Anda di halaman 1dari 2

SOP Ascariasis

No. Dokumen No. Revisi Halaman


SOP/ 1 dari 2

Petunjuk Tanggal Terbit Ditetapkan


Pelaksanaan

dr. Destina Ribkah St


Pengertian Ascaris lumbricoidesDi Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak.
Frekuensinya antara 60-90%. Diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia terinfeksi
Ascaris lumbricoides
Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara
60-90%. Diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia terinfeksi Ascaris
lumbricoides. 148

Hasil Anamnesis(Subjective)
Keluhan
Nafsu makan menurun, perut membuncit, lemah, pucat, berat badan menurun,
mual, muntah.

Gejala Klinis
Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan
migrasi larva.
Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat larva berada diparu. Pada orang
yang rentan, terjadi perdarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul gangguan
pada paru yang disertai dengan batuk, demam, dan eosinofilia.
Pada foto thoraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan
ini disebut sindroma Loeffler.
Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan, dan sangat tergantung
dari banyaknya cacing yang menginfeksi di usus. Kadang-kadang penderita
mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang,
diare, atau konstipasi.

Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorpsi sehingga
memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing ini
menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan
tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks, atau ke
bronkus.

Faktor Risiko
1. Kebiasaan tidak mencuci tangan.
2. Kurangnya penggunaan jamban.
3. Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk.
4. Kebiasaan tidak menutup makanan sehingga dihinggapi lalat yang membawa
telur cacing
5.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan tanda vital
2. Pemeriksaan generalis tubuh: konjungtiva anemis, terdapat tanda-tanda
malnutrisi, nyeri abdomen jika terjadi obstruksi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit ini adalah dengan melakukan pemeriksaan
tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis Askariasis.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
ditemukannya larva atau cacing dalam tinja.

Diagnosis Banding: jenis kecacingan lainnya

Komplikasi: anemia defisiensi besi


Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pedoman pengobatan ascariasis
Referensi Buku panduan praktek klinis bagi Dokter di fasilitas pelayaan kesehatan Primer
KEBIJAKAN Dibawah Pengawasan dan Tanggung jawab dokter umum
PROSEDUR Penatalaksanaan
1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan diri
dan lingkungan, antara lain:
a. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Menutup makanan
c. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga
d. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
e. Kondisi rumah dan lingkungan dijaga agar tetap bersih dan tidak lembab.
2. Farmakologis
a. Pirantel pamoat 10 mg/kg BB/hari, dosis tunggal, atau
b. Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari
berturut-turut, atau
c. Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet (400 mg)
atau 20ml suspensi, dosis tunggal. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara masal pada


masyarakat. Syarat untuk pengobatan massal antara lain:
1. Obat mudah diterima dimasyarakat
2. Aturan pemakaian sederhana
3. Mempunyai efek samping yang minimal
4. Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing
5. Harga mudah dijangkau

Kriteria rujukan : -
UNIT TERKAIT poli umum

Anda mungkin juga menyukai