Anda di halaman 1dari 8

Predestinasi:

Penentuan terlebih dahulu?

I. Pendahuluan

Predestinasi (Yunani, PROORIZ) berarti "menentukan sebelumnya" dan


berlaku untuk maksud-maksud Allah yang diliputi dalam pemilihan. Pemilihan adalah pilihan
Allah terhadap suatu umat "di dalam Kristus" (gereja yang sejati) bagi diri-Nya. Predestinasi
meliputi apa yang akan terjadi pada umat Allah ini (semua orang yang sungguh-sungguh
percaya kepada Kristus).

* Efesus 1:5

LAI TB, Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,

KJV, Having predestinated us unto the adoption of children by Jesus Christ to himself,
according to the good pleasure of his will,

TR,

Translit, proorisas {telah menentukan lebih dahulu ('predestinasi')} hmas {hemas} eis
{dalam} huiothesian {pengangkatan anak} dia {melalui} isou {Yesus} khristou {Kristus}
eis {ke dalam} auton {-Nya} kata {menurut} tn eudokian {perkenan/ maksud baik} tou
thelmatos {kehendak} autou {-Nya}

Belakangan istilah predestinasi cenderung dihubungkan dengan ajaran (doktrin)


tentang keselamatan yang dipercaya telah ditentukan terlebih dahulu dari kekal sampai kekal
yang dikembangkan oleh Johanes Calvin (1509-1564), salah satu theolog abad ke-16, karena
itu biasa disebut identik dengan Calvinisme.

Namun demikian, ajaran Predestinasi terlebih dahulu dijabarkan oleh Bapa Gereja
Augustine, dan sebenarnya ajaran dari John Calvin adalah penyimpangannya. St. Augustine
(seperti Grace and Free Will, 1,1:sermon 169,11,13), mengajarkan predestinasi sebagai
pemilihan orang yang akan masuk ke surga, namun juga mengakui kehendak bebas manusia,
sehingga membuat posisi ajaran St Augustine ini sangat berbeda dari penganut Calvin. Nasib
orang yang ke neraka, dalam ajaran St Augustine selalu melibatkan kehendak bebas manusia.
Manusia benar benar bertanggung-jawab terhadap penghukuman terhadap dirinya, bukan
Tuhan (double predestinasi).

St. Augustine said:


"Who created you without your cooperation, will not save you without your cooperations."
(This quote is from St. Augustines Sermon 169, 13 and is included on p. 247 of
Fundamentals of Catholic Dogma by Ludwig Ott.)1

Apakah memang ada orang-orang yang sudah ditentukan Tuhan untuk dibinasakan?
Dan apakah memang ada orang yang sudah ditentukan untuk diselamatkan? Bagaimana cara
kita menjawab pertanyaan pertanyaan yang membingungkan ini? Berikut ini penjelasan
singkat mengenai topik Predestinasi.

Teolog Charles C. Ryrie mengatakan ajaran tentang pemilihan merupakan salah satu
dasar dalam keselamatan, meskipun bukan satu-satunya. Ajaran-ajaran lainnya seperti
kematian Kristus, iman, kelahiran kembali, dan anugerah yang menyelamatkan juga disebut
dasar-dasar. Semua hal itu adalah perlu untuk melaksanakan rencana Allah bagi keselamatan
manusia.2 Jadi, menurut Ryrie ajaran ini juga penting seperti ajaran-ajaran dasar lainnya.

Saat mempelajari doktrin tentang pemilihan ini kita perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut. Pertama, ajaran tentang pemilihan sebagaimana beberapa ajaran dasar
lainnya (misalnya, seperti doktrin trinitas) mengandung misteri. Rick Cornish menyatakan
kita tidak mengetahui mengapa Ia memilih siapa yang dipilihnya atau mengapa Ia memilih
sebagian dan bukan semuanya... Pengajaran itu meninggalkan cukup misteri....3 Sementara
itu Millard J. Erickson menyatatakan bahwa Dari semua pokok doktrinal iman Kristen,
pastilah yang termasuk paling memusingkan dan paling tidak dimengerti adalah doktrin
predistinasi ini.4

Kedua, ajaran tentang pemilihan ini bagaimana pun rumitnya adalah ajaran Alkitab.
Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini. Rasul Yohanes menulis tidak ada seorang pun yang
dapat datang kepadaku jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa (Yohanes 6:44). Selanjutnya
Yohanes mencatat perkataan Yesus Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu (Yohanes 15:16). Rasul Paulus mengatakan Sebab semua orang yang
dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa
dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak
saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan
mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-
Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya (Roma 8:29-20). Dan kepada jemaat di Efesus Paulus
menulis Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita
kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula
oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,
supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di
dalam Dia, yang dikasihi-Nya (Efesus 1:4-6). Dari ayat-ayat di tersebut terlihat bahwa
pemilihan memang jelaslah diajarkan oleh Alkitab.

1
Reff: http://www.newadvent.org/fathers/15121.htm
2
Charles C, Ryrie 1992. Basic Teologi, Jilid 2, terjemahan, Penerbit Yayasan Andi: Yogyakarta, hal 62.
3
Rick Cornish, 2004. Five Minute Teologian, terjemahan, Penerbit Pionir Jaya: Bandung, hal 205.
4
Millard J. Erickson., 2003. Christian theology, Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 99.
Ketiga, ajaran tentang pemilihan walaupun sulit dan mengandung misteri tidak
membebaskan kita untuk mempelajari dan menelitinya. Karena ajaran ini merupakan ajaran
alkitabiah kita tidak boleh menghindarinya; tetapi sebagaimana yang dikatakan oleh R.C.
Sproul perlu penanganan dengan sangat hati-hati dan teliti.5 Apa yang dinyatakan Sproul
tersebut sesuai dengan Westminster Confession yang menyatakan bahwa Doktrin misteri
predestinasi yang agung ini haruslah ditangani dengan kebijaksanaan dan ketelitian khusus,
sehingga orang-orang, yang memperhatikan kehendak Allah yang dinyatakan di dalam
firmanNya ini, dan yang menatinya, bisa beroleh keyakinan mengenai pilihan kekal atas
mereka dari panggilan efektif ini.6

II. HUBUNGAN KETETAPAN TUHAN DENGAN PEMILIHAN

Istilah pemilihan kadangkala disamakan atau dipertukartempatkan dengan istilah


predestinasi. Karena itu perlu bagi kita untuk memahami dengan jelas perbedaan dan
hubungan antara keduanya dengan ketetapan Tuhan. Para teolog membagi ketetapan Allah
(Devine decree) ke dalam empat ketetapan besar (four decrees of God), yaitu: ketetapan
mencipta, ketetapan mengijinkan dosa, ketetapan menyediakan keselamatan, dan ketetapan
memilih.

Perhatikan istilah berikut ini: Prothesis, diterjemahkan dengan kata rencana,


ketetapan, dan maksud (Roma 8:28; 9:11; Efesus 1:9,11; 3:11; 2 Timotius 1:9). Proorizo,
diterjemahkan dengan menentukan dari semula, menetapkan sebelumnya, dan predestinasi
(Roma 8:29-30; Efesus 1:5,11; KPR 4:28; 1 Korintus 2:7). Tasso, diterjemahkan dengan
tentukan atau tetapkan (Roma 13:1; Efesus 1:11). Proginosko dan Prognosis, diterjemahkan
dengan rencana, pilih, atau mengetahui sebelumnya dan pengetahuan sebelumnya (KPR
2:23; Roma 8:29; 11:2; 1 Petrus 1:2,20). Boule, diterjemahkan dengan rencana, kehendak,
maksud, keputusan (KPR 2:23; 4:28; 20:27; Ibrani 6:17).7

Istilah-istilah dan ayat-ayat di atas memiliki ide merencanakan, menentukan


sebelumnya, mengetahui sebelumnya, membatasi, dan menghendaki. Ini semua menunjukkan
bahwa menurut Alkitab tidak ada apa pun yang terjadi begitu saja, tetapi bahwa semua itu
merupakan bagian dari ketetapan Tuhan (Devine degree) yang kekal. Ketetapan Tuhan adalah
rencana-rencana-Nya bagi segala sesuatu. Menetapkan atau menentukan sebelumnya adalah
konsep-konsep teologis yang searti. Dengan demikian predestinasi dan pemilihan adalah
bagian dari ketetapan Tuhan. Predestinasi adalah ketetapan atau penentuan sejak kekekalan
yang berhubungan dengan keselamatan atau kebinasaan kekal; sedangkan pemilihan adalah
ketetapan atau penentuan sejak kekekalan sebagian orang untuk diselamatkan. Millard J.
Erickson meringkasnya demikian, Predestinasi merujuk kepada pemilihan Allah terhadap
orang-orang tertentu untuk mengalami kehidupan kekal atau kematian kekal. Pemilihan

