bahan ini. Tidak seperti
umumnya bahan plastik yang merupakan 100% turunan dari minyak bumi, sekitar 50% berat PVC adalah
dari komponen klor-nya, yang menjadikannya sebagai bahan plastik yang paling sedikit mengkonsumsi
minyak bumi dalam proses pembuatannya. Relatif rendahnya komponen minyak bumi dalam PVC
menjadikannya secara ekonomis lebih tahan terhadap krisis minyak bumi yang akan terjadi di masa
datang serta menjadikannya sebagai salah satu bahan yang paling ramah lingkungan.

Walaupun PVC merupakan bahan plastik dengan volume pemakaian kedua terbesar di dunia, sampah
padat di negara-negara maju yang paling banyak menggunakan PVC-pun hanya mengandung 0,5% PVC.
Hal ini dikarenakan volume pemakaian terbesar PVC adalah untuk aplikasi-aplikasi berumur panjang,
seperti pipa dan kabel. Sampah PVC juga dapat diolah secara konvensional, seperti daur-ulang, ditanam
dan dibakar dalam insinerator (termasuk pembakaran untuk menghasilkan energi).
PVC juga dianggap menguntungkan untuk aplikasi sebagai pembungkus (packaging). Suatu studi pada
tahun 1992 tentang pengkajian daur-hidup berbagai pembungkus/wadah dari gelas, kertas kardus,
kertas serta berbagai jenis bahan plastik termasuk PVC menyimpulkan bahwa PVC ternyata merupakan
bahan yang memerlukan energi produksi terendah, emisi karbon dioksida terendah, serta konsumsi
bahan bakar dan bahan baku terendah diantara bahan plastik lainnya. Bahkan sebuah kelompok pecinta
lingkungan Norwegia, Bellona, menyimpulkan bahwa pengurangan penggunaan bahan PVC secara
umum akan memperburuk kualitas lingkungan hidup.

Pemilihan Material untuk Pipa


Pemilihan material menggunakan logam ( metal ) sudah mulai diterapkan secara umum sejak tahun
1950-an berdasarkan standar API Code 5L tentang pemilihan material pipa. Pada akhir 1980-an
berdasar kode API pula, sudah ada beberapa macam tipe material pipa, yaitu A25, A, B, X42, X46, X52,
X56, X60, X64, X70 dan X80. Setiap tipe material mempunyai karakteristik zat dan material penyusun
masing-masing. Spesifikasi material baja yang digunakan tergantung pada komposisi kimiawi, kekuatan
material, dan toleransi pipa dalam industri dan manufaktur.

Beberapa material harus ditentukan untuk mendapatkan material pipa yang tepat sesuai kebutuhan
sistem perpipaan. Kriteria kriteria dibawah ini dapat digunakan dalam pemilihan material untuk pipa :

Mechanical properties, termasuk ketahanan untuk menahan static load, dynamic load, dan elastisitas
dalam proses manufaktur

Weld ability, kemudahan dan kekuatan material pipa dalam proses pengelasan.

Corrotion resistance, kemampuan material dalam menahan korosi.

Cost, berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan per satuan ukuran material.

Availability, terkait dengan ketersediaan dan suplai material pada pasaran, sebagai pertimbangan
untuk volume cadangan dan biaya

Material yang yang sering digunakan dalam dunia migas, industri, dan manufaktur terdiri dari dua, yaitu
:
Carbon Steel

Material pipa jenis ini adalah yang paling banyak digunakan, spesifikasinya banyak ditemukan dalam
ASTM ( American Society of Testing and Materials ) dan ASME ( American Society of Mechanical
Engineering ).

Ada 3 jenis pipa material ini yang paling sering digunakan :

ASTM A106. Terbagi dalam 3 grade, tergantung Tensile Strengh nya; Grade A ( 48 ksi ), Grade B ( 60 ksi
), dan Grade C ( 70 ksi ).

ASTM A53. Material pipa ini yang biasanya dilapisi oleh zinc ( galvanized ), yang biasanya merupakan
alternatif dari ASTM A106. Material ini juga terbagi dalam 3 Grade, A, B dan C, dan memilik 3 tipe; Tipe E
( Electrical Resistance Weld ), Tipe F ( Furnace Butt Weld ), dan Tipe S ( Seamless ). Grade A dan B pada
ASTM 106 memiliki Tensile Strength yang sama dengan Grade A dan B pada ASTM A53.

ASTM A333. Material ini biasa digunakan pada fluida yang memiliki temperatur rendah, mulai dari -50
derajat Fahrenheit.

Stainless Steel

Material pipa ini dinamakan austenitic stainless steel. Namun secara umum biasanya disebut stainless
steel. Stainless steel mempunyai grade 108, tetapi yang biasa digunakan adalah tipe 304L. Sesuai kode L
dibelakang nama 304L, tipe ini mengandung cukup sedikit campuran karbon daripada tipe 304, tetapi
memiliki kekuatan yang tinggi dan ketahanan terhadap korosi yang cukup baik.

Pada dunia industri yang sebenarnya, ada dua jenis pipa stainless steel yang paling sering dipakai, yaitu:

ASTM A312, untuk pipa berukuran dibawah 8 inci.

ASTM A358, untuk pipa berukuran diatas 8 inci.

Selain 2 tipe material diatas ( Carbon Steel dan Stainless Steel ), masih banyak lagi material yang dipakai
dalam dunia perpipaan, walaupun jarang digunakan, yaitu :
Chrome-Moly Pipe ( Chromium-Molybdenum Alloy Pipe ), yang terdiri dari 10 grade, merujuk pada
kode ASTM A335.

