Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH RADIOTOXICOECOLOGY

RADIASI KOSMOGENIK

Disusun oleh :

ANNISA
BILQIS LATIFAH
DWI HARTANTO
YAPUJA PRIMADANA

PROGRAM STUDI TEKNOKIMIA NUKLIR


JURUSAN TEKNOKIMIA NUKLIR
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas
radiotoxicoecology ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Atas kehendak dan izin Allah SWT, tugas radiotoxicoecology yang berjudul Radiasi
Kosmogenik dapat terselesaikan dengan baik. Tugas ini tidak mungkin dapat selesai tanpa
pertolongan, kemudahan dan izin yang Allah SWT berikan melalui keberadaan pihak-pihak yang
terus memberikan bimbingan serta dukungannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penyusun harapkan. Semoga tugas ini membawa kebaikan dan manfaat.
Aamiin Ya Rabbal alamin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 3 Oktober 2017

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 7
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 22

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Radionuklida alam dan sumbernya .............................................................................. 15


Gambar 2 Ledakan Supernova ..........................................................................................................
....................................................................................................................................................... 15
Gambar 3 Struktur lapisan Matahari ............................................................................................. 16
Gambar 4 Kedudukan bintang-bintang yang mengelilingi Matahari ........................................... 18

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan yang semakin pesat, khususnya dalam bidang teknologi dan industri, serta
makin meningkatnya penggunaan zat-zat radioaktif diberbagai bidang ilmu pengetahuan,
menyebabkan perlunya pemikiran terhadap perencanaan pengelolaan lingkungan secara baik.
Masalah pengelolaan dan keselamatan lingkungan di Indonesia akhir-akhir ini menjadi masalah
yang menarik dikaji secara cermat. Agar tidak terjadi kerusakan terhadap lingkungan, maka perlu
kiranya dipelajari masalah analisis dampak lingkungan yang didalamnya tercakup pula analisis
radioaktivitas lingkungan. Dalam analisis semacam ini perlu ditentukan batasan seberapa jauh
dapat diterima penyimpangan keadaan lingkungan dari keadaan semula. Hal ini dapat digunakan
untuk menentukan dan menilai keadaan suatu lingkungan. Menurut Bintarto (1989, dalam
Saputro, 2013) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia baik benda maupun
non benda yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sikap ataupun tindakan manusia.
Menurut Mulyanto (2007, dalam Saputro, 2013) interaksi antara organisme atau makhluk hidup
termasuk perilaku manusia dengan kedua faktor biotik dan abiotik akan membentuk suatu
ekosistem.
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejateraan manusia serta makhluk hidup
lain (UURI Nomor: 32, 2009). Menurut Udiyani (2007), radioaktivitas lingkungan menurut
asalnya ada dua macam yaitu: radioaktivitas buatan adalah zat radioaktif yang secara sengaja
digunakan sebagai bahan baku dalam suatu proses, atau sebagai produk dan limbah hasil
produksi. Contohnya hasil irradiasi untuk obat, pengawetan makanan, pemuliaan bibit, dan untuk
menghasilkan energi. Zat radioaktif pencemar yang masuk ke ekosistem akan mengikuti lintas
rantai makanan makhluk hidup dalam biosfer dan berakhir pada jaringan tubuh manusia.

4|Page
Radioaktivitas alam adalahradioaktif yang ada di sekitar lingkungan kita yang berasal
dari radiasi yang ada di bumi (radiasi primordial) dan radiasi yang berasal dari luar bumi (radiasi
kosmogenis). Kedua macam radiasi tersebut sudah ada sejak terbentuknya bumi (Wardhana,
1995). Radionuklida alam penyumbang terbesar terhadap besarnya paparan gamma ke manusia
adalah anak luruh U-238, Th-232, dan K-40 (UNSCEAR, 2000). Penerimaan dosis efektif dari
radiasi alami oleh penduduk bumi telah diestimasikan oleh United Nations Scientific Committee
on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), dengan rerata sebesar 2,4 mSv per tahun,
sedangkan paparan radiasi terproyeksi dari sumber alamiah sekitar 76,58% dari paparan total
oleh manusia yang berasal dari segala jenis radiasi. Sementara itu ambang batas penerimaan
dosis efektif rata-rata radiasi gamma di permukaan tanah adalah 0,4 mSv/tahun atau pada
interval 0,3-0,6 mSv/tahun. Dosis efektif rata-rata yang diterima penduduk bumi yang berasal
dari radiasi alam disajikan pada Tabel 1.1. (UNSCEAR, 2000).
Teori Kant, Buffon, Laplace, Planetesimal Hypothesis, Tidal, Lyttleton, dan teori
Weizsaecker merupakan teori yang mencoba menjawab mengenai bagaimana dan waktu
terbentuknya bumi ini Proses terbentuknya bumi ini dan waktu terbentuknya, belum ada satu
teoripun yang dapat menjelaskannya dengan pasti. Hal ini karena usia bumi jauh lebih tua dari
usia keberadaan manusia di bumi ini.(Ardianto, 2009).

Tabel 1. Dosis efektif rata-rata yang diterima penduduk bumi yang berasal dari sumber
radiasi alam gamma

5|Page
Bumi sebagai tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatannya
tersusun atas empat (sfera), yaitu: atmosfera, hidrosfera, lithosfera dan biosfera. Semua lapisan
tersebut menjadi suatu sistem, yang dalam jangka panjang telah mencapai keseimbangan. Dalam
studi ilmu lingkungan, lapisan (sfera) tersebut disederhanakan menjadi komponen: udara,
daratan, air dan biotik. Komponen darat itu tersusun oleh tanah dan batuan dengan berbagai
struktur. Tanah merupakan bagian batuan yang telah lapuk. Batuan dengan berbagai macam
variasi dan keadaannya merupakan wadah dari sebagian besar kegiatan makhluk hidup di bumi
ini serta menjadi sumber (resources) bagi kehidupan (PPLH UGM, 2001 dalam Ardianto 2009).
Menurut Aarkrog (1979, dalam Sasongko 1997) secara hipotesis radiasi yang membahayakan
kehidupan dan sistem biologis, mungkin justru merupakan salah satu prasyarat perkembangan
bilogis dan kondisi kehidupan. Radiasi ekstrateresterial dalam bentuk sinar kosmik dari angkasa
luar dan radiasi teresterial dari materi planet bumi telah mempengaruhi kehidupan di bumi sejak
jutaan tahun yang lampau. Sejak 1940-an saat fisi nuklir mulai mewujud, radiasi lingkungan
radionuklida buatan manusia telah menjadi masalah serius.
Awal 1950-an, radioekologi telah menjadi kajian serius di Amerika Serikat sebagai sikap
antisipasi manusia terhadap kontaminasi radioaktif lingkungan. Radioekologi berkembang
menjadi kajian ilmiah yang secara sistematis menelaah perilaku, distribusi dan mekanisme
perpindahan radionuklida dalam berbagai ekosistem (Dahlgaard, 1991 dalam Sasongko, 1997).
Kajian tentang radioaktivitas alam pada suatu ekosistem yang berkaitan dengan paparan radiasi
(gross), identifikasi radionuklida, dosis radiasi, konsentrasi dan mekanisme perpindahan
radionuklida dalm komponen-komponen penyusun ekosistem merupakan syarat yang harus
diperhatikan dalam membahas kualitas lingkungan dari aspek radioekolgis (Sasongko, 1997).

2. Rumusan Makalah
a) Apa yang dimaksud dengan radiasi kosmogenik ?
b) Apa saja yang termasuk radiasi kosmogenik ?
c) Bagaimana contoh kasus terjadinya radiasi kosmogenik ?

3. Tujuan
a) Mengetahui definisi dan pembagian radiasi kosmogenik
b) Mengetahui contoh kasus terkait radiasi kosmogenik yang ada di dunia

6|Page
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sumber Radiasi
Ditinjau dari proses terbentuknya, unsur-unsur radioaktif atau sumber-sumber radiasi
lainnya yang ada di lingkungan ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu
sumber-sumber radiasi alam dan sumber-sumber radiasi buatan.
a) Sumber Radiasi Alam

Radiasi yang berasal dari alam dan bukan dari hasil aktivitas manusia disebut
radiasi alam. Dikatakan sebagai sumber radiasi alam karena sumber-sumber itu sudah ada
semenjak alam ini lahir. Berdasarkan sumbernya, radiasi alam dikelompokkan ke dalam
dua jenis, yaitu radiasi kosmik dan radiasi yang berasal dari bahan radioaktif yang berada
dalam kerak bumi. Radiasi kosmik terdiri dari radiasi kosmik primer yang berasal dari
luar angkasa dan masuk ke atmosfir bumi, dan radiasi kosmik sekunder yang terjadi
akibat interaksi antara radiasi kosmik primer dengan-unsur-unsur di angkasa. Bahan-
bahan radioaktif alam dapat berperan sebagai sumber radiasi alam. Jadi radiasi pada
prinsipnya sudah ada sejak alam ini terbentuk. Secara garis besar, radiasi alam atau sering
kali juga disebut sebagai radiasi latar dapat dikelompokkan menjadi dua bergantung pada
asal sumbernya, yaitu radiasi teresterial (berasal dari permukaan bumi) dan radiasi ekstra
teresterial (berasal dari angkasa luar). Radiasi yang terpancar dari inti atom akibat
interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom yang ada di atmosfir bumi (radionuklida
kosmogenik) adalah radiasi yang paling umum.

b) Sumber Radiasi Buatan


Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhubungan dengan
kegiatan manusia seperti penyinaran di bidang medis, jatuhan radioaktif, radiasi yang
diperoleh pekerja radiasi di fasilitas nuklir, radiasi yang berasal dari kegiatan di bidang
industri radiografi, logging, pabrik lampu dan sebagainya.

7|Page
2. Penemuan Sinar Kosmogenik
Keberadaan sinar kosmik menjadi jelas (pada awal abad 20) melalui proses pembuktian
bahwa sinar kosmik adalah penyebab terjadinya pelepasan muatan listrik kamar ionisasi
secara perlahan-lahan. Hess membuktikan keberadaan sinar kosmik pada tahun 1911 - 1912.

a) Penyebab alamiah pelepasan muatan listrik dari kamar ionisasi.


Muatan listrik yang diberikan kepada kamar ionisasi akan berkurang (discharge)
seiring dengan berjalannya waktu. Pada mulanya, gejala ini diperkirakan karena tidak
sempurnanya isolasi. Geitell (1900) dan C.T.R. Wilson menemukan bahwa penyebabnya
bukan tidak sempurnanya isolasi melainkan ionisasi udara di dalam kamar ionisasi.
Bagaimana ionisasi bisa terjadi? Pertama, diperkirakan penyebabnya adalah radiasi dari
dinding dalam atau gas pengisi (dari nuklida radioaktif alam yang terkandung di dalamnya).
Melalui pemilihan bahan untuk dinding dan gas isian, pelepasan muatan listrik sangat
berkurang tetapi tidak hilang sama sekali.
Berikutnya diperkirakan radiasi dari bahan (udara dan tanah) di sekitar kamar ionisasi
yang menyebabkan ionisasi udara dalam kamar ionisasi. Namun ionisasi sama sekali tidak
hilang walaupun kamar ionisasi sudah dilingkupi seluruhnya dengan air atau timbal. C.T.R.
Wilson (1901) dan Richardson (1906) memperkirakan penyebab ionisasi adalah radiasi dari
luar bumi yang memiliki daya tembus tinggi. Mereka melakukan berbagai pengamatan.
Sekitar tahun 1910 terdapat hasil penelitian yang mendukung perkiraan tersebut. Ionisasi
tingkat tinggi tidak dapat dijelaskan hanya dengan nuklida radioaktif yang berada di dalam
tanah. Jika kamar ionisasi semakin dijauhkan dari permukaan bumi, maka ionisasi dalam
kamar ionisasi pasti berkurang karena radiasi dari nuklida dalam tanah terserap oleh udara.
Bergwitz (1910), McLenna dan Macallum (1911) melakukan penelitian semacam itu tetapi
pengurangan jumlah ionisasi lebih kecil daripada yang diperkirakan.
Wulf (1909) melakukan penelitian yang sama di menara Eiffel dan ia menemukan
jumlah ionisasi 6 kali lebih banyak, dan ini bertentangan dengan perkiraan adanya serapan
radiasi dari tanah oleh udara. Ia beranggapan bahwa sumber sinar gamma ada di lapisan atas
atmosfir atau serapan radiasi oleh udara lebih kecil daripada yang diperkirakan. Gockel

8|Page
(1910) melangkah lebih jauh dengan melakukan pengukuran jumlah ionisasi dengan kamar
ionisasi yang dinaikkan pada balon udara hingga ketinggian 4500 m. Dengan demikian
menjadi jelas bahwa jumlah ionisasi meningkat dengan ketinggian. Radiasi dari tanah pasti
tidak akan mencapai ketinggian seperti ini, dan dengan demikian diketahui adanya sumber
radiasi lain di lapisan atas udara. Gockel beranggapan penyebab lepasan muatan listrik
adalah gas radioaktif hasil peluruhan inti radioaktif yang terakumulasi pada lapisan atas
atmosfir. Dengan ini penjelasan terhadap hasil pengamatan sedikit mengalami kemajuan.

b) Pengamatan dengan balon udara.


Adalah Hess (Austria) yang memperjelas keberadaan radiasi kosmik. Dia melakukan
pengamatan dengan meletakkan kamar ionisasi pada balon udara seperti yang dilakukan
Gockel. Pertama, pengukuran dilakukan hingga ketinggian 1070 m (tahun 1911), intensitas
radiasi tidak begitu berbeda dengan intensitas pada permukaan bumi. Berikutnya,
pengukuran dilakukan hingga ketinggian 5350 m (1912), pada altitude rendah jumlah
ionisasi berkurang tetapi di ketinggian sekitar 800 m jumlah ionisasi mulai meningkat, pada
ketinggian 4000 m jumlahnya sekitar 6 kali lipat dari nilai di permukaan bumi), pada 5000 m
sekitar 9 kali lipat. Hasil seperti ini tidak dapat dijelaskan dengan adanya akumulasi gas
radioaktif, dan disimpulkan bagaimanapun juga terdapat sejenis radiasi yang datang dari luar
bumi. Dan bila memang demikian, radiasi ini memiliki daya tembus sangat tinggi. Mengapa?
Dari luar bumi hingga ketinggian 5000 m di atas permukaan bumi terdapat lapisan yang
setara dengan 5 - 6 m air. Ekivelen dengan itu, sampai ke permukaan bumi terdapat lapisan
yang setara dengan 10 m air. Radiasi dari luar bumi ini menembus lapisan setebal ini hingga
sampai di bumi. Kalau sinar-X atau gamma hampir seluruhnya dapat diserap oleh air dengan
ketebalan 1 m, maka dapat dibayangkan daya tembus radiasi dari luar bumi ini. Radiasi dari
luar bumi ini di Jerman disebut "radiasi tempat tinggi", "radiasi Hess", di Inggris disebut
"radiasi kosmik" dan sekarang ini digunakan nama "radiasi kosmik". Setelah itu, radiasi
kosmik yang berenergi tinggi menarik perhatian ahli fisika di seluruh dunia untuk melakukan
penelitian.
c) Pengamatan sifat radiasi kosmik.
Koehoerster (1913; 1914) secara teliti melakukan pengukuran hingga ketinggian 9300
m, intensitas ionisasi radiasi kosmik pada ketinggian ini 50 kali lipat daripada di permukaan

9|Page
bumi. Koefisien serapan radiasi kosmik oleh udara diperoleh sebesar 1x10-5 cm-1 (sekitar 1/5
dari sinar gamma dari Ra-C). Pada tahun 1925, Millikan dan Cameron menemukan koefisien
serapan sinar kosmik oleh air 1,8 ~ 3,0 x10-3 cm-1, nilai yang diperoleh Kolhoerster 2,5x10-
3
cm-1 dan dengan demikian keberadaan sinar kosmik dapat dipastikan. Kolhoerster (1933)
memastikan keberadaan sinar kosmik dengan tabung Geiger Mueller pada kedalaman 1000
m di bawah air.
Clay (1927) dan Compton (1930) melakukan pengamatan secara meluas di atas
permukaan bumi. Dipastikan bahwa intensitas radiasi di sekitar katulistiwa sangat kecil (efek
posisi lintang). Radiasi kosmik primer yang memasuki atmosfir bumi bermuatan listrik,
partikel kecil yang memiliki momentum kecil akan dihamburkan balik oleh medan magnet
bumi, demikian penjelasan Stormer (1930), Lemaitree dan Vallarta (1933).

d) Penemuan partikel baru.


Pada tahun 1927, Skobelzyn untuk pertama kali mengamati lintasan sinar kosmik
dengan menggunakan kamar-kabut Wilson. Berikutnya Anderson (1932) meletakkan kamar-
kabut Wilson pada medan magnet kuat. Ia mengamati adanya lingkungan radiasi kosmik dan
ia mengukur besarnya energi berdasarkan foto yang diambil. Dengan cara seperti ini lintasan
partikel kosmik yang hampir sama dengan lintasan elektron dalam medan magnet tetapi
arahnya berbalikan. Inilah penemuan positron, dan hal ini memberi sokongan kepada
perkembangan mekanika kuantum relativistik berdasarkan teori kuantum yang disampaikan
Dirac pada saat itu. Street dan Stevenson (1937) pada tahun 1947 menemukan lingkungan
lintasan partikel yang terhenti di dalam kamar-kabut yang diberi medan magnet, dan
massanya terukur sekitar 10 kali lipat massa elektron. Inilah penemuan partikel meson.

3. Nuklida Kosmogenik
Terdapat berbagai nuklida yang termasuk nuklida kosmogenik, yang utama antara
lain tritium (H-3), berilium-7 (Be-7), carbon-14 (C-14), dan natrium-22 (Na-22). Selain itu
terdapat juga berilium-10 (Be-10, umur paro 2,5 juta tahun), silikon-32 (Si-32, umur paro
500 tahun), phospor-32 (P-32;umur paro 14,3 hari), phospor-33 (P-33, umur paro 25 hari),
sulfur-35 (S-35, umur paro 87 hari); dan chlor-36 (Cl-36; umur paro 310 ribu tahun).

10 | P a g e
Tritium (H-3, umur paro 12,3 tahun)
Tritium terdapat di udara dan di air laut, terjadi sebagai hasil reaksi neutron dari
radiasi kosmik dengan unsur-unsur di udara seperti misalnya N-14. Dari jumlah keseluruhan
tritium, 99% (1,3E+18 Bq) di antaranya berbentuk HTO. Pengukuran sebelum percobaan
nuklir menunjukkan kandungan tritium dalam air permukaan 200 900 Bq/m3, dan dalam
air laut 100 Bq/m3.
Berillium-7 (Be-7, umur paro 53 hari)
Be-7 dihasilkan dari reaksi antara radiasi kosmik dengan oksigen atau nitrogen di
udara. Di daerah tropis, kandungan Be-7 dalam air permukaan sekitar 3000 Bq/m3 dan dalam
air hujan 700 Bq/m3.
Carbon-14 (C-14, umur paro 5743 tahun)
C-14 dihasilkan dari reaksi N-14 (n,p) C-14 dan terdapat di udara, air laut dan bahan
organik.
Natrium-22 (Na-22, umur-paro 2,6 tahun)
Na-22 dihasilkan dari reaksi antara radiasi kosmik dengan argon yang ada di udara,
dan terdapat dalam air hujan dan air laut.

Tabel 2. Radionuklida Kosmogenik


Tabel Radionuklida Kosmogenik
Nuklida Lambang Umur-paro Sumber
14
Karbon 14 C 5.730 tahun Interaksi N(n,p)14C
14

3
Tritium 3 H 12,3 tahun Interaksi 6Li(n,a)3H
7
Berilium 7 Be 53,28 hari Interaksi sinar kosmik dengan unsur N
dan O

4. Radiasi Kosmogenik
Radiasi kosmik terdiri dari radiasi berenergi tinggi yang berasal dari luar angkasa yang
masuk ke atmosfir bumi (radiasi kosmik primer), partikel sekunder dan gelombang
elektromagnetik yang terjadi akibat interaksi radiasi kosmik primer dengan inti atom yang
ada di atmosfir. Sinar kosmis yang berupa partikel akan bereaksi dengan atmosfir bumi
menghasilkan tritium, berilium dan carbon yang radioaktif. Tak seorangpun luput dari
guyuran radiasi ini meskipun jumlahnya berbeda-beda berdasarkan lokasi dan ketinggian.

11 | P a g e
Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini, maka orang di kutub menerima lebih
banyak daripada yang ada di katulistiwa. Selain itu orang yang berada di lokasi yang lebih
tinggi akan menerima radiasi yang lebih besar karena semakin sedikit lapisan udara yang
dapat bertindak sebagai penahan radiasi. Jadi, orang yang berada di puncak gunung akan
menerima radiasi yang lebih banyak daripada yang di permukaan laut. Orang yang bepergian
dengan pesawat terbang juga menerima lebih banyak radiasi.

a. Radiasi Kosmis Primer


Radiasi kosmis primer selanjutnya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
i. Radiasi kosmis galaksi. Sinar kosmis kelompok pertama berasal dari luar sistim tata
surya dan sebagian besar berupa partikel bermuatan positif. Radiasi kosmis galaksi ini
berasal dari energi yang dipancarkan oleh bintang-bintang yang ada di alam raya.
Radiasi kosmis galaksi dapat juga berasal dari ledakan supernova yang terjadi di
angkasa luar yang jaraknya puluhan tahun cahaya dari bumi.

ii. Radiasi yang terperangkap dalam medan magnet bumi. Tidak semua radiasi kosmis
primer dapat mencapai bumi. Pada saat partikel bermuatan listrik itu mendekati bumi,
sebagian dari sinar itu ada yang terperangkap oleh medan magnet bumi. Kira-kira 30
% dari sinar kosmis primer terperangkap oleh medan magnet bumi danmembentuk
sabuk radiasi yang disebut sabuk radiasi Van Allen. Peristiwa ini akan meningkatkan
radiasi kosmis primer tipe kedua, yaitu radiasi yang terperangkap dalam medan
magnet bumi. Radiasi yang terperangkap oleh medan magnet bumi ini membentuk
dua sabuk radiasi, yaitu elektron dan proton yang dapat diamati pada tempat yang
sangat tinggi. Sabuk pertama terjadi kira-kira pada ketinggian 1000 km dan
membentang dari 30Lintang Utara hingga 30Lintang Selatan. Intensitas radiasi
pada sabuk meningkat dengan bertambahnya ketinggian hingga mencapai ketinggian
kira-kira 3000 km. Sabuk kedua terbentuk mulai ketinggian 12000 km dan mencapai
maksimum pada 15000 km. Sabuk kedua ini membentang dari 60Lintang Utara
hingga 60Lintang Selatan. Diperkirakan bahwa intensitas radiasi pada sabuk sebelah
luar ini lebih tinggi dibandingkan dengan sabuk di sebelah dalam.

12 | P a g e
iii. Radiasi kosmis primer tipe ketiga adalah radiasi kosmis yang dipancarkan oleh
matahari. Ledakan supernova dalam skala yang lebih kecil dapat juga terjadi pada
matahari dalam sistim tata surya kita. Matahari sebenarnya adalah suatu bintang yang
besarnya termasuk rata-rata dibandingkan dengan ukuran bintang-bintang lainnya.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di matahari seringkali diikuti dengan semburan
partikel sub-atomik yang dapat mencapai atmosfer bumi. Partikel sub-atomik yang
dipancarkan dari permukaan matahari bertambah banyak pada saat matahari bersinar
terang. Partikel sub-atomik ini terdiri atas sejumlah proton, elektron dan inti atom.
Energi yang dibawa oleh radiasi kosmis dari matahari berorde antara 1010 - 1017 eV.
Radiasi kosmis dalam bentuk partikel subatomic baik yang berasal dari galaksi
maupun matahari dapat memicu terjadinya reaksi inti dalam atmosfer. Pada saat
radiasi kosmis primer berenergi tinggi memasuki atmosfer bumi, maka akan terjadi
reaksi inti antara partikel-partikel kosmis tersebut dengan inti atom unsur-unsur yang
ada di dalam atmosfer bumi, seperti carbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N) dan lain-lain. Reaksi nuklir yang terjadi dapat menghasilkan sinar kosmis
sekunder yang terdiri atas meson, elektron, foton, neutron, proton, dan lain-lain.
Partikel itu selanjutnya dapat menghasilkan sinar kosmis sekunder lainnya pada saat
bertumbukan dengan unsur-unsur di atmosfer atau meluruh dalam perjalanannya
menuju permukaan bumi.
Dalam interaksi itu dihasilkan pula berbagai macam unsur radioaktif yang
disebut radionuklida kosmogenik, seperti tritium (3H) dengan waktu paroh (T1/2)
12,3 tahun, berillium-7 (7Be, T1/2 = 53,28 hari), berillium-8 (8Be, T1/2 = 10-16
detik), berillium-10 (10Be, T1/2 = 1,6 x 106 tahun), natrium-22 (22Na, T1/2 = 2,61
tahun), natrium-24 (24Na, T1/2 = 15 jam), carbon-14 (14C, T1/2 = 5730 tahun),
sulfur-35 (35S, T1/2 = 86 hari), sulfur-38 (38S, T1/2 = 2,87 jam), calsium-41 (41Ca,
T1/2 = 1,1 x 105 tahun), chlor-34 (34Cl, T1/2 = 32 menit), chlor-36 (36Cl, T1/2 =
3,08 x 105 tahun), chlor-38 (38Cl, T1/2 = 37,3 menit), chlor-39 (39Cl, T1/2 = 56
menit) dan lain-lain.

13 | P a g e
b. Radiasi Kosmis Sekunder
Setelah memasuki atmosfir, radiasi kosmik primer akan mengalami berbagai reaksi
dengan inti atom yang ada di atmosfir dan menghasilkan partikel dan inti atom yang
baru. Partikel radiasi kosmik berenergi tinggi mengalami reaksi inti yang disebut reaksi
tumbukan dengan inti atom udara dan menghasilkan materi hasil reaksi partikel
sekunder seperti neutron, proton, p meson, K meson dan lain-lain, serta inti He-3
(helium), Be-7 (berilium), Na-22 (natrium). Selanjutnya partikel proton, neutron, p
meson berenergi tinggi bereaksi dengan inti atom yang ada di udara, dan menghasilkan
partikel sekunder lebih banyak (cascade). Kemudian p meson meluruh dan berubah
menjadi muon atau foton dan menghasilkan penggandaan jenis yang lain. Partikel yang
terjadi disebut radiasi kosmik sekunder.
Selain itu, H-3, Be-7, Na-22 adalah materi yang memancarkan radiasi. Materi ini
disebut radionuklida kosmogenik dan dianggap berbeda dengan radiasi kosmik
sekunder. Radiasi kosmik dapat sampai ke permukaan bumi dan mengionisasi udara.
Besarnya ionisasi udara di sekitar permukaan laut sekitar 75% disebabkan oleh elektron
yang lepas karena tumbukan muon, dan 15% disebabkan oleh electron yang terjadi
akibat peluruhan muon. Selain itu, neutron yang merupakan bagian dari radiasi kosmik
memberikan dosis efektif tahunan sekitar 8% dari partikel yang dihasilkan karena
ionisasi.

14 | P a g e
Gambar 1 Radionuklida alam dan sumbernya
Radiasi kosmogenis atau sinar kosmis (cosmis rays) adalah radiasi alam yang berasal
dari angkasa luar dan sampai ke bumi.[1] Sebelum sampai ke bumi, radiasi kosmogenis ini
berinteraksi dengan partikel-partikel sub-atomik yang ada di ruang angkasa membentuk
senyawa atau atom baru yang memperkaya atom ataupun senyawa yang sudah ada di
bumi.[1] Radiasi kosmogenis berasal dari ledakan supernova dan Matahari.[1]
Ledakan Supernova

Gambar 2 Ledakan Supernova


Ledakan bintang atau supernova adalah salah satu kejadian spektakuler yang terjadi di
alam semesta, menghasilkan jumlah energi yang sama dengan triliunan bom nuklir yang

15 | P a g e
diledakkan pada saat bersamaan.[4] Ledakan yang dahsyat ini selalu diikuti oleh
pancaran radiasi Gamma () dan pancaran radiasi partikel sub-atomik yang sangat kuat
intensitas radiasinya.[4] Menurut David Schramm, seorang ahli astronomi dari Amerika,
ledakan supernova yang memancarkan radiasi Gamma () dan radiasi partikel sub-atomik
yang sangat kuat tersebut dapat sampai ke atmosfer bumi dan merusak lapisan ozon.[4]
Hal ini dapat menyebabkan kematian, bahkan kepunahan makhluk hidup di
bumi.[4] Dari penelitian para ahli astronomi, sekitar 65 juta tahun yang lalu terjadi ledakan
supernova yang sangat dahsyat.[4] Ledakan ini diperkirakan menjadi salah satu peyebab
kepunahan dinosaurus dan sejenisnya, serta hewan terbang atau burung yang
bergigi.[4] Ledakan supernova dalam skala kecil dapat terjadi pada Matahari yang energi
radiasinya dipancarkan di bumi.[4] Ledakan supernova yang terjadi pada Matahari memiliki
skala lebih kecil dibandingkan dengan ledakan supernova yang terjadi pada bintang - bintang
di alam, karena ukuran Matahari jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuran bintang -
bintang di alam.[4] Ukuran bintang ada yang ratusan atau ribuan kali ukuran Matahari.[4].

Matahari

Gambar 3 Struktur lapisan Matahari


Matahari merupakan salah satu bintang di antara seratus miliar bintang yang ada pada
satu kelompok bintang yang di sebut galaksi Bima Sakti (Milky Way). Struktur Matahari
terdiri dari beberapa bagian, yaitu :[5]

16 | P a g e
a) Bagian yang ada di pusat Matahari di sebut inti Matahari (sun nucleus), panasnya dapat
mencapai sekitar 14.000.0000c.
b) Bagian yang ada di antara inti Matahari dan permukaan Matahari di sebut (sun
photosphere). Bagian ini merupakan bagian yang dingin, sekitar ratusan ribu derajat
celcius.
c) Bagian terluar adalah permukaan Matahari (sun surface). Bagian ini merupakan bagian
yang lebih dingin, yaitu sekitar ribuan derjat celcius.
d) Pada bagian permukaan Matahari ada bagian yang di sebut sunspots. Bagian sunspots ini
tampak lebih gelap, karena memang lebih dingin dari bagian lain, suhunya sekitar
40000c.
Atmosfer Matahari terdiri dari 2 bagian utama, yaitu lapisan yang tipis (chromosphore),
berwarna merah, terletak dekat permukaan Matahari dan mempunyai ketebalan 12.000
kilometer. Selain itu, ada juga lapisan yang tebal (corona), berwarna putih, memiliki
ketebalan ratusan ribu kilometer.[5] Pada lapisan permukaan chromospore, sering terjadi
ledakan yang menimbulkan lidah api.[5]Ledakan ini di sebut dengan prominence.[5] Lidah api
dapat mencapai ketinggian ratusan ribu kilometer dari lapisan
chromospere.[5] Prominence ini dapat terlihat dengan jelas ketika terjadi gerhana
Matahari total.[5] Selain itu, ada juga peristiwa supergranulation.[5] Peristiwa ini merupakan
peristiwa timbulnya filament gas akibat gerakan gas chromospore yang panas.[5]Peristiwa ini
menyebabkan terjadinya plage dan flare.[5] Plage adalah keadaan Matahari pada saat panas
dan bercahaya terang, sedangkan flare adalah semburan energi tinggi dari permukaan
Matahari, berupa radiasi partikel sub-atomik, yang akan menghasilkan sinar-X berenergi
tinggi.[5]
Radiasi partikel sub-atomik dapat sampai ke atmosfer bumi dan dapat memicu
terjadinya reaksi inti yang merupakan sumber radiasi kosmogenis.[5] Matahari mempunyai
diameter sebesar 1.400.000 km.[6] Banyak bintang lain yang mempunyai ukuran lebih besar
daripada Matahari.[6] Bintang yang paling dekat dengan tata surya adalah proxima centauri,
terletak pada jarak 1.240 kilometer dari Matahari.[6] Pada radius 3.200 kilometer dari
Matahari, hanya ada 9 buah bintang yang dekat dengan tata surya.[6] Adapun 9 buah bintang
tersebut adalah :[6]

17 | P a g e
Gambar 4 Kedudukan bintang-bintang yang mengelilingi Matahari

Energi nuklir di Matahari


Para ahli astronom dan astrofisika memperkirakan bahwa segala unsur yang ada di
bumi juga banyak terdapat di Matahari.[5] Sebagian unsur kimia tersebut adalah gas
hidrogen80%, gas helium 19%, dan bahan sisa
seperti oksigen, magnesium, nitrogen, silikon, karbon, natrium, sulfur, besi, kalium, nikel 1
.[5] Unsur kimia itu akan bercampur menjadi satu dalam bentuk gas sub-atomik yang terdiri
dari inti atom, elektron, proton, neutron, dan positron.[5] Gas sub-atomik akan memancarkan
energi panas yang di sebut plasma.[5] Energi Matahari dipancarkan ke bumi dalam berbagai
macam gelombang elektromagnetis, mulai dari gelombang radio, gelombang sinar infra
merah, gelombang tampak, gelombang sinar ultraungu, dan gelombang sinar-X.[5]
Secara visual, yang dapat ditangkap oleh indera mata adalah sinar tampak, sedangkan
sinar infar merah terasa sebagai panas.[5] Pada saat Matahari mengalami plage dan flare,
maka pada sistem Matahari diperkirakan terjadi suatu rekasi termonuklir yang
dahsyat.[7] Menurut seorang ahli fisika Jerman, Hans Bethe, energi Matahari yang sangat

18 | P a g e
panas disebabkan karena terjadi beberapa reaksi fusi. Reaksi fusi itu adalah sebagai
berikut :[7]
Reaksi nuklir fusi atau reaksi penggabungan inti ringan menjadi inti yang lebih berat. Reaksi
fusi yang terjadi adalah penggabungan 4 inti Hidrogen menjadi inti Helium. Persamaan
reaksinya adalah :
(H1 + H1 --> H2 + + + v+ 0,42 MeV) x 2
(H1 + H2 --> H3 + + 5,5 MeV) x 2
He3 + H3 --> H4 + 2H1 + 12,8 MeV
Ketiga reaksi tersebut dijumlahkan dan menghasilkan persamaan reaksi :
4H1 --> He4 + 2+ + 2 + 2V + 24,64 MeV.
Reaksi fusi rantai proton-proton. Persamaan reaksinya adalah :
He1 + H1 --> H2 + + + v
He1 + H2 --> H3 +
He3 + He4 --> Be7 +
Be7 + + --> Li7 + + v
Li7 + H1 --> He4 + He4
Reaksi inti gas helium, memiliki persamaan reaksi :
Be7 + H1 --> B8 +
B8 --> Be8 + + + v
Be8 + He4 --> He4
Reaksi rantai karbon nitrogen dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
C12 + H1 --> N13 +
N13 --> C13 + + + v
He1 + H1 --> H2 + + + v
C13 + H1 --> N14 +
N14 + H1 --> O15 +
O15 --> N15 + + + v
N15 + H1 --> C12 + He4
Reaksi nuklir rantai karbon-nitrogen di atas menghasilkan energi yang jauh lebih panas
daripada reaksi rantai proton-proton maupun reaksi fusi hidrogen dan helium.[7] Oleh karena
itu, Matahari relatif lebih dingin bila dibandingkan dengan bintang lain.[7] Reaksi rantai

19 | P a g e
karbon-nitrogen dipakai sebagai dasar sumber energi yang terjadi pada bintang-bintang yang
jauh lebih panas dari Matahari.[7] Partikel sub-atomik yang dikirim oleh Matahari bertambah
banyak pada saat sub-matahari bersinar terang.[5] Partikel sub-atomik ini sering di sebut
dengan sinar kosmis primer.[5] Energi yang dibawa oleh sinar kosmis primer berorde antar
1010 ~ 1017 elektron volts.[5] Pada saat sinar kosmis primer memasuki atmosfer bumi, sinar itu
akan berinteraksi dengan inti dan elektron yang ada di atmosfer sehingga menghasilkan sinar
kosmis sekunder.[5] Sinar kosmis sekunder terdiri dari meson, proton, elektron,
dan foton yang energinya lebih rendah dari energi sinar kosmis primer.[5]
Sinar kosmis sekunder akan menghasilkan radionuklida, yaitu zarah radioaktif yang
kemudian jatuh ke bumi bersama tiupan angin, hujan, ataupun salju.[5] Selain memicu
terjadinya reaksi inti pada atmosfer bumi, sinar kosmis juga mengionisasikan gas-gas yang
ada di lapisan atmosfer tinggi, menghasilkan suatu lapisan yang bermuatan listrik.[5] Lapisan
tersebut dikenal dengan ionosfir.[5] Lapisan ionosfir berfungsi sebagai lapisan pelindung
bumi terhadap radiasi sinar kosmis yang membahayakan manusia dan sebagai pemantul
gelombang radio yang dipancarkan dari bumi, sehingga membantu komunikasi lewat radio.[5]

20 | P a g e
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
a) Radiasi kosmik terdiri dari radiasi berenergi tinggi yang berasal dari luar angkasa yang
masuk ke atmosfir bumi (radiasi kosmik primer), partikel sekunder dan gelombang
elektromagnetik yang terjadi akibat interaksi radiasi kosmik primer dengan inti atom
yang ada di atmosfir.
b) Nuklida yang termasuk nuklida kosmogenik, yang utama antara lain tritium (H-3),
berilium-7 (Be-7), carbon-14 (C-14), dan natrium-22 (Na-22).

21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, H. Y. (2005, April). Radionuklida Kosmogenik untuk Penanggalan. Buletin Alara, p.


163.

Nasional, B. T. (2001). Ensiklopedia Teknologi Nuklir. Retrieved Oktober 4, 2017, from


BATAN web site: http://www.batan.go.id

https://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_alam

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai