Anda di halaman 1dari 8

RESUME KETERAMPILAN KHUSUS PADA ANAK

INHALASI, SUCTION DAN TERAPI OKSIGEN

Disusun oleh :

Lala Nurlaelasari

Prodi / Tingkat :
DIII Keperawatan / Tingkat IIB

STIKes Kharisma Karawang DIII Keperawatan Tingkat II


Jl. Pangkal Perjuangan Km. 1 By Pas Karawang
2017
TERAPI INHALASI

1. Pengertian
Inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
hirupan. Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping
yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil
dibandingkan jenis lainnya.
2. Macam - Macam Terapi Pada Pasien Anak dengan Asma
a. Terapi Non Farmakologi yang Berupa Inhalasi Zat Asam (Oksigen)
a) Pengertian :
Memasukkan zat asam kedalam paru-paru pasien melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat khusus.
b) Tujuan :
1) Memenuhi kekurangan zat asam (oksigen)
2) Membantu kelancaran metabolisme
3) Sebagai tindakan pengobatan
4) Mencegah hipoksia (misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung,
pekerja tambang, dll)
c) Dilakukan pada pasien
1) Dengan anoksia, hipoksia
2) Dengan kelumpuhan alat-alat pernafasan
3) Selama dilakukan tindakan narkose umum
4) Yang mendapat trauma paru-paru
5) Yang tiba-tiba memperlihatkan tanda-tanda dipsnea, syok, sianosis, apnea
6) Dalam keadaan gawat (coma, dll)
d) Persiapan
1) Persiapan alat :
a) Tabung oksigen lengkap dengan manometernya
b) Pengukur aliran atau flowmeter
c) Botol pelembab (humidifier) yang sudah diisi dengan air matang dan aquades
sampai pada batas untuk melembabkan udara
d) Selang oksigen
e) Kedok zat asam atau kanula hidung ganda (binal kanula) atau pipa
endostrakeal atau tenda oksigen
f) Alat resusitasi lengkap, bila mungkin disediakan
g) Saluran permukaan baskom ditutup handuk, sisi yang lain dipegang oleh
pasien untuk menutup rapat sekitar hidung dan mulut
h) Pasien disuruh menghirup atau bernafas dengan hidung berulang-ulang
selama 10-15 menit dan merasa lega
i) Setelah selesai, pasien dirapikan kembali
j) Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
2) Persiapan pasien :
Melakukan pendekatan kepada anak atau keluarga dengan memberikan
penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan berkomunikasi.
e) Pelaksanaan :
1) Pemberian oksigen (O2), yang sederhana dengan mempergunakan kedok zat asam
atau kanula hidung ganda. Bila mempergunakan kedok zat asam, kedok
dipasang atau ditutupkan pada mulut dan hidung, tali kedok diikatkan ke kepala.
Bila mempergunakan kanula hidung ganda ujung kanula dimasukkan ke dalam
kedua lubang hidung, dan tali diikatkan di belakang kepala.
2) Isi tabung diperiksa dan dicoba
3) Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau kanula hidung ganda
4) Fowmeter dibuka dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan (biasanya 2-3
liter/menit)
5) Pasien ditanya, apakah sekarang sesaknya berkurang
6) Pemberian oksigen dapat dilaksanakan terus menerus, selang-seling (intermitten)
atau dihentikan sesuai program pengobatan.
7) Apabila pemberian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau kanula hidung
ganda diangkat dan selang oksigen ditutup.
8) Pasien dirapihkan kembali
9) Peralatan dibesihkan, dibereskan, dan dikembalikan ke tempat semula
Catatan :
1) Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah pemberian oksigen
2) Hindarkan tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit
3) Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan, misalnya api yang dapat
menimbulkan kebakaran
4) Pada pasien anak-anak digunakan nasal kateter dan bila pemakaian lebih 24 jam
kateter dibersihkan dan dipindahkan ke lubang hidung yang lain
b. Terapi Farmakologi yang Berupa Inhalasi Uap / Obat
Inhalasi dengan uap air panas
a. Persiapan Alat
1) Baskom besar berisi air mendidih dan alasnya
2) Obat yang mengandung menthol, misalnya: menthol tetes vicks
3) Bengkok (nierbekken)
4) Handuk dua buah
5) Tissue (bila ada)
6) Gelas ukur
7) Vaselin
8) Peniti / jepitan pakaian
b. Persiapan Pasien
Melakukan pendekatan kepada anak / keluarga dengan memberikan penjelasan
tentang tindakan yang akan dilakukan dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan berkomunikasi.
c. Pelaksanaan
1) Meja diletakkan didepan pasien
2) Letakkan baskom berisi air panas dengan alasnya diatas meja
3) Dada dan leher pasien ditutup rapat dengan handuk yang diberi peniti disebelah
belakangnya
4) Sekitar mulut dan hidung diolesi vaselin
5) Obat yang telah ditentukan dimasukkan secukupnya ke dalam baskom yang berisi
air mendidih
6) Kepala pasien menunduk diatas baskom sehingga uap dapat dihisapnya
3. Macam-Macam Alat Terapi Inhalasi
a. Inhaler/MDI/Metered-Dose Inhaler
b. Turbuhaler
c. Rotahaler
d. Nebulizer
e. Dry Powder Inhaler (DPI)
f. Kortikosteroid Inhalasi
SUCTION