Nickel and Nickel Alloy Pipe, contoh penggunaan secara luas adalah Inconel, Incoloy dan Monel.

Piping Cast Iron ( pipa besi )

Copper Piping ( pipa tembaga )

Plastic Pipe ( pipa plastik )

Concrete Pipe ( pipa beton ).

Sumber :

http://pipinganalysis.blogspot.com/2011/07/pipe-material-selection.html

http://pipinganalysis.blogspot.com/2011/07/frequently-used-pipe-material.html

http://pipinganalysis.blogspot.com/2011/07/pipe-material.html
SENYAWA KIMIA DALAM AIR DAN
STANDARNYA

Seperti telah diketahui, bahwa air itu sangat dibutuhkan oleh semua makhluk di dunia,
khususnya sebagai air minum. Namun air dapat juga merupakan gangguan kesehatan terhadap
sipemakai. Ini disebabkan karena:

Adanya kemampuan dari air untuk melarutkan bahan-bahan padat, mengaborbsikan gas-gas dan
bahan cair lainnya, sehingga semua semua air alam mengandung mineral dan zat-zat lain dalam larutan
yang diperolehnya dari udara, tanah dan bukit-bukit yang dilaluinya. Kandungan bahan atau zat-zat ini
dalam air dalam konsertrasi tertendut dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan pada sipemakai.

Air sebagai faktor yang utama dalam air penularan berbagai penyakit infeksi bakteri-bakteri usus
tertentu seperti typus, paratypus, dysentri, baccilair dan kolera. Dalam hubungannya dengan kebutuhan
manusia akan air minum, dan dengan memperhatikan adanya efek gangguan kesehatan yang dapat
ditimbulkan karena pemakian air tersebut , maka ditetapkanlah standar kualitas air minum.

Standar kulaitas air minum yang ditetapkan oleh Dep. Kes. RI sebagaimana juga yang ditetapkan
oleh U.S Public Healt Service, mencakup empat kelompok persyaratan, yakni: fisis, khemis, bakteriologis,
dan radioaktifitas.

Sesuai dengan dasar pertimbangan dari pada penetapan standar kualitas air minum tersebut di
atas, usaha pengolalaan (treatment) terhadap air yang akan digunakan oleh manusia sebagai air minum
harus berpedoman juga kepada standar kualitas tersebut, terutama di dalam melakukan penilaian
terhadap produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan proses
pengolahan yang akan dilakukan.

Dengan dasar-dasar pengertian tentang pentingnya dan perlunya standar kualitas air minum,
dan dengan tujuan untuk dapat meninjau secara lebih mendalam mengenai semua sistem yang tercakup
dalam standar persyaratan kualtias air minum tersebut, maka di bawah diuraikan perihal kualitas air
minum.
2.1.Beberapa Standar Kualitas Air Minum

Standar kualitas air minum bagi negara Indonesia terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.
01/BIRHUKMAS/I/1975 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Beberapa standar
kualitas air minum yang lain dapat dikemukakan di sini adalah:

1) World Health Organizations European Standards for Drinking Water, 1961.

2) World Health Organizations Internasional Standards for Drinking Water, 1963.

3) Public Health Service Drinking Water Standards, 1962.

4) American Water Work Associations Quality Goals for Potable Water, 1968.

5) Menteri Kesehatan RI Syarat-syarat Kualitas Air Minum, 1975.

Adapun parameter penilaian kualitas air mium yang tercantum pada berbagai peraturan tentang standar
kualitas air minum tersebut di atas khususnya yang tertera pada Per. Men. Kes. RI No.
01/BIRHUKMAS/I/1975, yaitu:

a. Pengaruh adanya unsur-unsur tersebut dalam air

b. Sumber/asal unsur-unsur tersebut

c. Beberapa sifar yang perlu diketahui dari unsur tersebut

d. Efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia

e. Alasan mengapa unsur tersebut dicantumkan dalam standar kualitas

Sedangkan sebagai pembanding, di bawah ini dikemukan beberapa hal tentang standar kualitas air
minum dari Public Health Service Drinking Water Standard.

2.2.Tinjauan Tentang Standar Kualitas Fisik Air Minum

Dalam standar persyaratan fisik air minum tampak adanya lima unsur persyaratan meliputi:
suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan. Dalam tinjauan berikut ini akan dapat diperoleh pengertian lebih
jauh tentang unsur-unsur tersebut, khususnya dalam hubungannya dengan dicantumkannya unsur-
unsur tersebut dalam standar persyaratan kualitas.

1) Suhu

Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan (acceptance) masyarakat akan air tersebut
dan dapat mempengaruhi pula raksi kimia dalam pengelolaan, terutama apabila temperatur tersebut
sangat tinggi. Temperatur yang didinginkan adalah sesuai dengan iklim setempat, kedalaman pipa-pipa
saluran air, dan jenis dari sumber air akan mempengaruhi termperatur ini. Di samping itu, temperatur
pada air mempengaruhi secara langsung toksitas banyak bahan kimia pencemar, pertumbuhan
mikroorganisme dan virus.

Secara umum kelarutan bahan-bahan padar dalam air akan meningkat meskipun ada beberapa
pengecualian. Pengaruh temperatur pada kelarutan terutama tergantung efek panas secara keseluruhan
pada larutan tersebut. Kalau panas larutan itu adalah endothermis, maka larutan meningkat dengan
meningkatnya temperatur. Kalau panas dari larutan exithermis, kelarutan akan menururn dengan
naiknya temperatur, dan apabila perubahan panasnya kecil, kelarutan sangat kecil dipengaruhi oleh
perubahan temperatur.

Tidak semua standar persyaratan kualitas air minum mencantumkan suhu sebagai salah satu
unsur standar. Meskipun demikian, uraian tersebut di atas dapat memberikan gambaran alasan
mengapa suhu dimasukkan sebagai salah satu unsur standar persyaratan, yakni dapat disimpulkan:

Menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya

Menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan poluttant yang mungkin terdapat dalam air,
serendah mungkin

Menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan bagi
pertumbuhan mikroorganisme danvirus dalam air.

Penyimpangan terhadap standar suhu ini, yakni apabila suhu air minum lebih tinggi dari suhu udara,
jelas akan mengakibatkan tidak tercapainya maksud-maksud tersebut di atas, yakni akan menurunkan
penerimaan masyarakat, dan dapat menimbulkan suhu bagi kehidupan mikroorganisasi dan virus
tertentu.

2) Warna

Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa-rawa, seringkali berwarna sehingga
tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan
industri, tanpa dilakukan pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut. Bahan-bahan yang
menghasilkan warna tersebut dihasilkan dari kontak antara air dengan reruntuhan organis seperti daun,
duri pohon jarum dan kayu, yang semuanya dalam berbagai tingkat pembusukan (de composition).
Bahan-bahan tersebut berisikan kentalah tumbuh-tumbuhan dalam variasi yang besar. Tannin, asam
humus, dan bahan berasal dari humus, dan bahan dekomposisi lingnin, adalah bahan yang memberi
warna yang paling utama. Senyawa besi sebagai bahan berasal dari humus (ferc-humate) juga
menghasilkan warna dengan potensi yang tinggi.

Warna yang disebabkan oleh bahan-bahan yang terususpensi dikatakan sebagai warna semu
dan yang disebabkan oleh senyawa organik atau tumbuh-tumbuhan yang merupakan koloid disebut
sebagai warna sebenarnya.

Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alaimiah yang berasal dari rawa dan hutan,
dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan. Meskipun demikian, adanya bahan-bahan
tersebut memberikan warna kuning kecoklatan pada air, yang menjadikan air tersebut tidak disukai
oleh sebagian dari konsumen air.

Intensitas warna dalam air ini diukur dengan satuan unit warna standar yang dihasilkan oleh 1
mg/liter platina (sebagai K2PtCl6). Standar yang ditetapkan oleh U.S Public Health Service untuk
intensitas warna dalam air minum adalah 20 unit dengan skala Pt-Co. Standar ini lebih rendah dari WHO
maupun standar nasional dari Indonesia yang besarnya 5 50 unit. Selain satuan di atas, satuan warna
lainnya adalah hazen.

3) Bau dan Rasa

Seperti halnya pada unsur warna, adanya bau dan rasa pada air minum akan mengurangi
penerimaan masyarakat terhadap air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan
biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta senyawaan kimia lainnya seperti phenol. Bahan-bahan yang menyebabkan bau dan
rasa dapat meningkat, baila terhadap air dilakukan klorinasi. Karena pengukuran rasa dan bau itu
tergantung pada reaksi individual, maka hasil yang dilaporkan adalah tidak mutlak.

4) Kekeruhan

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi
sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan
kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-
partikel kecil yang tersuspensi lainnya.

Standar yang ditetapkan oleh U.S Public Health Service mengenai kekeruhan ini adalah batas maksimal
10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam praktek angka standar ini umunya tidak memuaskan.
Kebanyakan bangunan pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau
kurang. Menurut Clair K. Sawyer, dkk, dikatakan bahwa kekeruhan pada air merupakan satu hal yang
harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan
mengurangi segi aesthetika, menyulitkan usaha dalam penyaringan dan akan mengurangi efektifitas
usaha desinfeksi.

Dari tinjauan tentang standar kualitas fisik ini, secara umum dapat dilihat bahwa:

Terdapatnya suhu, intensitas bau, rasa dan kekeruhan yang melebihi standar yang ditetapkan, dapat
menimbulkan kekhawatiran terkandungnya bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan efek toksik
terhadap manusia.

5) Derajat Keasaman (pH)

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatkan intensitas keadaan asam atau
basa sesuatu larutan. Ia merupakan juga satu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam
penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat
keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktifitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam
melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air (water soft ning) dan dalam pencegahan korasi.

Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan satandar kualitas air
minum dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat
menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah
menjadi racun yang mengganggu kesehatan.

6) Zat Padat Total (Total Solids)

Bahan padatan (solids) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan
pada suhu 103 - 105. Dalam analisa air, dikenal beberapa istilah tentang bahan padat ini. Istilah-istilah
itu adalah:

Dissolved solids dan undisolved solids

Volatile solids dan undisolved solids


Settleable solids dan unsettleable solids

Dalam air minum, kebanyakan bahan padat terdapat dalam bentuk terlarut (dissolved) yang terdiri
terutama dari garam anorganik, selain gas-gas yang terlarut. Kandungan total solid pada air minum
biasanya dalam range antara 20 1000 mg/l, dan sebagai satu pedoman, kesadahan air akan meningkat
dengan meningkatnya total solids. Di samping itu, pada semua bahan cair, jumlah koloid yang tidak
terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai derajat dari pencemaran.

Tingginya atau besarnya angka total solid merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan sesuai
atau tidaknya air untuk penggunaan rumah tangga. Diharapkan air dengan kandungan total solid kurang
dari 500 mg/l dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Mengingat bahwa dalam beberapa hal
pengolahan untuk menurunkan kandungan bahan padat ini tidak dilakukan, dan kenyataannya banyak
orang yang menggunakan air yang bersangkutan tidak mendapatkan sesuatu gangguan kesehatan, maka
U.S Public Health Service menetapkan batas standar maksimum total solids sebesar 1000 mg/l untuk air
minum. Persyaratan dari Dep. Kes. RI untuk ini adalah batas 1500 mg/l.

Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam
hal total solid ini, yakni bahwa air akan memberi rasa yang tidak enak pada lidah, rasa mual terutama
yang disebabkan karena natrium sulfat dan magnesium sulfat, dan terjadinya cardiax desease serta
toxaemia pada wanita-wanita hamil.

7) Zat Organik Sebagai KMnO4

Zat organik yang terdapat di dalam air bisa berasal dari:

Alam: minyak tumbuh-tumbhan, serat-serat, minyak dan lemak hewan, alkohol, sellulosa, gula, pati
dan sebagainya

Sintesa: berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik

Fermentasi: alkohol, glyserol, antibiotik, asam-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan
mikroorganisme terhadap buah-buahan organik.

Dengan melihat proses asal terjadinya bahan-bahan organik tersebut dapat diketahui bahwa sumber
utama dari bahan-bahan tersebut adalah kegiatan-kegitan rumah tangga dan proses-proses industri,
tanpa mengesampingkan adanya bahan-bahan organik yang berasal dari kegiatan-kegiatan dalam
bidang pertanian, peternakan dan pertambangan.

Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan sifat-
sifat dari air, sebagaimana telah diutarakan terutama dengan timbulnya warna, bau, rasa dan kekeruhan
yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan menentukan angka
permanganatnya. Walaupun KMnO4 sb oksidator yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat
organik yang ada, namun cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaannya.

Standar kandungan bahan organik dalam air minum menurut Dep. Kes. RI maksimal yang diperbolehkan
adalah 10 mg/l. Baik WHO maupun UD Public Health Service tidak mencantumkan angka standar ini
dalam standar kualitas air minum yang ditetapkannya. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat
ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini yaitu timbulnya baru yang tidak sedap pada air
mimun dan dapat menyebabkan sakit perut.

8) CO2 Agresif

CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat organik. Air
permukaan biasanya mengandung CO2 bebas kurang dari 10 mb/l, sedangkan pada dasar air
konsentrasinya dapat lebih dari 10 mg/l. Menurut bentuk-bentuk CO2 dalam air dapat dibedakan dalam:

1. CO2 bebas yaitu banyaknya CO2 yang larut dalam air

2. CO2 kesetimbangan (equilibrium), disebut pula CO2 bikarbonat yaitu CO2 yang dalam air setimbang
dengan HCO3

3. CO2 agresif yaitu CO2 yang dapat merusak bangunan perpipaan dalam distribusi air minum

CO2 agersif dalam air dapat ditentukan dengan cara grafis dan analistis. Penyimpangan terhadap
standar konsertrasi maksimal CO2 agresif dalam air, akan menyebabkan terjadinya korosifitas pada pipa-
pipa logam.

9) Kesadahan Total (Total Hardness)

Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua.
Ion-ion semacam itu mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak air. Kation-kation penyebab
utama dari kesadahan Ca++, Mg++, Sr++, Fe++ dan Mn++.

Sedangkan anion-anion yang bisa terdapat dalam air adalah HCO-3, SO4, Cl-, NO3-, dan SiO32.

Ion-ion Al 3+dan Fe3+ kadang-kadang dianggap sebagai penyebab kesadahan pada air. Namun
kelarutannya begitu dibatasi pada nilai pH dari air alam, sehingga konsentrasi ion-ion ini dapat
diabaikan.

Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah dan
pembentukan bantuan. Pada umumnya air sadah berasal dari daerah di mana lapisan tanah atas (top
soil) tebal dan ada pembentukan batu kapur. Air lunak berasal dari daerah di mana lapisan tanah atas
tipis, dan pembentukan batu kapur jarang atau tidak ada.

Yang dimaksud dengan kesadahan total adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion
Ca dan Mg++ secara bersama-sama. Ini disebabkan karena kebanyakan kesadahan dalam air alam adalah
++

disebabkan oleh dua kation tersebut. Ketentuan standar dari Dep. Kes. untuk kesadahan pada air minum
adalah 5 10 C.

Pengaruh langsung terhadap kesehatan akibat penyimpangan dari standar ini tidak ada, tetapi
kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif kerjanya.

10) Calcium (Ca)

Calcium adalah merupakan sebagian komponen yang merupakan penyebab dari kesadahan. Sedangkan
efek secara ekonomis maupun terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh kesadahan yakni berupa
timbulnya lapisan kerak pada ketel-ketel pemanas air, pada perpipaan, dan juga menurunnya efektifitas
dari kerja sabun. Selain itu, adanya Ca dalam air adalah sangat diperlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan unsur tersebut, yang khususnya diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

Oleh karenanya, untuk menghindari efek yang tidak diinginkan akibat dari terlalu rendah atau
terlalu tingginya kadar Ca dalam air minum, ditetapkanlah standar persyaratan konsertrasi Ca
sebagaimana yang ditetapkan oleh Dep. Kes. RI sebesar 75 200 mg/l. Standar yang ditetapkan oleh
WHO inter-regional water study-group adalah sebesar 75 150 mg/l. Konsentrasi Ca dalam air minum
yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang
lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air.

