A. Defenisi
Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori : keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau
interpretasi stimulus yang datang (Mukhripah, 2012).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014)
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, halusinasi sering diidentifisikasikan dengan skizofrenia. Dari seluruh
klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang
disertai dengan gejala halusinasi adalah gejala panik defensif dan delirium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa
stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu
yang nyata oleh pasien.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Pada tahap perkembangan individu mempunyai tugasperkembangan yang
berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal, bila dalam pencapaian tugas
perkembangan tersebut mengalami gangguan akan menyebabkan seseorang
berperilku menarik diri.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabakan
teraktivasinya neutransmitter otak.
d. Faktor Psikologi
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa
peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut. 4
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
C. Jenis-jenis Halusinasi
Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara
orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya, gambaraan
geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan komplesk. Bayangan
bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau busuk, amis,
dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau
harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Kadang pikiran terganggu Gangguan proses pikir/
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Emosi berlebihan atau kurang Tidak mampu mengalami
Dengan pengalaman Emosi
Rentang Respon
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif :
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli
d. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
2. Respon psikosossial
Meliputi :
a. Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
c. Emosi berlebih atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
f. Respon maladapttif
3. Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan, ada pun respon
maladaptive antara lain :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakin ioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak teratur
e. Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam.
H. Akibat
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan ingkungan. Ini
diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk
melakuka sesuatu hal diluar kesadarannya (Prabowo, 2014)
I. Mekanisme Koping
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus internal.
(Prabowo, 2014)
J. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat
1. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efek tinggi bermanfaat pada penderita psikomotorik yang
meningkat.
Objektif:
1. Klien terlihat bicara atau tertawa
sendiri saat dikaji.
2. Bersikap seperti mendengarkan
sesuatu.
3. Berhenti bicara di tengah- tengah
kalimat untuk mendengarkan
sesuatu.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran
2. isolasi sosial : menarik diri
3. resiko perilaku kekerasan
D. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran
Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi Mendiskusikan masalah yang
pasien dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
pasien Menjelaskan pengertian halusinasi,
tanda dan gejala halusinasi, jenis
halusinasi serta proses terjadinya
halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi Menjelaskan cara merawat pasien
pasien halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi pasien
6. Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik
Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi Mendiskusikan masalah yang dirasakan
sosial pasien keluarga dalam merawat pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
keuntungan berinteraksi dengan orang isolasi sosial yang dialami pasien beserta
lain proses terjadinya.
3. Berdiskusi dengan pasien tentang Menjelaskan cara-cara merawat pasien
kerugian berinteraksi dengan orang lain isolasi sosial
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan
Pasien Keluarga
no.
SPIP SPIk
1. Mengidentifikasi penyebab PK Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK Menjelaskan pengertian PK, tanda
dan gejala, serta proses terjadinya
PK
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan Menjelaskan cara merawat pasien
PK
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengontrol PK
6. Membantu pasien mempraktekkan
latihan cara mengontrol PK secara fisik
1
7. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam kegiatan harian
SPIIP SPIIk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harianMelatih keluarga mempraktekkan
pasien cara merawat pasien dengan PK
2. Melatih pasien mengontrol PK denganMelatih keluarga melakukan cara
cara fisik 2 merawat langsung kepada pasien PK
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
SPIIIP SPIIIk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harianMembantu keluarga membuat jadwal
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Iyus, Y. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT refika Aditama.
Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.