Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Ikan lele ( Clarias sp. ) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yangsudah
dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Ikan lele memiliki prospek
cukup cerah dan sangat potensial untuk dikembangkan diIndonesia. Lele merupakan
jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasayang lezat, daging empuk, duri teratur
dan dapat disajikan dalam berbagai macammenu masakan. Selain itu, ikan lele
merupakan ikan yang dapat dikonsumsidengan harga yang sangat terjangkau bagi
kalangan apa aja. Di Indonesia ikan leletermasuk ikan yang paling mudah diterima
masyarakat karena memiliki banyakkelebihan, diantaranya pertumbuhannya yang cepat
memiliki adaptasai terhadaplingkungan yang tinggi seperti dapat ditebar dengan
kepadatan tinggi per satuanluas kolam dan bisa hidup di air dengan kadar oksigen yang
rendah, rasanya enakdan kandungan gizinya (Hermawan et al. 2012). Permintaan
komoditas ikan lele di dalam negeri cukup besar. Pada tahun2007 sasaran produksi ikan
lele sebesar 17.300 ton, tahun 2008 sasaran produksiikan lel sebesar 20.860 ton, dan pada
tahun 2009 sasaran produksi ikan lelemencapai 25.800. Pada tahun 2010 menurut
Apriyana (2013) angka sementarayang dipublikasikan produksi ikan lele dari hasil
budidaya sebesar 273.554 ton.Kebutuhan benih lele diperkirakan mencapai 1,95 miliar
ekor pada akhir 2016.Hal ini menunjukkan peningkatan permintaan ikan lele dari tahun
ke tahun. Seiring dengan hal tersebut budidaya ikan lele mengalami peningkatan dan
banyak diminati masyarakat. Karena budidaya ikan lele yang mudah dan
tidakmembutuhkan perlakuan khusus seperti ikan lain. Serta memiliki tata niaga
yangmudah dan memberikan keuntungan yang besar. Budidaya ikan lele yang mudahdan
memiliki keuntungan besar banyak diminati para pengusaha agribisnis.Prospek usaha
budidaya lele sangat cerah karena ikan lele mempunyaimanfaat yang bermacam-macam
(Jaja 2013). Ikan lele bisa sebagai bahan makanan sumber protein yang memilki rasa
yang lezat. Ikan lele dari jenis Clariasbatrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan
hias. Ikan lele yang dipelihara disawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi
berupa serangga air,karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele Ikan lele
mempunyai potensi pasar yang cukup besar di luar negeri.Potensi pasar di luar negeri
dibuktikan dengan telah diekspornya komoditas ini ke beberapa negara seperti
Singapura, Jepang, Malaysia dan Taiwan. Permintaanekspor ikan lele di Taiwan dalam
bentuk surimi, Singapura dalam bentuk fillet ,Jepang dalam bentuk fillet dan surimi, dan
Hongkong dalam bentuk fillet , wholegill dan gutted . Tetapi permintaan ikan lele ini
belum sepenuhnya bisa dipenuhioleh pembudidaya ikan lele di Indonesia. Permintaan
ikan lele diperikirakan pada masa yang akan datang di pasaran dunia meningkat tajam,
sehingga masih sangat terbuka peluang pembudidaya ikan lele dalam rangka mengisi
pasar internasional.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan laporan penelitian ini adalah :


1) Untuk mengetahui cara-cara yang baik untuk membudidayakan ikan lele.
2) Untuk mengetahui cara memperoleh bibit unggul.
3) Untuk mengetahui jenis-jenis ikan lele

4) Melengkapi tugas Prakarya


1.3 Rumusan Masalah

Adapun yang kami teliti tentang ikan lele adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara pembenihan ikan lele?
2. Apa saja sarana dan prasarana dalam budidaya ikan lele?
3. Bagaimana cara pemeliharaan induk ?
4. Bagaimana cara pemijahan induk?.
5. Cara penetesan telur?
6. Bagaimana Cara pendederan?
7. Ciri-ciri pembesaran ikan lele?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pembenihan ikan lele

Pembenihan ikan lele merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan benih sampai dengan
ukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam khusus pemijahan.
Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya
usaha pembesaran lele.