11) Magnesium (Mg)

Seperti halnya Calcium, Magnesium juga merupakan bagian dari komponen penyebab kesadahan pada
air. Dengan sendirinya efek umum yang dapat ditimbulkan oleh adanya unsur ini dalam air adalah
serupa dengan efek umum yang dapat ditimbulkan oleh pengaruh kesadahan. Dalam jumlah kecil Mg
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l
dapat menyebabkan rasa mual.

12) Besi (Fe)

Adanya unusr-unsur besi dlair diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat
besi merupakan suatu unsur gy penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini
tubuh membutuhkan 7 35 mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya diperoleh dari air, konsentrasi
unsur ini dalam air yang melebihi lebih kurang 2 bahan mg/l akan menimbulkan noda-noda pada
peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat pula menimbulkan bau dan
warna pada air minum dan warna koloid pada air.

Selain itu, kosentrasi yang lebih besar dari 1 mg/l dapat menyebabkan warna air menjadi
kemerah-merahan, memberi rasa yang tidak enak pada minuman, kecuali dapat membentuk endapan
pada pipa-pipa logam dan bahan cucian. Dalam jumlah kecil, unsur ini diperlukan tubuh untuk
pembentukan sel-sel darah merah.

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka ditetapkan standar konsentrasi maksimum besi
dalam air minum oleh Dep. Kes. RI sebesar 0,1 1,0 mg/l. Dengan dipenuhinya standar tersebut oleh air
minum, diharapkan berbagai hal yang tidak diinginkan tersebut di atas dapat terjadi.

13) Mangan (Mn)

Endapan MnO2 akan memberikan noda-noda pada bahan/benda-benda yang berwarna putih.
Adanya unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman. Di samping itu, konsentrasi 0,05 mg/l
unsur ini merupakan akhir batas dari usaha penghilangan dari kebanyakan air yang dapat dicapai.
Kemungkinan unsur ini merupakan nutrient yang penting dengan kebutuhan perhari 10 mg yang dapat
diperoleh dari makanan. Unsur ini bersifat toksis pada alat pernapasan.

Kosentrasi Mn yang lebih besar dari 0,05 mg/l, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan
meninggalkan warna kecoklat-coklatan pada pakaian cucian, dan dapat juga menyebabkan kerusahan
kepada hati.

Konsetrasi standar maksimum yang ditetapkan Dep.Kes. RI. adalah merupakan batas konsentrasi
maksimal yang dianjurkan, sedang 0,5 mg/l adalah merupakan batas konsentrasi maksimal yang
diperbolehkan.

14) Tembaga (Cu)

Tembaga merupakan satu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme. Konsentrasi batas dari
unsur ini dapat menimbulkan rasa pada air bervariasi antara 1 5 mg/l. Konsentrasi 1 mg/l merupakan
batas konsentrasi tertinggi untuk mencegah timbulnya rasa yang tidak menyenangkan.

Dalam jumlah kecil Cu diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah, namun dalam jumlah besar
dapat menyebabkan rasa yang tidak enak dilidah, selain dapat menyebabkan kerusakan pada hati.

Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh Dep.Kes. RI untuk Cu ini adalah sebesar 0,05 mg/l
untuk batas maksimal yang dianjurkan dan sebesar 1,5 mg/l sebagai batas maksimal yang
diperbolehkan.
15) Zink (Zn)

Unsur ini penting dan berguna dalam metabolisme, dengan kebutuhan perhari 10 15 mg. Pada
konsentrasi 675 2280 mg/l dapat menyebabkan muntah. Dengan garam-garam seng, akan menjadi
seperti susu pada konsentrasi 30 mg/l dan menjadi berasa seperti logam pada konsentrasi 40 mg/l.
Batas konsentrasi tertinggi sebagai standar yang akan ditetapkan hrus di bawah batas konsentrasi yang
dapat menimbulkan rasa.

Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zn
dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. Dalam jumlah besar unsur ini dapat
menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum.

Konsentrasi standar maksimum yang ditetapakn oleh Dep. Kes. RI untuk Zn ini adalah sebesar
1,0 mg/l untuk batas maksimum yang dianjurkan, dan sebesar 15,0 mg/l sebagai batas maksumal yang
diperbolehkan.

16) Klorida (cl)

Konsentrasi 250 mg/l unsur ini dalam air merupakan batas maksimal konsentrasi yang dapat
mengakibatkan timbulnya rasa asin. Konsentrasi chlorida dalam air dapat meningkat dengan tiba-tiba
dengan adanya kontak dengan air bekas. Chlorida mencapai air alam dengan banyak cara. Kemampuan
melarutkan pada air adalah untuk melarutkan klorida dari humus (topsoil) dan lapisan-lapisan yang lebih
dalam.

Percikan dari laut terbawa kepedalaman sebagai tetsan atau kristal-kristal garam kecil, yang
dihasilkan dari penguapan air dalam tetes-tetes tersebut. Sumber-sumber ini secara tetap mengisi
klorida di daerah pedlaman di mana meraka jatuh.

Kotoran manusia khususnya urine, mengandung klorida dalam jumlah yang kira-kira sama
dengan klorida yang dikonsumsikan lewat makanan dan air. Jumlah rata-rata ini kira-kira 6 gr klorida
perorangan perhari dan menambah jumlah Cl dalam air bekas (sewage) kira-kira 15 mg/l atas
konsentrasi dalam air yang membawanya, di samping itu banyak baungan dari industri yang
mengandung chlorida dalam jumlah yang cukup besar.

