PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah nikmat Allah SWT terbesar yang harus
diterima manusia dengan rasa syukur. Rasa syukur kita wujudkan dengan
selalu menjaga kesehatan yang kita dapat dan tidak lupa pula selama kita
diberi kesehatan hendaklah kita selalu menyembah kepada-Nya yang telah
memberi nikmat tersebut. Firman Allah dalam Al-Quran,dan ingatlah
juga, Tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika
mengingkari (nikmat Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih(
surah Ibrahim 14:7)
Gangguan jiwa yang banyak terjadi di masyarakat adalah
skizofrenia sebagai akar dari permasalahan harga diri rendah sendiri sesuai
dengan masalah utama yang penulis sajikan. Pada klien dengan harga diri
rendah akan terlihat sikap putus asa, terjadi resiko bunuh diri dan terjadi
bunuh diri (Fitria, 2009). Selama 3 tahun terakhir (2005-2007) diketahui
sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan bunuh diri (WHO, 2007)
Terlepas dari penjabaran di atas ternyata saat ini lebih dari 450
juta jiwa penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa (WHO, 2001).
Sedangkan Indonesia sendiri mencapai 1,7 juta jiwa populasi orang
dewasa menderita gangguan mental emosional. World Health
Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 depresi akan
menjadi penyebab utama dari ketidakmampuan seorang individu di
seluruh dunia dan gangguan psikiatrik (kejiwaan) akan menyumbang
sekitar 15% dari angka kesakitan global. Data tersebut merupakan hasil
data riset kesehatan dasar tahun 2007. Amerika sendiri telah kehilangan
setiap tahunnya kehilangan sekitar $ 80 milyar akibat ketidakproduktifan
yang dikarenakan masyakatnya yang mengalami gangguan psikiatrik
(Farid, 2009).
1
Prevalensi gangguan mental di Indonesia sendiri, berdasarkan
pada Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 Jumlah seluruh
RT yang dianalisis adalah 294.959 terdiri dari 1.027.763 ART yang
berasal dari semua umur. Rumah tangga yang menjawab memiliki ART
dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.655 RT, terdiri dari 1.588 RT
dengan 1 orang ART, 62 RT memiliki 2 orang ART, 4 RT memiliki 3
ART, dan 1 RT dengan 4 orang ART yang mengalami gangguan jiwa
berat. Sehingga jumlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat
berdasarkan data Riskesdas 2013 sebanyak 1.728 orang. prevalensi
psikosis tertinggi di DI Yogyakarta dan Aceh (masing-masing 2,7),
sedangkan yang terendah di Kalimantan Barat (0,7). Prevalensi
gangguan jiwa berat nasional sebesar 1,7 per mil. Prevalensi gangguan
jiwa berat berdasarkan tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan
dipaparkan pada buku Riskesdas 2013 dalam Angka. Prevalensi penduduk
yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah 6,0%
(37.728 orang dari subyek yang dianalisis). Provinsi dengan prevalensi
gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11,6%),
sedangkan yang terendah di Lampung (1,2%). Prevalensi gangguan mental
emosional berdasarkan karakteristik individu dan cakupan pengobatan
seumur hidup serta 2 minggu terakhir terdapat pada buku II: Riskesdas
2013 dalam Angka
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun Karya
Tulis Ilmiah gangguan jiwa dengan judul Asuhan Keperawatan Jiwa
Dengan Gangguan Harga Diri Rendah Pada Tn. S di Ruang Setyaki RSJ.
Prof. DR. Soeroyo, Magelang .
2
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Skizofrenia ?
2. Apa penyebab Skizofrenia ?
3. Apa saja jenis-jenis Skizofrenia ?
4. Apa Manifestasi Klinik Skizofrenia ?
5. Apa pengertian Harga diri rendah ?
6. Apa factor predisposisi dan presipitasi ?
7. Apa manifestasi klinik Harga diri rendah ?
8. Bagaimana psikopatologi Harga diri rendah ?
9. Bagaiman pentalaksanaan Harga diri rendah ?
10. Bagaiman pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan
Harga Diri Rendah ?
11. Apa saja masalah Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Harga
Diri Rendah ?
12. Bagaimana rencana tujuan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Harga Diri Rendah ?
13. Bagaiman tindakan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan
Harga Diri Rendah ?
14. Bagaimana evaluasi Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan
Harga Diri Rendah ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan asuhan keperawatan ini adalah
penulis mampu memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa. Khususnya
Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Setyaki
RSJ. Prof. DR. Soeroyo Magelang yang komprehensif sesuai dengan
teori yang didapat dan masalah kejiwaan yang ada disekitarnya dapat
tercakup.
3
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan asuhan keperawatan ini adalah
penulis mampu :
a) Mengetahui pengertian Skizofrenia.
b) Mengetahui penyebab Skizofrenia.
c) Mengetahui jenis-jenis Skizofrenia.
d) Mengetahui Manifestasi Klinik Skizofrenia
e) Mengetahui pengertian Harga diri rendah
f) Mengetahui factor predisposisi dan presipitasi.
g) Mengetahui manifestasi klinik Harga diri rendah.
h) Mengetahui psikopatologi Harga diri rendah
i) Mengetahui pentalaksanaan Harga diri rendah.
j) Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Harga Diri Rendah.
k) Merumuskan masalah Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Harga Diri Rendah.
l) Merencanakan tujuan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Gangguan Harga Diri Rendah.
m) Melakukan tindakan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan
Harga Diri Rendah.
n) Melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan
Harga Diri Rendah.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP TEORI
1. SKIZOFRENIA
a) Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi;
asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi
perilaku bizar.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai
dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi
secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia
precox (demensia artinya kemunduran intelegensi dan precox artinya
muda/sebelum waktunya).
b) Etiologi Skizofrenia
Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah
sebagai berikut:
1) Genetik
Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-
keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu
telur sehingga dapat dipastikan factor genetik turut menentukan
timbulnya skizofrenia. Angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8
%, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu
orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-
15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2009). Pengaruh
genetik ini tidak sederhana seperti hokum Mendel, tetapi yang
diturunkan adalah potensi untuk skizofrenia
5
2) Neurokimia
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia
disebabkan over aktivitas pada jaras dopamine mesolimbik. Hal ini
didukung dengan temuan bahwa amfetamin yang kerjanya
meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi psikosis
yang mirip skizofrenia dan obat anti psikotik bekerja dengan
mengeblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.
3) Hipotesis Perkembangan Saraf
Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan
abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia
antara lain berupa berat orak rata-rata lebih kecil 6% dari normal
dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih pendek, pembesaran
ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di daerah
frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur
saraf di beberapa korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis
mengungkapkan deficit di bidang atensi, pemilihan konseptual,
fungsi eksekutif dan memori pada penderita skizofrenia.
c) Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis
berdasarkan gejala utama antara lain :
1) Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama
berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan
proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang
didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
2) Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering
timbul pada masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang
menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan
adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan
6
psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-
kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.
3) Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya
akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi
gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
4) Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan
waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang
teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek
emosi dan kemauan.
5) Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien
seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut.
Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun
dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu
arti yang khusus baginya.
6) Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler,
tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul
sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
7) Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara
bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala
mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh
tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.
7
d. Manifestasi Klinik Skizofrenia
1) Gejala Primer
a) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang
paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi
inkoherensi
b) Gangguan afek emosi
(1) Terjadi kedangkalan afek-emosi
(2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
(3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu
kesatuan
(4) Emosi berlebihan
(5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan
emosi yang baik
c) Gangguan kemauan
(1) Terjadi kelemahan kemauan
(2) Perilaku negativisme atas permintaan
(3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi
oleh orang lain
d) Gangguan psikomotor
(1) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
(2) Stereotipi
(3) Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu
yang lama
(4) Echolalia dan echopraxia
e) Autisme.
2) Gejala Sekunder
a) Waham
b) Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah
yang mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra.
halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum
8
terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga
dapat terjadi
9
Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap
diri dan kemampuan yang diekspresikan secara langsung dan tidak
langsung (Bawlis,2002)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri
rendah adalah sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri dalam
kepercayaan diri yang gagal mencapai keinginan.
10
orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal
ini dia gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak
berdaya, kegagalan yang mendalam sebagai bukti pribadi yang
tidak kompeten.
Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab
rendahnya harga diri.Individu yang tidak mengerti maksud dan
tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab diri
sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki.
Dia menolak dirinya bebas berekspresi, termasuk kebenaran
untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak sabaran, keras, dan
menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan.
Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri
dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut dalam hilangnya
kepercayaan diri.
11
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu
pilihan remaja. Orang tua yang selalu curiga pada anak
menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu
apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan
orang tua maka timbul rasa bersalah. Ini juga dapat merendahkan
pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan
bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas.
Teman sebayanya merupkan faktor lain yang mempengaruhi
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan
dimilki oleh kelompoknya.
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap
situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat
mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Situasi dan stressor
yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan,
tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan
fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan
pengobatan.
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi
yang dialami individu dalam peran.
3) Transisi perkembangan
Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan
dengan pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan
ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilakukan
12
inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-
beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
4) Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi
merupakan bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang
berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
4. MANIFESTASI KLINIK
Menurut L. J Carpenito dan Keliat, perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah antara lain :
Data Subjektif:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Mengungkapkan kegagalan pribadi
13
j. Merasionalisasi penolakan
Data Objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktiv pada diri sendiri dan orang lain
c. Penyalahgunaan zat
d. Menarik diri dari hubungan social
e. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
f. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
g. Tampak mudah tersinggung /mudah marah
5. PSIKOPATOLOGI
Menurut Stuart (2005), berbagai faktor menunjang terjadinya
perubahan dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang
merupakan faktor pendukung harga diri rendah meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang
lain dan ideal diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi
performa peran adalah peran gender, tuuntutan peran kerja, dan harapan
peran budaya. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan
struktur sosial. Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah
meliputi trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksika kejadian yang megancam kehidupan dan ketegangan peran
beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi.
Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien
berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan
dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam
hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
14
Pasien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia
berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu
menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal
ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan
realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri
dengan kenyataan. Semakin pasien menjauhi kenyataan semakin kesulitan
yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri
rendah yaitu mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,gangguan dalam
berhubungan, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada
orang lain, rasa bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan
hidup yang pesimis, adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah
tersinggung, menarik diri secara realitas,penyalahgunaan zat dan menarik
diri secara sosial.(Stuart & Sundeen, 1998, hal. 230).melihat tanda dan
gejala diatas apabila tidak ditanggulangi secara intensif akan menimbulkan
distress spiritual, perubahan proses pikir (curiga), perubahan interaksi
sosial (menarik diri) dan resiko terjadi amuk.
6. PENATALAKSANAAN
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa
ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi
yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi
syarat sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat.
2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
15
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik
untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
4) Tidak menyebabkan kantuk
5) Memperbaiki pola tidur
6) Tidak menyebabkan lemas otot.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.
16
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri
dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok
bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah
dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan
therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005). Dari
empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah. (Keliat dan Akemat,2005).
17
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak
adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada
umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti
kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki pasien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan konsep diri; Harga diri rendah
b. Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Resiko deficit perawatan diri
d. Isolasi sosial
18
3. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
a. Tujuan:
TUM: Klien memiliki konsep diri yang positif
TUK: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria Evaluasi: Klien menunjukan ekspresi wajah bersahabat,
menunjukan rasa senang, dan kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik ;
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap dan nama pangilan yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
19
2. Bersama klien buat daftar tentang:
a) Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
b) Kemampuan yang dimiliki klien.
3. Beri Pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative.
20
e. Tujuan: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
Kriteria evaluasi: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal yang
dibuat.
Intervensi:
1. Anjurkan klien melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
3. Beri pujian atas usaha usaha yang dilakukan klien .
4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Tn A
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat : Majene
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. T
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswata
Hub. dg klien : Paman Klien
Alamat : Majene
B. ALASAN MASUK
Pasien suka marah-marah, mudah tersinggung dan sering melamun
sendiri.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Gangguan jiwa dimasa lalu
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa 5 tahun yang
lalu, sebelumnya karena mengamuk di rumahnya dan menjalani pengobatan di
RS Banyumas dan keluar dari RS Banyumas Pasien melakukan rawat jalan
dan setelah beberapa bulan pasien mengatakan putus obat dan pasien
22
mengamuk lagi di rumah dan keluarga membawa pasien ke rumah sakit jiwa
Magelang.
2. Pengobatan sebelumnya
Pengobatan yang dilakukan Pasien sebelumnya adalah belum berhasil
karena masih ada gejala yang timbul.
3. Tumbuh Kembang
a. Lahir sampai pra sekolah
Pasien mengatakan tidak mengingatnya karena sudah lama
b. Usia sekolah
Pasien mengatakan dulu waktu sekolah pasien memang pendiam, tidak
suka bergaul dengan temannya. Tetapi pasien mengatakan keluarga pasien
terutama ibunya sering memotivasi pasien untuk bergaul dengan temannya
c. Pra remaja sampai remaja
Pasien mengatakan saat remaja klien sudah memiliki pacar dan tidak
pendiam lagi.
5. Factor Presipitasi
Pasien mengatakan dirinya korban PHK
D. FISIK
1. Tanda vital
TD : 100/60 mmHg
N : 86 x/mnt
RR : 22 x/mnt
2. Ukur
23
TB : 170 cm
BB : 64 kg
3. Keluhan Fisik
Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
? ? ? ?
x x x x
? ?
x ? ? x ?
53 50
28 24 20
28 30
7 4
Keterangan Gambar :
24
Penjelasan gambar
Kakak pasien mengatakan bahwa :
Pada generasi I kakek dari garis ayah maupun dari garis ibu, sudah meninggal
karena usia lanjut, Nenek dari garis ayah maupun dari garis ibu juga sudah
meninggal
Pada Generasi II, ayah adalah anak pertama dari tiga bersaudara ayah dan kedua
saudaranya masih hidup, ibu anak kedua dari empat bersaudara, ibu dan ketiga
saudaranya masih hidup
Pada Generasi III klien anak kedua dari empat bersaudara, dan anak ketiga
memiliki riwayat gangguan jiwa, anak pertama sudah menikah dan mempunyai
dua anak kandung pasien tinggal serumah dengan ibunya dan kedua adiknya.
Penjelasan generasi
Generasi I
1) Pola komunikasi
Pola komunikasi yang diterapkan dari kakek dan nenek pasien terhadap ibu
pasien, menggunakan pola komunikasi satu arah,matrineal atau adanya
tekanan-tekanan dari orang tua ibu pasien sehingga pola yang digunakan oleh
kedua orang tua ibu pasien juga dilukakan oleh ibu pasien untuk mendidik
anak-anaknya.
Generasi II
1) Pola komunikasi
Tempat pasien berkomunikasi dan mengadukan masalanya: klien mengatakan
kalau aku sering dianggap tidak becus dalam bekerja,dan tidak berguna
dalam membantu ekonomi keluarga dia cerita dengan ibunya.
25
2) Pola pengambilan keputusan
Ibu pasien mengatakan sebagai ibu dan kepala rumah tangga dari pasien
A saya sebagai pengambilan keputusan, dan saya yang bertanggung
jawab atas semua pengobatan pasien
3) Pola asuh keluarga
Ibu pasien mengatakan Mungkin saya yang terlalu membebani masalah
perekonomian keluarga dan ikut membiayai adiknya
2. Konsep diri
a. Citra Tubuh / Gambaran Diri
Pasien mengatakan tidak memiliki pandangan buruk terhadap
tubuhnya,klien mengatakan merasa bersyukur diberikan tubuh yang sehat
dan tidak cacat.
b. Identitas
Pasien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki yang bernama Tn.
A belum mempunyai istri dan belum juga mendapatkan kerja
c. Peran
Pasien mengatakan dirinya dirumah sebagai kakak dari dua
adiknya,selama dirawat di wisma sadewa Pasien merasa tidak berguna
karena tidak bisa membiayai adiknya sekolah dan merasa kurang
beruntung dan merasa kesepian.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin menjadi lebih baik dari sekarang dan ingin
menjadi yang berguna bagi semua orang dan mendapatkan kerja lagi
e. Harga diri
Pasien merasa tidak berguna, karena tidak bisa membiayai sekolah
adiknya dan membanggakan orang tuanya pasien mengatakan merasa
kurang beruntung dan malu dengan keadaannya sekarang yang tidak
bekerja,sehingga pasien menyendiri dan tidak mau bergaul dengan
temannya.
26
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Orang yang berarti dalam hidup pasien adalah ibunya. Jika ada
masalah ibunya sebagai tepat mencurahkan perasaanya . dan saat dirawat
di rumah sakit jiwa pasien mengatakan merasa sendiri dan ingin diam saja
tanpa msau berbagi masalah dengan orang lain.
b. Peran serta kegiatan kelompok
Pasien mengatakan tidak ada niat untuk berhubungan dengan orang
lain dan pasien mengatakan lebih baik sendiri. Selama pasien dirawat di
Wisma Sadewa pasien lebih bnayak menyendiri, jarang berkomunikasi
dengan teman-teman. Saat ada kegiatan pasien mau bekerja dengan
motivasi. Saat di interaksi kontak mata pasien kurang serta jawaban yang
disampaikan pasien simple dan pendek.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak ada keinginan dalam berhubungan dengan
orang lain dan Pasien mengatakan ingin sendiri saja.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan dia seorang muslim
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan jarang Sholat
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien tampak rapi dan berpakaian sesuai dengan pakaian teman-
temanya yang ada di bangsal,baju di kancingkan, rambut disisir.
2. Pembicaraan
Pasien kooperatif saat berkomunikasi, pembicaraan pasien sesuai dengan
topic yang di bicarakan dan tidak ada inisisatif untuk bertanya kepada
perawat.
27
3. Aktivitas motorik
Pasien tampak lesu, sering menyediri dan melamun pasien melakukan
kegiatan jika dimotivasi perawat.
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan sedih , karena merasa tidak berguna bagi
keluarganya dan kurang bersemangat.
5. Afek klien
Afek pasien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol pasien tidak
menunjukkan perubahan raut muka atau ekspresi wajah.
6. Interaksi secara wawancara
Selama interaksi pasien kooperatif, kurang konsentrasi dan kontak mata
kurang sering berpaling pandangan, sering menunduk ketika diajak ngobrol
jawaban pasien simple dan singkat
7. Persepsi; Halusinasi
Pasien mengatakan dulu sempat Pasien mendengar bisikan-bisikan tapi
saat klien dibawa ke Rs Magelang, Pasien mengatakan bisikan itu sudah
hilang.
8. Isi pikir
Pasien tidak mengalami fobia, pikiran magic atau depersonalisasi
(perasaan asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan), Pasien tidak
mengalami waham baik waham curiga,waham agama, waham kebesaran,
maupun waham somatic.
9. Proses pikir
Pasien tidak mengalami waham.
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Pasien adalah bingung, pasien tidak disorientasi
waktu, tempat maupun orang.
11. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, pendek,
maupun saat ini, karena klien mampu menjawab tentang pertanyaan hari ini ,
28
tanggal dan tahun dan Pasien mengingat kegiatan yang dilakukan kemarin
yaitu seperti senam,dan lain-lain.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien tidak mampu berkosentrasi secara penuh, karena Pasien terihat
binggung dan sering berpaling muka saat diajak berbicara, Pasien dapat
berhitung dengan pertanyaan yang sederhana seperti 2+3= 5 dan pasien
mampu menjawabnya.
13. Daya tilik diri
Pasien menyadari dirinya sedang mengalami suatu masalah / sakit
(pasien)
H. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak
berguna, tidak berguna bagi keluarga dan orang lain.
I. ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis: F.20.3 (skizofrenia tidak terperinci)
Terapi Medis :
1. Haloperidol (2x5mg) 5mg/12 jam (oral) Antipsikotik turunan
29
Indikasi: Management of manifestasi psikosis akut dan kronis, termasuk
skizofrenia dan manik negara
Kontra indikasi: Pada keadaan koma dan dalam kehadiran depresi SSP karena
alkohol atau obat depresan lainnya
Efek samping: Insomnia, reaksi depresif, dan beracun negara confusional
adalah efek yang lebih umum ditemui. Mengantuk, kelesuan, pingsan dan
katalepsia, kebingungan, kegelisahan, agitasi, gelisah, euforia, vertigo, kejang
grand mal, dan eksaserbasi gejala psikotik
J. ANALISA DATA
Tgl Data Fokus Diagnosa ttd
10/5/2015 Ds: Gangguan konsep
Jam 10.00 - Pasien mengatakan selama diri; Harga Diri
dirawat Pasien merasa tidak Rendah
berguna karena tida k bisa
membiayai adiknya sekolah dan
merasa kurang beruntung.
- Pasien mengatakan malu dengan
30
keadaannya sekarang yang tidak
bekerja
Do:
- Pasien tampak sedih, Pasien
tampak menunduk ketika diajak
berbincang bincang, dan
jawaban klien saat diajak
berbincang-bincang singkat dan
tidak ada inisiatif untuk
bertanya.
10/5/2015 Ds: Isolasi sosial ;
Jam 10.05 - Saat dirawat di rumah sakit jiwa Menarik Diri.
pasien mengatakan merasa
sendiri dan ingin diam saja tanpa
mau berbagi masalah dengan
orang lain.
- Pasien mengatakan tidak ada
niat untuk berhubungan dengan
orang lain dan klien mengatakan
lebih baik sendiri
Do:
- Pasien terlihat menyendiri dan
jarang berkomunikasi dengan
teman-temanya sebangsal , dank
lien hanya mau bekerja jika
dimotivasi perawat
31
K. POHON MASALAH
Gangguan pola pikir Gangguan persepsi
Gangguan Konsep Diri (efek) Menarik diri (efek) Defisit perawatan diri(efek)
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Konsep Diri; Harga diri rendah b.d tidak efektifnya koping
individu
2. Isolasi social; Menarik diri b.d harga diri rendah
32
f)Tunjukan sikap
empati dan menerima
pasien apa adanya.
g) Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien.
2.Pasien menyebutkan : 2. Diskusikan dengan
a)Aspek positif dan pasien tentang :
kemampuan pasien a) Aspek positif yang
yang dimiliki pasien . dimiliki pasien,
b)Apek Positif keluarga keluarga dan
c)Aspek positif lingkungan.
lingkungan pasien. b) Kemampuan yang
dimiliki pasien
3. Bersama pasien buat
daftar tentang:
a)Aspek positif pasien,
keluarga, lingkungan.
b)Kemampuan yang
dimiliki pasien.
4.Beri Pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian
negative.
3.Pasien mampu 5.Diskusikan denan pasien
menyebutkan kemampuan yang dapat
kemampuan yang dapat dilaksanakan.
dilaksanakan. 6.Diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan.
4.Pasien mampu rencana 7. Rencanakan bersama
kegiatan harian. klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
klien:
a)Kegiatan mandiri
b)Kegiatan dengan
bantuan
8.Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien.
9.Beri contoh pelaksanaan
kegiatan yang dapat
pasien lakukan.
5.Pasien dapat melakukan 10.Anjurkan pasien
kegiatan sesuai jadwal melaksanakan kegiatan
yang dibuat. yang telah
direncanakan.
11.Pantau kegiatan yang
dilaksanakan pasien.
12.Beri pujian atas usaha
usaha yang dilakukan
33
pasien
13.Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang.
6.Pasien mampu 14.Beri pendidikan
memanfaatkan system kesehatan pada
pendukung yang ada di keluarga tentang cara
keluarga. merawat pasien
dengan harga diri
rendah.
15.Bantu keluarga
memberikan dukungan
selama pasien di
rawat.
16.Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah.
34
N. IMPLEMENTASI KEPERWATAN
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
35
dimotivasi perawat
3) Pasien suka marah-marah,mudah tersinggung A: Rencana
dan sering melamun sendiri.dan yang dilanjutkan
menjadi penyebab ini terjadi adalah karena
pasien merupakan korban PHK P:
4) Pasien kooperatif saat berkomunikasi, P pasien:
pembicaraan pasien sesuai dengan topic yang 1) Identifikasi kemampuan
dibicarakan dan tidak ada inisisatif untuk positif yang dimiliki
bertanya kepada perawat 2) Nilai kemampuan yang
5) Pasien tampak lesu, sering menyediri dan dapat dilakukan saat ini
melamun pasien melakukan kegiatan jika 3) Latih kemampuan
dimotivasi perawat. pertama yang telah
6) Afek pasien yaitu afek datar, dimana saat dipilih
diajak ngobrol pasien tidak menunjukkan 4) Masukkan dalam jadwal
perubahan raut muka atau ekspresi wajah. kegiatan pasien
7) Pasien bingung, pasien tidak disorientasi
waktu, tempat maupun orang. P keluarga:
1) Susun RTL
keluarga/jadwal
Keluarga Tn.A : keluarga u/
1) Keluarga pasien mengatakan Pasien suka merawat pasien.
marah-marah,mudah tersinggung 2) Diskusikan
dan sering melamun sendiri. masalah yang
2) Keluarga pasien mengatakan Pasien pernah dirasakan keluarga
mengalami gangguan jiwa 5 tahun yang lalu dalam merawat
3) Keluarga pasien mengatakan Pengobatan yang pasien
dilakukan Pasien sebelumnya belum berhasil
karena masih ada gejala yang timbul.
4) Keluarga pasien mengatakan ada riwayat
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
5) Keluarga tampak bingung dengan rencana
perawatan Perawat
Keluarga Tn.A :
1) Ketidakefektifan koping keluarga:
ketidakmampuan keluarga merawat pasien
HDR.
Tindakan keperawatan:
Pasien Tn. A
Diagnosis keperawatan 1
SP 1
36
1) Mengidentifikasi kemampuan positif yang
dimiliki
2) Menilai kemampuan yang dapat dilakukan
saat ini
3) Memilih kemampun yang akan dilatih
4) Melatih kemampuan pertama yang telah
dipilih
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Diagnosis Keperawatan 2
SP 1
1) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
pasien
2) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
3) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian
berinteraksi dengan orang lain
4) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan
satu orang
5) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian
Keluarga Tn. A
Diagnosis keperawatan 1
SP 1
1) Mengidentifikasi masalah yg dirasakan dalam
merawat pasien
2) Menjelaskan proses terjadinya HDR
3) Menjelaskan tentang cara merawat pasien
4) Peran dalam merawat pasien HDR
5) Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga u/
merawat pasien.
Diagnosis Keperawatan 2
SP 1
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya.
3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi
social
37
kelompok
Keluarga Tn. A :
1) Anjurkan keluarga untuk tetap berkomunukasi
kepada pasien dengan lembut
2) Ikutkan keluarga bersama-sama dengan pasien
dalam terapi keluarga
38
dan jawaban klien saat diajak Berbincang- A: Rencana dilanjutkan
bincang singkat dan tidak ada inisiatif untuk
bertanya P:
2) Pasien terlihat menyendiri dan jarang
berkomunikasi dengan teman-temanya P pasien :
sebangsal , dank lien hanya mau bekerja jika 1) Memilih kemampuan
dimotivasi perawat kedua yang dapat
3) suka marah-marah,mudah tersinggung dan dilakukan
sering melamun sendiri.dan yang 2) Masukkan dalam jadwal
menjadi penyebab ini terjadi adalah karena kegiatan pasien
pasien merupakan korban PHK, 3) Evaluasi jadwal kegiatan
4) Pasien kooperatif saat berkomunikasi, harian pasien
pembicaraan pasien sesuai dengan topic yang 4) Berikan kesempatan
di bicarakan dan tidak ada inisisatif untuk kepada pasien
bertanya kepada perawat. mempraktekkan cara
5) Pasien tampak lesu, sering menyediri dan berkenalan dengan satu
melamun pasien melakukan kegiatan jika orang
dimotivasi perawat. 5) Bantu pasien
6) pasien yaitu afek datar, dimana saat diajak memasukkan kegiatan
ngobrol pasien tidak menunjukkan latihan berbincang-
perubahan raut muka atau ekspresi wajah. bincang dengan orang
7) Pasien bingung, pasien tidak disorientasi lain sebagai salah satu
waktu, tempat maupun orang. kegiatan harian
Keluarga Tn.A
1) Ketidakefektifan koping keluarga:
ketidakmampuan keluarga merawat pasien
HDR.
39
Tindakan keperawatan:
Pasien : Tn. A
Diagnosis Keperawatan 1
SP 2
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)
2) Memilih kemampuan kedua yang dapat
dilakukan
3) Melatih kemampuan yang dipilih
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Diagnosis Keperawatan 2.
SP 2
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang
3) Membantu pasien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
Keluarga Tn. A
Diagnosis Keperawatan 1
SP 2
1) Evaluasi kemampuan Sp 1
2) Latih keluarga langsung ke pasien
3) Menyusun RTL keluarga /jadwal keluarga u/
merawat pasien
Diagnosis Keperawatan 2
SP 2
1) Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan isolasi social
Keluarga Tn.A :
1) Anjurkan keluarga untuk tetap berkomunukasi
kepada pasien dengan lembut
2) Ikutkan keluarga bersama-sama dengan pasien
dalam terapi keluarga
40
3. Tanggal:17 Mei 2015 Subjek:
Data :
Pasien: Tn. A : Pasien Tn. A
DS: 1) Pasien mengatakan
1) Pasien mengatakan selama dirawat Pasien merasa sendiri dan ingin
merasa tidak berguna karena tidak bisa diam saja tanpa mau
membiayai adiknya sekolah dan merasa kurang berbagi masalah dengan
beruntung. orang lain.
2) Pasien mengatakan malu dengan keadaannya 2) Pasien menyadari
sekarang yang tidak bekerja dirinya sedang
3) Saat dirawat di rumah sakit jiwa pasien mengalami suatu
mengatakan merasa sendiri dan ingin masalah /sakit (pasien).
diam saja tanpa mau berbagi masalah dengan
orang lain. Keluarga :
4) Pasien mengatakan tidak ada niat untuk 1) Keluarga mengatakan akan
berhubungan dengan orang lain dank lien mencoba merawat pasien
mengatakan lebih baik sendiri dengan perlahan
5) Pasien mengatakan pernah mengalami
gangguan jiwa 5 tahun yang lalu Objek
6) Pengobatan yang dilakukan Pasien sebelumnya Pasien Tn. A
belum berhasil karena masih ada gejala yang 1) Pasien masih tampak
timbul. lesu
7) Pasien mengatakan ada riwayat keluarga yang 2) Afek pasien yaitu afek
mengalami gangguan jiwa. datar, dimana saat diajak
8) Pasien mengatakan sedih, karena merasa tidak ngobrol pasien masih
berguna bagi keluarganya dan kurang tampak tidak
bersemangat. menunjukkan
9) Pasien mengatakan dulu sempat Pasien perubahan raut muka
mendengar bisikan-bisikan tapi saat klien atau ekspresi wajah.
dibawa ke Rs Magelang, Pasien mengatakan 3) Pasien masih tampak
bisikan itu sudah hilang. bingung.
10) Pasien menyadari dirinya sedang mengalami
suatu masalah /sakit (pasien). Mekanisme Keluarga Tn. A
koping klien inefektif, selalu mengganggap 1) Keluarga tampak lebih
diri tidak berguna, tidak berguna bagi memahami apa yang
keluarga dan orang lain dikatakan oleh perawat
2) Keluarga pasien terlihat
DO: mengangguk-angguk
1) Pasien tampak sedih , Pasien tampak tanda memahami
menunduk ketika diajak berbincang bincang,
dan jawaban klien saat diajak Berbincang- A:
bincang singkat dan tidak ada inisiatif untuk Rencana dilanjutkan
bertanya
2) Pasien terlihat menyendiri dan jarang P:
berkomunikasi dengan teman-temanya P Pasien :
sebangsal , dank lien hanya mau bekerja jika 1) Pilih kemampuan ketiga
dimotivasi perawat yang dapat dilakukan
3) Pasien suka marah-marah,mudah tersinggung 2) Latih kemampuan 3 yang
dan sering melamun sendiri.dan yang dipilih
menjadi penyebab ini terjadi adalah karena 3) Masukkan dalam jadwal
41
pasien merupakan korban PHK, kegiatan pasien.
4) Pasien kooperatif saat berkomunikasi, 4) Mengevaluasi jadwal
pembicaraan pasien sesuai dengan topic yang kegiatan harian pasien
di bicarakan dan tidak ada inisisatif untuk 5) Memberikan kesempatan
bertanya kepada perawat. kepada pasien
5) Pasien tampak lesu, sering menyediri dan mempraktekkan cara
melamun pasien melakukan kegiatan jika berkenalan dengan dua
dimotivasi perawat. orang atau lebih
6) Afek pasien yaitu afek datar, dimana saat
diajak ngobrol pasien tidak menunjukkan P keluarga Tn. A
perubahan raut muka atau ekspresi wajah. 1) Evaluasi kemampuan
7) Pasien bingung, pasien tidak disorientasi keluarga
waktu, tempat maupun orang. 2) Evaluasi kemampuan
pasien
Keluarga: Tn.A : 3) RTL kelg:
1) Keluarga pasien mengatakan Pasien suka - Follow up
marah-marah,mudah tersinggung - Rujukan
dan sering melamun sendiri.
2) Keluarga pasien mengatakan Pasien pernah 4) Membantu keluarga
mengalami gangguan jiwa 5 tahun yang lalu, membuat jadwal
3) Keluarga pasien mengatakan Pengobatan yang aktivitas di rumah
dilakukan Pasien sebelumnya belum berhasil termasuk minum obat
karena masih ada gejala yang timbul. (discharge planning)
4) Keluarga pasien mengatakan ada riwayat 5) Menjelaskan follow up
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. pasien setelah pulang
5) Keluaraga tampak bingung dengan rencana
perawatan pasien
Keluarga Tn. A
1) Ketidakefektifan koping keluarga:
ketidakmampuan keluarga merawat pasien
HDR.
Tindakan keperawatan
Pasien Tn. A
Diagnosa keperawatan 1
SP 3
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 & 2)
2) Memilih kemampuan ketiga yang dapat
dilakukan
3) Melatih kemampuan 3 yang dipilih
4) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
42
Diagnosis Keperawatan 2
SP 3
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Keluarga Tn. A
Diagnosa keperawatan 1
SP 3
1) Evaluasi kemampuan keluarga
2) Evaluasi kemampuan pasien
3) RTL kelg:
- Follow up
- Rujukan
Diagnosa keperawatan 2
SP 3
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Keluarga Tn. A
1) Anjurkan keluarga untuk tetap
berkomunukasi kepada pasien dengan lembut
2) Ikutkan keluarga bersama-sama dengan
pasien dalam terapi keluarga
43
BAB IV
PEMBAHASAN
44
keperawatan yang muncul hanya sebanyak 2 dari 4 diagnosa keperawatan di
tinjauan teori.
Perbedaaan pengangkatan diagnose keperawatan ini didasarkan pada data
yang didapatkan selama melakukan pengkajian pada Tn.A.
Tn.A selama pengkajian hanya berfokus pada penyesalan dirinya karena
telah di PHK sehingga dia tidak mampu membiayai pendidikan adik-adiknya dan
merasa seperti orang yang tidak berguna bagi keluarganya sendiri karena hingga
sekarang dia tidak mendapatkan pekerjaan baru.
Hal ini yang membuat Tn.A mengalami Harga diri rendah. Dia cenderung
lebih memilih untuk menyendiri, tidak mau bergaul maupun berinteraksi dengan
orang disekitarnya. Hal ini yang mendasari pengangkatan diagnose keperawatan
kami pada Tn.A yaitu gangguan konsep diri; harga diri rendah dan isolasi social.
Namun demikian, dari data pengkajian pula, Tn. A ternyata tidak memiliki
masalah berkaitan dengan kebersihan dirinya. Hal ini ditunjang dari data objek yang
didapatkan selama pengkajian yaitu pasien terlihat rapi, bersih dan tidak terlihat adanya
penurunan dalam hal kebersihan diri, berpakaian layaknya pasien lain dengan baju yang
dikancingkan.
Selain itu Tn. A juga sama sekali tidak mengalami gangguan lain seperti
halusinasi. Pasien tetap sadar dengan orientasi yang bisa dipertahankan secara realistis
terhadap dirnya maupun orang terdekatnya dan Persepsi sensori yang tetap berfungsi
secara normal. Meski pada riwayat kesehatan masa lalu Tn. A Pernah mengalami
halusinasi pendengaran namun segera sembuh setelah diberikan pengobatan.
Hal ini juga yang mendasari tidak diangkatnya diagnose keperawatan
berdasarkan tinjauan teori yaitu resiko deficit perawatan diri dan resiko gangguan
persepsi halusinasi.
45
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun pengertian dari skizofrenia adalah adalah suatu bentuk psikosa
fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotor disertai
distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi
sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar. yang di sebabkan
oleh,Genetik , Neurokimia, Hipotesis Perkembangan Saraf,adapun pembagian
dari skizofrenia, Skizofrenia Simplek, Skizofrenia Hebefrenia, Skizofrenia
Katatonia, Skizofrenia Paranoid, Episode Skizofrenia akut, Skizofrenia
Residual,dan Skizofrenia Skizo Afektif.adapun tanda dan gejala dari skizofrenia
Gangguan proses pikir, Gangguan afek emosi, Gangguan kemauan,Gangguan
psikomotor,Autisme,Waham, dan Halusinasi.
Adapun pengertian dari harga diri rendah adalah menolak dirinya
sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggung jawab pada
kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen, 2005),Harga diri renda dipengaruhi
oleh beberapa factor Faktor Predisposisi yaitu Faktor yang mempengaruhi harga
diri, Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, Faktor yang mempengaruhi
identitas diri,dan adapun Faktor Presipitasi yaitu trauma, Ketegangan peran.Tanda
dan gejala yang biasa muncul pada Harga diri rendah yaitu ,Mengkritik diri
sendiri atau orang lain, Perasaan tidak mampu, Pandangan hidup yang pesimis,
Perasaan lemah dan takut, Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri ,
Pengurangan diri/mengejek diri sendiri, Hidup yang berpolarisasi,
Ketidakmampuan menentukan tujuan, Mengungkapkan kegagalan pribadi,
Merasionalisasi penolakan, Produktivitas menurun, Perilaku destruktiv pada diri
sendiri dan orang lain, Penyalahgunaan zat, Menarik diri dari hubungan social ,
Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah, Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur
dan sukar makan), Tampak mudah tersinggung /mudah marah. Adapun
46
psiopatologi pada Harga diri rendah, Menurut Stuart (2005), berbagai faktor
menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor
predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri rendah meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. dan penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada Harga diri rendah adalah Psikofarmaka, Psikoterapi, Therapy
Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy), dan Therapy Modalitas
Adapun diagnose yang muncul pada teori yaitu :
a. Gangguan konsep diri; Harga diri rendah
b. Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Resiko deficit perawatan diri
Pada proses pengkajian kasus yang kami lakukan kami memperoleh
data pasien Nama : Tn A,Umur : 28 tahun,Jenis Kelamin: Laki-laki, Suku/Bangsa
: Bugis/Indonesia, Agam : Islam, Pendidikan: SMA, Pekerjaan : Tidak ada,dan
Alamat : Majene, dengan keluhan Pasien suka marah-marah,mudah tersinggung
dan sering melamun sendiri.dan yang menjadi penyebab ini terjadi adalah karena
pasien merupakan korban PHK, adapun factor pendukung lainnya antara lain,
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa 5 tahun yang lalu,dengan
pengobatan yang dilakukan Pasien sebelumnya belum berhasil karena masih ada
gejala yang timbul.selain itu itu pasien mengatakan ada riwayat keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
Adapun data yang kami peroleh mengenai status mental pasien yaitu
pembicaraan Pasien kooperatif saat berkomunikasi, pembicaraan pasien sesuai
dengan topic yang di bicarakan dan tidak ada inisisatif untuk bertanya kepada
perawat.Aktivitas motorik Pasien tampak lesu, sering menyediri dan melamun
pasien melakukan kegiatan jika dimotivasi perawat.Alam perasaan Pasien
mengatakan sedih, karena merasa tidak berguna bagi keluarganya dan kurang
bersemangat.Afek pasien Afek pasien yaitu afek datar, dimana saat diajak ngobrol
pasien tidak menunjukkan perubahan raut muka atau ekspresi wajah.Persepsi
Pasien mengatakan dulu sempat Pasien mendengar bisikan-bisikan tapi saat klien
47
dibawa ke Rs Magelang, Pasien mengatakan bisikan itu sudah hilang. Tingkat
kesadaran Pasien adalah bingung, pasien tidak disorientasi waktu, tempat maupun
orang. Daya tilik pasien Pasien menyadari dirinya sedang mengalami suatu
masalah / sakit (pasien). Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap
diri tidak berguna, tidak berguna bagi keluarga dan orang lain.
Adapun masalah keperawatan yang muncul pada kasus Tn. A yaitu:
1. Gangguan Konsep Diri; Harga diri rendah b.d tidak efektifnya koping
individu
2. Isolasi social; Menarik diri b.d harga diri rendah
Penulis merencanakan bagaimana cara membina hubungan saling
percaya, membantu pasien untuk mengenal penyebab harga diri rendah, bantu
pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara
mendiskusikan manfaat jika pasien memiliki banyak teman, serta membantu
pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,membantu pasien
untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Tindakan berinteraksi
dengan orang lain dapat membantu dalam mengatasi masalah keperawatan
inefektif koping individu, karena jika pasien sudah mengenal bahkan
berinteraksi dengan orang lain pasien dapat menceritakan masalah yang
dialaminya. Bina hubungan saling percaya, identifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien (individu, keluarga, dan masyarakat), bantu klien
menilai kemampuan klien yang dapat digunakan
48
B. SARAN
1. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam
memberikan praktik asuhan keperawatannya, serta pengetahuannya pada
pasien dengan Harga Diri Rendah, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun
keluarganya.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya tugas ini dapat membantu
dalam dalam pembuatan asuhan keperawatan.
3. Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan
kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi
dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan
kompetensi dalam keperawatan.
49