Terdapat 2 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :


Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam
dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk
diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan
mencari pasangannya.
Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam
khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua
induk..
2.Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam.

Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari
sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam yang umum
dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:

a) Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan.


Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang
luasnya 50-100 m2 dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam
pemijahan adalah :
Suhu air berkisar antara 20-22C.
Kedalaman air 40-60 cm.
Dasar kolam sebaiknya berpasir.

b) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan.


Luas kolam tidak lebih dari 50-100 m2. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan
sebaiknya 5-50 ekor/ m2. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan antara 3-4 minggu,
pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

c) Kolam pembesaran.
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih
selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa
kolam pembesaran, yaitu:
. Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam
pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500
m /kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih
ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka
benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani.
. Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar.
Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan
mata jaring 1,251,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari
10
ekor/ m2.

. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah
antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 m2.

d) Kolam/tempat pemberokan.
Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2
m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan
kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk
pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam
dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-1,5 m dengan
kedalaman 60-75 cm.

2) Peralatan.
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah:
jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk
maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram)
dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
kekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan lele antara lain
adalah :
Warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm.
Ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan.
Keramba kemplung.
Keramba kupyak.
Fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat).
Kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat).
Hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk
penangkapan benih.
Ayakan penyabetan dari alumunium/bambu.
Oblok/delok (untuk pengangkut benih).
Sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas).
Anco/hanco (untuk menangkap ikan),
Lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
Scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),
Seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar),
Jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media.
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan
media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah :
Pengeringan kolam selama beberapa hari. Lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas
hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/m2.
Pemupukan dengan Pupuk Organik Nasa yang berupa TON + Pupuk makro, yaitu urea dan
TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi.
3. Pemeliharaan Induk Ikan Lele
Dalam pemeliharaan induk ikan lele, ada beberapa hal yang penting diperhatikan yaitu :
1. Pemberian Pakan
Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap hari induk di beri pakan bergizi.
Jenis pakan yang diberikan yaitu pakan buatan berupa pellet sebanyak 3-5 % perhari dari dari
total bobot induk yang dipelihara. Ada juga induk lele diberi pakan berupa limbah peternakan
ayam (ayam mati) yang dibakar atau direbus atau dibakar terlebih dahulu. Pakan diberikan
dua sampai tiga kali sehari pada pagi, sore dan malam hari.
2. Pengelolaan Kualitas Air
Dalam pemeliharaan induk lele dumbo, kualitas air tidak terlalu berpengaruh. Induk lele
dumbo termasuk ikan yang mampu hidup pada kondisi kualitas air yang jelek sekalipun,
asalkan air tidak tercemar oleh limbah kimia berbahaya. Karena kemampuannya hidup pada
perairan yang terbatas sekalipun, maka sering induk lele dumbo ini dipelihara pada bak atau
wadah yang airnya tidak mengalir. Agar lele dumbo dapat hidup dengan nyaman yang perlu
diperhatikan adalah volume atau ketinggian air wadah jangan sampai berkurang. Ketinggian
air sebaiknya dipertahankan minimal 75 cm agar induk tidak mudah stres oleh gangguan dari
lingkungan sekitar seperti suara bising, lalu-lalang orang, dan sebagainya.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering mengganggu induk lele dumbo adalah berupa biawak, ular, dan ikan-
ikan predator seperti gabus, belut, atau dari teman-temannya sejenis yang berukuran lebih
besar. Predator umumnya mengganggu apabila pada lingkungan perairan tidak tersedia cukup
pakan, sehingga terjadilah pemangsaan kepada ikan yang lebih kecil. Sedangkan penyakit
relatif jarang menyerang. Namun jenis-jenis jamur Saprolegnia sp, kadang-kadang sering
menyerang, terutama sehabis indukinduk ikan selesai memijah. Biasanya jamur menyerang
apabila terdapat luka pada tubuh induk ikan.
4. Pemilihan Induk Matang Gonad
Tidak semua induk yang dipelihara dapat dipijahkan. Hal ini disebabkan karena belum
tentu semua induk telah matang kelamin dan siap dipijahkan. Sebelum dipijahkan, induk
jantan dan betina dipilih sesuai dengan persyaratan. Salah satu persyaratan yang mutlak
adalah induk telah berumur 1 tahun, baik jantan maupun betina. Pemilihan induk dilakukan
dengan cara mengeringkan kolam induk, baik kolam induk jantan maupun betina, sehingga
induk-induk lele dumbo akan terkumpul. Selanjutnya induk-induk tersebut ditangkap dengan
menggunakan seser dan ditampung dalam wadah seperti drum/tong plastik.

