Anda di halaman 1dari 12

Nama surat kabar : Kompas Perjuangan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Edisi : 1 Oktober 2012

Jumlah halaman :15 halaman

Political Marketing atau yang sering disebut marketing politik, terhitung sebagai

fenomena baru dalam jagat politik. Dalam ranah ini, ilmu marketing atau pemasaran diterapkan

dalam kancah politik. Selain soal kualitas kandidat atau partai yang menjadi modal utama, jurus-

jurus pemasaran jitu dalam menggaet public pun menjadi cara untuk menarik hati para pemilih.

Hal itu sudah terbukti pada kemenangan Barrack Obama pada pemilihan presiden Amerika

Serikat pada tahun 2008, dan yang terbaru adalah kemenangan pasangan Jokowi-Ahok dalam

memenangkan kursi gubernur DKI Jakarta.

Dari kemenangan Obama dan Jokowi ini menunjukkan adanya catatan penting terutama

memenangkan persaingan politik dengan menggunakan senjata sakti yakni marketing politik.

Strategi yang mereka gunakan menitikberatkan pada cara meraih simpati publik. Di antaranya,

mulai dari segmentasi pasar( mengindentifikasi jenis-jenis pemilih), positioning(penempatan diri

yang menarik simpati khalayak), diferensiasi(pembedaan dengan yang lain sehingga terlihat

lebih seksi), branding(pencitraan di media dan jejaring sosial) dan strategi kampanye yang

baik, terkait dengan push, pull, dan pass strategi,.

Strategi-strategi di atas dilakukan dengan berbasis 3 pendekatan untuk mencari dan

memperoleh dukungan politik yakni:

Push Marketing, yaitu kandidat atau partai politik berusaha mendapatkan dukungan politik

melalui stimulant yang diberikan lansung kepada pemilih.


Pass Marketing, yakni pemasaran produk politik melalui orang atau kelompok berpengaruh

yang mampu mempengaruhi opini pemilih.

Pull Marketing, merupakan pemasaran produk politik melalui media massa, yang

menitikberatkan pada image atau citra produk politik tersebut.

Berikut analisis Political Marketing yang digunakan Barack Obama dalam

memenangkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2012.

Kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun

2008 adalah sebuah fenoma besar. Obama menjadi presiden kulit hitam pertama dalam sejarah

Amerika Serikat. Namanya yang terdengar ganjil, pengalaman politik yang minim, dan latar

belakang kehidupan yang tidak banyak diketahui orang, sempat membuatnya menjadi kandidat

yang diremehkan. Petinggi Partai Demokrat lebih memperhitungakan Hillary Clinton sebagai

penantang kuat Senator John McCain, calon presiden dari partai republic. Namun Obama mampu

membuyarkan semua prediksi dan analisis. Dari awalnya bukan siapa-siapa hanya seorang

mantan pekerja social di kota Chicago dan senator muda wakil Negara Bagian Illinois yang

pengalamannya sebatas menggolkan satu undang-undang federal. Obama melesat menjadi lawan

tangguh McCain, sebelum akhirnya mengalahkannya telak. Adapun Political Marketing yang

digunakan oleh Barack Obama dalam memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat adalah:

Pencitraan dan Ketepatan Mengangkat Isu

Dalam hal pencitraan ini, Obama juga mencitrakan dirinya sebagai agen perubahan

dengan jargon Perubahan yang diusung di setiap kampanyenya. Obama berjanji akan merubah

ekonomi Amerika Serikat yang sudah hancur lebur ditimpa badai krisis. Selain tampak sebagai

pria yang setia dan menyayangi keluarganya, Obama juga mampu menampilkan kepribadian
yang tenang, mau mendengarkan, aspiratif, inspiratif, dan stabil. Inilah yang menjadikan dia

dinilai sebagai sosok pemimpin yang kuat dan pengertian. Berbeda dengan McCain, yang

tampak labil dan selalu terburu-buru. TemaCHANGE, We Can Believe In. menjadi inti pesan

kampanye politik Obama yang mampu menyihir, mengaduk-aduk emosi, serta sekaligus member

harapan bagi banyak orang Amerika yang pesimis dan sinis dengan ulah para elit yang hampir-

hampir menenggelamkan Negara itu dalam keterpurukan. Tiga isu utama itu, adalah

pengurangan pajak bagi 95% warga, revitalisasi pendidikan, kesehatan dan energi, serta

penggunaan kekuatan militer secara lebih bijak dan efektif menjadikan pesan kampanye yang

dibawakannya menonjol dan seksi.

Gaet Massa Mengambang

Pakar komunikasi dari Emerson Colleges, Amerika Serikat, Prof.J.Gregory Payne,PhD.

Mengungkap keberhasilan Barack Obama dalam Pemilihan Presiden AS. Ada dua kunci

kesuksesan Obama dalam memenangi Pemilihan Presiden AS beberapa waktu lalu,katanya. Ia

menyebutkan, dua kunci kesuksesan Obama itu adalah kepandaian melibatkan kalangan muda

dan penguasaan teknologi informasi. Memang, Obama dengan jeli berhasil meraih segmen pasar

muda, kulit hitam dan kulit berwarna putih dari kalangan intelektual perguruan tinggi. Dengan

slogannya,Change, We Can Believe In, dalam kampanyenya, yang berisikan isu-isu tentang

persatuan, merangkul semua ras, mengembalikan kehormatan Amerika, setelah dianggap rusak

oleh pemerintah Bush, sangat mempengaruhi kaum muda dan moderat yang sudah jenuh dengan

Pemerintahan Geoge W Bush, yang banyak mendapat kecaman karena permasalahan kartel

politiknya dengan pengusaha, dan konfrontasinya dengan negara-negara dunia ketiga.

Kampanye yang Efektif


Cara berkampanye Obama pun berbeda dengan calon presiden AS lainnya dan calon

presiden AS sebelumnya. Kalau calon presiden lain menjadikan elit partai politik dan media

massa untuk mengkampanyekan dirinya. Tapi Obama tidak,kata Gregory Payne. Menurut dia,

masyarakat lah yang mengkampanyekan Obama melalui situs-situs dan video.Bahkan seorang

selebritis pun turut mengkampanyekan Obama dengan membuat video klip yang disiarkan secara

berulang-ulang di MTV,katanya sambil menunjukkan video klip artis seksi yang sedang

membawakan pidato kampanye Obama dalam irama rap.

Individu di Balik Layar

Individu di balik layar yang disebut sebagai desainer utama kemenangan Obama adalah

David Plouffe. Plouffe adalah seorang political strategist yang diangkat menjadi kepala manajer

kampanye Obama. Sebelum menanggani kampanye presiden Barack Obama, Plouffe adalah

konsultan politik yang bergabung dengan firma konsultan kampanye AKPD Message and Media

sejak tahun 2000. Sebelum bergabung dengan AKPD, pria kelahiran Delaware, 27 Mei 1967 ini

memulai karirnya dengan bekerja mengatur kampanye beberapa orang senator Partai Demokrat

seperti senator Tom Hankin(1990 dan 1992), John Olver(Massachussets), Jaksa Agung Delaware

Charles M.Oberly, dan Bob Torricelli dari New Jersey. Selain kapasitas pribadinya yang

memang cerdas , memiliki bakat kepemimpinan, simpatik, dan memiliki karisma tinggi, Obama

memiliki organisasi kampanye arahan David Plouffe dan Axelrod yang sangat efektif bahkan

lawan politiknya sekalipun memujinya sebagai organisasi yang brilian. Dia menang dengan

strategi yang rapid an terarah, tanpa banyak terganggu oleh konflik internal yang tak perlu.

Kemengan pada Kaukus lowa


Kemenangan Obama di lowa memukul telak kandidat Demokrat lain, dan mengendurkan

kekuatan Hillary Clinton, pesaing utamanya. Khususnya lowa, tim kampanye Obama

membangun sebuah organisasi yang cukup kuat untuk menggalang pendukung local. Demikian

loyalnya dukungan, hingga pada cuaca beku bulan Januari sekalipun mereka tetap bersemangat

menghadiri debat dan bergerak secara swadaya mengumpulkan dukungan tambahan dari

tetangga-tetangga mereka. Sepuluh ribu suara tambahan yang diperoleh dari upaya ini menjadi

kunci kemenangan lowa, sekaligus mengungkap strategi besar tim kampanye Obama yakni

menciptakan koalisi yang luas untuk meraih pemilih baru, dan mencatat dengan baik setiap

dukungan tambahan yang masuk.

Dukungan Ted Kennedy

Pasca kaukus lowa, competitor Demokrat lain berguguran, kecuali Hillary Clinton. Ini

mengakumulasi dukungan menjadi dua besar menjelang Super Tuesday(pemilihan yang

diadakan di banyak Negara bagian sekaligus Hari Selasa, yang hasilnya sangat menentukan bagi

kandidat yang akan dicalonkan Partai Demokrat sebagai presiden). Pada situasi kritis tersebut,

Ted Kennedy sebagai wakil tak resmi Dinasti Kennedy yang legendaries dan dihormati rakyat

Amerika serikat menyatakan dirinya mendukung Obama.

Gerilya Melalui Media Sosial

Pada awalnya orang menggangap media sosial seperti Facebook, Twitter, dan YouTube

hanya sebagai sesuatu yang bersifat iseng dan main-main. Namun tim kampanye Obama berpikir

sebaliknya. Mereka mengumpulkan dukungan melalui media-media online tersebut, dan hal itu

disambut oleh kalangan muda sebagai langkah yang cool, juga memperlihatkan kalau Obama

cukup melek dengan teknologi dan sejiwa dengan mereka. Konsep jejaring social yang dilakukan
di internet seperti Facebook dan My Space dikombinasikan dengan database yang akurat dan

selalu diperbarui akhirnya berhasil menggerakan para sukarelawan pendukung Obama untuk

bergerak di lapangan dengan efektif.

Sukarelawan dan Penggalangan Dana

Dibanjiri dana yang dikumpulkan dari contributor besar maupun kecil, Obama

merupakan kandidat presiden pertama sejak 1976 yang menggunakan dana sumbangan dari

rakyat bukan dana pemerintahan untuk kampanye. Dukungan dana yang melimpah membuatnya

leluasa bergerak, mengirim staf kampanye ke seluruh penjuru negeri bahkan berhasil menguasai

Negara-negara bagian yang dulunya belum pernah dimenangkan Partai Demokrat selama

bertahun-tahun. Media juga digelontori dengan iklan-iklan kampanye besar-besaran, yang

intensitasnya tidak dapat disaingi McCain. Bahkan kubu Obama berani menolak jatah dana

kampanye dari pemerintah sebesar US$85 juta karena percaya diri mampu meraup dana

swadaya, salah satunya melalui teknologi internet dalam menggalang dana, menjual pernak-

pernik, kaus, topi, dan lain-lain

Bekerjasama dengan Clinton

Pertempuran panjang dan melelahkan dengan Obama, membuat banyak pendukung

Clinton frustasi bersikap apatis. Merka sadar Clinton akan kalah, namun menyatakan diri tak

akan mendukung Obama. Kondisi ini coba dimanfaatkan oleh McCain, dengan berusaha menarik

pendukung Clinton agar beralih mendukungnya. Menyadari hal tersebut, Hillary Clinton berbalik

arah dari seteru menjadi sekutu Obama. Mereka bekerja sama untuk mencegah agar dukungan

Demokrat tidak terpecah. Persatuan ini dikukuhkan dengan momen dramatis pada konvensi

Partai Demokrat di Denver, ketika Hillary dalam pidatonya meminta partai mencalonkan Obama
secara aklamasi, mengakhiri intrik dan dualisme yang terjadi untuk bersatu mengalahkan

McCain dan partai Republik.

Debat yang Menentukan

Obama memenangkan keseluruhan tiga seri debat di depan public. Penampilan debatnya

yang tenang, artikulasi yang cerdas, serta bahasa tubuh yang sopan yang memberinya banyak

kredit di mata pemilih. Dia tak terlihat seperti orang yang setahun lalu, bukanlah siapa-siapa,

tetapi layaknya tokoh besar yang memiliki banyak pengalaman, dan itu kian menenggelamkan

pamor McCain dengan sia-sia berusaha mengimbangi kharisma Obama.

Selanjutnya, Politican Marketing tidak hanya diaplikasikan Barack Obama saja namun di

dalam negeri Indonesia ini juga ada yang mengaplikasikan Politican Marketing untuk

memenangkan kampanye dan memperoleh dukungan dari kalangan publik. Seperti yang

dilakukan oleh pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahya

Purnama atau yang lebih dikenal dengan nama Jokowi-Ahok dalam pemilihan Gubernur DKI

Jakarta. Adapun strategi Politican Marketing yang mereka gunakan adalah sebagai berikut:

Kampanye di kantong-kantong Foke-Nara

Kampanye di kantong-kantong kubu lawan terbukti ampuh. Hal ini yang diterapkan oleh

tim sukses Jokowi-Ahok dalam putaran kedua pemilihan gubernur Jakarta. Pada masa

kampanye, keduanya tampak melakukan kampanye di Menteng Dalam, Jakarta Selatan, kota

Bambu Selatan, Jakarta Barat, Kemayoran, dan Jakarta Pusat yang tak lain adalah kantong-

kantong suara kubu lawan, Foke-Nara.

Memanfaatkan Debat Publik


Jokowi-Basuki menyiapkan lembaran presentasi yang menunjukkan program-program

yang akan dilaksanakan. Lembaran itu dimaksudkan agar warga tidak merasa diberi janji kosong.

Pada debat publik ini, Jokowi menunjukkan lembaran kertas kampong susun dan system

transportasi yang akan dikembangkannya. Inilah nilai plus pasangan Jokowi-Ahok.

Tidak Memaksa Publik Memilih Nomer 3

Inilah marketing politik yang unik. Dengan sosok yang low profile, pada setiap

kampanye, pasangan Jokowi-Ahok tidak pernah memaksa public untuk memilih urutan no 3,

yang tak lain adalah nomor urutannya.

Kami tidak pernah bilang, pilih ya kami nomor 3. Tidak pernah. Kami hanya ajak warga

pilih pemimpin yang bersih dan professional Kalu sudah begitu lihat kami, lalu bandingkan

dengan kandidat lain. Kalau kandidat lain lebih bersih, pilih dia jangan kami. Ini terus yang kami

ajak.kata Basuki atau Ahok

Mendekati Kelompok menengah/ Massa Mengambang

Tim pendukung calon gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sukses mengenggam

dukungan klelompok menengah. Hal itu terungkap dalam laporan utama majalah Tempo edisi 24

September-29 Septembe berjudul #Jokowinner. Mereka misalnya, berhasil menggarap kelompok

supir taksi Jakarta. Itu yang terjadi saat Joko Widodo turun di bandara Soekarno-Hatta,

Cengkareng, Tangerang, keluar dari pintu 2F, Joko Widodo diserbu penumpang di terminal

kedatangan dalam negeri bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Setelah bersalaman dan foto-

foto, Jokowi ngeloyor menuju pangkalan taksi.


Sang kandidat menyapa para sopir, bersalaman, dan membiarkan dia jadi obyek foto-foto.

Strategi menggarap kalangan menengah ke bawah berhasil mendorong perolehan suara Jokowi,

yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama.

Hasil exit poll Saiful Mujani Research dan Consulting pada hari pemilihan menunjukkan

sebagian besar pemilihan menunjukkan sebagian besar pemilih yang berpenghasilan lebih dari

Rp 3 juta dan punya kendaraan memberikan suara buat Jokowi. Apalagi masyarakat Jakarta bisa

dikatakan majemuk, dengan kalangan menengah yang cukup menentukan suaranya.

Dukungan Mesin Partai

Tidak hanya sosok charisma, banyak factor yang menyebabkan kemenangan di kubu

Jokowi. Politisi Senior PDI Perjuangan, Hamka Haq, menyerukan agar semua pihak tidak

termakan provokasi kemenangan Jokowi-Basuki di Jakarta tak ada kaitan dengan hasil kerja

mesin partai. Dia mengakui, saat ini berkembang opini kemenangan Jokowi-Basuki disebabkan

figure semata.

Padahal, menurut Hamka, yang juga mengetuai Baitul Muslimin Indonesia(Bamusi),

organisasi sayap PDI Perjuangan, banyak factor yang menyebakan kemenangan Jokowi.

Menurutnya, Kharisma ketua umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, yang menjadi

magnet wong cilik untuk Jokowi dan yang membuat pengurus ranting itu berani melawan

intimidasi Pengurus RW/RT se-DKI Jakarta.

Dukungan Tiga Tokoh Kharismatik Nasional

Pasangan Jokowi-Ahok didukung tiga tokoh kharismatik Nasional, yaitu Megawati

Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla.


Jemput Bola dan Peran Media

Ada dua factor yang menjadi kunci utama kemenangan Jokowi-Ahok dalam pilgub DKI

Jakarta. Pertama adalah intens-nya Jokowi mengadakan pertemuan langsung dengan warga

sebagai cara kampanye, dan kedua adalah gencarnya pemberitaan media tentang aktivitas

Jokowi. Hal itu, disampaikan oleh Eep Saefulloh Fatah, CEO Polmark Indonesia, lembaga

survey dan konsultan politik yang menjadi salah satu tim sukses Jokowi-Ahok, ketika ia

berbicara pada sebuah seminar yang diselenggarakan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, hari

ini(24/9).

Eep membeberkan dengan rinci ada on tapi ada juga yang off the record strategi Jokowi

menarik suara warga Jakarta. Menurut Eep, yang mengakui resmi menjadi konsultan politik

Jokowi pada April lalu, sejak awal Jokowi sudah bertekad untuk tidak berkampanye melalui

iklan televise maupun baliho.Sebab setelah kami survey, sumbangan dari baliho maupun atribut

sejenis hanya 3, 5 persen.kata Eep

Sukarelawan dan Jejaring Sosial

Yang tidak kalah penting adalah peran sukarelawan/relawan dan peran jejaring sosial dan

internet, baik itu facebook, twitter, youtube, dan lainnya. Dalam jagat kampanye gubernur di

Indonesia, baru kali inilah dilibatkan peran relawan dalam menggaet simpatik public. Selain itu

jejaring social juga menjadi sarana yang cukup ampuh dari kubu Jokowi-Ahok dalam mencari

simpati masyarakat yang kebanyakan sudah melek teknologi.

Pencitraan kuat
Jokowi dinilai menang dari sisi pencitraan dalam hal kepribadian, dibandingkan

lawannya Gubernur Pertahanan Fauzi Bowo yang dipandang arogan. Dengan jersey baju kotak-

kotak dan slogan Jakarta Baru, Jokowi-Ahok dicitrakan sebagai sosok yang bisa mengentaskan

Jakarta dari masalahnya yang lama.

Sebagian besar public kepada personality. Dari pencitraan, Jokowi baru masuk sekitar

lima bulan sebelum Pilkada, dan mampu mengalahkan Foke yang telah menjabat selama lima

tahun. Ini pencitraan luar biasa.ujar Wakil Direktur Eksekutif Jaringan Suara Indonesia(JSI),

Fajar S Tamin

Hal ini haruslah menjadi pelajaran bagi(kontestan) pemilu maupun Pemilukada

berikutnya.Pencitraan itu penting. (Harus) dipersiapkan sosok yang lebih humble. Kemenangan

Jokowi merupakan pembelajaran (soal) pencitraan yang cukup baik.ungkap dia

Strategi Marketing Jitu

Chief Strategy Consultant ARRBEY Handito Joewono mengatakan fenomena

kemenangan Jokowi-Ahok bisa disamakan sepertiperang antara Apple dan Samsung di pasar

smartphone dunia yang menampilkan Jokowi-Ahok sebagai salah satu brand, dengan Samsung

dan Apple sebagai dua brand lainnya.

Memang betul-betul member inspirasi di dunia nyata bagi kita bagaimana starategi

pemasaran yang breaktrough diimplementasikan,kata Handito, di Kampus Sekolah Tinggi

Manajemen PPM

Menurutnya, Apple, Samsung dan Jokowi-Ahok memang sebuah fenomena terobosan

inovasi pemasaran. Ketiga merek fenomenal itu juga berhasil merengguk keberhasilan penjualan
smartphone dan penjualan raihan suara pemilih. Terdapat dua terobosan penting yang

ditampilkan oleh brand Jokowi-Ahok, Apple, Samsung yakni yang diterapkannya Marketing

Innovation to Leverage a Breaktrough sehingga menghasilkan efek sales yang kuat dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai