Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : WAHAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas pada Program Studi
Profesi Ners

OLEH
JOSEFINA LUTURMAS
NIM 30190115077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu
dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari, 2000).
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik,
namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian
dengan persoalan yang dihadapi. Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai
dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami
berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif,
tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar
belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam
memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat
membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui
usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses
penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha kesehatan dan
tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan
karena penderita waham dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila
tidak mendapatkan perawatan secara intensif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Santo Borromeus tingkat tiga mampu memahami
mengenai konsep dasar mengenai Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Gangguan Alam
Perasaan (Waham)

2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa memahami pengertian gangguan waham
2. Mahasiswa memahami etiologi dari gangguan waham
3. Mahasiswa memahami tanda dan gejala gangguan waham
4. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
waham

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi atau informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan
dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat
terkenal.
Waham adalah keyakianan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (stuartdansundeen,
1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (DepKes RI, 1994).

Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi
pikir yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan
kenyataan, keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah
dengan logika atau hal-hal yang bersifat nyata.

B. Rentang Respon Neurobiologi


Stuart dan laraia, 2005

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan proses pikir


Persepsi akurat Ilusi Waham
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan Perilaku disorganisasi
pengalaman atau kurang Isolasi sosial
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau tidak Sulit berespon emosi
Berhubungan sosial biasa
Perilaku sesuai
Menarik diri
Respon adaptif Respon maladaptif
Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada
keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau
perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berpikir secara logis dan
pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan
mengalami gangguan isi pikir : waham

C. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang melemparkan
kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu biasanya peka dan mudah
tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini seringkali disebabkan
karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta paa diri sendiri
yang berlebihan angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya memakai mekanisme
proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta mendambakan sesuatu secara
berlbihan, maka keadaan ini dapat berkembang menjadi waham. Secara berlahan-lahan
individu itu tidak dapat melepaskan diri dari khayalan dan kemudian meninggalkan dunia
realitas.
Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa tidak aman, membuat
seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi
waham besar.
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri dan keutuhan
keluarga merupakan penyebab terjadinya halusinasi dan waham. Selain itu kecemasan,
kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa
yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu sukar lagi
dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari lingkungan (Keliat, 1998).

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi
menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :

1. Teori Biologis
Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama
(orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia
mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian
hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di
dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter
yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan
dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.

2. Teori Psikososial
Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik
diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih
stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini
anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.

3. Teori Interpersonal
Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima
pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.

4. Teori Psikodinamik
Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara
orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan
ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya
sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif termasuk
gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

2. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi dengan
sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang
tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah
perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan
interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.

D. Proses Terjadinya Waham


1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status social dan ekonomi terbatas. Biasanaya klien sangat sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara social dan
ekonomi terpenuhi, tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Misalnya, ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan, bahwa ia eksis di
dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang
(life span history).

2. Fase lack of self esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality (kenyataan dan harapan), serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, sedangkan standar linkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya,
saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang
canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal, self reality-nya
sangat jauh.Dari aspek pendidikan klien, materi pengalaman, pengaruh, support
system, semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal external


Klien mencoba berpikir rasional, bahwa apa yang ia yakini atau apa yang ia
katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadap kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting, dan diterima
linkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien, mencoba memberikan
koreksi bahwa, sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif, tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien kadang merugikan orang lain.

4. Fase environment support


Adanya beberapa orang yang memercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran, karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah, mulai terjadinya kerusakan control diri dan tidak berfungsi normal (super
ego), yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungan. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksisosial.

6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien
dengan cara konfrontatif, serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa yang
dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

E. Tanda dan Gejala Waham

Nama Karakteristik Contoh

Waham Meyakini bahwa, ia memiliki kebesaran Saya ini titisan Bung


kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan Karno, punya banyak
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. perusahaan, punya rumah
di berbagai Negara, dan
bisa menyembuhkan
berbagai macam
penyakit

Waham Meyakini bahwa, ada Banyak polisi yang


curiga seseorang atau kelompok yang mengintai saya, tetangga
berusaha merugikan atau saya ingin
mencederai dirinya, diucapkan menghancurkan hidup
berulang kali tetapi tidak sesuai saya, suster akan
kenyataan. meracuni makanan saya.

Waham Memiliki keyakinan terhadap suatu agama Tuhan telah menunjuk


agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali saya menjadi wali, saya
tetapi tidak sesuai kenyataan harus terus menerus
memakai pakaian putih
setiap hari, agar masuk
surga

Waham Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian Sumsum tulang saya
somatic tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kosong, saya pasti
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah
membusuk, tubuh saya
menghilang

Waham Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di Saya sudah menghilang
nihilistic dunia atau meninggal, diucapkan berulang dari dunia ini, semua
kali tetapi tidak sesuai kenyataan yang ada di sini adalah
roh-roh, sebenarnya saya
sudah tidak ada di dunia

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memeprhatikan, dan
mendokumentasikan semua inforrmasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang
diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang
dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham.
1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang diungkapkan?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa dia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa dia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien waham yaitu:
Alasan masuk atau dirawat
Umumnya pasien dengan gangguan orientasi dan realita dibawa kerumah sakit karena
mengungkapkan kaa-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal kepada seseorang. Klien
suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal marah atau
merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistic, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar. Serta klien mengungkapkan sesuatu yang
diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang
lain, curiga, bermusuhan, merusak, ( diri, orang lain, lingkungan) takut kadang panic,
sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan atau realitas, ekspresi wajah klien tegang,
mudah tersinggung.
Masalah Keperawatan
a. Kerusakann komunikasi verbal
b. Gangguan proses piker
c. Harga diri rendah kronik

Data Mayor dan Data Minor

Data Masalah

DS: Kerusakan komunikasi verbal


Pasien bicara kacau
Bingung
Pembicaraan berbelit-belit

DS: Gangguan proses pikir: waham


Pasien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai
kenyataan
Pasien mengatakan berulang kali
DO:
Pasien tampak bingung

DS: Gangguan konsep diri, harga diri rendah


Pasien merasa malau berinteraksi dengan orang
lain
DO: Ekspresi muka sedih dan murung

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan klien dengan waham berdasarkan pohon masalah:
a. Gangguan proses pikir : waham
C. Intervensi Keperawatan

No. Perencanaan

DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1 2 3 4 5 6

Gangguan Pasien mampu: Setelah pertemuan SP.1 (Tgl..)


Berorientasi kepada Identifikasi kebutuhan Mengetahui
proses pikir pasien dabat
realitas secara memenuhi pasien kebutuhan pasien
waham
bertahap dapat memudahkan
kebutuhannya
Mampu
perawat dalam
berinteraksi dengan Bicara konteks realita
menyusun
orang lain dan (tidak mendukung atau intervensi
lingkungan membantah waham selanjutnya.
Menggunakan obat
pasien Membawa pasien
dengan prinsip 6 Latih pasien untuk
pada orientasi
benar memenuhi realita
kebutuhannya Memandirikan
pasien dalam
Masukkan salam jadwal
melakukan proses
harian pasien.
keperawatan
Jadwal harian
sebagai acuan
dalam melanjutkan
rencana
keperawatan secara
rutin.

Setelah pertemuan SP.2 (Tgl..)


Evaluasi kegiatan yang Mengetahui
pasien mampu:
Menyebutkan lalu (SP.1) perkembangan dan
kegiatan yang tingkat kemampuan
sudah dilakukan. pasien dalam
Mampu menilai dirinya
Identifikasi
menyebutkan serta sesuai pada realitas.
potensi/kemampuan
memilih keinginan Mengetahui potensi
yang dimiliki.
yang dimiliki pasien yang dapat
mendukung dalam
mengenali diri
Pilih dan latih
pasien.
potensi/kemampuan
Memotivasi pasien
yang dimiliki
dalam
mengembangkan
kemammpuannya
Masukkan dalam jadwal
sehingga pasien
kegiatan pasien
tidak berfokus pada
waham yang
dianutnya.
Jadwal harian
sebagai acuan
dalam melanjutkan
rencana
keperawatan secara
rutin

Setelah pertemuan SP.3 (Tgl..)


dapat Evaluasi kegiatan yang Mengetahui
pasien
lalu (SP.1&2) perkembangan dan
menyebutkan kegiatan
tingkat kemampuan
yang sudah dilakukan
pasien dalam
dan mampu memilih
Pilih dan latih menilai dirinya
kemampuan lain yang
potensi/kemampuan sesuai pada realitas.
dimiliki.
lain yang dimiliki Memotivasi pasien
dalam
mengembangkan
kemammpuannya
Masukkan dalam sehingga pasien
jadwal kegiatan pasien tidak berfokus pada
waham yang
dianutnya.
Jadwal harian
sebagai acuan
dalam melanjutkan
rencana
keperawatan secara
rutin

Keluarga mampu: Setelah pertemuan S.P1 (Tgl)


Mengidentifikasi Identifikasi masalah Kesulitan dalam
pasien mampu:
waham pasien Mengidentifikasi keluarga dalam merawat pasien
Memfasilitasi masalah menjelaskan merawat pasien memepengaruhi
pasien untuk cara merawat pasien perkembangan
memenuhi pasien dalam
kebutuhannya Jelaskan proses memahami
Mempertahankan terjadinya waham. realitasnya.
program Memudahkan
pengobatan pasien keluarga dalam
secara optimal Jelaskan tentang cara memngenali
merawat pasien
waham. waham, sehingga
keluarga dapat
Latih (simulasi) cara memahami yang
merawat terjadi pada pasien.
Mendorong
RTL keluarga / jadwal keluarga dalam
merawat pasien melakukan
tindakan sesuai
dengan kebutuhan
pasien.
Memampukan
keluarga dalam
merawat pasien.
Memudahkan
dalam tindakan
selanjutnya demi
pemulihan pasien
untuk kembali ke
realitas.

Setelah pertemuan S.P 2 (Tgl..)


Evaluasi kegiatan yang Mengetahui
pasien mampu
Menyebutkan lalu (S.P 1) perkembangan dan
kegiatan yang tingkat kemampuan
sesuai dilakukan pasien dalam
Mampu menilai dirinya
memperagakan
Latih keluarga cara sesuai pada realitas.
cara merawat Memampukan
merawat pasien
pasien keluarga dalam
(langsung ke pasien)
RTL keluarga merawat pasien.
Memudahkan
dalam tindakan
selanjutnya demi
pemulihan pasien
untuk kembali ke
realitas.

Setelah pertemuan S.P3 (Tgl)


Evaluasi kemampuan Mengetahui
keluarga mampu:
Mengidentifikasi keluarga pengetahuan
masalah dan keluarga dalam
Evaluasi kemampuan
mampu merawat pasien
pasien
Mengetahui
menjelaskan cara
perkembangan
merawat pasien.
RTL Keluarga: pasien dalam
- Follow up
- Rujukan melihat realitas.
Memudahkan
dalam tindakan
selanjutnya demi
pemulihan pasien
untuk kembali ke
realitas.

D. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi pada klien dengan perubahan isi pikir :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengendalikan isi pikir.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
4. Klien dapat mengembangkan persepsi diri yang positif.
5. Klien dapat berhubungan dengan lingkungan.
6. Klien dapat terlibat dalam perawatannya.

Anda mungkin juga menyukai