Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas referat ini penulis susun sebagai bahan tambahan dalam pengetahuan dan
pendidikan di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya dalam kepaniteraan klinik Ilmu
kesehatan Anak FK UPN Veteran RSUP Jakarta.
Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dokter pembimbing
karena memberikan ilmu dan waktu yang sangat berharga bagi penulis dalam pembuatan
tugas referat ini.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa tidak dapat luput dari suatu kesalahan.
Oleh karena itu , penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan tugas penulis di masa yang akan datang.

Jakarta, November 2005

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI .........................................

II.2 KLASIFIKASI dan PATOFISIOLOGI .........................................

II.3 GEJALA KLINIS .........................................

II.4 DIAGNOSIS .........................................

II.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................

II.6 PENATALAKSANAAN ........................................

BAB III. KESIMPULAN ........................................

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ........................................


BAB I
PENDAHULUAN

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak
yang sedang tumbuh kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. 1 Anak membutuhkan
lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat badannya, karena sebagian dari
makanan tersebut harus disediakan untuk pertumbuhan dan pertukaran energi yang lebih
aktif. 2 Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan, dan
anak masuk kedalam kondisi gizi kurang (Undernutrition) dan gizi buruk (Malnutrition).
Tetapi makan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat menyebabkan obesitas.
Kedua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak. 1
Lebih dari 80 persen kasus gizi buruk atau malnutrisi berkaitan dengan
kemiskinan, ketidakmampuan keluarga, dan faktor lain seperti keadaan lingkungan yang
jelek, penyediaan air bersih yang kurang, tingkat pendidikan, dan pengetahuan orang tua
yangrendah3
Hal ini terlihat bahwa sejak krisis terjadi tahun 1997, keadaan gizi kurang hanya
17,68%, gizi buruk 0,52%, dan tahun 1998 menunjukkan lonjakan tinggi, yakni gizi
kurang meningkat 7,07% menjadi 24,76% dan gizi buruk meningkat 1,34% menjadi
1,86%.3
Perubahan yang terjadi pada kasus gizi buruk dari tahun ke tahun memang tidak
sedrastis pada gizi kurang, meskipun demikian fluktuasinya menunjukkan kecenderungan
menurun. Kondisi ini terlihat pada tahun 2003, status gizinya kurang turun sebesar 12 %
dari24,76%menjadi12,76%.3.
Prevalensi gizi kurang khususnya pada balita yang dipantau melalui kegiatan
pemantauan status gizi (PSG) pos pelayanan terpadu (posyandu) yang dilakukan secara
rutin setiap tahun sekali menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Malnutrisi merupakan suatu ketidakseimbangan antara suplai nutrisi dan energi
terhadap kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi spesifik
lainnya.4
Malnutrisi energi protein ( MEP ) adalah penyakit atau keadaan klinis yang
diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi, dapat karena asupan nutrisi yang
kurang atau kebutuhan atau keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersama-
sama. 5

II.2 Klasifikasi dan Patofisiologi


Penilaian status gizi seseorang secara klinis dilakukan terutama dengan inspeksi
dan palpasi. Pada Inspeksi secara umum dapat dilihat bagaimana proporsi atau postur
tubuhnya, apakah baik, kurus atau gemuk. Juga dinilai apakah ada kelainan yang
menyebabkan proporsi tubuh berubah. Penilaian status gizi dilengkapi dengan data
antropometri dan pemeriksaan laboratorium. 6
Cara klasifikasi penentuan status gizi anak adalah sebagai berikut: 1
1. BB terhadap Umur
a. Klasifikasi menurut Gomez
- Baku Boston
- Cara: % dari median
- Klasifikasi
> 90 % : Normal
90 - 75 % : Malnutrisi ringan ( grade I )
75 61 % : Malnutrisi sedang ( grade 2 )
60 % : Malnutisi berat ( grade 3 )
b. Klasifikasi menurut Jelliffe
- Baku Boston
- Cara: % dari median
- Klasifikasi
110 90 % : Normal
90 81 % : Malnutrisi ringan ( grade 1 )
80 61 % : Malnutrisi sedang ( grade 2 dan 3 )
60 % : Malnutrisi berat ( grade 4 )
c. Klasifikasi menurut WHO
- Baku NHCS
- Cara persentil
- Klasifikasi
Persentil ke 50-3 : Normal
Persentil 3 : malnutrisi
d. Klasifikasi di Indonesia
- Baku Boston
- Cara: % dari median + kenaikan BB
- Klasifikasi
Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian
kenaikan BB dicatat di KMS. Bila terdapat kenaikan tiap
bulan adalah normal, bila tidak terdapat kenaikan: resiko
terjadinya gangguan pertumbuhan.

2. TB terhadap Umur
a. Kanawati dan McLaren
- Baku: Boston
- Cara: % dari median
- Klasifikasi
95 % : Normal
95 90 % : Malnutrisi ringan
90 85 % : Malnutrisi sedang
85 % : Malnutrisi berat
b. CDC/WHO
- Baku: NHCS
- Cara: % dari median
- Klasifikasi
90 % : Normal
< 90 % : Stunted / malnutrisi kronis

3. BB terhadap TB
a. McLaren / Read
- Baku: Boston
- Cara: % dari Median
- Klasifikasi
110 90 % : Normal
90 85 % : malnutrisi ringan
85 75 5 : malnutrisi sedang
< 75 % dengan atau tanpa edema: malnutrisi berat
b. Waterlow
- Baku: Boston
- Cara: % dari median
- Klasifikasi
110 90 % : Normal
90 80 % : malnutrisi ringan
80 70 % : malnutrisi sedang
< 70 % : malnutrisi berat
c. CDC / WHO
- Baku: NHCS
- Cara: % dari median
- Klasifikasi
85 80 % : malnutrisi ringan
< 80 % : wasting / malnutrisi akut
d. NHCS
- Baku: NHCS
- Cara: Persentil
- Klasifikasi
Persentil ke 75 25 : Normal
Persentil ke 10 5 : malnutrisi sedang
< persentil ke 5 : malnutrisi berat

4. Lingkar Lengan Atas


WHO dan Shakir
- Baku: Wolanski 16,5 cm
- Cara: % dari median
- Klasifikasi
> 85 % atau > 14 cm : Normal
< 76 % atau < 12,5 cm: malnutrisi berat

Secara umum pembagian dari status gizi adalah berikut : 2,6


- Gizi Baik atau Cukup = BB 80 120 % tanpa edema
- Gizi Kurang = BB 60 80 %
- Gizi Buruk
i. Kwasiorkor = BB > 60 % + Edema
ii. Marasmus = BB < 60 % - Edema
iii. Marasmus-Kwasiorkor = BB < 60 % + Edema
- Gizi Lebih = BB > 120 %

Kwasiorkor
Pada kwasiorkor terjadi inadekuat protein dan kandungan kalori yang dapat
hampir normal.4 Kwasiorkor yang klasik, terjadi gangguan metabolik dan
perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Pada penderita
defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam
dietnya. 2
Namum kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai
asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet
terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian
asam amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab
kurangnya pembentukkan albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul edema. 2
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukkan lipoprotein beta sehingga
transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi
akumulasi lemak dalam hepar2
Whitehead berpendapat bahwa derajat malnutrisi lebih berhasil ditetapkan bila
kedua cara pengukuran yakni biokimia dan antropometri digunakan secara
bersama-sama. 2

Marasmus
Pada marasmus terjadi inadekuat dari protein dan kalori. 4
Disini terjadi
pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya kelainan tersebut merupakan
proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi
yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari
tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut2.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi
kebutuhan energi, akan tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena
itu pada marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin2
II.3 Gejala Klinis
Gejala Kwasiorkor : 2
Pertumbuhan yang terganggu, selain berat badan dan tinggi badan kurang
dibandingkan dengan anak sehat
Perubahan mental. Biasanya anak cengeng dan pada stadium lanjut menjadi
apatis
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun yang
berat
Gejala gastrointestinal. Anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya,
sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat
diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar
penderita
Perubahan rambut; rambut mudah dicabut, tampak kusam, kering, halus
jarang dan berwarana seperti warna jagung
Kulit penderita biasanya kering, sering ditemukan hiperpigmentasi dan
persisikan kulit ( Crazy pavement dermatosis = bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan
Pembesaran hati merupakan gejala yang sering ditemukan
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita, bila kwasiorkor disertai
penyakit lain terutama ankilostomiasis maka dapat dijumpai anemia berat,
yang terbanyak normositik normokrom.
Kadar albumin serum yang rendah, globulin yang normal atau sedikit
meninggi, perbandingan albumin/globulin terbalik yakni kurang dari 1, kadar
kolesterol serum rendah
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering juga ditemukan tanda fibrosis,
nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus
Hasil otopsi penderita kwasiorkor yang berat menunjukkan hampir semua
organ mengalami perubahan, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis
tulang dan sebagainya
Gejala Marasmus : 2
Pertumbuhan berkurang atau terhenti
Sering bangun pada waktu malam
Bila menderita diare maka terlihat berupa bercak hijau tua yang terdiri dari
lendir dan sedikit tinja
Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang sehingga turgor kulit
menghilang dan keriput
Pada keadaan berat, lemak pipi menghilang sehingga wajah penderita
seperti wajah orang tua.
Ubun-ubun besar cekung
Tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata tampak besar dan dalam
Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis
Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
Otot atrofi
Mula-mula anak tampak penakut akan tetapi pada keadaan yang lebih
lanjut menjadi apatis

II.4 Diagnosis
Didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Anamnesis
Sejak kapan tubuh makin kurus atau timbulnya edema
Apakah nafsu makan menurun, bila iya sejak kapan
Riwayat makan dan minum sebelum sakit
Riwayat pemberian ASI dan PASI
Penyakit lain: diare, tuberculosis, cacingan atau infeksi lain
Apakah terdapat kelainan pada kulit
Apakah kelainan pada mata, adakah mata cekung yang baru terjadi
Kapan diuresis terakhir
Berat lahir
Riwayat perkembangan psikomotor
Riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisik
BB ( kg ), PB atau TB ( kg ) dibawah normal
Kesadaran atau status mentalis : sadar, apatis, cengeng
Suhu tubuh: hipotermia ( < 36 C, aksila )
Tanda vital lain: nadi, tekanan darah, tanda-tanda kegagalan sirkulasi
Pucat / anemia
Tanda dehidrasi: turgor kulit, mata cekung, mukosa bibir / lidah kering
Mata: tanda defisiensi vitamin A
Mulut: tanda defisiensi vitamin B ( khelosis, atrofi papil )
Rambut: perubahan warna ( pirang ), tekstur ( kasar ), mudah dicabut atau
rontok
Jaringan lemak subkuran tipis atau hilang
Paru: adakah kelainan ( kemungkinan TBC )
Jantung: adakah bising ( PJB atau anemia )
Abdomen: Pembesaran hepar, asites
Extremitas: hipotrofi sampai atrofi otot
Edema: lokasi dibagian tubuh mana
Kulit: dermatosis

Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap, LED
Fungsi hati
Gula darah sewaktu
Elektrolit: K, Na, Cl
Foto thorax
Urinalisa
Analisa tinja ( atas indikasi )

II.6 Penatalaksanaan5
1. Fase inisial ( Resusitasi )
- Atasi: dehidrasi, hipotermia, dan hipoglikemia
- Pemberian Antibiotik
a. Infeksi tidak nyata: Kotrimoksazol
b. Infeksi nyata : Ampisilin IV 100 mg/kg BB/hari dibagi
dalam 4 dosis dalam 2 hari, dilanjutkan peroral
(Ampisilin/amoksilin) dan Gentamisin i.m 5 mg/kg BB/hari
dibagi 2 dosis selama 5 hari
- Nutrisi
a. Energi 80 100 Kkal/kg BB/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari,
berupa F-75 setiap 2 jam siang-malam ( kalau perlu
personde)
b. Vitamin dan mineral
Vit.A: hari 1 & 2: 100.000 SI / i.m atau 200.000 SI /
Oral, kemudian diulang dengan dosis yang sama pada
hari ke 14 atau bila terjadi perburukan klinis atau pasien
pulang sebelum hari ke 14
Asam Folat: 5 mg pada hari pertama, selanjutnya
1mg/hari
MgSo4 40 %: 0,25 ml/kg BB/hari maksimal 2 ml i.m
selama 10 hari
Seng sulfat
c. Pengobatan penyakit penyerta seperti TBC, diare kronik,
Penyakit Jantung Bawaan, dll
2. Fase Transisi
- Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kg BB/hari berupa F-
100, dilakukan secara bertahap
3. Fase Rehabilitasi
- Pemberian makanan tinggi kalori ( 150 220 kkal/kg BB/hari )
- Suplementasi zat besi ( FeSO4 ) 10 mg/kg BB/hari, 3 kali/hari
- Atasi penyebab ( kemiskinan, penyakit, dll )
- Pendidikan tentang gizi dan kesehatan
BAB III
KESIMPULAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. http: // www.republika.co.id
2. Soetjiningsih, dr, Sp.AK. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1995
3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Buku 1.
Info Medika. Jakarta. 2000
4. Donna G Grigsby, MD. Malnutrition. Associate Professor, Department of
Pediatrics, University of Kentucky College of Medicine. Available from:
http://www.emedicine.com. November 2005
5. FKUI-RSCM. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Jakarta: FKUI, 2005.
6. Corry S Matondang, Prof, dr, dkk. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. CV
Sagung Seto. Jakarta. 2003

Anda mungkin juga menyukai