A. Pengertian
Suction adalah Tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lendir secara sendiri. ( Alimul, Aziz, 2008)
Suction adalah tindakan mengeluarkan sekret, gas atau cairan melalui sebuah
kateter yang disambungkan pada mesin penghisap.
B. Prinsip Suction 4A
1. Aseptik : Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikro
organisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi.
2. Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis.
3. Afektif : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan
perasaan dan emosi.
4. Atraumatik : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma.
C. Indikasi Suction
1. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup karena kelemahan otot epiglotis.
2. Pasien yang koma dengan produksi sputum meningkat.
3. Pasien yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.
4. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun dengan produksi sputum meningkat.
5. Pasien yang sekretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri sulit
untuk mengeluarkannya.
D. Persiapan Alat
1. Mesin penghisap
2. Handuk lebar
3. Sarung tangan steril
4. Sarung tangan non steril/bersih
5. Tissue
6. Plastik
7. Larutan salin atau air steril
8. Mangkuk
9. Swab pelembab oral
10. Obat kumur
11. Jeli petroleum
12. Masker
13. Stetoskop
E. Komplikasi Suction
1. Hipoksia.
2. Trauma jaringan.
3. Meningkatkan resiko infeksi.
4. Stimulasi vagal (menurunkan heart rate) dan bronkospasme.
TERAPI/PEMBERIAN OKSIGEN

1. Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan
alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula nasal dan
masker oksigen. ( Suparmi, 2008 )
2. Tujuan Umum
a Meningkatkan ekspansi dada
b Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
c Membantu kelancaran metabolisme
d Mencegah hipoksia
e Menurunkan kerja jantung
f Menurunkan kerja paru paru pada klien dengan dyspnea
g Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru
( Menurut Aryani, 2009 ).
3. Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
a Gagal nafas
b Gangguan jantung (gagal jantung)
c Kelumpuhan alat pernafasan
d Perubahan pola napas.
e Keadaan gawat ( misalnya : koma )
f Trauma paru
g Metabolisme yang meningkat : luka bakar
h Post operasi
i Keracunan karbon monoksida
4. Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan
jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini :
a Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas
spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat
menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker
rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang
tinggi yaitu sekitar 90-95%.
b Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah.
c Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.
( Menurut Aryani, 2009 )
5. Hal - hal yang perlu diperhatikan
a Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas.
Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk
mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien.
b Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien dengan
keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengobservasi lebih
sering terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen.
c Pada beberapa klien, pemasangan masker akan memberikan tidak nyaman karena
merasa terperangkat. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat
meyakinkan klien akan pentingnya pemakaian masker tersebut.
d Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan
perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat
menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.
e Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal
kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area
tempat penekanan tersebut.
f Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan terapi
oksigen.
g Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu dengan
contoh masker.
h Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF.
i Pasanglah tanda : dilarang merokok : ada pemakaian oksigen di pintu kamar klien, di
bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan kepada
klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran.
( Menurut Aryani, 2009 )

Anda mungkin juga menyukai