Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati,
1989).
Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
caring atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan
serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.

2. Rumusan Masalah
a. Apakah Pengaruh Hubungan Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Klien ?
b. Bagaimana Perbedaan Hubungan Sosial dan Komunikasi Terapeutik ?
c. Apa Perilaku,Pikiran dan Perasaan Seseorang di Lihat dari Teori Johari Window ?
d. Apakah yang di maksud Peningkatan Kesadaran Diri ?
e. Apakah Tugas Perawat pada Setiap Fase Hubungan ?

3. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui komunikasi dalam proses keperawatan.
2. Untuk mengetahui Komunikasi terapeutik dalam keperawatan.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan
perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan
menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal
mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai
keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987) karena :
1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dalam proses
komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti keberhasilan
intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan
untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
3. Komunikasi adalah hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak mungkin dicapai
tanpa komunikasi.
Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu mengetahui proses
komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan masalahnya.
Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan,
media dan umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan penerima adalah komunikasi
yang akan memberi efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dan non
verbal. Bermain merupakan cara berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak.
Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara non verbal antara lain : Vokal nada,
kualitas, keras atau lembut, kecepatan, yang semuanya menggambarkan suasana emosi.
1. Gerakan reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang atau gerakan-gerakan yang
lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati.
2. Jarak (space) dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman.
3. Sentuhan dikatakan sangat penting namun perlu mempertimbangkan aspek budaya dan
kebiasaaan.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 2


Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus menganalisa dirinya,
kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab.
Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien jika tidak ada kemampuan
menghargai keunikan klien.
Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya tetapi harus di rencanakan, di
pertimbangkan dan di lakukan secara profesional. Pada saat pertama kali perawat melakukan
komunikasi terapeutik proses komunikasi umumnya berlangsung singkat, canggung, semu dan
seperti di buat-buat. Hal ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing
hubungan klien karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik


a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang
diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut
(Hamid,1998):
a. Kesadaran diri.
b. Klarifikasi nilai.
c. Eksplorasi perasaan.
d. Kemampuan untuk menjadi model peran.
e. Motivasi altruistik.
f. Rasa tanggung jawab dan etik.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 3


3. Fungsi Komunikasi Terapeutik
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap
perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan
dalam perawatan (Purwanto, 1994).

4. Prinsip-Prinsip Komunikasi Komunikasi


1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik
4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah
laku klien dan memberi nasihat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan
subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.

5. Komponen Komunikasi Terapeutik


Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut
(Hamid, 1998):
1. Pesan adalah suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim kepada penerima.
2. Penerima adalah yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan.
3. Pengirim adalah yang menjadi asal dari pesan.
4. Umpan balik adalah respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.
5. Konteks adalah tatanan di mana komunikasi terjadi.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 4


Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima elemen
struktur ini maka masalah-masalah yang spesifik atau kesalahan yang potensial dapat
diidentifikasi.
Menurut Roger terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.
Karakteristik tersebut antara lain:
a. Kejujuran (trustworthy) merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang
bernilai terapeutik tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya. Klien
hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin
bahwa perawat dapat dipercaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif dalam berkomunikasi hendaknya perawat
menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi non verbal harus
mendukung komunikasi verbal yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan
klien menjadi bingung.
c. Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat penuh perhatian dan
penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah
kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif.
d. Empati bukan simpati, sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan karena
dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien
seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat
memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien karena meskipun dia turut merasakan
permasalahan yang dirasakan kliennya tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga
perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati
membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat
secara emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien dalam memberikan asuhan
keperawatan perawat harus berorientasi pada klien (Taylor, dkk ,1997). Untuk itu agar dapat
membantu memecahkan masalah klien perawat harus memandang permasalahan tersebut
dari sudut pandang klien. Untuk itu perawat harus menggunakan teknik active listening dan
kesabaran dalam mendengarkan ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-
gesa dengan tidak menyimak secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 5


karena dapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan
akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien.
f. Menerima klien apa adanya jika seseorang diterima dengan tulus seseorang akan merasa
nyaman dan aman dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau
mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat
tidak menerima klien apa adanya.
g. Sensitif terhadap perasaan klien tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit
terjalin dengan baik karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan pelanggaran
batas privasi dan menyinggung perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri seseorang yang
selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat
yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu klien jika ia sendiri
memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya.

6. Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik.


1. Fase Pra Interaksi
Fase pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan
perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah
pengalamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Ia
seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang adekuat, mempunyai
hubungan yang konstruktif dengan orang lain dan berpegang pada kenyataan dalam
menolong klien (Stuart dan Sundeen, 1987).
Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan
meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien.
Metode Prainteraksi
Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri
Analisa kekuatan-kelemahan professional
Dapatkan data tentang klien jika mungkin

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 6


Rencanakan pertemuan pertama

2. Fase Orientasi
Fase ini dimulai pada saat pertemuan pertama dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji
adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan
perawat-klien.
Dalam memulai hubungan, tugas utama perawat adalah membina rasa percaya,
penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien.
Elemen-elemen kontrak (lihat Tabel 3) perlu diuraikan dengan jelas kepada klien sehingga
kerjasama dapat dilakukan secara optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh
dalam kontrak, tetapi pada kondisi tertentu misalnya pada klien dengan gangguan realitas,
maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontak relitas
klien meningkat.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan
mengidentifikasi masalah serta merumuskan tujuan bersama klien.
Metode Orientasi
Tentukan alasan klien minta pertolongan
Bina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka
Rumuskan kontrak pertama
Eksplorasi pikiran, perasaan dan perilaku klien
Identifikasi masalah klien
Rumuskan tujuan dengan klien
Elemen Kontrak Perawat-Klien Pada tahap Orientasi
Nama individu (perawat dan klien)
Peran perawat dan klien
Tanggung jawab perawat dan klien
Tujuan hubungan
Tempat pertemuan
Waktu pertemuan
Situasi terminasi
Kerahasiaan

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 7


3. Fase Kerja
Pada fase kerja perawat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan
perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian
dan tanggung jawab diri sendiri serta mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif.
Perubahan perilaku maladaptif menjadi adaptif merupakan fokus fase ini.

4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa
percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat optimal.
Keduanya (perawat dan klien) akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat
perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas
perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali
proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih,
penolakan perlu dieksplorasi dan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi
yang sehat akan memberi pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan
koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menghadapi terminasi dapat bermacam cara.
Klien mungkin mengingkari perpisahan atau mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat
mengekspresikan perasaan marah dan bermusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan
atau bicara yang dangkal. Terminasi mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan
klien sebagai penolakan atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya dengan
harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan kerena klien masih memerlukan bantuan.

7. Pengaruh Hubungan Komunikasi Terapeutik Antara Perawat dengan Klien


Hubungan terapeutik perawat-klien adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
untuk memperbaiki emosi klien. Dalam hubungan ini perawat memakai diri sendiri dan teknik
pendekatan yang khusus dalam bekerja dengan klien untuk memberi pengertian dan merubah
perilaku klien.
Secara umum tujuan hubungan terapeutik adalah untuk perkembangan klien yaitu:

