Oleh:
Muncieto Andreas
0906508314
Narasumber:
dr. Badriul Hegar, SpA
Identitas Pasien
Nama : An. RA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Matraman
Usia : 11 bulan
Nomer RM : 449-94-80
Nama Orang Tua : Tn. S dan Ny. O
Caretaker : Ibu
Kebangsaan : Indonesia
Alloanamnesis : Ibu
Admisi : 25 Maret 2014 (IGD)
Tanggal pemeriksaan : 26 Maret 2014
Keluhan Utama
Buang air besar cair sejak 3 hari SMRS.
1
sampai sebelum masuk rumah sakit. Pada 1 hari SMRS, pasien terlihat semakin lemas
dan menjadi lebih diam dari biasanya. Namun, pasien masih minum dengan lahap dan
ibu pasien mengganti popok berisi air seni pasien terakhir sekitar 3 jam sebelum masuk
rumah sakit. Tidak ada keluhan perut kembung.
Sebelum pasien mengalami BAB cair, ibu pasien mencoba membuat nasi tim sendiri
setelah sebelumnya memberikan makanan bubur bayi yang dibeli. Tidak ada riwayat
konsumsi obat sebelumnya.
Selama di IGD, pasien mendapatkan tata laksana cairan intravena KaEN 3B sebanyak
17 tetes per menit dan dumin suppositoria 125 mg.
2
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga. Namun, seorang bayi yang tinggal di
rumah seberang rumah pasien mengalami diare yang sama dengan pasien.
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak kedua dari pernikahan pertama. Saat hamil, ibu rutin kontrol di
bidan tiap bulan dan selalu minum vitamin. Pasien pernah mengalami tekanan darah
tinggi menjelang persalinan. Ibu pasien pernah hamil 2 kali dengan jarak 7 tahun. Tidak
ada riwayat keguguran. Pada kehamilan pertama, pasien juga mengalami tekanan darah
tinggi menjelang persalinan.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dokter di rumah sakit setelah dirujuk karena mengalami tekanan darah
tinggi. Pasien lahir spontan, cukup bulan (38 minggu), dengan berat lahir 3250 gram
dan panjang badan 49 cm. Pasien langsung menangis, tidak tampak biru, tidak pucat,
tampak kuning, tidak kejang, nilai APGAR tidak diketahui. Tidak ada penyulit saat
kelahiran.
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapat inisiasi menyusu dini (IMD). Pasien diberikan ASI eksklusif selama 6
bulan. Pada usia 6-8 bulan, pasien mendapat bubur bayi sebanyak 2 kali sehari sebanyak
2 sendok makan per kali makan dan usia 8-11 bulan pasien mendapat bubur tim yang
berisi kaldu ceker ayam, wortel, dan bayam sebanyak 3 kali sehari sebanyak 4 sendok
makan per kali makan.
3
Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien dapat tengkurang di usia 4 bulan, duduk di usia 6 bulan, merangkak usia 8 bulan,
berdiri di usia 9 bulan, dan berjalan sendiri tanpa dibantu di usia11 bulan. Pasien bisa
berbicara mama, papa, mbah. Pasien sudah dapat menunjukkan beberapa benda jika
disebutkan, seperti ikan dan bola.
Riwayat Imunisasi
Pasien diberikan imunisasi dasar lengkap. Imunisasi hepatitis B pada usia 6 hari, BCG
diberikan saat usia 2 bulan, DPT pada usia 3, 4, 5 bulan, Polio pada usia 2,3,4,5 bulan,
dan campak pada usia 9 bulan.
4
Mulut Mukosa basah, bibir basah
Telinga Tidak ada deformitas, tidak ada sekret
Leher KGB tidak teraba membesar
Paru Inspeksi: tidak ada kelainan bentuk dada, pergerakan dada asimetris,
Palpasi: fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi: sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler di seluruh lapang paru, tidak ada rhonki atau
wheezing
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga IV 1 jari medial linea
midklavikula kiri, tidak ada heaving, lifting, maupun thrilling
Perkusi: tidak dapat diperiksa
Auskultasi: BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen Inspeksi: datar, lemas, tidak terdapat venektasi
Auskultasi: bising usus meningkat 8 kali/menit
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, hepar teraba 1 cm di bawah
arcus costae, 3 cm di bawah prosesus xyphoideus, tepi tajam,
permukaan rata, kenyal. Lien tidak teraba.
Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
Punggung Tidak tampak kelainan
Genital Tidak tampak kelainan, testis sudah turun
Anus Tidak tampak hiperemis, tidak ada massa, tidak ada fissura
Extremitas Akral hangat, CRT <2 detik, tidak terdapat edema.
Kulit Tidak ada kelainan, cubitan kulit kembali cepat,
5
Pemeriksaan Penunjang
Analisa Feses Rutin (26/03/2014)
Laboratorium (26/03/2014)
Makroskopik
Jenis Pemeriksaan
Warna Hijau
Hematologi
Konsistensi Lembek
Darah perifer
Lendir Negatif
lengkap
Nanah Negatif
Hb 12,8 g/dl
Darah Negatif
Ht 38%
Mikroskopik
Leukosit 7370/l
Darah samar Negatif
Trombosit 335.000/l
Leukosit Negatif
MCV 69,1 fl
Eritrosit Negatif
MCH 23,3 pg
Telur cacing Negatif
MCHC 33,7 g/dl
Amoeba Negatif
Hitung jenis E/B/N/L/M
Lain-lain Serat makanan
0/0/47,4/48,6/3,9
Gula darah sewaktu 133 mg/dL
Elektrolit
Na 139
K 3,6
Cl 105
Daftar Masalah
Diare akut dehidrasi ringan sedang
Rencana Tatalaksana
- IVFD KaEN 3B 18 tpm makrodrip
- Paracetamol 4xcthI
- Lacto B 3x1 sachet
6
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
7
Perkusi: tidak dapat diperiksa
Auskultasi: BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen Inspeksi: datar, lemas, tidak terdapat venektasi
Auskultasi: bising usus meningkat 8 kali/menit
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, hepar teraba 1 cm di bawah
arcus costae, 2 cm di bawah prosesus xyphoideus, tepi tajam,
permukaan rata, kenyal. Lien tidak teraba.
Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
Punggung Tidak tampak kelainan
Genital Tidak tampak kelainan, testis sudah turun
Anus Tidak tampak hiperemis, tidak ada massa, tidak ada fissura
Extremitas Akral hangat, CRT <2 detik, tidak terdapat edema.
Kulit Tidak ada kelainan, cubitan kulit kembali cepat,
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
Diare adalah buang air besar yang cair atau lebih lunak yang biasanya minimal 3 kali
dalam 24 jam. Seringkali perubahan konsistensi kotoran lebih penting dibandingkan
frekuensi buang air besar.1,2,3,4
Penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada anak di bawah 5
tahun dengan jumlah sekitar 760.000 kematian per tahun. Secara global, sekitar 1,7
miliar kasus diare terjadi setiap tahun dan diare menjadi penyebab utama malnutrisi
pada anak di bawah 5 tahun. Namun, penyakit diare masih dapat dicegah dan diobati.4
b. Mekanisme
a. Sekresi1,2
Keadaan ini terjadi ketika sistem transport pada epithelial intestinal
berada pada fase aktif yang disebabkan oleh secretagogue. Osmolalitas
feses diketahui berdasarkan elektrolit dan ion gap dengan nilai
100mOsm/kg atau kurang. Nilai ion gap diketahui berdasarkan
= [( + )2]
9
b. Osmotik1,2
Mekanisme ini terjadi setelah masuknya zat kurang diserap akibat zat
tersebut memang sulit diserap atau tidak diabsorpsi dengan baik karena
gangguan pada usus halus. Karbohidrat yang tidak terabsorpsi akan
difermentasi oleh bakteri di kolon sehingga terbentuk asam lemak rantai
pendek. Meskipun asam lemak rantai pendek dapat diserap di kolon dan
digunakan sebagai energy, asam lemak tetap menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik di lumen. Osmolalitas feses tidak dapat diterangkan
berdasarkan elektrolit pada feses dan nilai anion gap lebih dari 100
mOsm.
c. Lama/durasi
a. Diare akut :
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi
c. Diare persisten
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi
Diare merupakan manifestasi klinis. Diagnosis diferensial diare dapat terbagi sesuai
usia, tetapi diketahui bahwa gastroenteritis merupakan penyebab diare tersering.
10
Gastroenteritis adalah infeksi pada saluran gastrointestinal oleh bakteri, viral, atau
parasit. Kebanyakan infeksi tersebut adalah penyakit yang berasal dari makanan.
Manifestasi yang paling sering adalah diare dan muntah, meskipun bisa terdapat juga
keluhan sistemik, seperti nyeri abdomen dan demam. Infeksi virus, terutama rotavirus,
merupakan penyebab dari 75-90% kasus. Patogen bakterial menyebabkan 10-20% kasus
dan parasit menyebabkan kurang dari 5% kasus.2,3
Kebanyakan kasus diare selesai dalam 1 minggu, tetapi pada sebagian kecil kasus
berlanjut sampai lebih dari 2 minggu. Hal ini menyebabkan 50% dari keseluruhan
kematian akibat diare. Selain itu, episode diare akut yang sering dapat menyebabkan
gangguan nutrisi dan menyebabkan kerentanan terhadap diare persisten, malnutrisi
protein kalori, dan infeksi sekunder. Episode prolonged acute diarrhea dalam 7-13 hari
juga berhubungan dengan gangguan nutrisi yang lebih berat.2
Manifestasi klinis diare bergantung dari patogen dan dosis inokulum. Demam biasanya
11
terjadi akibat proses peradangan atau akibat dehidrasi sehingga lebih umum terjadi pada
penderita diare inflamasi. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada
perut bagian bawah serta rektum menunjukkan daerah yang terkena adalah usus besar.
Mual dan muntah merupakan gejala non-spesifik tetapi dapat menandakan adanya
organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas (contoh enterik virus,
enterotoksin bakteri, Giardia, cryptosporodium). Selain itu, muntah juga sering terjadi
pada diare non-inflamasi.1
12
Manifestasi lain bergantung pada komplikasi, yaitu dehidrasi dan gangguan
elektrolit.1,2
13
Larutan tubuh terbagi menjadi larutan intraseluler dan larutan ekstraseluler. Larutan
ekstraseluler terbagi kembali menjadi cairan interstitial dan plasma. Persentasenya
terhadap berat badan adalah cairan intraseluler 30-40%, interstitial 15%, dan plasma
5%. Cairan intravaskular atau plasma merupakan cairan yang penting untuk menjaga
perfusi tubuh. Volume cairan intravaskular dijaga oleh tekanan hidrostatik dan tekanan
onkotik.2
Komposisi elektrolit, yang terbagi menjadi anion dan kation, pada cairan intraseluler
dengan cairan ekstraseluler sangat berbeda. Adanya molekul intraseluler yang tidak
dapat melewati membrane sel menyebabkan perbedaan komposisi anion. Sedangkan
perbedaan distribusi kation disebabkan karena adanya pompa Na+-K+-ATPase yang
secara aktif mengeluarkan natrium dari sel dan memasukkan potasium ke dalam sel.2
Cairan tubuh juga memiliki osmolalitas. Cairan intraseluler dan ekstraseluler berada
pada keseimbangan osmolalitas karena membran sel permeabel terhadap air sehingga
perubahan osmolalitas pada salah satu cairan akan mengakibatkan perpindahan air dari
osmolalitas rendah ke tinggi sehingga akan menjaga keseimbangan osmolalitas.
Osmolalitas plasma memiliki nilai normal 285-295 mOsm/kg dan diukur berdasarkan
14
perhitungan:
= 2 + +
18 2,8
2. Pemeriksaan Fisik
Hal yang perlu diperiksa pada pemeriksaan fisik adalah berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Selanjutnya, perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi, yaitu kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen serta
tanda tambahan lain, seperti ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata, dan
keringnya bibir, mukosa mulut, dan lidah.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan dan
diindikasikan pada keadaan tertentu, seperti penyebab dasar yang tidak diketahui atau
adanya dehidrasi berat.
15
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika
b. Pemeriksaan urin : urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika
c. Pemeriksaan tinja : pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.
Tata laksana diare akut menurut WHO dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi.
Berdasarkan WHO, klasifikasinya adalah diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi
ringan-sedang, dan diare dengan dehidrasi berat.
Setelah mengetahui diare dengan derajat dehidrasi, tata laksananya terbagi menjadi
rencana terapi A untuk diare tanpa dehidrasi, rencana terapi B untuk diare dengan
dehidrasi ringan-sedang, dan rencana terapi C untuk diare dengan dehidrasi berat.
16
Tabel 4. Rehidrasi Cairan berdasarkan Derajat Dehidrasi6
Derajat Rehidrasi Penggantian Cairan
dehidrasi
Tanpa dehidrasi Tidak perlu 10 mg/kg BB tiap diare
Rencana terapi A 2-5 mg/kg BB tiap muntah
Ringan-sedang CRO 75 ml/kg BB/3 jam Idem
Rencana terapi B Enteral 20 ml/kg BB/jam (3
jam)
Parenteral
175 ml/kgBB/hari (<10 kg)
200 ml/kgBB/hari (>10 kg)
Berat <1 tahun: 30 ml/kg/1 jam + 70 Idem
Rencana terapi C ml/kg/5 jam
>1 tahun: 30 ml/kg/ 1/2 jam +
70 ml/kg/2 1/2 jam
Lintas Diare merupakan singkatan dari Lima Langkah Tuntaskan Diare yang terdiri
dari5:
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, yaitu natrium klorida, kalium
klorida, dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk
mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Oralit
disiapkan dengan memasukkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air
matang dengan volume sekitar 200cc. Oralit diberikan sebanyak 50-100 cc
setiap kali buang air besar pada anak kurang dari 1 tahun dan sebanyak 100-200
cc setiap kali buang air besar pada anak lebih dari 1 tahun.
Terdapat oralit baru dan oralit lama, yaitu oralit WHO/UNICEF 2004 dan oralit
WHO/UNICEF 1978. Perbedaannya terdapat pada tingkat osmolaritasnya, yaitu
oralit baru 245 mmol/L dan oralit lama 331 mmol/L. Oralit baru dapat
mengurangi volume tinja hingga 25%, mual-muntah hingga 30%, dan pemberian
cairan intravena.
17
2. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien. Diare menyebabkan penurunan zinc
sehingga dibutuhkan suplementasi tambahan zinc. Zinc diberikan satu kali
sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti. Dosisnya
adalah tablet (10 mg) per hari untuk balita usia kurang dari 6 bulan dan 1
tablet (20 mg) per hari untuk balita lebih dari sama dengan 6 bulan.
3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan sesuai dengan usia anak harus tetap diteruskan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan mengganti nutrisi yang hilang.
18
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien bayi laki-laki usia 11 bulan datang dengan buang air besar cair sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar cair sebanyak 4-5 kali sehari dalam 3
hari sudah dapat dikategorikan sebagai diare akut, yaitu adanya perubahan konsistensi
feses dan peningkatan frekuensi buang air besar. Penyebab diare akut dapat berasal dari
infeksi dan non-infeksi. Diare akibat penggunaan antibiotik atau obat-obatan lain
disingkirkan karena tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya. Intoleransi protein susu
sapi disingkirkan karena tidak ada riwayat penggunaan susu formula. Oleh karena itu,
penyebab infeksi lebih mungkin dengan epidemiologi penyebab diare akut adalah
gastroenteritis. Secara epidemiologi, sebagian besar penyebab gastroenteritis adalah
infeksi virus, terutama rotavirus. Deskripsi feses yang cair, berwarna kuning, tanpa
lendir dan tanpa darah, sebanyak 4-5 kali sehari, dan volume gelas tiap kali buang air
besar. Selain itu, terdapat juga demam serta mual dan muntah berisi makanan.
Berdasarkan gejala klinis, diare pada kasus cocok dengan diare yang disebabkan oleh
infeksi rotavirus.
Derajat dehidrasi perlu dicari tahu setelah diare diketahui. Pasien dikatakan
semakin sering minum dibandingkan biasanya dan lebih rewel dibandingkan biasanya.
Kedua gejala tersebut merupakan gejala dehidrasi ringan-sedang menurut WHO.
Namun, pasien menjadi lebih diam dibandingkan biasanya sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit meskipun masih sering minum sehingga terdapat 1 gejala dehidrasi ringan-
sedang dan 1 gejala dehidrasi berat. Berdasarkan gejala tersebut, pasien dikategorikan
mengalami dehidrasi derajat ringan-sedang.
Di instalasi gawat darurat, didapatkan kesadaran kompos mentis dan suhu tubuh
390C. Selain itu, diketahui frekuensi nadi 120 kali/menit dan frekuensi napas 28
kali/menit. Selain itu, didapatkan ubun-ubun cekung, mata cekung, turgor menurun,
CRT melambat, tetapi akral hangat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tersebut
ditambah dengan hasil anamnesis, diketahui bahwa pasien berada pada keadaan
dehidrasi ringan-sedang. Berdasarkan hasil laboratorium tidak didapatkan leukositosis
yang dapat menandakan infeksi sistemik atau adanya infeksi bacterial serta tidak adanya
gangguan elektrolit yang menyertai diare. Selain itu, pada analisis feses tidak
19
didapatkan leukosit, eritrosit, darah samar, telur cacing, atau amoeba sehingga penyebab
infeksi bakteri maupun parasit dapat disingkirkan.
Berdasarkan tata laksana WHO, diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang tidak
perlu dilakukan pemberian cairan parenteral dan perawatan di rumah sakit. Pasien
seharusnya dapat dilakukan rehidrasi dengan ORS (oral rehydration solution) dengan
pemantauan selama 3 jam. Namun, pasien memiliki riwayat pemberian terapi cairan
sebelumnya tetapi keadaan pasien tidak membaik sehingga dipertimbangkan untuk
dilakukan terapi cairan parenteral sambil terus dipantau keadaan pasien.
Cairan parenteral yang diberikan adalah KaEN 3B yang memang dipakai untuk
keadaan diare dengan dehidrasi. Di IGD diberikan cairan KaEN 3B sebesar 17 tetes per
menit makrodrip sehingga diketahui pemberian cairannya adalah 51 cc per jam atau
1224 cc per hari. Kebutuhan cairan pasien adalah kebutuhan cairan rumatan dan
pengganti dehidrasi (ringan-sedang), yaitu 9,3 kg dikalikan 100cc/kg dalam 10 kg awal
ditambah dengan 3% (hilangnya cairan tubuh dalam dehidrasi ringan sedang) dikalikan
9,3 kg dikalikan 1000 cc/kg sehingga didapatkan 1209 cc/hari. Selain itu, pasien
diberikan parasetamol suppositoria sebanyak 125 mg (dosis parasetamol 10-15
mg/kgBB/kali) dengan dosis pada pasien ini adalah 93-139,5 mg.
Di ruang rawat inap pasien masih tetap mengalami dehidrasi ringan-sedang.
Oleh karena itu, di ruang rawat inap pasien masih tetap diberikan cairan KaEN 3B
sebanyak 18 tetes per menit makrodrip, yaitu 54 cc per jam atau 1296 cc per hari. Selain
itu, diberikan juga parasetamol sirup sebanyak 4 kali per hari masing-masing 1 sendok
takar (1 sendok takar 5 ml yang berisi 120 mg) dan Lacto B sebanyak 3 kali sehari
masing-masing 1 sachet. Lacto B merupakan probiotik yang diketahui menjaga
keseimbangan flora normal di usus. Probiotik memang bermanfaat pada diare, tetapi
sampai saat ini efek signifikan baru terdapat pada diare terkait antibiotik.
Pada hari selanjutnya, tanda dehidrasi tidak ada pada pasien sehingga dapat
dikategorikan pasien berada pada keadaan tanpa dehidrasi sehingga pasien direncanakan
pulang. Dalam tata laksana diare, terdapat prinsip lintas diare yang meliputi rehidrasi,
pemberian zinc, antibiotik yang sesuai, lanjutkan pemberian makanan, dan edukasi pada
pasien. Pengobatan untuk pulang yang ditambahkan adalah zinc, yaitu orezinc sebanyak
1 sendok takar per hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulayni NS, editor.
Buku Ajar Gastroentero-hepatologi. 3rd ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010;
p. 87-118.
2. Marcdante KJ, et al. Nelson essentials of pediatrics. 6th ed. Philadelphia:
Saunders. 2011.
3. Churgay CA, Aftab Z. Gastroenteritis in children: part 1 diagnosis [Online].
2012 [cited 2014 Mar 30]. Available from: URL:www.aafp.org/afp
4. WHO. Diarrhoeal disease: WHO fact sheet on diarrhoeal disease provides key
facts and information on scope, causes, prevention and treatment, WHO
response [Online]. 2013 Apr [cited 2014 Mar 30]. Available from:
URL:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.
5. Departemen Kesehatan RI. Buku saku petugas kesehatan: Lima langkah
tuntaskan diare. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. 2011; p. 1-31.
6. Sastroasmoro S, et al. Panduan pelayanan medis departemen ilmu penyakit
anak. 1st ed. Jakarta: RSCM. 2007; 75-84.
21