Klorin dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk disinfektan. Unsur ini apabila berikatan dengan ion
+
Na dapat menyebabkan rasa aisn, dan dapat merusak pipa-pipa air. Konsentrasi maksimal klodirda
dalam air yang ditetapkan sebagai standar persyaratan oleh Dep. Kes. RI adalah sebesar 200,0 mg/l
sebagai konsentrasi maksimal yang dianjurkan, dan 600,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang
diperbolehkan.
17) Sulfat (SO4)

Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam. Ia merupakan sesuatu yang penting
dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh pencucian perut yang bisa terjadi pada manusia
apabila ada dalam konsentrasi yang cukup besar. Karena alasan inilah US Public Health Service Standard
menyatakan satu batas yang tinggi 250 mg/l dalam air yang akan digunakan untuk konsumsi manusia.

Sulfat penting dalam penyediaan air untuk umum maupun untuk industri, karena
kecenderungan air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk membentuk kerak air
yang keras pada ketel dan alat pengubah panas. Sulfat merupakan sutau bahan yang perlu
dipertimbangkan, sebab secara langsung merupakan penanggung jawab dalam dua problem yang
serius yang sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas. Masalah ini merupakan
masalah bau dan masalah korosi pada perpipaan yang diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi hodrogen
sulfat dalam kondisi anaerobik, sebagaimana ditunjukkan pada persamaan berikut:

S= + 2H+ H2S

H2S + 2O2 bakteria H2SO4

H2SO4 merupakan asam kuat yang selanjutnya akan dapat bereaksi dengan logam-logam yang
merupakan bahan dari pipa yang dipergunakan, dan terjadilah apa yang dinamakan korosi. Masalah bau
disebabkan karena terbentuknya H2S yang merupakan suatu gas yang berbau.

Efek laksatif pada sulfat dapat ditimbulkan pada konsentrasi 600 1000 mg/l, apabila Mg2+
dan Na+ merupakan kation yang bergabung dengan SO4. Efek laksatif yang ditimbulkan oleh
terbentuknya Na2SO4 atau MgSO4 adalah berupa timbulnya rasa mual dan ingin muntah.

Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Dep. Kes RI untuk SO4 dalam air minum
adalah sebesar 200 400 mg/l.

18) Sulfida (H2S)

Adanya H2S maupun S= dalam air bisa merupakan kelanjutan dari terdapatnya SO4 dalam air
tersebut yang telah direduksi oleh bakteri-bakteri anaerobik. H2S merupakan gas yang sangat beracun
dan berbau busuk, sehingga kehadirannya dalam air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat
terhadap air tersebut. Selain itu, dalam jumlah besar dapat memperbesar keasaman air sehingga dapat
menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam.

Oleh karena sifat-sifat H2S ini dan pegaruh-pengaruhnya yang dapat ditimbulkannya apabila ia
berada dalam air minum yang dikonsumsikan manusia, maka dalam standar kualitas air minum
ditetapkan bahwa air minum tidak boleh mengandung H2S ataupun S= tersebut.

19) Fluorida (F)

Terdapatnya fluorida yang berlebihan dalam air minum dapat dikaitkan dengan terjadi peristiwa
pencemaran udara yang diakibatkan oleh penggunaan Cryolit (Na3AlF6) sebagai pelarut Al2O3 dalam cara
elektrolit pada usaha memproduksi aluminium. Dalam meningkatkan temperatur, cryolit mencair dan
mendesak tekanan uap yang cukup besar. Akibatnya, sejumlah fluorida yang cukup besar masuk ke
atmosfir melalui sistem exhauster yang ada. Fluorida mengembun dan membentuk asap (smoke) dan
banyak dari bahan-bahan partikel tersebut mengendap di atas tanam-tanaman dan tanah di daerah
sekitarnya.

Fluorida adalah zat yang unik karena adanya konsetrasi tertinggi dan terendah dalam air minum
yang diketahui dapat mengakibatkan efek yang mengganggu maupun yang bermanfaat bagi manusia.
Diketahui bahwa penggunaan selama bertahun dari air yang mengandung 8 20 mg/l akan
menyebabkan perubahan-perubahan tulang pada manusia, meskipun tidak ada kasus yang demikian
dijumpai di Amerika Serikat.

Pemasukan fluorida perhari 20 mg atau lebih selama 20 tahun akan mengakibatkan fluoresis
yang melumpuhkan. Satu single dose 2250 4500 mg fluorida adalah lethal bagi manusia. Untuk ini
dipelukan intake 510 gr natrium fluorida (NaF). Pada konsentrasi 1 mg/l yang digunakan untuk
pengobatan gigi, lebih dari 1300 gallon harus dicernakan untuk memperoleh intake sebesar 5 gr.

Fluorida dalam jumlah kecil (0,6 mg/l air) dibutuhkan sebagai pencegahan terhadap carries gigi
yang paling efektif tanpa merusak kesehatan. Konsentrasi yang lebih besar 1 mg/l air dapat
menyebabkan fluoresis pada gigi, yaitu terbentuknya noda-noda coklat yang tidak mudah hilang pada
gigi. Dalam hubungan inilah maka konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Dep.Kes untuk
fluorida ini adalah 2,0 mg/l dan standar minimal 1,0 mg/l. Untuk daerah tropik angka yang ditetapkan ini
perlu direvisi. Standar yang ditetapkan oleh US Public Health Service adalah sebesar 1,5 ppm sebagai
standar maksimal.

20) Amonia (NH3)

Terdapatnya amona dalam air erat hubungannya dengan siklus pada N2 di alam ini. Dengan
melihat siklus tersebut dapat diketahui bahwa amonia (NH4+) dapat terbentuk dari:
1. Dekomposisi bahan-bahan organik yang mengandung N2 baik yang berasal dari hewan (misalnya
faeces) oleh bakteri.

2. Hydrolisa bahan-bahan organik dari tumbuh-tumbuhan yang mati oleh bakteri.


2.3. SAMPLING DAN ANALISA KUALITAS AIR

Air adalah merupakan zat yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup di dunia ini, tanpa air
berarti tiada kehidupan. Baik kuantitas maupun kualitas air harus dapat memenuhi kebutuhan kita,
kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk
khususnya jasad renik yang terdapat di dalam air.

Apabila kandungan zat-zat yang terdapat dalam air menyebabkan kualitasnya tidak sesuai
dengan kriteria untuk kebutuhan manusia maka air tersebut disebut tercemar.

Pencemaran dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain oleh bencana alam dan kegiatan
manusi. Kegiatan manusia dapat digolongkan atas beberapa aktivitas antara lain:

a. Industri

b. Pertanian

c. Kehidupan sehari-hari yang menghasilkan limbah rumah tanggal dan

d. Kegiatan pembangunan lainnya

Kegiatan-kegiatan tersebutlah yang banyak mempengaruhi kualitas air sehingga air menjadi
tercemar. Untuk mengetahui sejumlah derajat pencemaran tersebut maka perlu dilakukan analisa
kualitas air baik secara fisik, kimia maupun secara mikrobiologis.

a. Pengembalian sampel

Cara menetapkan atau menentukan sample sangat menentukan Kebenaran analisa air. Tujuan
dari sampling adalah mengambil sebagian air dari material dalam jumlah yang sedikit agar mudah
menanganinya namun dapat mewakili material yang akan diuji.

Langkah-langkah yang harus dilakukan agar sample yang diambil dapat mewakili material yang
duji, maka harus dilakukan beberapa hal, yakni:

e. Buat identifikasi dari botol sample

f. Tanggal Jam .
g. Nama Colector

h. Tempat lokasi

i. Suhu air

j. Dan lain-lain

b. Jenis-jenis sample

i. Sampel Grab Sample

Sample yang diambil pada suatu waktu dan suatu tempat saja. Cara ini dapat dilakukan bila kualitas air
tersebut tidak berbeda dengan tempat disisi lain dari badan air tersebut serta tidak berubah kualitasnya
terhadap waktu. Misalnya mengambil sample di sekolah atau kanal yang kecil dan airnya deras.

ii. Sampel Komposit

Yakni pengambilan sample cara grab pada suatu tempat dalam berbagai waktu, lalu sample-sample
tersebut dikombinasikan. Tetapi harus diingat cara ini tidak dapat dipakai untuk menentukan komponen
yang dapat berubah karena penyimpanan, misalnya BOD, amonia, sulfit, chlorine dan lain-lain.

iii. Sampel Terpadu

Adalah sampling dengan cara grab untuk lokasi yang berbeda tetapi bersamaan waktunya. Cara ini baik
dilakukan bagi badan air yang komposisi dari satu sisi berbeda dengan sisi lainnya atau berbeda dengan
kedalaman yang berbeda. Misalnya pada sungai yang lebar, danau dan lain-lain.

Jumlah sample yang dianalisa harus mencukupi, karena suatu sample tidak dapat dilakukan analisa
secara kimia, bakteri dan pengujian mikroskopis karena cara penanganan sample dan pengawetannya
berbeda.

Kontainer (tempat sample) harus ditentukan karena ion-ion tertentu seperti Al, Cd, Cr, Fe, Cu, Mn, dan
Zn dapat teradsopsi oleh dinding gelas dari kontainer. Oleh karena itu untuk pemeriksaan logam-logam
tersebut sebaiknya botol sample diberi HCl atau HNO3 sehingga pH di bawah 2,0.

Untuk mendapatkan hasil yang teliti maka sebaiknya sampel harus dianalisa secepat mungkin, namun
kadang-kadang hal ini tidak memungkinkan, oleh karena itu sampel tersebut perlu diawetkan dengan
cara-cara tertentu, demikian pula cara dan tempatnya penyimpanannya. Berikut ini diberikan dalam
tabel 4.1 teknik melakukan dan menangani sampel meliputi wadah, jumlah serta cara pengawetan dan
penyimpanannya.

Tabel 4.1 Teknik Pengambilan Sampel dan Persyaratannya

Parameter Wadah Volume Penyimpanan

Sampel Dan pengawetan

(ml)

Acidity P, G (B) 100 24 jam, lemari es

Alkalinity P, G (B) 200 24 jam, lemari es

BOD P, G 1000 6 jam, lemari es

Boron P 100

Carbon, organic Analisa sesegera


mungkin,
Total G coklat 100
Lemari es atau + HCl

pH = 2
Cabon dioxide P, G 100
Analisa segera
COD P, G 100
Analisa segera
Chlorine dioxide P, G 500
Analisa segera
Chlorine, residu P, G 500
Analisa segera
Parameter Wadah Volume Penyimpanan

Sampel Dan pengawetan

(ml)

Chlorophyl P, G 500 30 hari dalam gelap,

Warna G 500 bekukan

Cynide P, G 500 24 jam, +NaOH to pH,


lemari es


Fluorida P 300

Minyak dan G,mulut


lebar +HCl to pH < 2
Lemak 1000
dikaliberas Analisa segera
Iodin 500
P, G Untuk metal terlarut
Metala
P, G Saring + 5 ml HNO3 (P)

Nitrogen
Analisa segera + 0,8
Ammonia 500
P, G MlH2SO4/l, lemari es
Nitrat 100
P,G Analisa sesegera mungkin

+ 0,8 ml H2SO4/l, lemari es

Analisa sesegara mungkin


Nitrit 100
P,G + 40mg HgCl2/l, lemari es

Analisa sesegera, lemari es


Organic 500
P,G Atau + 0,8 ml H2SO4/l
Bau 500 Analisa sesegera, lemari es

Oksigen terlarut 350 Analisa segera

Ozon G, botol BOD 1000 Analisa segera

Pestisida G

pH G (S)

Pnenol P, G (R) 500 24 jam, +H3PO4 pH=4 dan


1g
G (A)
CuSO4, lemari es
Posfat 100
Untuk posfat terlarut filtr
G (A) segera

Parameter Wadah Volume Penyimpanan

Sampel Dan pengawetan

(ml)

Residue P, G (B)

Salinity G, Waxseal 240 Analisa segera, gunakan

segel lilin

Silica P

Sludge digester G, gas 1

gas bottol

Sulfat P, G Lemari es

Sulfida P, G 100 Tambzh 4 tetes 2N zinc

Acetate/ 100 ml
Sulfit P, G Analisa segera, lemari es

Taste G 500 Analisa segera, lemari es

Temperatur Analisa segera, lemari es

Turbidity P, G Analisa pada hari yang


sama

Hingga 24 jam

P = Plastik (polyetthylene atau ekiivalen)

G = kaca,

G(A) or P (A) = Bilas dengan 1 + 1 HNO3

G(B) = Kaca borosilikat

G(S) = Kaca, bilas dengan pelarut organik

c. Teknik Analisa Kualitas Air

Untuk menganalisa kualitas air secara kuatitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

1) Secara Gravimentri (Penimbangan)

Misalnya penentuan kadar Ba, total Solid dan lain-lain

2) Cara Titrimetri (Titrasi) atau Volumetri

Misalnya penentuana aiditas, Alkalinitas, khlorida, kesadahan dan lain-lain

3) Cara kolorimentri (Instrumentasi)

Dengan cara memakai atau mempergunakan alat-alat antara lain:

k. kolorimetri

l. Photometri

m. Spektrometri
nsipnya : Zat yang akan ditentukan dahulu dijadikan berwarna dengan penambahan reagent tertentu, lalu dideteksi
dengan alat-alat tersebut di atas.

Misalnya penetuan logam-logam

4) Cara pengamatan gelombang cahaya .

perti alat : Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) alat mendeteksi kadar yang sangat rendah dari kandungan unsur-
unsur yang dideteksi.

5) Cara kromatografi (absorbsi) misalnya: TCL, GLC, dan lain-lain.

d. Metodologi Pengujian Air

Ada beberapa metode yang dapat dan bisa digunakan oleh para analist untuk melakukan analisa kualitas
air antara lain:

n. Standar Method For The Examination Of Water And Waste Water oleh APHA, AWWA, WPCF

o. ASTM (American Standard for Testing Materials)

p. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam produksi bahan-bahan kimia serta alat-alat ukur,
misalnya: E. Merck, OKIGAWA, Fischer dan lain-lain

Namun bagitu kebanyakan para analist lebih sepakat untuk mempergunakan Standard Methods,
terutama untuk melakukan penelitian.

Akhir-akhir ini sudah dapat diproduksi Complete Set Portable Water Test Kit, yakni suatu kotak
yang berisi peralatan atau bahan yang dapat dipergunakan utkmenguji atau menganalisa air di lokasi
sample. Hal ini tentu mempermudah pekerjaan lapangan, namun ketelitiannya kurang akurat.

Lembaga Atau Bahan Penguji Air

Untuk menguji kualitas air, secara resmi pemerintah tidak menentukan siapa yang khusus melakukan
tugas tersebut. Dalam kenyataan terlihat bahwa yang melakukan pengujian air tersebut antara lain:

q. Balai Industri Kimia

r. Balai Kesehatan
s. Balai Penelitian Perkebunan

t. Perguruan Tinggi

Parameter Kualitas Air

Kualitas air yang umumnya diuji untuk kepentingan studi lingkungan adalah air alam, misalnya air
sumur, air tanah, air sungai, air danau, air laut dan air hujan.

Di samping itu juga air limbah dari berbagai efldent industri. Parameter-parameter yang penting
dan selalu diuji adalah menyangkut:

u. Parameter Fisik

Seperti pH, Suhu, Kekeruhan, Warna, Bau dan Zat padat

v. Parameter Kimia

Parameter Kimia ini yang terdiri dari:

a. Ion-ion seperti: chlorida, sulfat, fospat, nitrat, nitrit dan lain-lain

b. Bahan-bahan beracun seperti: cyanida, pestisida

c. Logam-logam berat seperti: Hg, Pb, Cu, Cd, Zn, Cr, dan lain-lain

d. Bahan-bahan organik seperti: BOD, COD, dan Suspensi padat

e. Gas-gas terlarut seperti: O2, CO2, NH3 dan lain-lain

f. Kesadahan: Ca, Mg, Fe dan lain-lain

g. Mikrobiolog air: total coliform, virus

h. Zat-zat radioaktif

Anda mungkin juga menyukai