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 8


1. Kesadaran diri, penerimaan diri dan penghargaan diri yang meningkat
2. Pengertian yang jelas tentang identitas diri dan integritas diri ditingkatkan
3. Kemampuan untuk membina hubungan intim interdependen, pribadi dengan kecakapan
menerima dan memberi kasih sayang.
4. Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
pribadi yang realistis.
Untuk mencapai tujuan di atas berbagai aspek kehidupan klien akan diekspresikan selama
berhubungan dengan perawat. Perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan,
pikiran dan persepsi serta dihubungkan dengan perilaku yang tampak (hasil observasi dan
laporan). Area yang diidentifikasi sebagai konflik dan kecemasan perlu diklarifikasi. Penting
bagi perawat untuk mengidentifikasi kemampuan klien dan mengoptimalkan kemampuan
melakukan hubungan sosial dan keluarga. Komunikasi akan menjadi baik dan perilaku
maladaptif akan berubah jika klien sudah mencoba pola perilaku dan koping baru yang
konstruktif.
Status klien dalam hubungan terapeutik perawat dan klien sudah berubah dari dependen
menjadi interdependen. Pada waktu yang lalu perawat mengambil keputusan untuk klien saat ini
perawat memberi alternatif dan membantu klien dalam proses pemecahan masalah.
Di dalam hubungan terapeutik perawat dan klien perawat memakai dirinya secara
terapeutik dalam membantu klien perlu mengenal dirinya termasuk perilaku, perasaan, pikiran
dan nilai agar asuhan yang diberikan tetap berkualitas dan menguntungkan klien.
Makalah ini akan menguraikan bagaimana meningkatkan kesadaran diri perawat agar
berkembang kualitasnya dalam memberikan asuhan keperawatan yang mencakup uraian tentang
tahap hubungan perawat dan klien sifat hubungan dan teknik komunikasi dalam berhubungan.
1. Perbedaan Hubungan Sosial dan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Sosial Komunikasi Terapeutik

Komunikasi Sosial adalah pemindahan informasi Komunikasi terapeutik adalah suatu


dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau pengalaman bersama antara perawat klien
tidak (Harold Koont Dan Cyril Odonell). yang bertujuan untuk menyelesaikan
Komunikasi Sosial adalah proses pengoperasian masalah klien yang mempengaruhi
lambang-lambang yang mengandung pengertian perilaku pasien.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 9


antara individu-individu (William Ablig).
Tujuan Komunikasi Sosial : Tujuan Komunikasi Terapeutik :
1. Mampu memahami perilaku orang lain 1. Kesadaran diri.
2. Mengenali perilaku bila setuju dan tidak 2. Klarifikasi nilai.
setuju 3. Eksplorasi perasaan.
3. Memahami perlunya memberi pujian 4. Kemampuan untuk menjadi model
4. Menciptakan hubungan personal yang baik peran.
5. Memperoleh informasi tentang situasi atau 5. Motivasi altruistik.
sikap tertentu 6. Rasa tanggung jawab dan etik.
6. Untuk menentukan suatu kesanggupan
7. Untuk meneliti pola kesehatan
8. Mendorong untuk bertindak
9. Memberi nasehat

Komponen Komunikasi Sosial komponen Komunikasi Terapeutik :


1. Komunikator penyampaian informasi atau 1. Pengirim yang menjadi asal dari pesan
sumber informasi. 2. Pesan suatu unit informasi yang
2. Komunikan penerima informasi, pemberi dipindahkan dari pengirim kepada
respon terhadap stimulus. penerima
3. Pesan gagasan, pendapat, stimulus, fakta, 3. Penerima yang mempersepsikan pesan
informasi. yang perilakunya diengaruhi oleh
4. Media saluran yang dipakai untuk pesan.
menyampaikan pesan. 4. Umpan balik respon dari penerimaan
5. Kegiatan Encoding perumusan pesan oleh pesan kepada pengirim pesan
komunikator. 5. Konteks tatanan di mana komunikasi
6. Kegiatan Decoding penafsiran pesan oleh terjadi
komunikan.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 10


2. Perilaku, Pikiran dan Perasaan Seseorang dilihat dari Teori Johari Window
Jendela Johari (Johari Window) adalah konsep komunikasi yang diperkenalkan oleh
Joseph Luth dan Harry Ingram (karenanya disebut Johari). Jendela Johari pada dasarnya
menggambarkan tingkat saling pengertian antarorang yang berinteraksi. Jendela Johari ini
mencerminkan tingkat keterbukaan seseorang yang dibagi dalam empat kuadran, Kuadran-
kuadran tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Open
Menggambarkan keadaan atau hal yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Hal-
hal tersebut meliputi sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya. Orang yang
Open bila bertemu dengan seseorang akan selalu membuka diri dengan menjabat
tangan atau secara formal memperkenalkan diri bila berjumpa dengan seseorang. Diri
yang terbuka mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri demikian juga orang lain
diluar dirinya dapat mengenalinya.
2. Blind
Disebut Blind karena orang itu tidak mengetahui tentang sifat-sifat, perasaan-
perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya. Sebagai contoh
ia bersikap seolah-olah seorang yang sok akrab padahal orang lain melihatnya begitu
berhati-hati dan sangat tertutup tampak formal dan begitu menjaga jarak dalam pergaulan.
Orang ini sering disebut sebagai seseorang yang buta karena dia tidak dapat melihat
dirinya sendiri tidak jujur dalam menampilkan dirinya namun orang lain dapat melihat
ketidak tulusannya.
3. Hidden
Ada hal-hal atau bagian yang saya sendiri tahu tetapi orang lain tidak. Hal ini
sering teramati ketika seseorang menjelaskan mengenai keadaan hubungannya dengan
seseorang. Saya ingat betul bagaimana rasanya dikhianati pada waktu itu padahal aku
begitu mempercayainya. Luka hati masa lalunya tidak diketahui orang lain tetapi ia
sendiri tak pernah melupakannya.
4. Unknown
Dikatakan Unknown karena baik yang bersangkutan maupun orang lain dalam
kelompoknya tidak mengetahui hal itu secara individu. Sepertinya semua serba misterius.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 11


Jendela Johari juga bisa menjelaskan tingkat keterbukaan seseorang terhadap dirinya
sendiri maupun orang lain.
1. Orang tipe I :
Merupakan orang yang terbuka kepada orang lain dan terbuka untuk orang lain
menilai dan memberi masukan tentang dirinya.
2. Orang tipe II :
Merupakan orang yang menyembunyikan sebagian dari kebenaran tentang
dirinya. Artinya ada hal-hal atau bagian yang dia sendiri tahu tapi orang lain tidak
contohnya orang yang sakit hati dengan orang lain, orang lain belum tentu tahu tapi dia
tahu.
3. Orang tipe III :
Merupakan orang yang buta karena orang itu tidak tahu tentang sifat-sifat,
perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya,
contohnya adalah orang yang sok akrab padahal orang lain melihat dia sebagai seorang
yang sangat berhati-hati dan tertutup formal dan begitu menjaga jarak dalam pergaulan.
4. Orang tipe IV:
Merupakan orang tipe paling tertutup. Tidak mau membuka dirinya keluar
maupun menerima pendapat atau masukan atau feedback dari luar. Panggilan yang tepat
untuk yang yang demikian adalah orang yang misterius.

3. Peningkatan Kesadaran Diri


Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif
terhadap stres yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik.
Instrumen utama yang dipakai adalah diri perawat sendiri. Analisa diri sendiri merupakan
dasar utama untuk dapat memberikan asuhan yang berkualitas fokus Analisa Diri :
1. Kesadaran diri
a. Perawat perlu menjawab pertanyaan Siapa saya

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 12


b. Perawat harus dapat mengkaji perasaan perilakunya secara pribadi maupun sebagai
pemberi perawatan.
c. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima perbedaan dan keunikan klien.
Johari Window menggambarkan tentang perilaku, fikiran, perasaan seseorang yang
diketahui oleh diri sendiri dan orang lain :
1. Hanya diketahui oleh orang lain
2. Hanya diketahui oleh diri sendiri
3. Tidak diketahui oleh siapapun
3 Prinsip Johari Window
1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
2. Jika kuadran 1 paling kecil, bermakna komunikasi buruk dan kesadaran diri
kurang.
3. Kuadran 1 paling besar , bermakna individu memiliki kesadaran diri tinggi.
2. Cara meningkatkan kesadaran diri :
1. Mempelajari diri sendiri
2. Belajar dari orang lain
3. Membuka Diri
3. Klarifikasi Nilai :
Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan yang cukup sehingga tidak
menggunakan klien sebagai sumber kepuasan dan keamanannya.
4. Eksplorasi Perasaan :
Perawat perlu terbuka dan sadar akan perasaannya dengan demikian perawat akan
mendapat informasi tentang :
1. Bagaimana responnya pada klien
2. Bagaimana penampilannya pada klien
5. Kemampuan Menjadi Model :
Perawat yang memiliki masalah pribadi misalnya : hubungan interpersonal yang
terganggu akan berdampak pada hubungannya dengan klien.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 13


4. Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji pesan secara non verbal antara lain:
1. Vokal: nada, kualitas, keras atau lembut, kecepatan yang semuanya menggambarkan
suasana emosi.
2. Gerakan: refleks, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang atau gerakan-gerakan
yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati.
3. Jarak (space): jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan tingkat
keintiman hubungan.
4. Sentuhan dikatakan sangat penting tetapi perlu mempertimbangkan aspek budaya dan
kebiasaan setempat.

8. Sikap Perawat Dalam Berkomunikasi


Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien.
Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat
penting adalah sikap atau penampilan dalam berkomunikasi.
1. Kehadiran Diri Secara Fisik
Egan (1975, dikutip oleh Kozier dan Erb, 1983) mengidentifikasi 5 sikap atau cara untuk
menghadirkan diri secara fisik, yaitu:
1. Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan
atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi.
5. Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi
dalam memberi respon terhadap klien.
Sikap fisik dapat pula disebut sebagai perilaku non verbal yang perlu dipelajari pada
setiap tindakan keperawatan. Beberapa perilaku non verbal yang dikemukakan oleh Clunn
(1991) yang perlu diketahui dalam merawat anak adalah :

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 14


1. Gerakan mata.
Gerakan mata dapat dipakai untuk memberikan perhatian. Kontak mata
berkembang pada anak sejak lahir. Kontak mata antara ibu dan bayi merupakan cara
interaksi dan kontak sosial. Perawat perlu mengetahui perkembangan kontak mata,
misalnya usia 2 bulan bayi tersenyum jika kontak mata dengan ibu. Bayi dan anak
memperlihatkan reaksi yang tinggi terhadap rangsangan visual (Mahler, dikutip oleh
Clunn, 1991).
Kontak mata dan ekspresi muka adalah alat pertama yang dipakai untuk
pendidikan dan sosialisasi. Anak sangat mengerti akan ekspresi ibu yang marah,
sedih atau tidak setuju.
2. Ekspresi muka
Ekspresi muka umumnya dipakai sebagai bahasa non verbal namun banyak
dipengaruhi oleh budaya. Orang yang tidak percaya pasti akan tampak dari ekspresi
muka tanpa ia sadari.
3. Sentuhan
Sentuhan merupakan cara interaksi yang mendasar. Konsep diri didasari oleh
asuhan ibu yang memperlihatkan perasaan menerima dan mengakui. Ikatan kasih
sayang dibentuk oleh pandangan, suara dan sentuhan yang menjadi elemen penting
dalam pembentukan ego, perpisahan dan kemandirian (Rubin, dikutip oleh Clunn,
1991).
Sentuhan sangat penting bagi anak sebagai alat komunikasi dan memperlihatkan
kehangatan, kasih sayang yang pada kemudian hari (dewasa) mengembangkan hal
yang sama baginya.

2. Kehadiran Diri Secara Psikologis


Kehadiran diri secara psikologis dapat dibagi dalam 2 dimensi yanitu dimensi respon dan
dimensi tindakan (Truax, Carkhoff dan Benerson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987).
1. Dimensi Respon
Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, empati dan
konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan klien untuk

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 15


membina hubungan saling percaya dan komunikasi yang terbuka. Respon ini harus terus
dipertahankan sampai pada akhir hubungan.
a. Keikhlasan
Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan
berperan aktif dalam berhubungan demgan klien. Perawat berespon dengan tulus,
tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan spontan.
b. Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak
menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa
menghargai dapat dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien yang
menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien dan menerima permintaan
klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.
c. Empati
Empati merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat
merasakan pikiran dan perasaannya. Perawat memandang melalui pandangan
klien, merasakan melalui perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi masalah
klien serta membantu klien mengatasi masalah tersebut. Melalui penelitian,
Mansfield (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987) mengidentifikasi perilaku
verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai
berikut:
Memperkenalkan diri kepada klien.
Kepala dan badan membungkuk ke arah klien.
Respon verbal terhadap pendapat klien khususnya pada kekuatan dan sumber
daya klien.
Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien misalnya nada suara
gelisah, ekspresi wajah.
Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan, melalui ekspresi wajah.
Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 16


d. Konkrit
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik bukan yang abstrak. Hal
ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan ketidakjelasan. Ada 3 kegunaannya,
yaitu:
Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien
Memberi penjelasan yang akurat oleh perawat
Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.

2. Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan yang
dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan pengertian. Perawat senior sering
segera masuk dimensi tindakan tanpa membina hubungan yang adekuat sesuai
dengan dimensi respon. Dimensi respon membawa klien pada tingkat penilikan diri
yang tinggi dan kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan.
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emotional
chatarsis dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1987)
1. Konfrontasi.
Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien
ynag tidak sesuai. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987)
mengidentifikasi 3 katagori konfrontasi, yaitu:
a. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan
ideal diri klien (keinginan klien)
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien.
c. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap kesesuaian
perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif,
bukan marah atau agresif.
Sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat
hubungan saling percaya, waktu yang tepat, tingkat kecemasan klien dan kekuatan
koping klien. Konfrontasi sangat diperlukan pada klien yang telah mempunyai
kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 17


2. Kesegeraan
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien saat ini.
Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan
segera.
3. Keterbukaan
Perawat harus terbuka memberikan informasi tentang dirinya, ideal diri,
perasaan, sikap dan nilai yang dianutnya. Perawat membuka diri tentang
pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi
keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan memberi sokongan.
Melalui penelitian ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara
perawat-klien dapat menurunkan tingkat kecemasan perawat-klien (Johnson,
dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987).
4. Emotional Chatarsis
Emotional chatarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang
sangat mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan
menjadi topik diskusi antara perawat-klien.
Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien mendiskusikan masalahnya.
Jika klien mengalami kesukaran mengekspresikan perasaannya, perawat dapat
membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.
5. Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini
berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan
melihat situasi dari pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani anatara
pikiran serta perilaku dan klien akan merasa bebas mempraktekkan perilaku baru
pada lingkungan yang aman.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 18


BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi
dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang
terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal
yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Tugas perawat dalam tiap-tiap fase terapeutik


1. Prainteraksi
Mengekplorasi perasaan, harapan dan rasa takut diri sendiri. Menganalisa
kemampuan dan kekurangan diri mengumpulkan data klien (bila mungkin) Merencanakan
pertemuan pertama dengan klien.
2. Orientasi
Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan Membangun trust, menerima dan
membuka komunikasi Bersama-sama membuat kontrak mengekplorasi pikiran, perasaan
dan tindakan klien, mengidentifikasi masalah klien menetapkan tujuan dengan klien.
3. Kerja
Mengekplorasi stressor yang berkaitan meningkatkan insight dan mekanisme
koping klien.
4. Terminasi
Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai mengekplorasi perasaan
satu sama lain, rejeksi, kehilangan, kesedihan dan kemarahan dan dihubungan dengan
perilaku.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 19


Hambatan Komunikasi Terapeutik.
1. Resisten.
2. Transferens.
3. Kontertransferens.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya
komunikasi dalam kehidupan kita sehari hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam
proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang
sesuai dalam pergaulan sehari hari khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang
perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna
untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan
untuk kesehatan klien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang
terdapat di tempat kita bekerja.

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 20


Daftar Pustaka

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi.Cetakan 2004


Koentjoro. 1989. Konsep Pengenalan Diri dalam AMT. Makalah. Dalam Modul Pelatihan AMT.
Jurusan Psikolog

Fase-fase hubungan terapeutik antara perawat, klien dan individu Page 21

Anda mungkin juga menyukai