Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan beberapa hasil studi perbandingan internasional terhadap
pencapaian siswa, seperti Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) pada tahun 1995, 1999 dan 2003, Program for International Student
Assessment (PISA) pada tahun 2003, serta Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) pada tahun 2006, siswa korea mendapatkan
nilai rata-rata yang sangat tinggi pada matematika. Khususnya pada tahun 2003,
siswa pada tingkat ke-8 mendapatkan peringkat ke-2 dalam matematika diantara
46 negara yang berpartisipasi pada TIMSS, dan pencapaian nilai tersebut terus
meningkat. Hasil ini mendorong pendidik Korea khususnya guru matematika
unuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam pendidikan matematika di korea
termasuk kurikulum nasional dan metode pembelajaran. Seluruh lingkup
pendidikan di analisis untuk mempertahankan dan bahkan untuk meningkatkan
pencapaian nilai matematika siswa.
Menurut laporan TIMSS pada tahun 1995 pendidikan matematika di Korea
memiliki isu yang sangat penting yang harus di selesaikan. Terlepas dari
pencapaian nilai siswa yang tinggi, siswa tidak memiliki sikap positif terhadap
matematika. Permasalahan ini kemudian di validasi oleh PISA pada tahun 2003.
Berdasarkan laporan tersebut minat siswa dan keyakinan mereka tentang
kemampuannya dalam matematika sangat rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa
penilaian mereka tentang kemampuannya dalam matematika tidak ada hubungan
nya dengan nilai yang tinggi. Hal ini membuat para peneliti di Amerika berdiskusi
dan menyatakan bahwa sekolah harus bekerja pada akademik di bandingkan fokus
pada perasaan dan kebahagiaan dari siswa. Meskipun begitu guru di Korea
menyadari bahwa sikap siswa sebagai salah satu ranah yang harus ditingkatkan.
Sekolah di korea menggunakan kurikulum nasional, kurikulum yang
digunakan merupakan kurikulum nasional ke-7 dan di terapkan sejak tahun 2000
(Paik, 2004). Berdasarkan laporan dari tim peneliti Korea pada International

1
Conference of Mathematics Education (ICME) ke sepuluh tahun 2004 menyataka
bahwa fokus utama pada kurikulum ini yaitu berpusat pada pelajar. Jadi tujuan
penerapan kurikulum ini adalah merubah aktivitas belajar menjadi lebih positif
dan memancing minat belajar siswa pada matematika. Jika hal ini diterapkan
secara efektif maka minat siswa pada matematika akan meningkat sejalan dengan
nilai matematika siswa yang tinggi.
Sejarah kurikulum matematika di Korea dipengaruhi oleh gerakan reformasi
di Amerika. Hal ini menyebabkan pendidik dan guru kelas di korea harus sadar
terhadap pergerakan pembelajaran matematika di dunia internasional. Guru harus
dapat menyelidiki perkembangan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan matematikanya (NCTM, 1989). Persepsi guru secara langsung
berhubungan dengan pendidikan matematika, karena perannya yang penting
dalam kurikulum ketika kurikulum didefeniskan sebagai semua pengalaman
siswa dibawah pengawasan guru (Caswel & Campbell, 1935, p. 66). Lebih
lanjut, ada beberapa laporan yang menyatakan bahwa keyakinan guru dan metode
pembelajaran merupakan variabel yang penting unuk meningkatkan pencapaian
siswa (e.g. Rowan, Correnti, & Miller, 2002). Artikel ini meneliti persepsi guru
kelas di Korea tentang pendidikan matematika dan faktor yang berkontribusi pada
tingginya pencapaian nilai siswa di Korea.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa persepsi guru terhadap pendidikan matematika di Korea?
2. Apa yang diyakini guru kelas di Korea sebagai faktor yang berkontribusi
terhadap tingginya nilai siswa pada studi perbandingan internasional?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi guru sekolah dasar korea
terhadap pendidikan matematika dan mengetahui faktor yang berkontribusi
terhadap tingginya nilai siswa Korea pada studi perbandingan internasional.

2
D. Metode Penelitian
Guru kelas dipilih secara acak dengan teknik sampling dari sekolah dasar di
Provinsi Chullabuk-do. Guru yang berpartisipasi berasal dari kelas 1 sampai kelas
6 pada 21 sekolah dasar. Dari 2000 guru dipilh 141 guru kelas yang akan mengisi
angket. Dengan rincian pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Rincian Jumlah Guru


No
Kelas Jumlah Guru Persentase
.
1 Kelas Satu 19 13,5%
2 Kelas Dua 22 15,5%
3 Kelas Tiga 21 14,9%
4 Kelas Empat 18 12,8%
5 Kelas Lima 31 22%
6 Kelas Enam 30 21,3%
Jumlah 141 100%

Dengan rata-rata pengalaman mengajar sebesar 13,38 tahun, rata-rata jumlah


siswa 33,45 siswa, rata-rata usia guru 36,66 tahun. Dengan kualifikasi Sarjana
79,4%, magister 16,3% dan 4,3% sedang menjalani pendidikan di program
magister.
Instrumen dalam penelitian ini dikembangkan dari tinjauan yang mendalam
pada pendidikan matematika dan literatur matematika. Ada tiga bagian dalam
angket ini. Bagian pertama berisi tentang identitas diri guru seperti nama, umur,
jenis kelamin, pengalaman megajar, kelas yang di ajar, dan jumlah siswanya. Pada
bagian kedua terdapat 10 pertanyaan dengan skala likert tentang ilmu mendidik
dalam pembelajaran matematika. Bagian akhir terbagi menjadi 2 pertanyaan open-
ended mengenai pendapat mereka tentang ilmu mendidik dalam pembelajaran dan
faktor-faktor yang mereka yakini berkontribusi terhadap tingginya nilai
matematika siswa pada studi perbandingan internasional. Serta 1 pertanyaan
forced-answer apakah guru sudah mengetahui bahwa siswa di Korea memperoleh
peringkat yang tinggi dalam studi perbandingan internasional.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

3
A. Keyakinan (Pendapat) Guru terhadap Ilmu Pendidikan
Berdasarkan hasil analisis data terhadap angket dengan menggunakan SPSS
14.0, maka dapat diketahui hasilnya yang disajikan pada tabel 2.
Tabel 2 Persentase Hasil Angket
Persentase (%)
No. Pernyataan
S R TS TM
1. Aplikasi dalam kehidupan nyata sangat
87,2 6,4 6,4 -
penting dalam matematika
2. Proses sangat penting dalam mengajar
92,2 3,5 4,3 -
matematika
3. Penting untuk mengingat urutan langkah-
langkah dan menggunakannya untuk 12,8 19,9 67,4 -
menyelesaikan masalah dalam matematika
4. Untuk menagajar matematika, kita harus
83,7 15,6 0,7 -
menjelaskan konsep dengan benda konkret
5. Saya percaya diri menjelaskan konsep
46,8 43,3 9,2 0,7
matematika dengan manipulasi
6. Saya harus membantu siswa
mengembangkan pengetahuan abstraknya
88,7 9,2 1,4 0,7
dari pengetahuan konkret dengan contoh
ilustrasi menggunakan benda nyata
7. Ketika memperkenalkan konsep baru, kita
79,4 14,9 5,7 -
selalu butuh objek yang nyata
8. Dalam pembelajaran matematika,
93,6 6,4 - -
pengetahuan konsep sangatlah penting
9. Dalam pembelajaran matematika,
39,0 27,7 18,4 14,9
pengetahuan prosedur sangatlah penting
10. Saya merasa siswa belajar matematika
63,1 31,9 5,0 -
dengan baik melalui metode saya.
Keterangan: S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
TM = Tidak Menjawab
Merujuk pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa secara umum guru
setuju terhadap pernyataan-pernyataan pada angket, yang mana aplikasi dalam
kehidupan nyata sangat penting dalam matematika, proses sangat penting dalam
mengajar matematika, untuk menagajar matematika, guru harus menjelaskan

4
konsep dengan benda konkret, guru percaya diri menjelaskan konsep matematika
dengan manipulasi, guru harus membantu siswa mengembangkan pengetahuan
abstraknya dari pengetahuan konkret dengan contoh ilustrasi menggunakan benda
nyata, ketika memperkenalkan konsep baru, guru selalu butuh objek yang nyata,
dalam pembelajaran matematika, pengetahuan konsep dan prosedur sangatlah
penting dalam pembelajaran matematika, serta guru merasa siswa belajar
matematika dengan baik melalui metode pembelajaran yang digunakan. Namun,
guru menganggap bahwa mengingat urutan langkah-langkah dan
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah dalam matematika tidaklah
terlalu penting.

B. Ilmu Mendidik Guru


Sebagai jawaban terhadap pertanyaan open-ended mengenai apa yang paling
penting yang di butuhkan untuk mengajar siswa dalam pembelajaran matematika
di sajikan dalam tabel 3.
Tabel 3 Persentase Jawaban Pertanyaan Open-ended Pertama
No. Hal Yang Paling Penting dalam Mengajar Jumlah Persentase
Matematika (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Memahami konsep 61 26,6
2 Memahami prinsip 59 25,8
3 Memahami proses 20 8,7
4 Matematika yang menyenangkan dan minat siswa 18 7,9
5 Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah 17 7,4
6 Membangun kemampuan berpikir logis 16 6,9
7 Aplikasi pada kehidupan nyata 15 6,6
8 Kemampuan perhitungan dasar 9 3,9
9 Menggunakan manipulasi benda konkrit 7 3,1
Motivasi siswa 2 0,9
10
Menyusun langkah-langkah 2 0,9
Kemampuan menyelidiki 1 0,4
11
Kerja sama 1 0,4
(1) (2) (3) (4)
Kemampuan mengingat 1 0,4
Jumlah Jawaban 229

5
Ketika ditanya apakah guru mengetahui jika siswa di Korea memperoleh nilai
matematika yang tinggi dalam studi perbandingan internasional, sebanyak 93,6%
menjawab bahwa mreka tau, 5,0% ragu-ragu dan 1,4 % tidak menjawab. Lebih
lanjut, pendapat guru terhadap faktor yang berkontribusi pada tingginya
pencapaian nilai siswa tersebut secara lengkap hasil analisis datanya di sajikan
pada tabel 4.
Tabel 4 Persentase Jawaban Pertanyaan Open-ended Kedua
Persentase
No. Faktor yang Berkontribusi Jumlah
(%)
1. Fokus pada latihan dan latihan dalam 43 22,1
menyelesaikan masalah
2. Les sepulang sekolah 27 13,8
3. Tingginya harapan orang tua 24 12,3
4. Pemikiran bahwa matematika sangat penting dan 14 7,2
fokus pada itu
5. Keterlibatan aktif orang tua pada pendidikan anak 12 6,2
Kegiatan pendidikan di masyarakat 10 5,1
6.
Mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi 10 5,1
7. Kerja keras siswa 9 4,6
8. Matematika diajarkan sejak dini 8 4,1
9. Kurikulum matematika yang di kembangkan dengan 7 3,6
baik
10. Kepintaran siswa 6 3,1
Keterujicobaan siswa 5 2,6
11
Banyak perlombaan matematika yang kompetitif 5 2,6
12. Konten kurikulum sulit 3 1,5
Memahami prinsip 2 1,0
Guru dan orang tua berpikir bahwa matematika itu 2 1,0
13.
penting
Kerja keras guru 2 1,0
TIMSS tidak menilai kreatifitas 1 0,5
Nasionalisme di Korea 1 0,5
Pendidikan berbobot 1 0,5
14. Individu yang unggul 1 0,5
Hasil tes hanya dari siswa dengan tingkat akademik 1 0,5
yang tinggi
Persaingan di masyarakat 1 0,5
Jumlah Jawaban 195
Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa pembelajaran guru sekolah
dasar di Korea didasarkan pada teori konstruktivisme, dimana anak-anak
membangun pengetahuan matematika mereka sendiri. Mayoritas guru

6
menganggap aplikasi kehidupan nyata dan memahami proses pemecahan masalah
membantu dalam pembelajaran.
Faktor terpenting yang berkontribusi pada tingginya nilai matematika siswa
Korea dalam studi perbandingan internasional meliputi pendidikan matematika
Korea masih berfokus pada latihan dan keterampilan komputasi untuk
menyelesaikan berbagai soal matematika secara terus-menerus, les setelah
program sekolah, dan harapan tinggi orang tua terhadap pendidikan anaknya
mempengaruhi kinerja siswa.
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa guru sekolah dasar Korea menyadari
perkembangan pembelajaran matematika yang didasarkan pada konstruktivisme
dan menggunakannya untuk mempengaruhi ilmu mendidik mereka, namun yang
menarik adalah para guru ini mengidentifikasi bahwa faktor pertama yang
berkontribusi terhadap prestasi matematika siswa yang tinggi adalah penekanan
pada keterampilan komputasi. Hal Ini menyiratkan bahwa guru kelas di korea
menggunakan metode tradisional dalam kelasnya yang berfokus pada kemampuan
komputasi meskipun kebanyakan dalam ilmu mendidik guru ditemukan
pendekatan konstruktivisme.
Sebuah studi yang dilakukan Shuhua (2000) melaporkan bahwa keyakinan
pada ilmu mendidik tentang matematika pada guru memegang peranan yang
penting dalam membentuk metode latihan mereka, tetapi guru sekolah dasar di
Korea tidak mengaplikasikan metode pembelajaran konstruktivisme meskipun
mereka percaya bahwa belajar yang didasarkan pada konstruktivisme sangat
penting.
Hasilnya, banyak guru kelas yang mencampurkan teori pembelajaran
tradisional dan konstruktivisme, tetapi lebih mengikuti latihan seperti pada teori
pembelajaran tradisional yang mana menurut (Ben-peretz, 1990) guru bergantung
pada buku teks, latihan, dan lembar kerja.
Les setelah pulang sekolah juga mempengaruhi kesuksesan siswa. Dengan
mengikuti les setelah pulang sekolah siswa terlebih dahulu mempelajari materi
yang akan di ajarkan di sekolah, sehingga ketika guru menjelaskan, mereka bisa
memahaminya dengan optimal. Berdasarkan jawaban guru di awal penelitian ini,

7
ternyata siswa sekolah dasar bahkan siswa pada taman kanak-kanak di Korea telah
mengikuti les sepulang sekolah.
Selain itu, tingginya harapan dari orang tua di Korea terhadap pendidikan
anaknya juga sangat berpengaruh. Hal ini disebabkan paradigma orang tua di
Korea yang menganggap harga dirinya tergantung sukses atau tidaknya anak
secara akademik. Menurut (Serafica, 2000) anak membawa kebanggaan pada
keluarganya ketika sukses dalam pendidikan dan dapat menaikkan status sosial
keluarga serta mendukung kemampuan ekonomi orang tuanya. Selain itu karena
ketatnya persaingan untuk memasuki universitas, sehingga orang tua rela
berkorban secara finansial salah satunya untuk les matematika. Dengan tingginya
nilai pendidikan dan pengorbanan keluarga untuk pendidikan, maka orangtua dan
siswa memaknai pendidikan dengan serius dan berusaha keras dalam matematika.

BAB III
KESIMPULAN

8
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum guru kelas setuju
bahwa aplikasi dalam kehidupan nyata, keterampilan dalam mengolah,
pembelajaran dengan menggunakan benda nyata, dan pengetahuan konsep sangat
penting dalam mengajar matematika kepada siswa selain itu, guru di Korea telah
mengetahui bahwa siswa di Korea memperoleh peringkat yang tinggi pada studi
perbandingan internasional dalam pembelajaran matematika. Ada tiga jawaban
teratas mengenai faktor yang berkontribusi terhadap tingginya nilai matematika
siswa tersebut, yaitu:
1. Pendidikan matematika di korea masih fokus pada latihan dan keterampilan
komputasi untuk menyelesaikan berbagai soal matematika secara terus-
menerus dan berulang.
2. Les setelah sekolah sudah biasa dilakukan di Korea, bahkan sebelum sekolah
dasar pun mereka sudah mengikuti les sebagai persiapan.
3. Tingginya harapan orang tua terhadap pendidikan anaknya berpengaruh
terhadap hasil yang diperoleh oleh siswa. Hal ini dikarenakan paradigma
orang tua di Korea yang menganggap harga dirinya tergantung sukses atau
tidaknya anak secara akademik
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Park (2004) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya pencapaian siswa dalam matematika
meliputi: ujian masuk perguruan tinggi, system peringkat di Korea, sikap siswa
terhadap ujian, pembelajaran yang di ulang, dan kompetensi matematika guru.

Anda mungkin juga menyukai