5
R.C. Sproul, 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang, hal
215.
6
Williamson, G.I., 2006. Westminster Confession of Faith. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta, hal 58.
7
Charles, Baker, , 1994. A Dispensasional Theology, terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta, hal 202-
206.
adalah seleksi beberapa beberapa orang tertentu untuk hidup kekal, yaitu sisi positif dari
predestinasi.8

III. DEFINISI PEMILIHAN

Louis Berkhof mendefinisikan pemilihan sebagai tindakan kekal Allah dimana Ia


dalam kesukaan kedaulatanNya dan tanpa memperhitungkan jasa atau kebaikan manusia
memilih sejumlah orang untuk menjadi penerima dari anugerah khusus dan keselamatan
kekal.9Charles F. Beker, mendefinisikan pemilihan mengikuti August H. Strong sebagai
berikut, Pemilihan adalah tindakan kekal Allah, yang melaluinya dalam kuasa kehendakNya,
tanpa sebelumnya melihat jasa dalam diri orang berdosa, Ia memilih jumlah tertentu dari
antara mereka untuk menjadi penerima anugerah khusus RohNya, dan dengan begitu
menjadikan mereka pengambil bagian secara sengaja dalam keselamatan di dalam
Kristus.10Wayne A. Grudem mendefinisikan pemilihan sebagai tindakan Allah sebelum
penciptaan dimana Dia memilih beberapa orang untuk diselamatkan, bukan karena perbuatan
baik mereka, tetapi hanya karena kedaulatanNya.11 Menurut Millard J. Erickson pemilihan
adalah seleksi beberapa beberapa orang tertentu untuk hidup kekal, yaitu sisi positif dari
predestinasi. 12Tony Evans mengatakan Allah memilih sebagian orang untuk diselamatkan
untuk maksud-maksud berdaulatNya sendiri dan karena Ia penuh kasih karunia. 13

Westminster Confession menyatakan ... Allah, sebelum dasar dunia ini diletakkan,
seturut tujuanNya yang kekal dan tidak berubah, dan keputusan dan perkenan kehendakNya
yang merupakan rahasia, telah memilih mereka di dalam Kristus untuk kemuliaan kekal.
Pemilihan ini hanya dikarenakan anugerah dan kasihNya yang bebas, bukan karena telah
melihat sebelumnya adanya iman, atau perbuatan-perbuatan baik, atau ketekunan di dalam
diri mereka, atau suatu hal lain apapun di dalam ciptaan sebagai syarat-syarat atau penyebab-
penyebab yang menggerakkan Dia; dan segalanya adalah untuk memuji anugerahNya yang
mulia.14

IV. RINGKASAN AJARAN TENTANG PEMILIHAN

Berdasarkan definisi-definisi diatas yang telah maka dapat diringkas ajaran tentang
pemilihan sebagai berikut:

1. Bahwa kita harus mengingat beberapa fakta tertentu dari Alkitab. Pertama, adalah bahwa
Allah sepenuhnya benar. Paulus menegaskan ...Allah adalah benar, dan semua manusia
pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu,
dan menang, jika Engkau dihakimi." (Roma 3:4) Kedua, keadaan natur manusia yang berdosa
dan patut mendapatkan hukuman Allah. Paulus menegaskan seperti ada tertulis: "Tidak ada
8
Millard J. Erickson., 2003. Christian theology, Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 100
9
Louis, Berkhof, 1993. Teologi Sistematika 1: Doktrin Allah, terjemahan LRII & Penerbit Momentum: Jakarta,
hal 207.
10
Charles, Baker, , 1994. A Dispensasional Theology, terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta, hal 202-
511.
11
Wayne A. Grudem, 2005. Christian Beliefs, terjemahan, Penerbit Metanoia: Jakarta, hal 113.
12
Millard J. Erickson., 2003. Christian theology, Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 100
13
Tony, Evans, 2005. Sungguh-sungguh Diselamatkan, terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam, hal 119.
14
Williamson, G.I., 2006. Westminster Confession of Faith. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta, hal 50.
yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang
pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna,
tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak (Roma 3:10-12). Keadaan ini disebut dengan
kerusakan total (total depravity). Ketiga, bahwa tidak ada seorang pun yang atas prakarsanya
sendiri mencari Allah. Dengan kata lain, Alkitab mengajarkan bahwa walaupun Allah
menyediakan keselamatan bagi seluruh dunia tidak ada seorang pun yang akan menerimanya
dan diselamatkan kecuali Allah sendiri yang berinisiatif mencari manusia.

2. Bahwa pemilihan adalah tindakan memilih dari pihak Allah yang memasukkan sejumlah
orang, bukan semua orang. Fakta ini didukung oleh tiga alasan. Pertama, fakta bahwa
sebagian orang terhilang adalah bukti bahwa tidak semua yang dipilih. Kedua, kata
memilih akan kehilangan makna jika ternyata semuanya diselamatkan. Ketika diadakan
pemilihan, seperti nyata pada penggunaan kata itu, hanya ada orang-orang tertentu saja yang
ditunjuk menduduki suatu posisi. Ketiga, Alkitab berbicara berulang-ulang mengenai mereka
yang terhilang, jadi pastilah mereka bukan termasuk di antara orang yang dipilih.

3. Bahwa pemilihan itu adalah tindakan Allah yang berdaulat dan seturut dengan
kehendakNya yang berdaulat (Roma 9:11; 2 Timotius 1:9). Allah berdaulat dan bebas secara
mutlak. Berdaulat berarti tertinggi, dan Allah selalu yang berdaulat yang dengan bebas
memutuskan rencanaNya terlebih dahulu sekarang dan yang akan datang.

4. Bahwa pemilihan adalah tindakan memilih yang dibuat Allah sebelum dunia dijadikan
(Efesus 1:4). Kadang-kadang berguna mengingat fakta bahwa Allah itu pribadi tidak
berwaktu, bahwa ia hidup dalam masa kini yang kekal. Karenanya, Ia bukan seakan-akan
membuat pilihan miliaran tahun sebelum benar-benar mengetahui hal akan dilakukan, tetapi
Ia mengenal kita sejak dahulu sebagaimana kita adanya sekarang.

5. Bahwa pemilihan adalah tindakan memilih yang didasarkan atas hal yang ada dalam diri
Allah, bukan atas hal yang ada dalam diri manusia. Paulus mengatakan pemilihan itu menurut
anugerah (Roma 11:5), dan ia juga jelas mengatakan hal itu bukan berdasarkan perbuatan
(Roma 9:11). Pemilihan, seperti keselamatan, semata-mata karena anugerah dan bukan
karena perbuatan. Jadi jelas Allah tidak menyelamatkan orang tertentu karena sebelumnya
telah melihat ada hal yang baik atau berguna dalam diri orang itu.

6. Bahwa pemilihan adalah tindakan memilih yang didasarkan pada kemahatahuan


(omnisciense) Allah, yang pada gilirannya didasarkan pada ketetapan dan maksud Allah yang
sudah pasti. Ini berarti bahwa Allah mempunyai pengetahuan dasar tentang segala sesuatu
yang benar-benar ada maupun yang mungkin ada. Dengan demikian, pemilihan Allah
dilakukan dengan pengetahuan yang sebesar-besarnya. Ada sejumlah kata yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan pemilihan. Perhatikan kata-kata dalam KJV: Predestinate
(menentukan sebelumnya, Roma 8:29, 30; Efesus 1:5, 11, TB: tentukan) foreordain
(menentukan sebelumnya, 1 Petrus 1:20, TB:pilih); foreknow (mengetahui sebelumnya,
Roma 8:29; 11:2; Kisah Para Rasul 2:23; TB:pilih, rencana ); purpose (maksud, rencana,
Yesaya 14:26; 23:9; 46:11; Yeremia 4:28; 51:29; Roma 8:28; 9:11, 17; Efesus 1:9,11; 3:11; 2
Timotius 1:9; TB: rancangan, putusan, rencana, maksud). Jelas bahwa Allah telah
menetapkan semua yang telah dibuatNya, dan alasan mengapa Allah mengetahui hal yang
akan terjadi adalah karena Ia telah merencanakan atau menetapkannya.

7. Bahwa pemilihan adalah tindakan memilih yang sepenuhnya pasti digenapi; tidak ada
kuasa apapun yang sanggup menggagalkannya. Roma 8:28-30 menunjukkan bahwa setiap
orang yang telah dipilih (KJV:forknown) oleh Allah akan dipanggil, dibenarkan dan
dimuliakan. Ayat 33 mengemukakan bahwa tidak ada seorang pun yang sanggup menggugat
orang pilihan Allah, dan pasal ini diakhiri dengan jaminan bahwa tidak ada hal apapun yang
sanggup memisahkan orang pilihan dari Allah yang ada di dalam Yesus Kristus. Kisah Para
Rasul 13:48 berkata: dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup kekal, menjadi
percaya.

8. Bahwa pemilihan adalah tindakan memilih yang selaras dengan kebebasan manusia.
Pemilihan tidak memaksa orang yang dipilih untuk percaya. Tidak ada orang yang dalam
mempercayai injil merasa telah dipaksa melawan kehendaknya sehingga ia menjadi percaya.
Barangkali pada titik ini justru manusia paling tak menyadari caranya Allah bekerja dalam
kehendak seseorang tanpa merusak kebebasannya. Bahkan rasul Paulus, setelah
membicarakan maksud pemilihan Allah atas Israel, harus mengakui, O, alangkah dalamnya
kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya
dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan?
Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan
sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari
Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!(Roma
11:33-36). Harus diperhatikan bahwa ada perbedaan antara pihak yang bebas dan kebebasan
kehendak. Semua makhluk yang memiliki tanggung jawab moral adalah pihak yang bebas,
baik malaikat atau malaikat yang jatuh maupun manusia. Allah adalah pihak yang bebas dari
tanggung jawab moral; sekalipun demikian Allah tidak bebas berkehendak untuk berdosa.
Tidak mungkin bagi Allah untuk berdosa. Ada perbedaan juga antara pihak yang bebas atau
kebebasan pribadi dan kemampuan. Seseorang bisa merupakan pihak yang bebas dari
tanggung jawab moral, bertanggung jawab terhadap diri sendiri atas hal yang dilakukannya,
namun kebebasan ini tidak memberi ia kemampuan mengubah naturnya sehingga memiliki
kesanggupan berkenan kepada Allah. Dengan kata-kata Alkitab, Dapatkah orang Etiopia
mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat
baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat? (Yeremia 13:23).

9. Bahwa tujuan akhir dari pemilihan sebagaimana sebagaimana semua ketetapan ilahi
lainnya ialah kemuliaan Allah (Roma 11:36). Tindakan Allah yang berdaulat dimana Ia
menetapkan orang percaya untuk diselamatkan adalah untuk memuji kemuliaan anugerahNya
(Efesus 1:4-6,11-12). Allah dimuliakan dalam pernyataan dari anugerah yang tidak bersyarat
(unconditional grace) seperti yang tertulis dalam Roma 9:23; Wahyu 4:11. Itulah sebabnya
tidak keliru untuk beranggapan bahwa kesatuan tema dari Kitab suci adalah kemuliaan Allah.
Bersama dengan rasul Paulus kita dapat berkata Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan
oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Roma 11:36).
V. HAL-HAL YANG BUKAN PENGERTIAN PEMILIHAN

Setelah mengerti apa itu pemilihan, perlu bagi kita untuk menegaskan hal-hal yang
bukan merupakan pemilihan.

1. Pemilihan bukan tindakan sewenang-wenang atau pun asal-asalan dari Allah. Pemilihan itu
sesuai dengan ketetapan kekal dan kehamatahuan Allah (Roma 8:28, 29, 9:11; Efesus 1:4-11;
1 Petrus 1:2).

2. Pemilihan bukan tindakan untuk memilih sebagian orang supaya terhilang atau ketetapan
penolakan. Pemilihan dilakukan untuk penyelamatan, bukan untuk penghukuman (1
Tesalonika 1:4; 2 Tesalonika 2:13). Perhatikan kembali perbedaan antara predestinasi dan
pemilihan di atas.

3. Pemilihan bukan tindakan memilih yang dilakukan manusia, walaupun manusia harus
membuat pilihan jika ingin diselamatkan. Pemilihan adalah tindakan memilih dari Allah.
Kristus berkata kepada para rasulNya, Bukan kamu yang memilih aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu (Yohanes 15:16).

4. Pemilihan bukan hanya dilakukan untuk suatu posisi atau untuk pelayanan, walaupun Allah
memilih orang-orang untuk tugas khusus. Pemilihan juga dilakukan untuk keselamatan (2
Tesalonika 2:13).

5. Pemilihan saja bukan mengakibatkan keselamatan orang. Charles C. Ryrie menyatakan


memang, pemilihan tentu saja menegaskan bahwa orang-orang yang dipilih akan
diselamatkan, tetapi pemilihan itu sendiri tidak menyelamatkan mereka. Orang diselamatkan
karena anugerah oleh iman pada kematian pengganti yang dialami Kristus. Dan tentu saja,
mereka harus belajar tentang kematian Kristus untuk mengisi iman mereka. Dengan
demikian, pemilihan kematian Kristus, kesaksian tentang kematianNya, dan iman orang itu
sendiri, semuanya perlu agar orang itu dapat diselamatkan15

PENUTUP

Pengajaran tentang pemilihan ini (the doctrine of election) memiliki implikasi praktis
bagi orang-orang Kristen, yaitu:

1. Membuat kita takjub akan kebesaran Allah yang bijak, berkuasa dan penuh kasih. Kita
semakin memahami kasih Allah yang luar biasa. Ia mengasihi kita ketika kita masih berdosa
(Rm. 5:6). Allah juga tidak berhenti mengasihi kita ketika kita nanti melakukan dosa yang
sebesar apa pun, karena pada dasarnya Ia memang memilih kita bukan karena kebaikan kita
(1Yoh. 1:9).

2. Memotivasi kita untuk mempercayakan seluruh hidup kita kepada Tuhan yang Mahakuasa.
Kita meyakini bahwa keselamatan kita tidak bisa hilang, karena rencana Allah tidak bisa
gagal.

15
Charles C, Ryrie 1992. Basic Teologi, Jilid 2, terjemahan, Penerbit Yayasan Andi: Yogyakarta, hal 62.
3. Memberi semangat bagi kita dalam memberitakan Injil supaya orang dapat selamat. Dan
gigih memberitakan Injil kepada setiap orang bahkan orang yang keras hati, karena kalau
orang itu ditetapkan Allah untuk selamat, orang itu suatu ketika pasti akan selamat.

4. Memberi kepastian karena mengatahui bahwa Allah dengan kedaulatanNya menetapkan


dan mengontrol segala sesuatu. Pengetahuan ini bagi kita memberi sukacita dan penghiburan
dalam keselamatan yang besar yang telah Tuhan sediakan bagi kita yang dipilih Allah dalam
kekekalan.

5. Membawa untuk merendahkan diri dihadapan Tuhan, karena ajaran pemilihan ini
menunjukkan bahwa Allah mengasihi kita, bukan karena siapa kita atau apa yang kita
perbuat, melainkan kerena Dia memutuskan untuk mengasihi kita. Dengan demikian respon
yang tepat kepada Allah adalah dengan memujiNya selama-lamanya.

6. Ajaran ini dengan keras menentang kesombongan manusia yang ingin menjalankan
kehidupannya sendiri tanpa kesadaran akan kedaulatan Tuhan yang mengontrol segala
sesuatu dan yang kepadaNya setiap manusia harus memberikan pertanggungjawaban atas
kehidupan dan perbuatannya.

Roma 11:33-36

(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak
terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (34)
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi
penasihat-Nya? (35) Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya,
sehingga Ia harus menggantikannya? (36) Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan
oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Anda mungkin juga menyukai