5. ciri ciri induk lele


-lele jantan
kepala nya lebih kecil dari lele betina.warna kulit dada agak tua jika dibanding kan dengan
kulit dada induk lele betina.kelamin agak menonjol memanjang ke arah belakang tertetak
dibelakang anus dan warna nya kemerahan.gerakan lincah tulang kepala pendek agak
gepeng.perut lebih langsing dan kenyal jika di bandingkan dengan kulit induk lele betina

-lele betina
kepala lebih besar dibandingkan dengan kepala induk lele jantan.warna kulit dada agak
terang.kelamin berbentuk oval berwarna kemerah merahan lubangnya agak lebar dan terletak
di belakang anus .gerakan nya lambat tulang kepala pendek dan agak cembung.perut nya
lebih besar dan lunak

6.syarat induk lele yang baik


-kulit induk lele betina lebih kasar di bandingkan dengan kulit lele jantan
-induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup
di kolam sejak kecil
-berat badannya berkisar antara 100-200 g.bergantung pada kesuburan badan dengan
ukuran panjang 20-25 cm
-bentuk bada simetris,tidak bengkong,tidak cacat,tidak luka dan lincah
-umur induk jantan >7 bulan,sedangkan induk betina berumur >1 tahun
-frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali,dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih
dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung protein yang cukup
4. Pemijahan induk lele

Ada beberapa proses yang harus dilakukan untuk melakukan bisnis usaha pembibitan atau
pemijahan ikan lele. Secara ringkas apa saja yang harus dilakukan adalah persiapan,
pelaksanaan dan penyelesaian. Adapun untuk persiapan ada beberapa hal yang harus
disiapkan yaitu meliputi.
1. Kolam, ukuran kolam untuk pemijahan tidak dibutuhkan sangat besar tapi juga tidak
sangat kecil, karena ketika proses pembuahan antara lele jantan dan betina
membuthkan ruang yang sedang untuk bergerak. Adapun untuk ukuran kolam
pemijahan ikan lele minimal panjang 2 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 0.5
meter. Sebelum kedua induk ikan lele dimasukan kedalam kolam pemijahan terlebih
dahulu kolam dikeringkan sampai dengan tiga hari. Jika kolam tersebut terbuat dari
semen dan baru saja selesai pembuatannya, alangkah baiknya kolam dijernihkan
dengan cara merendam kolam selama 15 hari. Sebenarnya untuk pembuatan kolam
pemijahan tidak harus berasal dari semen, dengan terpal pun bisa.
2. Air, setelah kolam benar-benar bersih dari unsur Ph (meskipun tidak bisa bersih total)
langkah selanjutnya adalah menyiapkan air yang digunakan sebagai habitat ikan lele
yang akan dipijahkan. Air yang bagus untuk pemijahan alangkah baiknya air yang
bersih dan jernih, tidak mengandung Ph yang tinggi. Seperti halnya air sumur
biasanya satu dua tiga sumur mengandung kadar Ph yang tinggi, terlebih air PDAM
atau PAM itu sangat tidak disarankan digunakan sebagai media pemijahan lele,
karena air PDAM mengandung unsur kaporit yang cukup besar. Proses pemberian air
pada kolam yang telah didiamkan sehari seperti biasa saja, hanya untuk ukuran
volume air bisa diisi sampai dengan kolam yang akan dijadikan tempat pemijahan
ikan lele. Cara mengurangi kadar Ph yang ada pada air bisa dengan mencampurkan
garam dengan ukuran permeter kubik diberi garam 100 gram
3. Pemilihan indukan, hal ini sangat penting karena ada teori mengatakan jika induknya
bagus maka keturunannya juga bagus, begitu juga dengan ikan lele yang akan
dijadikan sebagai usaha. Untuk menghasilkan maksimal dalam pemilihan indukan
harus memilih ikan yang besar minimal bobot ikan 100 gram. Adapun
untuk batas umur minimal calon induk pemijahan ikan lele adalah empat bulan
4. Kakaban, kakaban ini nantinya yang digunakan ikan lele menaruh telurnya. Adapun
kakaban yang sering digunakan oleh para budi daya ikan lele adalah ijuk. Fungsi dari
kakaban ini digunakan oleh ikan untuk meletakkan calon anaknya yang masih berupa
bertelur, peletakan kakaban bisa dilakukan sore atau pagi hari. Untuk satu induk lele
pemijahan biasanya membutuhkan kakaban sampai dengan empat atau lima kakaban.
Jika kakaban terlalu sedikit maka akan terjadi penumpukan telur ikan yang
nantinya telur-telur tersebut tidak bisa menetas.
Setelah semua persiapan telah selesai, yang harus kita lakukan adalah menaruhikan lele ke
dalam kolam tersebut. Waktu yang tepat untuk meletakan ikan lele yang paling bagus agar
hasil maksimal adalah pada sore hari. Mengapa demkian, hal ini dikarenakan ikan lele akan
melakukan pembuahan dan bertelur pada malam hari.
Pada saat proses pembuahan alangkah baiknya ditutup agar lele tidak bisa keluar dari kolam,
mengingat kolan yang kami gunakan adalah kolam yang kecil, jika tidak ditutup besar
kemungkian ikan akan melarikan diri dengan cara melompat-lompatkan dirinya .
Ketika indukan melakukan pembuahan pada malam hari biasanya pada waktu pagi telur calon
ikan lele sudah banyak, tapi tidak semuanya proses berleturnya ikan lele sangat cepat, bahkan
ada yang sampai dengan 3 hari. Setelah telur sudah terkumpul dalam kakaban langkah yang
harus dilakukan adalahmemisahkan telur dengan indukan ikan lele pijahan, hal ini
dikhawatirkan indukan ikan lele akan memakan telurnya sendiri.
Pada saat itu telur masih kecil, para pengusaha ikan lele tidak langsung memberikan makan
tapi menunggu larva yang ada pada diri calon ikan itu habis. Biasanya larva itu akan habis
sampai dengan 3 atau empat hari.
Itulah cara bisnis budidaya ikan lele, singkat dan tidak begitu detail, oleh karenya saran dan
kritik dibutuhkan agar kualitas artikel ini lebih baik, kritik atau saran bisa melalui kotak
kolom coment yang telah tersedia. Bagi anda yang akan beternak ikan lele anda sukses,
berhasil, dan mampu mendapatkan keuntungan yang slebih atau besar.
5. Cara Menetaskan Telur Lele Hasil Pemijahan

Jika kedua indukan ikan lele sudah diangkat atau dipindahkan, segera kosongkan air
yang ada di dalam kolam pemijahan dengan hati-hati yaitu dengan menggunakan selang.
Upayakan supaya telur ikan lele tidak ikut tersedot masuk. Pengurasan kolam ini
mempunyai tujuan agar membuang sisa-sisa sel sperma dari induk ikan lele jantan yang
mati, sel telur dari induk ikan lele betina yang tidak terbuahi, ataupun telur-telur busuk yang
gagal untuk menetas. Untuk telur yang tidak berhasil dibuahi, sobat bisa buang telur-telur
tersebut menggunakan serokan halus. Telur yang gagal tersebut biasanya berwarna
keputihan, sedangkan telur yang berhasil dibuahi berwarna bening.
Dalam proses atau tahap penetasan, upayakan untuk selalu menjaga kebersihan air.
Ganti secara berkala ketika air sudah kelihatan mulai kotor. Biasanya air harus segera diganti
setiap 2 hari sekali.
Jika tidak terjadi masalah, telur ikan lele yang sudah berhasil dibuahi akan menetas 1
hari setelah pemijahan(perkawinan). Dalam 2 hari setelah penetasan, anakan masih belum
membutuhkan pemberian makanan, karena secara alami tersedia dari kuning telur ikan lele
sisa hasil penetasan. Jika sudah menginjak usia 3 hari setelah penetasan, benih atau anakan
ikan lele bisa diberi pakan berupa pelet halus atau cacing sutra.
6. Cara Pemeliharaan Telur dan Larva Ikan Lele

Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telurnya pada keesokan harinya.
Stadia telur merupakan output dari aktivitas pemijahan ikan, dimana pada saat menetas berubah
menjadi stadia larva. Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat, karena telur
ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan akan menjadi aktif
ketika terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi rusak/koyak ketika dicoba untuk
dicabut.Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang sejalan dengan perkembangan
telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh karena itu, untuk mengurangi faktor
kerusakan/kegagalan telur dalam proses penetasan, induk ikan lele yang telah memijah
diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan induk kembali.

Telur- telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan warna telur kuning cerah kecoklatan,
sedangkan telur-telur yang tidak terbuahi berwarna putih pucat atau putih susu. Lama waktu
perkembangan hingga telur menetas menjadi larva tergantung pada jenis ikan dan suhu. Pada
ikan lele, membutuhkan waktu 18-24 jam dari saat pemijahan.

Penyesuaian Kondisi Suhu


Selain oksigen, faktor kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan penetasan
telur adalah suhu. Sampai batas tertentu, semakin tinggi suhu air media penetasan telur maka
waktu penetasan menjadi semakin singkat. Akan tetapi, telur menghendaki suhu tertentu (suhu
optimal) yang memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur yang maksimal, sehingga ketika
telur menetas diperoleh larva yang berukuran lebih besar dengan kelengkapan organ yang lebih
baik dan dengan kondisi kuning telur yang masih besar. Pada ikan lele, suhu optimum yang
baik untuk penetasan telur adalah sekitar 29-31o C.

Penyediaan Oksigen Terlarut


Selama proses penetasannya, telur-telur tersebut membutuhkan suplai oksigen yang cukup.
Oksigen tersebut masuk ke dalam telur secara difusi melalui lapisan permukaan cangkang telur.
Kebutuhan oksigen optimum untuk kegiatan penetasan telur ikan lele adalah > 5 mg/L. Oksigen
tersebut dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu (1) memberikan aerasi dengan bantuan
aerator; (2) menciptakan arus laminar dalam media penetasan telur; (3) mendekatkan telur
kepermukaan air, karena kandungan oksigen paling tinggi berada dibagian paling dekat dengan
permukaan air. Selain oksigen, untuk keperluan perkembangan, diperlukan energy yang
berasal dari kuning telur (yolk sac) dan kemudian butir minyak (oil globule). Oleh karena itu,
kuning telur terus menyusut sejalan dengan perkembangan embrio. Energi yang terdapat dalam
kuning telur berpindah ke organ tubuh embrio.
Pencegahan Serangan Penyakit pada Telur
Telur- telur ikan lele akan menetas dalam waktu 18-24 jam setelah pemijahan terjadi. Embrio
terus berkembang dan membesar sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan bahkan
tidak sanggup lagi mewadahinya, maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh pangkal sirip
ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva. Pada saat itu telur
menetas menjadi larva. Untuk memperlancar proses penetasan, air sebagai media penetasan
telur diusahakan terbebas dari mikroorganisme melalui beberapa upaya, yaitu (1)
mengendapkan air untuk media penetasan telur selama 3-7 hari sebelum digunakan; (2)
menambahkan zat antijamur seperti methylen blue, kedalam media penetasan; (3) menyaring
dan menyinari air yang akan digunakan untuk penetasan dengan menggunakan sinar ultraviolet
(UV); (4) menggunakan air yang bersumber dari mata air atau sumur. Setelah semua telur
menetas, maka untuk menghindari adanya penyakit akibat pembusukan telur yang tidak
menetas, kakaban/substrat tempat pelekatan telur ikan lele diangkat dari wadah penetasan dan
untuk memperbaiki kualitas air pemeliharaan larva, maka dilakukan pergantian air sebanyak
dari volume wadah. Pergantian air dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi air menjadi
baik, sehingga layak dijadikan sebagai media pemeliharaan larva.

Pengelolaan Kualitas Air Larva


Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul didasar bak penetasan.
Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama pemeliharaan dilakukan pergantian air
setiap 2 hari sekali sebanyak 50-70 %. Pergantian air ini dimaksudkan untuk membuang
kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur yang tidak menetas dan mati. Kotoran-kotoran
tersebut apabila tidak dibuang akan mengendap dan membusuk di dasar perairan yang
menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang larva. Pembuangan kotoran tersebut
dilakukan secara hati-hati agar larva tidak stress atau tidak ikut terbuang bersama kotoran.

Pemberian Pakan Larva


Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan panjang tubuh 0,75-1
cm, serta belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva tersebut
masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan
makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk
keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran pencernaan. Kuning
telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan
organ tubuh larva. Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari
(saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang
memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam
mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan
dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi. Salah satu contoh
pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning
telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air),
Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan
frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan
tidak ada pakan yang tersisa.

Jadwal Pemberian Pakan Larva Lele


o Emulsi kuning telur: Hari ke 4-5
o Artemia sp: Hari ke 6-13
o Daphnia sp: Hari 12-17
o Tubifex sp: Hari 17-21
7. Pendederan ikan lele
Pendederan lele yaitu proses pembesaran lele hingga berukuran siap jual, yaitu 5 7 cm, 7
9 cm dan 9 12 cm dengan harga berbeda. Pada permukaan kolam pendederan diberi
pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu
air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele
dipindahkan ke kolam pendederan ini.
1. . Pendederan Tahap Pertama
Budidaya lele tahap ini merupakan teknik budidaya lele untuk membesarkan bibit
ikan lele berukuran 1-3 cm menjadi bibit ikan lele berukuran 3-5 cm dengan waktu
budidaya selama 2-3 minggu.

o
Penebaran Bibit
Kepadatan penebaran bibit antara 500-750 ekor/m2. Sehingga untuk kolam budidaya
lele seluas 10 m2 bisa ditebar bibit sebanyak 5.000-7.000 ekor. Penebaran bibit ikan
lele harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
berikut cara penebaran bibit ikan lele untuk mengurangi resiko stres dan luka :
Pemindahan dilakukan pada pagi hari atau sore hari pada saat suhu air belum
terlalu tinggi
Pengambilan bibit ikan lele menggunakan jaring berukuran rapat serta lembut.
Bibit ditempatkan menggunakan wadah yang sudah diisi air dari kolam penebaran
larva.
Setelah wadah cukup penuh, bibit segera dipindah ke kolam penebaran. Wadah
dimasukkan dalam kolam pendederan sampai air kolam masuk ke dalam wadah.
Dengan cara demikian bibit akan berenang keluar dari wadah dengan sendirinya.

Pengaturan Air
Kualitas air kolam pendederan perlu dijaga, caranya air mengalir sistem paralon
secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar.
Pakan tambahan diberikan dalam jumlah sedikit, berbentuk tepung untuk
menopang pertumbuhannya, sehingga tidak menimbulkan endapan sisa pakan yang
bisa menurunkan kualitas air.
Pemberian Pakan Tambahan
Bibit ikan lele berukuran 1-3 cm ,pada minggu pertama tidak perlu diberikan pakan
tambahan.
Bibit ikan lele akan memakan pakan alami yang tersedia di kolam, seperti plankton,
kutu air (Daphnia sp.) atau cacing sutra (Tubifex sp.).
Pada minggu kedua sampai ketiga perlu diberi pakan tambahan dalam bentuk
tepung.

Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama pada pendederan meliputi, ular, burung, kadal, serta katak. Pencegahan dapat
dilakukan menggunakan anyaman bambu untuk menutup permukaan kolam.
Sanitasi di areal kolam, agar kedatangnya dapat ditekan.
Pencegahan penyakit bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan air serta
pengaturan pH air. pH air berkisar 6,5-6,8. Pengukuran pH air bisa menggunakan
kertas lakmus atau pH tester.
Apabila bibit lele menunjukan tanda-tanda terserang penyakit terutama jamur, bisa
diberikan Malachite Green Oxalite 1-5 ml atau Methylene Blue 10 ml per 1 meter
kubik air.

Seleksi Bibit
Seleksi pertama, Setelah berumur 18 hari bibit ukuran 3-5 cm menggunakan
ayakan. Dapat dipanen untuk dibesarkan pendederan tahap kedua, bahkan dapat
langsung dijual karena memiliki kecepatatan pertumbuhan yang baik.
Seleksi kedua, saat bibit telah dipelihara selama 21 hari. Kualitas bibit ini sedikit di
bawah bibit hasil seleksi pertama.
Bibit yang tidak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan bibit sisa. Bibit ini
dapat terus dibesarkan hingga mencapai 3-5 cm.

Pada Pendederan tahap kedua


tidak beda jauh dengan pendederan tahap pertama, hanya kepadatan penebaran harus
dikurangi menjadi 250-300 ekor/m2.
8. Teknik pembesaran ikan lele
Adapun teknik pembesaran ikan lele diantaranya sebagai berikut :
1. Pemilihan benih ikan lele dalam setiap budidaya lele tak lepas dari pemilihan
benih ikan lele yang akan dibudidaya, pilihlah benih lele yang cepat tumbuh
besar,berkualitas,dan tahan terhadap serangan penyakit.sebaiknya benih lele
yang dipilih seperti benih lele dumbo dan sangkuriang karena jenis lele
tersebut mampu lebih cepat tumbuh besar dibanding dengan jenis lele yang
lainnya,untuk ukuran benih yang dipilih sebaiknya pilih yang sebesar ibu jari
2. Pemilihan Pakan/pelet,pilih pelet yang berprotein tinggi agar lele bisa tumbuh
dengan cepat
3. Waktu/jadwal pemberian pakan Untuk pembesaran lele dengan cepat sebaiknya
pemberian pakan/pelet diberikan sebanyak 3 kali sehari,dalam pemberian pakan
ini kitapun juga harus memperhatikan ukurannya, sebaiknya pemberian pakan
dengan perbandingan 1:1/2:1 yang artinya pada pagi hari 1,siang 1/2,dan sorenya
1.
4. Pemilihan kolam Untuk pembesaran gunakan kolam terpal, karena kolam terpal
mudah diatur disamping itu penggantian airnya juga relatif lebih mudah
5. Penggantian air Dalam waktu 3 bulan masa pembesaran,sebaiknya ganti air
sebanyak 1 kali pada 1,5 bulan setelah penebaran,hal ini bertujuan agar ikan lele
tidak mudah mati.pemberian pakan yang sering juga membuat air cepat keruh dan
menyebabkan banyak ikan yang mati
6. Menjaga Kesehatan Ikan Supaya proses pembesaran lele dapat berjalan dengan
baik, gunakan pribiotik untuk menjaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai