Anda di halaman 1dari 28

Bab I.

PENDAHULUAN
A.
B. Latar Belakang
Reproduksi merupakan suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi .
Dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk k e h i d u p a n , s e t i a p
i n d i v i d u o r g a n i s m e a d a s e b a g a i h a s i l d a r i s u a t u p r o s e s reproduksi oleh
pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapatmelakukan reproduksi tanpa keterlibatan
individu lain dari spesies yang sama.Reproduksi seksual m embutuhkan keterlibatan
dua individu, biasanya dari jeniskelamin yang berbeda. Secara umum, organisme yang lebih
kompleks melakukanreproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih
sederhana, biasanyasatu sel, melakukan reproduksi secara aseksual.Fungsi alamiah esensial
seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-selkelamin jantan atau spermatozoa yang hidup
aktif dan potensial fertile serta secarasempurna meletakkannya ke dalam saluran hewan
jantan, baik secara langsungm a u p u n t i d a k l a n g s u n g , m e n u n j a n g
p r o d u k s i d a n k e l a n g s u n g a n h i d u p spermatozoa. Alan tetapi pusat kegiatan
keduanya terletak pada organ reproduksihewan jantan itu sendiri.Organ kelamin pada jantan
terdiri dari organ kelamin primer, sekunder,luar dan kelenjar pelengkap. Organ -
organ tersebut memiliki bentuk, ukuran danfungsi yang berbeda -beda. Untuk
mengetahui hal itu perlu pembelajaran yanglebih lanjut. Hal inilah yang melatar belakangi
pembuatan makalah ini.
Rumusan Masalah
1.Mengetahui ukuran dan bentuk anatomis dari bagian -bagian organ kelamin jantan
dan betina serta,
2.Mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut!
BAB II
PEMBAHASAN
Organ reproduksi hewan jantan dapat dibagi atas tiga komponen;
a . organ kelamin primer, yaitu gonad jantan, dinamakan testis testiculus
(jamak:t e s t e s a t a u t e s t i c u l a e ) , d i s e b u t j u g a o r c h i s d i d ym o s ,
b . s e k e l o m p o k k e l e n j a r - kelenjar kelamin pelengkap kelenjar -kelenjar
vesikularis, prostata dan cowper,d a n s a l u r a n - s a l u r a n ya n g t e r d i r i d a r i
epididimis dan vas deferens, dan
c . a l a t kelamin luar atau organ kopulatoris yaitu penis (Toelihere, 1979 dan
Marawali2001).
1 . O r g a n K e l a m i n P r i m e r ( Testis)
Testes merupakan organ kelamin jantan yang sangat penting karenamemiliki fungsi yaitu
menghasilkan selk e l a m i n j a n t a n ( s p e r m a ) d a n h o r m o n androgen, hal ini sesuai
dengan pendapatPartodihardjo (1985), yang menyatakan bahwa Fungsi testes ada 2
yaitum e n g h a s i l k a n s e l b e n i h j a n t a n a t a u spermatozoa dan hormon - hormon
jantana t a u a n d r o g e n . T e s t i s t e r l e t a k p a d a d a e r a h p r e p u b i s ,
t e r b u n g k u s d a l a m kantong scrotum.
2. organ kelamin betina
Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit

Search

Home
Peternakan
Umum
Jual-Beli

Sabtu, 05 Februari 2011


Alat Reproduksi Ternak Betina

07.45 Eki Maura


Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh
hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak
dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami
dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat
berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas
ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang diovulasikan
oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi yaitu uterus, tetapi juga menerima
sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi yaitu oviduk.

Pada mamalia, ovarium dan bagian duktus dari sistem reproduksi berhubungan satu dengan
yang lain dan melekat pada dinding tubuh dengan sebuah seri dari ligamen-ligamen. Ovarium
menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus yang juga melekat pada uterus. Oviduk
berada di dalam lipatan mesosalpink, sedangkan mesosalpink melekat pada ligamen ovarium.
Ligamen ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan gubernakulum testis.
Bagian ligamen ini membentuk ligamen bulat pada uterus yang kemudian melebarkan diri dari
uterus ke daerah inguinal.

Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis
dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os
coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina
dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.

Ovarium

Ovarium adalah organ primer (atau esensial) reproduksi pada betina seperti halnya testes pada
hewan. Ovari dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik (menghasilkan sel) karena
mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, dan
juga ovum.

Ovarium merupakan sepasang kelenjar yang terdiri dari ovari kanan yang terletak di belakang
ginjal kanan dan ovari kiri yang terletak di belakang ginjal kiri. Ovarium seekor sapi betina
bentuknya menyerupai biji buah almond dengan berat rata-rata 10 sampai 20 gram. Sebagai
perbandingan, pada sapi jantan dimana biji pejantan berkembang di tubulus seminiferus yang
letaknya di dalam pada betina jaringan yang menghasilkan ovum (telur) berada sangat dekat
dengan permukaan ovari.

Ovarium terletak di dalam rongga perut berfungsi untuk memproduksi ovum dan sebagai
penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin. Ovarium digantung oleh suatu ligamentum
yang disebut mesovarium yang tersusun atas syaraf-syaraf dan pembuluh darah, berfungsi
untuk mensuplai makanan yang diperlukan oleh ovarium dan sebagai saluran reproduksi.
Ovarium pada preparat praktikum ini berbentuk lonjong bulat.

Fungsi ovarium sendiri adalah memproduksi ovum, penghasil hormon estrogen, progesteron
dan inhibin.

Pada semua hewan menyusui mempunyai sepasang ovarium dan mempunyai ukuran yang
berbeda-beda tergantung pada species, umur dan masa (stadium) reproduksi hewan betina.
Bentuk ovarium tergantung pada golongan hewan:

1. Pada golongan hewan yang melahirkan beberapa anak dalam satu kebuntingan disebut
Polytocous, ovariumnya berbentuk seperti buah murbei, contoh: babi, anjing, kucing

2. Pada golongan hewan yang melahirkan satu anak dalam satu kebuntingan disebut
Monotocous, ovariumnya berbentuk bulat panjang oval, contoh: sapi, kerbau, sedang pada
ovarium kuda bebentuknya seperti ginjal.

Ovarium mengandung folikel-folikel yang di dalamnya terdapat masing-masing satu ovum.


Pembentukan dan pertumbuhan folikel ini dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicle stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. Folikel di dalam ovarium terdiri dari
beberapa tahap yaitu folikel primer, terbentuk sejak masih dalam kandungan dan mengandung
oogonium yang dikelilingi oleh satu lapis sel folikuler kecil; folikel sekunder, terbentuk setelah
hewan lahir dan sel folikulernya lebih banyak; folikel tertier, terbentuk pada saat hewan
mencapai dewasa dan mulai mengalami siklus birahi; dan yang terakhir adalah folikel de Graaf,
merupakan folikel terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina menjelang birahi.

Folikel de Graaf inilah yang akan siap diovulasikan (peristiwa keluarnya ovum dari folikel) dan
jumlahnya hanya satu karena sapi merupakan hewan monotokosa yang menghasilkan satu
keturunan setiap kebuntingan. Peristiwa ovulasi diawali dengan robeknya folikel de Graaf pada
bagian stigma dipengaruhi oleh hormon LH (Luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar
adenohipifise. LH menyebabkan aliran darah di sekitar folikel meningkat dan menyebabkan
dinding olikel pecah. Bekas tempat ovum yang baru keluar disebut corpus haemorragicum yang
dapat kemasukan darah akibat meningkatnya aliran darah dan menjadi merah, setelah itu
terbentuk corpus luteum (berwarna coklat) yang akan menghasilkan hormon progesteron untuk
mempertahankan kebuntingan dan menghambat prostaglandin. Sehingga pada saat bunting
tidak terjadi ovulasi karena prostaglandin yang mempengaruhi hormon estrogen dan FSH.

Apabila pembuahan tidak terjadi, corpus luteum bertambah ukurannya di bawah hormon
pituitari anterior yaitu prolaktin dan dibentuklah hormon progesteron yang menekan birahi yang
berkepanjangan dan memepertahankan kebuntingan (Blakely and Bade, 1998).

Oviduct

Oviduct merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium
ke uterus. Oviduct digantung oleh suatu ligamentum yaitu mesosalpink yang merupakan
saluran kecil yang berkelok-kelok dari depan ovarium dan berlanjut di tanduk uterus.

Oviduct terbagi menjadi 3 bagian. Pertama adalah infundibulum, yaitu ujung oviduct yang
letaknya paling dekat dengan ovarium. Infundibulum memiliki mulut dengan bentuk berjumbai
yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah diovulasikan oleh ovarium. Mulut
infundibulum ini disebut fimbria. Salah satu ujungnya menempel pada ovarium sehinga pada
saat ovulasi dapat menangkap ovum. Sedangkan lubang infundibulum yang dilewati ovum
menuju uterus disebut ostium. Setelah ovum ditangkap oleh fimbria, kemudian menuju ampula
yaitu bagian oviduct yang kedua, di tempat inilah akan terjadi fertilisasi. Sel spermatozoa akan
menunggu ovum di ampula untuk dibuahi. Panjang ampula merupakan setengah dari panjang
oviduct. Ampula bersambung dengan bagian oviduct yang terakhir yaitu isthmus. Bagian yang
membatasi antara ampula dengan isthmus disebut ampulary ismich junction. Isthmus
dihubungkan langsung ke uterus bagian cornu (tanduk) sehingga di antara keduanya dibatasi
oleh utero tubal junction.

Dinding oviduct terdiri atas 3 lapisan yaitu membrana serosa merupakan lapisan terdiri dari
jaringan ikat dan paling besar, membrana muscularis merupakan lapisan otot dan membrana
mucosa merupakan lapisan yang membatasi lumen.

Fungsi oviduct :

1.menerima sel telur yang diovulasikan oleh ovarium,


2.transport spermatozoa dari uterus menuju tempat pembuahan

3.tempat pertemuan antara ovum dan spermatozoa (fertilisasi)

4.tempat terjadinya kapasitasi spermatozoa

5.memproduksi cairan sebagai media pembuahan dan kapasitasi spermatozoa

6.transport yang telah dibuahi (zigot) menuju uterus.

Menurut Bearden and Fuquay (1997) panjang oviduct untuk kebanyakan spesies ternak adalah
20 sampai 30 cm.

Uterus

Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang telah
dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu
saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding uterus terdapat 3
lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan
luar disebut perimetrium.

Uterus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah cornu uteri atau tanduk uterus. Cornu
uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri
merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu ini memiliki satu
badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus uteri
berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri
terbentuk PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus.

Bentuk-bentuk uterus ada 3, yaitu: 1) uterus bicornus: cornu uteri sangat panjang tetapi corpus
uteri sangat pendek. Contoh pada babi. 2) uterus bipartinus: corpus uteri sangat panjang dan di
antara kedua cornu terdapat penyekat. Contoh pada sapi cornunya membentuk spiral. 3) uterus
duplex: cervixnya terdapat dinding penyekat. Contoh: uterus pada kelinci dan marmut. 4) uterus
simple: bentuknya seperti buah pir. Contoh: uterus pada manusia dan primata.

Fungsi uterus: 1) saluran yang dilewati gamet (spermatozoa). Spermatozoa akan membuahi sel
telur pada ampula. Secara otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati uterus dahulu. 2)
tempat terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan emrio pada endometrium uterus. 3)
tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. 4) berperan pada proses kelahiran (parturisi).
5) pada hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus estrus dan fungsi corpus
luteum dengan memproduksi PGF2 alfa.

Di dalam uterus terdapat curuncula yang berfungsi untuk melindungi embrio pada saat ternak
bunting. Hasil pengukuran uterus pada praktikum ini, panjang corpus uteri adalah 20 cm,
panjang cornu uteri adalah 13 cm. Menurut Lindsay et al., (1982) bahwa uterus pada sapi yang
tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Perbedaan ini dipengaruhi oleh umur, bangsa
ataupun kondisi ternak.

Cervix

Cervix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai pintu masuk ke dalam
uterus. Cervix ini tersusun atas otot daging sphincter. Terdapat lumen cervix yang terbentuk
dari gelang penonjolan mucosa cervix dan akan menutup pada saat terjadi estrus dan
kelahiran. Cervix menghasilkan cairan yang dapat memberi jalan pada spermatozoa menuju
ampula dan untuk menyeleksi sperma.

Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya sperma. Jika kemudian terjadi
kebuntingan saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat
sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran
dapat melaluinya pada saat kelahiran (Blakeli and Bade, 1998).

Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus sehingga menutup kemungkinan untuk
masuknya mikroorganisme ke dalam uterus dan sebagai tempat reservoir spermatozoa.

Vagina

Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di dalam pelvis di antara uterus dan
vulva. Vagina memiliki membran mukosa disebut epitel squamosa berstrata yang tidak
berkelenjar tetapi pada sapi berkelenjar. pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa sel
mukosa yang berdekatan dengan cervix.

Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva serta
merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang kedua adalah portio
vaginalis cervixis yang letaknya dari batas antara keduanya hingga cervix. Vestibulum dan
portio vaginalis cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang disebut himen.
Fungsi dari vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan
sebagai saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan oviduct; dan sebagai jalan peranakan saat
proses beranak. Vagina akan mengembang agar fetus dan membran dapat keluar pada
waktunya.

Menurut Toelihere (1981), pada hewan yang tidak bunting panjang vagina sapi mencapai 25,0
sampai 30,0 cm. Variasi ukuran vagina ini tergantung pada jenis hewan, umur dan frekuensi
beranak (semakin sering beranak, vagina semakin lebar).

Vulva

Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva terdiri dari dua bagian.
Bagian luar disebut labia mayora dan bagian dalamnya disebut labia minora. Labia minora
homolog dengan preputium pada hewan jantan sedangkan labia mayora homolog dengan
skrotum pada hewan jantan.

Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu
pematang pada posisi kranial terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial. Himen tersebut
rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang karena bertambahnya
volume darah yang mengalir ke dalamnya.

Klitoris

Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang homolog dengan gland penis pada
hewan jantan yang terletak pada sisi ventral sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri atas dua
krura atau akar badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri atau jaringan erektil yang tertutup oleh
epitel skuamusa berstrata. Selain itu klitoris juga mengandung saraf perasa yang berperan
pada saat kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus. Fungsi dari klitoris
ini membantu dalam perkawinan.
Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit

Search

Home
Peternakan
Umum
Jual-Beli

Sabtu, 05 Februari 2011


Alat Reproduksi Ternak Betina

07.45 Eki Maura

Reproduksi hewan betina adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh
hewan itu. Sistem reproduksi akan berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak
dalam hal ini sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami
dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat
berlangsung baik ternak jantan maupun betina. Sistem reproduksi pada betina terdiri atas
ovarium dan sistem duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur-telur yang diovulasikan
oleh ovarium dan membawa telur-telur ke tempat implantasi yaitu uterus, tetapi juga menerima
sperma dan membawanya ke tempat fertilisasi yaitu oviduk.

Pada mamalia, ovarium dan bagian duktus dari sistem reproduksi berhubungan satu dengan
yang lain dan melekat pada dinding tubuh dengan sebuah seri dari ligamen-ligamen. Ovarium
menerima suplai darah dan suplai saraf melalui hilus yang juga melekat pada uterus. Oviduk
berada di dalam lipatan mesosalpink, sedangkan mesosalpink melekat pada ligamen ovarium.
Ligamen ini melanjutkan diri ke ligamen inguinal, yang homolog dengan gubernakulum testis.
Bagian ligamen ini membentuk ligamen bulat pada uterus yang kemudian melebarkan diri dari
uterus ke daerah inguinal.

Alat-alat reproduksi betina terletak di dalam cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis
dibentuk oleh tulang-tulang sacrum, vertebra coccygea kesatu sampai ketiga dan oleh dua os
coxae. Os coxae dibentuk oleh ilium, ischium dan pubis. Secara anatomi alat reproduksi betina
dapat dibagi menjadi : ovarium, oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva.

Ovarium

Ovarium adalah organ primer (atau esensial) reproduksi pada betina seperti halnya testes pada
hewan. Ovari dapat dianggap bersifat endokrin atau sitogenik (menghasilkan sel) karena
mampu menghasilkan hormon yang akan diserap langsung ke dalam peredaran darah, dan
juga ovum.

Ovarium merupakan sepasang kelenjar yang terdiri dari ovari kanan yang terletak di belakang
ginjal kanan dan ovari kiri yang terletak di belakang ginjal kiri. Ovarium seekor sapi betina
bentuknya menyerupai biji buah almond dengan berat rata-rata 10 sampai 20 gram. Sebagai
perbandingan, pada sapi jantan dimana biji pejantan berkembang di tubulus seminiferus yang
letaknya di dalam pada betina jaringan yang menghasilkan ovum (telur) berada sangat dekat
dengan permukaan ovari.

Ovarium terletak di dalam rongga perut berfungsi untuk memproduksi ovum dan sebagai
penghasil hormon estrogen, progesteron dan inhibin. Ovarium digantung oleh suatu ligamentum
yang disebut mesovarium yang tersusun atas syaraf-syaraf dan pembuluh darah, berfungsi
untuk mensuplai makanan yang diperlukan oleh ovarium dan sebagai saluran reproduksi.
Ovarium pada preparat praktikum ini berbentuk lonjong bulat.
Fungsi ovarium sendiri adalah memproduksi ovum, penghasil hormon estrogen, progesteron
dan inhibin.

Pada semua hewan menyusui mempunyai sepasang ovarium dan mempunyai ukuran yang
berbeda-beda tergantung pada species, umur dan masa (stadium) reproduksi hewan betina.
Bentuk ovarium tergantung pada golongan hewan:

1. Pada golongan hewan yang melahirkan beberapa anak dalam satu kebuntingan disebut
Polytocous, ovariumnya berbentuk seperti buah murbei, contoh: babi, anjing, kucing

2. Pada golongan hewan yang melahirkan satu anak dalam satu kebuntingan disebut
Monotocous, ovariumnya berbentuk bulat panjang oval, contoh: sapi, kerbau, sedang pada
ovarium kuda bebentuknya seperti ginjal.

Ovarium mengandung folikel-folikel yang di dalamnya terdapat masing-masing satu ovum.


Pembentukan dan pertumbuhan folikel ini dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicle stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. Folikel di dalam ovarium terdiri dari
beberapa tahap yaitu folikel primer, terbentuk sejak masih dalam kandungan dan mengandung
oogonium yang dikelilingi oleh satu lapis sel folikuler kecil; folikel sekunder, terbentuk setelah
hewan lahir dan sel folikulernya lebih banyak; folikel tertier, terbentuk pada saat hewan
mencapai dewasa dan mulai mengalami siklus birahi; dan yang terakhir adalah folikel de Graaf,
merupakan folikel terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina menjelang birahi.

Folikel de Graaf inilah yang akan siap diovulasikan (peristiwa keluarnya ovum dari folikel) dan
jumlahnya hanya satu karena sapi merupakan hewan monotokosa yang menghasilkan satu
keturunan setiap kebuntingan. Peristiwa ovulasi diawali dengan robeknya folikel de Graaf pada
bagian stigma dipengaruhi oleh hormon LH (Luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar
adenohipifise. LH menyebabkan aliran darah di sekitar folikel meningkat dan menyebabkan
dinding olikel pecah. Bekas tempat ovum yang baru keluar disebut corpus haemorragicum yang
dapat kemasukan darah akibat meningkatnya aliran darah dan menjadi merah, setelah itu
terbentuk corpus luteum (berwarna coklat) yang akan menghasilkan hormon progesteron untuk
mempertahankan kebuntingan dan menghambat prostaglandin. Sehingga pada saat bunting
tidak terjadi ovulasi karena prostaglandin yang mempengaruhi hormon estrogen dan FSH.

Apabila pembuahan tidak terjadi, corpus luteum bertambah ukurannya di bawah hormon
pituitari anterior yaitu prolaktin dan dibentuklah hormon progesteron yang menekan birahi yang
berkepanjangan dan memepertahankan kebuntingan (Blakely and Bade, 1998).
Oviduct

Oviduct merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan sel telur (ovum) dari ovarium
ke uterus. Oviduct digantung oleh suatu ligamentum yaitu mesosalpink yang merupakan
saluran kecil yang berkelok-kelok dari depan ovarium dan berlanjut di tanduk uterus.

Oviduct terbagi menjadi 3 bagian. Pertama adalah infundibulum, yaitu ujung oviduct yang
letaknya paling dekat dengan ovarium. Infundibulum memiliki mulut dengan bentuk berjumbai
yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah diovulasikan oleh ovarium. Mulut
infundibulum ini disebut fimbria. Salah satu ujungnya menempel pada ovarium sehinga pada
saat ovulasi dapat menangkap ovum. Sedangkan lubang infundibulum yang dilewati ovum
menuju uterus disebut ostium. Setelah ovum ditangkap oleh fimbria, kemudian menuju ampula
yaitu bagian oviduct yang kedua, di tempat inilah akan terjadi fertilisasi. Sel spermatozoa akan
menunggu ovum di ampula untuk dibuahi. Panjang ampula merupakan setengah dari panjang
oviduct. Ampula bersambung dengan bagian oviduct yang terakhir yaitu isthmus. Bagian yang
membatasi antara ampula dengan isthmus disebut ampulary ismich junction. Isthmus
dihubungkan langsung ke uterus bagian cornu (tanduk) sehingga di antara keduanya dibatasi
oleh utero tubal junction.

Dinding oviduct terdiri atas 3 lapisan yaitu membrana serosa merupakan lapisan terdiri dari
jaringan ikat dan paling besar, membrana muscularis merupakan lapisan otot dan membrana
mucosa merupakan lapisan yang membatasi lumen.

Fungsi oviduct :

1.menerima sel telur yang diovulasikan oleh ovarium,

2.transport spermatozoa dari uterus menuju tempat pembuahan

3.tempat pertemuan antara ovum dan spermatozoa (fertilisasi)

4.tempat terjadinya kapasitasi spermatozoa

5.memproduksi cairan sebagai media pembuahan dan kapasitasi spermatozoa

6.transport yang telah dibuahi (zigot) menuju uterus.

Menurut Bearden and Fuquay (1997) panjang oviduct untuk kebanyakan spesies ternak adalah
20 sampai 30 cm.
Uterus

Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang telah
dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu
saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding uterus terdapat 3
lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan
luar disebut perimetrium.

Uterus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah cornu uteri atau tanduk uterus. Cornu
uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri
merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu ini memiliki satu
badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus uteri
berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri
terbentuk PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus.

Bentuk-bentuk uterus ada 3, yaitu: 1) uterus bicornus: cornu uteri sangat panjang tetapi corpus
uteri sangat pendek. Contoh pada babi. 2) uterus bipartinus: corpus uteri sangat panjang dan di
antara kedua cornu terdapat penyekat. Contoh pada sapi cornunya membentuk spiral. 3) uterus
duplex: cervixnya terdapat dinding penyekat. Contoh: uterus pada kelinci dan marmut. 4) uterus
simple: bentuknya seperti buah pir. Contoh: uterus pada manusia dan primata.

Fungsi uterus: 1) saluran yang dilewati gamet (spermatozoa). Spermatozoa akan membuahi sel
telur pada ampula. Secara otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati uterus dahulu. 2)
tempat terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan emrio pada endometrium uterus. 3)
tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. 4) berperan pada proses kelahiran (parturisi).
5) pada hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus estrus dan fungsi corpus
luteum dengan memproduksi PGF2 alfa.

Di dalam uterus terdapat curuncula yang berfungsi untuk melindungi embrio pada saat ternak
bunting. Hasil pengukuran uterus pada praktikum ini, panjang corpus uteri adalah 20 cm,
panjang cornu uteri adalah 13 cm. Menurut Lindsay et al., (1982) bahwa uterus pada sapi yang
tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Perbedaan ini dipengaruhi oleh umur, bangsa
ataupun kondisi ternak.

Cervix

Cervix terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan sebagai pintu masuk ke dalam
uterus. Cervix ini tersusun atas otot daging sphincter. Terdapat lumen cervix yang terbentuk
dari gelang penonjolan mucosa cervix dan akan menutup pada saat terjadi estrus dan
kelahiran. Cervix menghasilkan cairan yang dapat memberi jalan pada spermatozoa menuju
ampula dan untuk menyeleksi sperma.

Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya sperma. Jika kemudian terjadi
kebuntingan saluran uterin itu tertutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat
sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran
dapat melaluinya pada saat kelahiran (Blakeli and Bade, 1998).

Fungsi dari cervix adalah menutup lumen uterus sehingga menutup kemungkinan untuk
masuknya mikroorganisme ke dalam uterus dan sebagai tempat reservoir spermatozoa.

Vagina

Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di dalam pelvis di antara uterus dan
vulva. Vagina memiliki membran mukosa disebut epitel squamosa berstrata yang tidak
berkelenjar tetapi pada sapi berkelenjar. pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa sel
mukosa yang berdekatan dengan cervix.

Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat dengan vulva serta
merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya urin dan yang kedua adalah portio
vaginalis cervixis yang letaknya dari batas antara keduanya hingga cervix. Vestibulum dan
portio vaginalis cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang disebut himen.

Fungsi dari vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan; berperan
sebagai saluran keluarnya sekresi cervix, uterus dan oviduct; dan sebagai jalan peranakan saat
proses beranak. Vagina akan mengembang agar fetus dan membran dapat keluar pada
waktunya.

Menurut Toelihere (1981), pada hewan yang tidak bunting panjang vagina sapi mencapai 25,0
sampai 30,0 cm. Variasi ukuran vagina ini tergantung pada jenis hewan, umur dan frekuensi
beranak (semakin sering beranak, vagina semakin lebar).

Vulva
Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva terdiri dari dua bagian.
Bagian luar disebut labia mayora dan bagian dalamnya disebut labia minora. Labia minora
homolog dengan preputium pada hewan jantan sedangkan labia mayora homolog dengan
skrotum pada hewan jantan.

Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu
pematang pada posisi kranial terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial. Himen tersebut
rapat sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang karena bertambahnya
volume darah yang mengalir ke dalamnya.

Klitoris

Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang homolog dengan gland penis pada
hewan jantan yang terletak pada sisi ventral sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri atas dua
krura atau akar badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri atau jaringan erektil yang tertutup oleh
epitel skuamusa berstrata. Selain itu klitoris juga mengandung saraf perasa yang berperan
pada saat kopulasi. Klitoris akan berereksi pada hewan yang sedang estrus. Fungsi dari klitoris
ini membantu dalam perkawinan.

Daftar Pustaka

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Bearden, J. dan Fuquay John W.1997.Applied Reproductoin Fourth Edition.Printice Hall, Inc.
USA.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakrta.

Hardjopranjoto, S. 1993. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya.

Toliehere, M.R., 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan
reproduksi, tak satu spesies pun didunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan
ternak baik betina maupun jantan. Fungsi alamiah seekor hewan jantan adalah menghasilkan sel-
sel kelamin jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif dan potensial fertil, dan secara sempurna
meletakakannya ke dalam saluran kelamin betina. Inseminasi buatan hanya memodifiser cara dan
tempat peletakan spermatozoa. Semua proses-proses fisiologik dalam tubuh hewan jantan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, menunjang produksi dan kelangsungan hidup
spermatozoa. Akan tetapi pusat kegiatan kedua proses ini terletak pada organ reproduksi hewan
jantan itu sendiri.
Organ reproduksi hewan jantan pada umumnya dapat dibagi atas tiga komponen: (a) organ
kelmin primer yaitu gonad jantan, dinamakan testis atau testiculus (jamak: testes atau testiculae)
disebut juga orchis atau didymos (b) sekelompok kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu
kelenjar-kelanjar vesikulares, prostata dan Cowper, dan saluran-saluran yang terdiri dari
epididylis dan vas deferen dan (c) alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.
A. Organ Reproduksi Jantan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung
testis, epididymis, duktus deferen, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan
bulbouretralis), urethra, dan penis yang dilindungi oleh prepusium (Dellmann, 1992).

Gambar 1. Organ Reproduksi Jantan


B. Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium
pada ternak betina. Testis dikatakan sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan gamet
jantan (spermatozoa) ( Saputro et al, 2008). Tahapan spermarogenesis meliputi
spermatogonium, spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda, dan spermatid
matang ( Susatyo dan Chaeri, 2009).
Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak
mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica
albuginea terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk saluran yang
berkelok-kelok (Frandson, 1992). Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan ikat
longgar dari mediastinum testis. Kuda jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub kranial
testis, tetapi pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang mengisi
ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas
dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman, 1992).
Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH
dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain
reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan
inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron,
namun keduanya tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis. Fungsi selsel
sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat khusus untuk berkembangnya selsel germinal.
Sel ini mensekresikan cairan yang membasahi selsel germinal, dan juga mensekresi cairan
tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagi sperma yang
berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi
sperma suatu proses yang disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki
fungsi penting antara lain factor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama perkembangan
janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus muller, ekstradiol merupakan
hormon kelamin feminism yang penting, Inhibin yang merupakan umpan balik dari inhibisi pada
kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi yang berlebihan dari hormon
perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil pengamatan diperoleh bahwa histologi testis hewan
jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang merupakan kumpulan dari sel sertoli,
dan sel leydig yaitu selsel yang terdapat diantara sel sertoli. Apabila dibandingkan antara
literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai yaitu gamabaran testis secara histologi
yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan tubulus seminiferus.

Gambar 2.Testis
C. Epididymis
Epididymis merupakan pipa panjang dan berkelokkelok yang menghubungkan vasa
eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymis mempunyai empat fungsi utama, yaitu
pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma (Frandson,
1992). Atas dasar criteria histologi, histokimia dan ultrastruktur, epididymis dapat dibagi dalam
beberapa segmen. Penyebaran dan jumlahnya khas untuk tiap spesies. Secara umum, bagian
proksimal dari epididymis (kepala dan badan) berperan dalam proses pemasakan spermatozoa,
sedangkan bagian ekor epididymis berperan dalam penyimpanan spermatozoa. Di daerah ini
45% spermatozoa disimpan. Spermatozoa yang meninggalkan testis, selain belum mampu
bergerak dan bersifat tidak fertil, berbeda dengan spermatozoa yang telah melalui epididymis
yang telah memiliki sifat mampu bergerak dan fertil. Selama persinggahan dalam duktus
epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan morfologik dan fungsional yang
mengarah pada pemilikan kapasitas pembuahan menjelang mencapai ekor epididymis.
Perubahan status fungsional spermatozoa tercermin dalam :
1. perkembangan motilitas progresif,
2. modifikasi proses metabolisme,
3. perubahan sifat permukaan membran plasma, aktivitas ikatan molekul pada selaput yang
diperlukan untuk pengenalan proses selama pembuahan,
4. stabilisasi membran plasma melalui oksidasi pada gugus sulfhidril yang terkait,
5. gerakan ke arah ekor dan akhirnya kehilangan tetes sitoplasma, yaitu sisa sitoplasma spermatid.
Setelah masak, spermatozoa dewasa disimpan dalam ekor epididymis untuk jangka waktu lama,
lebih lama daripada bila disimpan dalam suhu yang sama secara in vitro (Dellmann, 1992).
Spermatozoa di dalam Epididymis mengalami beberapa proses pematangan, seperti
mendapat kemampuan untuk bergerak. Epididymis merupakan saluran reproduksi yang amat
penting, karena saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan.
Adapun fungsi pokok Epididymis adalah alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan
sekresi cairan Epididymis. Sperma melewati Epididymis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang
dialirkan oleh cairan testis, aktivitas silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot
dinding saluran Epididymis. Bagian cauda epididymis nampaknya merupakan organ khusus
untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75% dari total sperma Epididymis berada dibagian ini
dan kondisi lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi dibanding
dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda Epididymis memberikan persentase
kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian caput Epididymis
yang hanya 33,33% (Soeroso dan duma, 2012).

Gambar 3. Epididymis
D. Duktus deferens
Duktus deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal inguinal yang
merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang,
memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati
uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium
yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar
pada betina (Frandson, 1992). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder
banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris. Dekat
Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar pada
propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut elastis. Tunika
muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot
polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia
(Dellmann, 1992).

Gambar 4. Ductus deferens


E. Penis
Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu glans
atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial
arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur internal penis merupakan
jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh
lembaran jaringan pengikat yang disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula
berserabut di sekitar penis (Frandson, 1992).
Ruang antara tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi sel-
sel otot menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya yang sering
terjadi pada saat kencing. Ruang kavernosa menerima suplai utama darah dari arteri berbentuk
mengulir (helical arrangement), sering disebut arteria helisine (arteria helicinae). Pengenduran
sel-sel otot polos dalam arteria helisine menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam ruang-
ruang corpora kavernosa. Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena tepi, sehingga
akan memperkecil aliran darah keluar, sementara mengisi ruang-ruang jaringan erektil dalam
corpora kavernosa, spongiosa penis dan glans penis (Dellmann, 1992).

Gambar 5. Penis
F. Kelenjar-Kelenjar Tambahan
1. Kelenjar vesicularis
Pada sapi kelenjar ini sepsang; dari luar kelihatan jelas berlobuli; letaknya sebidang
dengan ampulla vas deferens tetapi ada di sebelah lateral, jadi kedua ampula itu diapit oleh kedua
kelenjar vesikuralis (Partodiharjo, 1987;38).
Sekresi kelenjar vesikularis merupakan 50% dari volume total dari suatu ejakulasi yang
normal. Jadi kalau pejantan sapi itu ejakulasinya 5 cc maka 2 cc berasal dari kelenjar
vesikularis (Partodiharjo, 1987;38).
Hasil sekreta yang bersifat gelatin, putih atau kekuningan dari dari kelenjar vesikulosa
merupakan 25% sampai 30% dari seluruh ejakulat sapi. Sekreta ini kaya akan fruktosa yang
berperan sebagai sumber energi spermatozoa yang telah diejakulasikan (Dellman, 1992;472).
2. Kelenjar prostate
Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang, bentuknya bulat dan jauh lebih kecil daripada
kelenjar vesikularis. Sekresi dari kelenjar ini melalui beberapa muara kecil masuk ke dalam
urethra kira-kira pada jarak 19 cm kaudal dari muara kelenjar vesikularis (Partodiharjo,
1987;38).
Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretrha
pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian; bagian padat kelenjar atau bagian luar (corpus
prostat), dan bagian yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian
luar menutup bagian dorsalnya saja. Pars dissemnata terletak dalam propia-submukosa urethra
pelvis (Dellman, 1992;472).
Kontribusi sekreta kelenjar prostat terhadap volume total ejakulasi bervariasi, tergantung
pada spesies. Pada ruminansia 4%-6%, kuda jantan 25%-30%, dan babi jantan 35%-60%. Salah
satu fungsi kelenjar prostat adalah menetralisrkan plasma mani, membuatnya asam dengan
akumulasi metabolit karbondioksida dan asam laktat, dan untuk merangsang gerak aktif
spermatozoa dalam ejakulat (Dellman, 1992;474).
3. Kelenjar cowper
Terdapat sepasang kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper) terletak dorsoventral uretra
dalam rongga pelvis. Bersifat sebagaikelenjar tubulus majemuk (babi, kucing, dan kambing
jantan), atau tubuloalveolar (kuda, sapi dan domba jantan), anjing tidak memilikinya (Dellman,
1992;474).
Pembuluh sekresi dari kedua kelenjar ini bertemu dan bersatu kemudian menuju ke
urethra; setelah 2-3 cm dari tempat pertemuan, pembuluh itu bermuara ke dalam urethra. Baik
kelenjar prostat maupun cowper terbentuk dari lobuli dan tiap-tiap lobuli berbentuk tabung.
Tiap-tiap lobuli dipisahkan oleh suatu dinding pemisah yang mengandung serabut-serabut urat
daging licin. Urat dagung ini berkontraksi secara tiba-tiba dan sekresinya memancar keluar. Sel-
sel sekretorinya berbentuk kubus dengan inti di dasarnya dan beberapa bintik-bintik di sekitar
inti (Partodiharji, 1987;39).
Kelenjar berfungsi menghasilkan suatu cairan yang dapat membersihkan urethra pada
saat semen terlepas (Girisonta, 1981;82).
Hasil sekresi yang bersifat mukus dam mirip protein kelenjar bulbouretralis, disekresikan
mendahului proses ejakulasi pada ruminansia, berperan menetralisirkan lingkungan urethra dan
melumasi urethra serta vagina. Pada babi jantan, hasil sekresi mukous yang kaya akan asam
sialik (sialik acid)merupakan sebagian dari ejakulat (15%-30%) dan kemungkinan ikut
membantu menutup serviks dalam menghindari kehilangan meni (Dellman, 1992;477).
Sebelum kopulasi, sering terlihat adanya tetesan-tetesan cairan dalam penis yang berasal
dari cowper. Semua kelenjar accesor bersifat aprokrine, artinya: sebagian besar dari isi sel
sekretorinya turut keluar pada saat sel itu mengeluarkan sekresinya (Partodiharjo, 1987;39).

4. Kelenjar Vesikularis
Kelenjar vesicularis berjumlah sepasang yang terletak di kanan-kiri ampula duktus
deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus. Saluran keluar dari
kelenjar ini bermuara ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu dengan ampula
sehingga ada 2 muara di kiri dan kanan. Muara ini disebut ostium ejaculatorium. Kadang-kadang
muaranya terpisah, yaitu muara kelenjar vesicularis berada di bagian cranial dari kelenjar
ampula. Sekresi kelenjar ini banyak mengandung protein, potasium, fruktosa, asam sitrat, asam
askorbut, vitamin dan enzim, warnanya kekuning-kuningan karena banyak menagndung flavin
dengan pH 5,7-6,2. Sekresi kelenjar vesicularis pada sapi merupakan 50% dari total volume
ejakulasi.

5. Kelenjar Prostata
Pada sapi kelenjar prostata berjumlah sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus.
Kelenjar prostata terdiri dari 2 bagian, badan prosatata dan prostata yang cryptik. Bagian badan
prosatata terdapat di belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut corpus
prostata. Kelenjar prostata berfungsi sebagai penghasil cairan yang encer dan mengandung ion
organik (Na, Cl, Ca, Mg) dengan pH lebih besar dari 7,0.

6. Kelenjar bulbourethralis
Kelenjar bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan dan kiri urethra
bulbourethralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini sebesar buah kemiri,
padat dan mempunyai kapsul. Kelenjar bulbourethralis berfungsi sebagai penghasil getah kental
yang berfungsi sebagai pembersih saluran reproduksi dari sisa-sisa urine.
Kelenjar vesicular. Kelenjar ini di sebut juga sebagai kelenjar seminal vesicles,
merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali karenamirip segerombol
anggur, berbonggol bonggol. Panjang kelenjar ini sama pada beberapa jenis ternak seperti
kuda, sapid an babi yaitu berkisar 13 15 cm, tetapi lebar dan ketebalannya berbeda, kelenjar
vesicular pada sapi mempunyai ketebalan dan lebar hamper separuh dari yang ada pada babi dan
kuda. Domba mempunyai kelenjar vesicular jauh lebih kecil, mempunyai panjang kira kira 4
cm. saluran saluran ekskretori kelenjar vesicular terletek di dekat bifurcation ampulla dengan
uretra. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dariseparuh volume total dari
semem dan pada jenis jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi
kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organic yang unik, yakni tidak dijumpai pada
substansi substansilain di mana saja ada tubuh. Campuran campuran anorganik ini di
antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa sapid
a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar
vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting
sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH
semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.
Kelenjar Prostate. Kelenjar prostate merupakan kelenjar tunggal yang terletak
mengelilingi dan sepanjang uretra tepat dibagian posterior dari lubang ekskretoris kelenjar
vesicular. Badan kelenjar prostate jelas dapat dilihat pada ternak yang dewasa, pada sapid an
kuda dapat di raba melalui palpasi parectal. Pada domba, seluruh prostatenya mengelilingi otot
daging uretra. Ekskresi kelenjar prostate hanya sebagian kecil saja menyusun pada cairan semen
pada cairan semen pada beberapajenis ternak yang diteliti. Tetapi beberapa laporan menunjukkan
bahwa setidak tidaknya sumbangan kelenjar prostate sebagaimana substantial kelenjar
vesicular pada babi. Kelenjar prostate mengandung banyak ion ion anorganik, meliputi Na, Cl,
dan Mg semuanya dalam larutan.
Kelenjar Bulbourethral atau Cwoper. Kelenjar bulborethal terdiri sepasang kelenjar yang
terletak sepanjang uretra, dekat dengan titik keluarnya uretra dari ruang pelvis. Kelenjar ini
mempunyai ukuran dan bentuk seperti bulatan yang berdaging dan berkulit keras, pada sapi lebih
kecil dibandingkan pada babi. Pada sapi terletek mengelilingi otot daging bulbospongiosum.
Sumbangannya pada cairan semen hanya sedikit. Pada sapi, sekresi kelenjar bulbourethral
membersihkan sisa sisa urine yang ada dalam uretra sebelum terjadi ejakulasi. Sekresi ini dapat
di lihat sebagai tetes tetes dari preputilium sesaat sebelum ejakulasi. Pada babi, sekresinya
mengakibatkan sebagian dari semen babai menjadi menggumpal. Gumpalan ini dapat dipisahkan
jika semen babai akan digunakan dalam inseminasi buatan. Selama perkawinan secara alam,
gumpalan gumpalan ini menjadi sumbat yang dapat mencegah membanjirnya semen keluar
melalui canalis cervicalis menuju kedalam vagina dari babi betina.
G. Organ Kopulatoris

1. Penis
a. Ada dua tipe penis :
1) Fibroellastic (sapi, domba, babi; ada m. retractor penis)
2) Fibrovascular/Cavernosa (kuda, primata)
b. Bagian-bagian Penis
1) Corpus Penis
2) Musculus Retractor Penis
3) Urethra
4) Glans Penis
5) Processus Urethralis

Gambar 6. Bentuk Penis

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagian-bagian dari alat reproduksi jantan dapat dibedakan menjadi testis, epididymis, ductus
deferen dan penis. Fungsi testis adalah untuk menghasilkan sel jantan atau spermatozoa dan
menghasilkan hormon androgen. Fungsi epididymis adalah sebagai transpot, sebagai saluran-
saluran untuk pemasakan spermatozoa, pemekatan atau pemadatan konsentrasi spermatozoa, dan
penimbunan sperma. Fungsi penis adalah untuk lewatnya urine dan menyemprotkan sperma ke
dalam alat reproduksi betina (alat kopulasi). Faktor yang mempengaruhi ukuran dari alat
reproduksi ternak yaitu umur, berat ternak, jenis, spesies dan faktor genetika.

Anda mungkin juga menyukai