PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS) merupakan kerusakan paru total akibat berbagai
etiologi.Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis, pneumonia viral atau bakterial,
aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak, tenggelam,
transfusi darah masif , bypass kardiopulmonal, keracunan O2, perdarahan pankreatitis akut, inhalasi gas
beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu. "ADRS merupakan keadaan darurat medis yang dipicu
oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini diharapkan pemahaman pembaca megenai Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) akan meningkat.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi ARDS
2. Mengetahui etiologi ARDS
3. Mengetahui manifestasi klinis dari ARDS
4. Mengetahui patofisiologi dari ARDS
5. Mengetahui pathway dari ARDS
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang ARDS
7. Mengetahui komplikasi ARDS
8. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari ARDS
9. Mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien ARDS
10. Mengetahui diagnosa keperawatan dari ARDS
11. Mengetahui rencana perawatan pada pasien ARDS
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ADRS) adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk
kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada
berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal.
B. Etiologi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya ARDS adalah ;
1. Sistemik :
> Syok karena beberapa penyebab
> Sepsis gram negative
> Hipotermia
> Hipertermia
> Takar lajak obat ( Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat, Metadone, Bleomisin )
> Gangguan hematology ( DIC, Transfusi massif, Bypass kardiopulmonal )
> Eklampsia
> Luka bakar
2. Pulmonal :
> Pneumonia ( Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii )
> Trauma ( emboli lemak, kontusio paru )
> Aspirasi ( cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )
> Pneumositis
3. Non-Pulmonal :
> Cedera kepala
> Peningkatan TIK
> Pascakardioversi
> Pankreatitis
> Uremia
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah :
> Penurunan kesadaran mental
> Takikardi, takipnea
> Dispnea dengan kesulitan bernafas
> Terdapat retraksi interkosta
> Sianosis
> Hipoksemia
> Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
> Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop
D. Patofisiologi
Secara pathofisiologi terjadinya ARDS dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kerusakan sistemik menyebabkan penurunan perfusi jaringan sehingga terjadi Hipoksia seluler dan
terjadi Pelepasan faktor-faktor biokimia( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic,
kolagen, histamine ) yang menyebabkan Peningkatan permiabilitas kapiler paru yang berakibat terhadap
Penurunan aktivitas surfaktan sehingga terjadi Edema interstisial alveolar paru dan menyebabkan Kolaps
alveolar yang progresif sehingga compliance paru menurun (Stiff lung) dan meningkatkan shunting
sehingga terjadi Hipoksia arterial.
Pergerakan cairan paru pada kasus ARDS :
> Terjadi peregangan / deposisi dari mebran hialin
> Intraalveolar Epithelial junction melebar
> Terjadi edema interstisial, cairan intravascular keluar, protein keluar masuk ke dalam alveoli
> Endotel kapiler paru pecah
> Eritrosit keluar dari intavaskuler masuk kedalam paru menyebabkan fenomena frozzy sputum
E. Pathway
Kerusakan sistemik--> Penurunan perfusi jaringan --> Hipoksia seluler --> Pelepasan faktor-faktor
biokimia ( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen, histamine ) -->
Peningkatan permiabilitas kapiler paru --> Penurunan aktivitas surfaktan --> Edema interstisial alveolar
paru --> Kolaps alveolar yang progresif --> Penurunan compliance paru (Stiff lung) --> Peningkatan
shunting --> Hipoksia arterial
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
> HIPOKSEMIA ( Peningkatan PAO2 )
> Hipokapnia ( peningkatan PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi
> Hiperkapnia ( penurunan PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
> Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
> Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
Pemeriksaan Rontgent Dada :
> Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
> Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
Tes Fungsi paru :
> Penurunan komplain paru dan volume paru
> Pirau kanan-kiri meningkat
G. Komplikasi
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
> Abnormalitas obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara )
> Defek difusi sedang
> Hipoksemia selama latihan
> Toksisitas oksigen
> Sepsis
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
> Pasang jalan nafas yang adekuat * Pencegahan infeksi
> Ventilasi Mekanik * Dukungan nutrisi
> TEAP * Monitor system terhadap respon
> Pemantauan oksigenasi arteri * Perawatan kondisi dasar
> Cairan
> Farmakologi ( O2, Diuretik, A.B )
> Pemeliharaan jalan nafas
I. Pengkajian keperawatan
> Karakteristik dari suara nafas
> Karakteristik dari batuk
> Kemampuan batuk
> Status pernafasan
> Adanya cyanosis
> Vital signs
> Perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter sputum
> Peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
J. Diagnosa Keperawatan
Prioritas masalah keperawatan pada klien dengan ARDS menurut Doenges (2001) adalah sebagai
berikut :
1. Ketidak efektifan jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas
3. Resiko tinggi defisit volume cairan
4. Cemas
5. Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terapi yang dibutuhkan
K. Rencana perawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret
pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas,
penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
2. Tujuan :
> Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-)
> Pasien bebas dari dispneu
> Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
> Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Tindakan :
> Independen
- Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya. Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher
dapat meningkatkan usaha dalam bernafas
- Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus. Pengembangan dada dapat
menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus
- Catat karakteristik dari suara nafas. Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang
tracheo branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas
- Catat karakteristik dari batuk. Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan
etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent
- Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu. Pemeliharaan
jalan nafas bagian nafas dengan paten
- Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada indikasi.
Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru
- Peningkatan oral intake jika memungkinkan. Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
> Kolaboratif
- Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi.mengeluarkan sekret dan
meningkatkan transport oksigen. Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi. Dapat berfungsi sebagai
bronchodilatasi dan mengeluarkan secret
- Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi.
Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan
- Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi
DAFTAR PUSTAKA