PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
3
aliran sungai dengan menyusuri sungai dari hilir menuju hulu, hingga endapan
yang akan dicari tidak ditemukan lagi. Hal ini dilakukan karena di asumsikan
bahwa pecahan pecahan tersebut terbawa oleh aliran air dari hasil erosi pada
batuan induknya yang terdapa di hulu sungai.
Panning
Penyelidikan dengan metode ini sama dengan metode tracing float,
namun dengan metode panning atau dulang ini difokuskan pada endapan yang
memiliki ukuran lebih halus dan memiliki massa jenis yang lebih besar daripada
air.
Metode penelusuran dalam metode eksplorasi langsung di permukaan ini
biasanya dilanjutkan dengan pembuatan parit uji maupun sumur uji yang akan
dibahas pada sub bab selanjutnya.
2. Metode Eksplorasi Langsung Bawah Permukaan
Metode eksplorasi langsung bawah permukaan ini dilakukan ketika data
yang didapatkan pada eksplorasi langsung di permukaan kurang memadai
karena dalam metode eksplorasi langsung di permukaan kedalaman maksimal
yang dapat diselidiki yaitu kurang lebih 30 meter, atau tidak adanya suatu
singkapan yang terdapat di permukaan, sehingga diperlukan penyelidikan lebih
lanjut untuk mendapatkan suaut informasi geologi yang akurat.
Untuk melakukan eksplorasi langsung bawah permukaan, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan agar kegiatan eksplorasi dapat berjalan
lancar, efektif, effisien, dan juga ekonomis, hal hal yang perlu diperhatikan
tersebut adalah seperti, kegiatan penyelidikan haruslah difokuskan hanya pada
badan bijih saja, hal ini dimaksudkan agar kegiatan pengamatan menjadi mudah,
terutama dalam sampling, deskripsi, pengukuran kedudukan badan bijih, dan
sebagainya, semua hal tersebut dilakukan agar dapat menghemat waktu dan
juga biaya, karena untuk eksplorasi langsung bawah permukaan ini dapat
memakan biaya yang cukup besar.
Metode eksplorasi langsung bawah permukaan ini dapat dilakukan
dengan cara membuat saluran saluran di bawah tanah seperti tunnel, shaft,
winze, drift, dan sebagainya.
4
Sumber: scribd.com
Gambar 2.1
Sketsa Parit Uji
Dalam penggalian parit uji dilakukan dengan arah yang tegak lurus
terhadap perlapisan batuan ataupun strike dari suatu badan bijih. Selain itu parit
uji ini haruslah dibuat secara berurutan atau secara seri yang arahnya tegak
lurus terhadap strike endapan, sehingga dengan demikian dapat diketahui
bentuk tubuh bijih, zona mineralisai, ketebalan, strike dan dip, zona alterasi, dan
sebagainya.
Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan parit uji ini, yaitu
adalah :
Lapisan tanah penutup yang tidak terlalu tebal, karena mengingat faktor
ekonomisnya juga.
5
Kedalaman maksimal parit uji yang biasanya dibuat adalah sekitar 2,5 3
m.
Untuk pembuatan parit uji pada kondisi lereng yang miring, maka parit uji
disarankan pada daerah yang elevasinya paling rendah, karena dapat
juga berfungsi sebagai zona penirisan langsung ketika ada air yang
mengalir dari daerah yang miring tersebut.
Sumber: scribd.com
Gambar 2.2
Penampang Sumur Uji
Untuk mendapatkan data yang mewakili atau representatif, maka biasanya
sumur uji ini dibuat sepanjang strike endapan yang akan diselidiki, dengan jarak
yang teratur antara 100 500 m antar sumur uji.
BAB III
KESIMPULAN
6
DAFTAR PUSTAKA
I. Siregar, 2015, Tracing Float, Paritan, dan Sumur Uji, diakses dari
https://www.academia.edu/10662907/B._Tracing_Float_Paritan_dan_Sumur
_uji_C._Sampling pada tanggal 27 Mei 2016 (doc, online).
Muchsin, A. Machali, 2004, Eksplorasi Sumber Daya Bahan Galian, diakses
dari http://www.slideshare.net/mahapatih_51/materi - eksplorasi - sumber -
daya-bahan-galian pada tanggal 27 Mei 2016 (pdf, offline).
Putra, Ekky, 2009, Tracing Float, Paritan, dan Sumur Uji, diakses dari
http://perangkatwindows7.blogspot.co.id/2011/09/tracing-float-paritan-dan-
sumur-uji.html pada tanggal 27 Mei 2016 (doc, online).