Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI KASUS

DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Oleh:
Muncieto Andreas
0906508314

Narasumber:
dr. Badriul Hegar, SpA

MODUL KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA 2014
BAB I
ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien
Nama : An. RA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Matraman
Usia : 11 bulan
Nomer RM : 449-94-80
Nama Orang Tua : Tn. S dan Ny. O
Caretaker : Ibu
Kebangsaan : Indonesia
Alloanamnesis : Ibu
Admisi : 25 Maret 2014 (IGD)
Tanggal pemeriksaan : 26 Maret 2014

Keluhan Utama
Buang air besar cair sejak 3 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pada 3 hari SMRS pasien mengalami BAB cair berwarna kuning, tanpa darah, tanpa
lendir, tanpa warna kehitaman, dan tidak berbau asam atau busuk sebanyak 4-5 kali per
hari dengan jumlah gelas tiap BAB. Pada hari tersebut pasien juga sempat mengalami
muntah satu kali sebanyak gelas yang berisi cairan dan makanan tanpa lendir, darah,
hitam. Setelah itu, muncul demam pada pasien yang mendadak tetapi suhu tidak pernah
diukur. Sejak mengalami BAB cair, pasien terlihat lemas serta lebih rewel, minum lebih
banyak dari biasanya (biasanya minum ASI lebih dari 10 kali/hari), minum ASI dan air
putih, lahap saat minum dan terlihat sangat haus, dan BAK seperti biasa dengan popok
yang masih sering penuh yang diganti 3 kali sehari. Pasien dibawa ke bidan pada 3 hari
SMRS dan diberikan obat penurun panas, obat untuk mencret, pedialit, dan obat puyer.
Setelah diberikan, pasien menjadi lebih tenang dan BAB cair sempat berhenti, tetapi
muncul kembali keesokan harinya. Keluhan BAB cair dan demam berlangsung terus

1
sampai sebelum masuk rumah sakit. Pada 1 hari SMRS, pasien terlihat semakin lemas
dan menjadi lebih diam dari biasanya. Namun, pasien masih minum dengan lahap dan
ibu pasien mengganti popok berisi air seni pasien terakhir sekitar 3 jam sebelum masuk
rumah sakit. Tidak ada keluhan perut kembung.

Sebelum pasien mengalami BAB cair, ibu pasien mencoba membuat nasi tim sendiri
setelah sebelumnya memberikan makanan bubur bayi yang dibeli. Tidak ada riwayat
konsumsi obat sebelumnya.

Riwayat selama di IGD


Pada pemeriksaan fisik di IGD pada tanggal 25 Maret 2014 didapatkan keadaan tampak
sakit sedang dengan kesadaran compos mentis. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan
frekuensi nadi 120 kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit, dan suhu 390C. Terdapat
juga:
Kepala : ubun-ubun cekung, mata cekung,
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Leher : KGB tidak teraba
Dada : simetris
Jantung : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada murmur atau gallop
Paru : vesikuler pada seluruh lapang paru, tidak ada ronkhi atau wheezing
Abdomen : datar, lembut, tidak ada nyeri tekan, turgor menurun
Ekstremitas : akral hangat, CRT melambat

Selama di IGD, pasien mendapatkan tata laksana cairan intravena KaEN 3B sebanyak
17 tetes per menit dan dumin suppositoria 125 mg.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya dan tidak pernah sakit
sampai dirawat di rumah sakit. Tidak ada riwayat alergi pada pasien. Pasien pernah
mendapat demam tinggi disertai bercak merah pada lutut, siku, telapak tangan, dan
telapak kaki pada usia 4 bulan. Pasien dibawa ke bidan dan setelah diberikan obat
pasien sembuh sendiri.

2
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluhan yang sama pada keluarga. Namun, seorang bayi yang tinggal di
rumah seberang rumah pasien mengalami diare yang sama dengan pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Lingkungan Keluarga


Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah
tangga. Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak pasien di rumah kontrakan
berukuran 4x8 meter.

Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak kedua dari pernikahan pertama. Saat hamil, ibu rutin kontrol di
bidan tiap bulan dan selalu minum vitamin. Pasien pernah mengalami tekanan darah
tinggi menjelang persalinan. Ibu pasien pernah hamil 2 kali dengan jarak 7 tahun. Tidak
ada riwayat keguguran. Pada kehamilan pertama, pasien juga mengalami tekanan darah
tinggi menjelang persalinan.

Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dokter di rumah sakit setelah dirujuk karena mengalami tekanan darah
tinggi. Pasien lahir spontan, cukup bulan (38 minggu), dengan berat lahir 3250 gram
dan panjang badan 49 cm. Pasien langsung menangis, tidak tampak biru, tidak pucat,
tampak kuning, tidak kejang, nilai APGAR tidak diketahui. Tidak ada penyulit saat
kelahiran.

Riwayat Nutrisi
Pasien mendapat inisiasi menyusu dini (IMD). Pasien diberikan ASI eksklusif selama 6
bulan. Pada usia 6-8 bulan, pasien mendapat bubur bayi sebanyak 2 kali sehari sebanyak
2 sendok makan per kali makan dan usia 8-11 bulan pasien mendapat bubur tim yang
berisi kaldu ceker ayam, wortel, dan bayam sebanyak 3 kali sehari sebanyak 4 sendok
makan per kali makan.

3
Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien dapat tengkurang di usia 4 bulan, duduk di usia 6 bulan, merangkak usia 8 bulan,
berdiri di usia 9 bulan, dan berjalan sendiri tanpa dibantu di usia11 bulan. Pasien bisa
berbicara mama, papa, mbah. Pasien sudah dapat menunjukkan beberapa benda jika
disebutkan, seperti ikan dan bola.

Riwayat Imunisasi
Pasien diberikan imunisasi dasar lengkap. Imunisasi hepatitis B pada usia 6 hari, BCG
diberikan saat usia 2 bulan, DPT pada usia 3, 4, 5 bulan, Polio pada usia 2,3,4,5 bulan,
dan campak pada usia 9 bulan.

Pemeriksaan Fisik (26 Maret 2014)


Antropometrik Berat badan= 9,3 kg
Panjang badan= 79 cm
LILA = 15,5 cm
Lingkar kepala = 44,5 cm
Status Nutrisi BB/PB = antara Z-scores -2 dan -1 (8,7-9,5 kg)
Lingkar kepala = normal (antara 44-49 cm)
LILA:
lebih dari 13,5 cm gizi baik
15,5cm/14,5 cm x 100% 107%
Kesadaran Kompos mentis
Keadaan umum Tampak sakit sedang, tidak tampak pucat, tampak lemas
Denyut nadi 118x/ menit, reguler, isi cukup, equal
Laju napas 22x/ menit, reguler, dalam, abdominotorakal
Suhu 35,8C di axilla
Kepala Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam, persebaran merata,
tidak mudah dicabut, ubun-ubun teraba cekung
Mata Palpebra simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, RCL
+/+, RCTL +/+, mata cekung, terdapat air mata
Hidung tidak ada septum deviasi, mukosa tidak hiperemis, tidak ada edema,
tidak ada sekret.

4
Mulut Mukosa basah, bibir basah
Telinga Tidak ada deformitas, tidak ada sekret
Leher KGB tidak teraba membesar
Paru Inspeksi: tidak ada kelainan bentuk dada, pergerakan dada asimetris,
Palpasi: fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi: sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler di seluruh lapang paru, tidak ada rhonki atau
wheezing
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga IV 1 jari medial linea
midklavikula kiri, tidak ada heaving, lifting, maupun thrilling
Perkusi: tidak dapat diperiksa
Auskultasi: BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen Inspeksi: datar, lemas, tidak terdapat venektasi
Auskultasi: bising usus meningkat 8 kali/menit
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, hepar teraba 1 cm di bawah
arcus costae, 3 cm di bawah prosesus xyphoideus, tepi tajam,
permukaan rata, kenyal. Lien tidak teraba.
Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
Punggung Tidak tampak kelainan
Genital Tidak tampak kelainan, testis sudah turun
Anus Tidak tampak hiperemis, tidak ada massa, tidak ada fissura
Extremitas Akral hangat, CRT <2 detik, tidak terdapat edema.
Kulit Tidak ada kelainan, cubitan kulit kembali cepat,

5
Pemeriksaan Penunjang
Analisa Feses Rutin (26/03/2014)
Laboratorium (26/03/2014)
Makroskopik
Jenis Pemeriksaan
Warna Hijau
Hematologi
Konsistensi Lembek
Darah perifer
Lendir Negatif
lengkap
Nanah Negatif
Hb 12,8 g/dl
Darah Negatif
Ht 38%
Mikroskopik
Leukosit 7370/l
Darah samar Negatif
Trombosit 335.000/l
Leukosit Negatif
MCV 69,1 fl
Eritrosit Negatif
MCH 23,3 pg
Telur cacing Negatif
MCHC 33,7 g/dl
Amoeba Negatif
Hitung jenis E/B/N/L/M
Lain-lain Serat makanan
0/0/47,4/48,6/3,9
Gula darah sewaktu 133 mg/dL
Elektrolit
Na 139
K 3,6
Cl 105

Daftar Masalah
Diare akut dehidrasi ringan sedang

Rencana Tatalaksana
- IVFD KaEN 3B 18 tpm makrodrip
- Paracetamol 4xcthI
- Lacto B 3x1 sachet

6
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

Follow-up tanggal 27 Maret 2013


S: Pasien buang air besar sebanyak 2 kali pada tanggal 26 Maret 2013 tetapi tidak cair,
lembek, berwarna kuning, tanpa lendir atau darah. Pasien lebih aktif dari sebelumnya,
minum dan makan dengan baik. Buang air kecil seperti biasa.
O:
Kesadaran Kompos mentis
Keadaan umum Tampak sakit ringan, tidak tampak lemas
Denyut nadi 104 kali/ menit, reguler, isi cukup, equal
Laju napas 24 kali/ menit, reguler, dalam, abdominotorakal
Suhu 36,3C di axilla
Kepala Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam, persebaran merata,
tidak mudah dicabut, ubun-ubun tidak teraba cekung
Mata Palpebra simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, RCL
+/+, RCTL +/+, mata tidak cekung, terdapat air mata
Hidung tidak ada septum deviasi, mukosa tidak hiperemis, tidak ada edema,
tidak ada sekret.
Mulut Mukosa basah, bibir basah
Telinga Tidak ada deformitas, tidak ada sekret
Leher KGB tidak teraba membesar
Paru Inspeksi: tidak ada kelainan bentuk dada, pergerakan dada asimetris,
Palpasi: fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi: sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler di seluruh lapang paru, tidak ada rhonki atau
wheezing
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga IV linea midklavikula kiri,
tidak ada heaving, lifting, maupun thrilling

7
Perkusi: tidak dapat diperiksa
Auskultasi: BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen Inspeksi: datar, lemas, tidak terdapat venektasi
Auskultasi: bising usus meningkat 8 kali/menit
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, hepar teraba 1 cm di bawah
arcus costae, 2 cm di bawah prosesus xyphoideus, tepi tajam,
permukaan rata, kenyal. Lien tidak teraba.
Perkusi: timpani, shifting dullness (-)
Punggung Tidak tampak kelainan
Genital Tidak tampak kelainan, testis sudah turun
Anus Tidak tampak hiperemis, tidak ada massa, tidak ada fissura
Extremitas Akral hangat, CRT <2 detik, tidak terdapat edema.
Kulit Tidak ada kelainan, cubitan kulit kembali cepat,

A: Diare akut dehidrasi ringan-sedang


P: Rencana pulang
Tata laksana :
Paracetamol syrup 4 x cth I
Orezinc 1 x cth I
Lacto B 3 x sach I

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare
Diare adalah buang air besar yang cair atau lebih lunak yang biasanya minimal 3 kali
dalam 24 jam. Seringkali perubahan konsistensi kotoran lebih penting dibandingkan
frekuensi buang air besar.1,2,3,4

Penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada anak di bawah 5
tahun dengan jumlah sekitar 760.000 kematian per tahun. Secara global, sekitar 1,7
miliar kasus diare terjadi setiap tahun dan diare menjadi penyebab utama malnutrisi
pada anak di bawah 5 tahun. Namun, penyakit diare masih dapat dicegah dan diobati.4

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, yaitu1:


a. Etiologi
a. Infeksi
Penyebab diare akibat infeksi tergolong menjadi virus, bakteri, dan
parasit. Dua tipe dasar diare akut infeksi adalah inflamasi dan non-
inflamasi.
b. Non-infeksi
Penyebab diare non-infeksi antara lain kesulitan makan, defek anatomis,
malabsorpsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, dan lain-
lain (seperti inflammatory bowel disease dan gangguan motilitas usus).

b. Mekanisme
a. Sekresi1,2
Keadaan ini terjadi ketika sistem transport pada epithelial intestinal
berada pada fase aktif yang disebabkan oleh secretagogue. Osmolalitas
feses diketahui berdasarkan elektrolit dan ion gap dengan nilai
100mOsm/kg atau kurang. Nilai ion gap diketahui berdasarkan
= [( + )2]

9
b. Osmotik1,2
Mekanisme ini terjadi setelah masuknya zat kurang diserap akibat zat
tersebut memang sulit diserap atau tidak diabsorpsi dengan baik karena
gangguan pada usus halus. Karbohidrat yang tidak terabsorpsi akan
difermentasi oleh bakteri di kolon sehingga terbentuk asam lemak rantai
pendek. Meskipun asam lemak rantai pendek dapat diserap di kolon dan
digunakan sebagai energy, asam lemak tetap menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik di lumen. Osmolalitas feses tidak dapat diterangkan
berdasarkan elektrolit pada feses dan nilai anion gap lebih dari 100
mOsm.

c. Lama/durasi
a. Diare akut :
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi
c. Diare persisten
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi

Diare merupakan manifestasi klinis. Diagnosis diferensial diare dapat terbagi sesuai
usia, tetapi diketahui bahwa gastroenteritis merupakan penyebab diare tersering.

Tabel 1. Diagnosis Diferensial Diare Akut2

10
Gastroenteritis adalah infeksi pada saluran gastrointestinal oleh bakteri, viral, atau
parasit. Kebanyakan infeksi tersebut adalah penyakit yang berasal dari makanan.
Manifestasi yang paling sering adalah diare dan muntah, meskipun bisa terdapat juga
keluhan sistemik, seperti nyeri abdomen dan demam. Infeksi virus, terutama rotavirus,
merupakan penyebab dari 75-90% kasus. Patogen bakterial menyebabkan 10-20% kasus
dan parasit menyebabkan kurang dari 5% kasus.2,3

Patogen gastroenteritis menyebabkan gejala melalui beberapa mekanisme, yaitu


membentuk toksin atau bersifat invasif. Hal tersebut menyebabkan respon inflamasi
atau non-inflamasi pada mukosa usus.1,2
a. Diare non-inflamasi
Diare non-inflamasi dapat disebabkan oleh enteropatogen melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel vili oleh virus, perlekatan oleh parasit,
dan perlekatan dan/atau translokasi oleh bakteria.
b. Diare inflamasi
Diare inflamasi biasanya disebabkan oleh bakteri yang langsung menginvasi
usus atau memproduksi sitotoksin dengan konsekuensi cairan, protein, serta sel
(leukosit dan eritrosit) yang memasuki lumen usus.

Faktor resiko mayor gastroenteritis adalah kontaminasi lingkungan dan peningkatan


paparan terhadap enteropatogen. Faktor resiko tambahan adalah usia muda,
imunodefisiensi, campak, malnutrisi, dan kurangnya ASI.2

Kebanyakan kasus diare selesai dalam 1 minggu, tetapi pada sebagian kecil kasus
berlanjut sampai lebih dari 2 minggu. Hal ini menyebabkan 50% dari keseluruhan
kematian akibat diare. Selain itu, episode diare akut yang sering dapat menyebabkan
gangguan nutrisi dan menyebabkan kerentanan terhadap diare persisten, malnutrisi
protein kalori, dan infeksi sekunder. Episode prolonged acute diarrhea dalam 7-13 hari
juga berhubungan dengan gangguan nutrisi yang lebih berat.2

Manifestasi klinis diare bergantung dari patogen dan dosis inokulum. Demam biasanya

11
terjadi akibat proses peradangan atau akibat dehidrasi sehingga lebih umum terjadi pada
penderita diare inflamasi. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang terjadi pada
perut bagian bawah serta rektum menunjukkan daerah yang terkena adalah usus besar.
Mual dan muntah merupakan gejala non-spesifik tetapi dapat menandakan adanya
organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas (contoh enterik virus,
enterotoksin bakteri, Giardia, cryptosporodium). Selain itu, muntah juga sering terjadi
pada diare non-inflamasi.1

Tabel 2. Gejala Klinis berdasarkan Patogen1


Gejala Rotaviru Salmonel
Shigela ETEC EIEC Kolera
Klinik s a
Masa 17-72 24-48 48-72
6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam
Inkubasi jam jam jam
Demam + ++ ++ - ++ -
Mual
sering jarang sering + - Sering
muntah
Nyeri Tenesmu Tenesmus Tenesmu
tenesmus - Kram
perut s kram kolik s kram
Nyeri
- + + - - -
kepala
Lama sakit 5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
Sifat Tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Terus
5-10 > 10
Frekuensi Sering Sering Sering meneru
kali/hari kali/hari
s
Konsistens
Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
i
Darah - Sering Kadang - + -
Amis
Bau Langu + Busuk + Tidak
khas
Air
Kuning merah- Tak Merah-
Warna Kehijauan cucian
hijau hijau berwarna hijau
beras
Leukosit - + + - - -
anoreksi meteorismu Infeksi
Lain-lain kejang sepsis +
a s sistemik

12
Manifestasi lain bergantung pada komplikasi, yaitu dehidrasi dan gangguan
elektrolit.1,2

Tabel 3. Gejala dan Tanda Derajat Dehidrasi3

B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit2


Total body water (TBW) adalah persentase
cairan tubuh terhadap berat badan.
Persentase tersebut berubah seiring
dengan bertambahnya usia. Saat neonatus,
TBW sekitar 75%. Namun, pada saat
berusia 1 tahun TBW menjadi 60% dan
akan tetap pada keadaan ini sampai
mencapai pubertas. Grafik 1. Persentase Cairan Tubuh
terhadap Berat Badan dan Usia2

13
Larutan tubuh terbagi menjadi larutan intraseluler dan larutan ekstraseluler. Larutan
ekstraseluler terbagi kembali menjadi cairan interstitial dan plasma. Persentasenya
terhadap berat badan adalah cairan intraseluler 30-40%, interstitial 15%, dan plasma
5%. Cairan intravaskular atau plasma merupakan cairan yang penting untuk menjaga
perfusi tubuh. Volume cairan intravaskular dijaga oleh tekanan hidrostatik dan tekanan
onkotik.2

Komposisi elektrolit, yang terbagi menjadi anion dan kation, pada cairan intraseluler
dengan cairan ekstraseluler sangat berbeda. Adanya molekul intraseluler yang tidak
dapat melewati membrane sel menyebabkan perbedaan komposisi anion. Sedangkan
perbedaan distribusi kation disebabkan karena adanya pompa Na+-K+-ATPase yang
secara aktif mengeluarkan natrium dari sel dan memasukkan potasium ke dalam sel.2

Grafik 2. Komposisi Elektrolit Cairan Tubuh2

Cairan tubuh juga memiliki osmolalitas. Cairan intraseluler dan ekstraseluler berada
pada keseimbangan osmolalitas karena membran sel permeabel terhadap air sehingga
perubahan osmolalitas pada salah satu cairan akan mengakibatkan perpindahan air dari
osmolalitas rendah ke tinggi sehingga akan menjaga keseimbangan osmolalitas.
Osmolalitas plasma memiliki nilai normal 285-295 mOsm/kg dan diukur berdasarkan

14
perhitungan:

= 2 + +
18 2,8

C. Diagnosis dan Tata Laksana Diare


Diagnosis diare ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.1,2,3
1. Anamnesis
Hal yang perlu ditanyakan adalah lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja,
warna, bau, dan ada tidaknya lendir dan darah. Bila disertai muntah, perlu ditanyakan
volume dan frekuensinya. Buang air kecil juga perlu ditanyakan apakah seperti biasa
ataukah terjadi perubahan, seperti berkurang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir.
Makanan dan minuman yang diberikan selama diare juga perlu ditanyakan. Keluhan
demam dan penyakit lain yang menyertai juga perlu ditanyakan. Selain gejala pada
pasien, tindakan yang sudah dilakukan selama anak diare juga perlu ditanyakan.

2. Pemeriksaan Fisik
Hal yang perlu diperiksa pada pemeriksaan fisik adalah berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Selanjutnya, perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi, yaitu kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen serta
tanda tambahan lain, seperti ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata, dan
keringnya bibir, mukosa mulut, dan lidah.

Pernapasan yang cepat dan dalam menandakan kemungkinan terjadinya asidosis


metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada dapat menandakan terjadinya
hipokalemia. Selain itu, pemeriksaan ekstremitas perlu dilakukan untuk menghitung
perfusi dan capillary refill time sehingga dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi.

3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan dan
diindikasikan pada keadaan tertentu, seperti penyebab dasar yang tidak diketahui atau
adanya dehidrasi berat.

15
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kultur
dan tes kepekaan terhadap antibiotika
b. Pemeriksaan urin : urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika
c. Pemeriksaan tinja : pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

Tata laksana diare akut menurut WHO dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi.
Berdasarkan WHO, klasifikasinya adalah diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi
ringan-sedang, dan diare dengan dehidrasi berat.

Tabel 3. Derajat Dehidrasi5

Setelah mengetahui diare dengan derajat dehidrasi, tata laksananya terbagi menjadi
rencana terapi A untuk diare tanpa dehidrasi, rencana terapi B untuk diare dengan
dehidrasi ringan-sedang, dan rencana terapi C untuk diare dengan dehidrasi berat.

16
Tabel 4. Rehidrasi Cairan berdasarkan Derajat Dehidrasi6
Derajat Rehidrasi Penggantian Cairan
dehidrasi
Tanpa dehidrasi Tidak perlu 10 mg/kg BB tiap diare
Rencana terapi A 2-5 mg/kg BB tiap muntah
Ringan-sedang CRO 75 ml/kg BB/3 jam Idem
Rencana terapi B Enteral 20 ml/kg BB/jam (3
jam)
Parenteral
175 ml/kgBB/hari (<10 kg)
200 ml/kgBB/hari (>10 kg)
Berat <1 tahun: 30 ml/kg/1 jam + 70 Idem
Rencana terapi C ml/kg/5 jam
>1 tahun: 30 ml/kg/ 1/2 jam +
70 ml/kg/2 1/2 jam

Lintas Diare merupakan singkatan dari Lima Langkah Tuntaskan Diare yang terdiri
dari5:
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, yaitu natrium klorida, kalium
klorida, dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk
mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Oralit
disiapkan dengan memasukkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air
matang dengan volume sekitar 200cc. Oralit diberikan sebanyak 50-100 cc
setiap kali buang air besar pada anak kurang dari 1 tahun dan sebanyak 100-200
cc setiap kali buang air besar pada anak lebih dari 1 tahun.

Terdapat oralit baru dan oralit lama, yaitu oralit WHO/UNICEF 2004 dan oralit
WHO/UNICEF 1978. Perbedaannya terdapat pada tingkat osmolaritasnya, yaitu
oralit baru 245 mmol/L dan oralit lama 331 mmol/L. Oralit baru dapat
mengurangi volume tinja hingga 25%, mual-muntah hingga 30%, dan pemberian
cairan intravena.

17
2. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien. Diare menyebabkan penurunan zinc
sehingga dibutuhkan suplementasi tambahan zinc. Zinc diberikan satu kali
sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti. Dosisnya
adalah tablet (10 mg) per hari untuk balita usia kurang dari 6 bulan dan 1
tablet (20 mg) per hari untuk balita lebih dari sama dengan 6 bulan.

3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan sesuai dengan usia anak harus tetap diteruskan untuk
mencegah kehilangan berat badan dan mengganti nutrisi yang hilang.

4. Berikan antibiotik secara selektif


Tidak seluruh diare diberikan antibiotik. Antibiotik diberikan hanya bila terdapat
indikasi, yaitu diare berdarah atau kolera. Antibiotik diberikan pada diare dengan
etiologi:

Tabel 6. Etiologi Diare dan Antibiotik1


Etiologi Antibiotik Pilihan Alternatif
Kolera Tetrasiklin Eritromisin
12,5 mg/kgBB 12,5 mg/kg BB
4x/hari selama 3 hari 4x/hari selama 3 hari
Disentri Shigella Ciprofloxacin Ceftriaxone
15 mg/kg BB 50-100 mg/kg BB
2x/hari selama 3 hari 1x/hari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari (10 hari bila kasus berat)
Giardiasis Metronidazole
5 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari

5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga


Orang tua diberikan nasihat agar segera membawa anaknya ke rumah sakit
apabila ditemukan demam, tinja berdarah, berulang, makan/minum sedikit,
sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari

18
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien bayi laki-laki usia 11 bulan datang dengan buang air besar cair sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar cair sebanyak 4-5 kali sehari dalam 3
hari sudah dapat dikategorikan sebagai diare akut, yaitu adanya perubahan konsistensi
feses dan peningkatan frekuensi buang air besar. Penyebab diare akut dapat berasal dari
infeksi dan non-infeksi. Diare akibat penggunaan antibiotik atau obat-obatan lain
disingkirkan karena tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya. Intoleransi protein susu
sapi disingkirkan karena tidak ada riwayat penggunaan susu formula. Oleh karena itu,
penyebab infeksi lebih mungkin dengan epidemiologi penyebab diare akut adalah
gastroenteritis. Secara epidemiologi, sebagian besar penyebab gastroenteritis adalah
infeksi virus, terutama rotavirus. Deskripsi feses yang cair, berwarna kuning, tanpa
lendir dan tanpa darah, sebanyak 4-5 kali sehari, dan volume gelas tiap kali buang air
besar. Selain itu, terdapat juga demam serta mual dan muntah berisi makanan.
Berdasarkan gejala klinis, diare pada kasus cocok dengan diare yang disebabkan oleh
infeksi rotavirus.
Derajat dehidrasi perlu dicari tahu setelah diare diketahui. Pasien dikatakan
semakin sering minum dibandingkan biasanya dan lebih rewel dibandingkan biasanya.
Kedua gejala tersebut merupakan gejala dehidrasi ringan-sedang menurut WHO.
Namun, pasien menjadi lebih diam dibandingkan biasanya sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit meskipun masih sering minum sehingga terdapat 1 gejala dehidrasi ringan-
sedang dan 1 gejala dehidrasi berat. Berdasarkan gejala tersebut, pasien dikategorikan
mengalami dehidrasi derajat ringan-sedang.
Di instalasi gawat darurat, didapatkan kesadaran kompos mentis dan suhu tubuh
390C. Selain itu, diketahui frekuensi nadi 120 kali/menit dan frekuensi napas 28
kali/menit. Selain itu, didapatkan ubun-ubun cekung, mata cekung, turgor menurun,
CRT melambat, tetapi akral hangat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tersebut
ditambah dengan hasil anamnesis, diketahui bahwa pasien berada pada keadaan
dehidrasi ringan-sedang. Berdasarkan hasil laboratorium tidak didapatkan leukositosis
yang dapat menandakan infeksi sistemik atau adanya infeksi bacterial serta tidak adanya
gangguan elektrolit yang menyertai diare. Selain itu, pada analisis feses tidak

19
didapatkan leukosit, eritrosit, darah samar, telur cacing, atau amoeba sehingga penyebab
infeksi bakteri maupun parasit dapat disingkirkan.
Berdasarkan tata laksana WHO, diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang tidak
perlu dilakukan pemberian cairan parenteral dan perawatan di rumah sakit. Pasien
seharusnya dapat dilakukan rehidrasi dengan ORS (oral rehydration solution) dengan
pemantauan selama 3 jam. Namun, pasien memiliki riwayat pemberian terapi cairan
sebelumnya tetapi keadaan pasien tidak membaik sehingga dipertimbangkan untuk
dilakukan terapi cairan parenteral sambil terus dipantau keadaan pasien.
Cairan parenteral yang diberikan adalah KaEN 3B yang memang dipakai untuk
keadaan diare dengan dehidrasi. Di IGD diberikan cairan KaEN 3B sebesar 17 tetes per
menit makrodrip sehingga diketahui pemberian cairannya adalah 51 cc per jam atau
1224 cc per hari. Kebutuhan cairan pasien adalah kebutuhan cairan rumatan dan
pengganti dehidrasi (ringan-sedang), yaitu 9,3 kg dikalikan 100cc/kg dalam 10 kg awal
ditambah dengan 3% (hilangnya cairan tubuh dalam dehidrasi ringan sedang) dikalikan
9,3 kg dikalikan 1000 cc/kg sehingga didapatkan 1209 cc/hari. Selain itu, pasien
diberikan parasetamol suppositoria sebanyak 125 mg (dosis parasetamol 10-15
mg/kgBB/kali) dengan dosis pada pasien ini adalah 93-139,5 mg.
Di ruang rawat inap pasien masih tetap mengalami dehidrasi ringan-sedang.
Oleh karena itu, di ruang rawat inap pasien masih tetap diberikan cairan KaEN 3B
sebanyak 18 tetes per menit makrodrip, yaitu 54 cc per jam atau 1296 cc per hari. Selain
itu, diberikan juga parasetamol sirup sebanyak 4 kali per hari masing-masing 1 sendok
takar (1 sendok takar 5 ml yang berisi 120 mg) dan Lacto B sebanyak 3 kali sehari
masing-masing 1 sachet. Lacto B merupakan probiotik yang diketahui menjaga
keseimbangan flora normal di usus. Probiotik memang bermanfaat pada diare, tetapi
sampai saat ini efek signifikan baru terdapat pada diare terkait antibiotik.
Pada hari selanjutnya, tanda dehidrasi tidak ada pada pasien sehingga dapat
dikategorikan pasien berada pada keadaan tanpa dehidrasi sehingga pasien direncanakan
pulang. Dalam tata laksana diare, terdapat prinsip lintas diare yang meliputi rehidrasi,
pemberian zinc, antibiotik yang sesuai, lanjutkan pemberian makanan, dan edukasi pada
pasien. Pengobatan untuk pulang yang ditambahkan adalah zinc, yaitu orezinc sebanyak
1 sendok takar per hari.

20
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulayni NS, editor.
Buku Ajar Gastroentero-hepatologi. 3rd ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010;
p. 87-118.
2. Marcdante KJ, et al. Nelson essentials of pediatrics. 6th ed. Philadelphia:
Saunders. 2011.
3. Churgay CA, Aftab Z. Gastroenteritis in children: part 1 diagnosis [Online].
2012 [cited 2014 Mar 30]. Available from: URL:www.aafp.org/afp
4. WHO. Diarrhoeal disease: WHO fact sheet on diarrhoeal disease provides key
facts and information on scope, causes, prevention and treatment, WHO
response [Online]. 2013 Apr [cited 2014 Mar 30]. Available from:
URL:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.
5. Departemen Kesehatan RI. Buku saku petugas kesehatan: Lima langkah
tuntaskan diare. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. 2011; p. 1-31.
6. Sastroasmoro S, et al. Panduan pelayanan medis departemen ilmu penyakit
anak. 1st ed. Jakarta: RSCM. 2007; 75-84.

21

Anda mungkin juga menyukai