Anda di halaman 1dari 16

Taman Budaya

Taman budaya adalah tempat bagi seniman untuk mengekspresikan kepiawaiannya dalam
berkesenian, khususnya seni tradisional. Tempat ini dibangun oleh pemerintah Jawa Barat
untuk memelihara dan melestarikan seni budaya daerah maupun kontemporer, tidak hanya
kesenian Jawa Barat saja melainkan juga kesenian daerah di seluruh Indonesia. Kesenian
tradisional yang ditampilkan di Taman Budaya banyak diminati oleh wisatawan domestik
maupun wisatawan asing.

Klik gambar di atas untuk menampilkan beberapa foto Taman Budaya yang lebih besar.

Taman budaya juga menyediakan pelatihan seperti latihan gamelan, piano, dan pencak silat
yang sifatnya tentative (informasi lebih lanjut perlu dikonfirmasi terlebih dahulu dengan
pihak Taman Budaya). Selain itu, jika ada seniman yang mau mengadakan acara khusus
seperti teater, gedung teater tertutup di dalamnya bisa disewakan.

Jl. Bukit Dago Selatan No. 53 A - klik disini untuk peta


Lokasi :
lokasi Taman Budaya
Telepon : 022 2504912, 250 5365
Fax 022 2514368
tambudjabar@gmail.com, tamanbudaya@westjava-
Email :
indonesia.com
Website : www.westjavaculture.com
Jam operasional : buka jika ada kegiatan (biasanya mulai pk. 20:00-22:00)
Biaya masuk : gratis
ampiteater, galeri, toilet, restoran, toko cinderamata,
Fasilitas :
panggung teater dalam ruangan, ruang lobi, area parkir
Fasilitas umum
: minimarket, hotel
terdekat
Tempat menarik
: Selasar Sunaryo Art Space
terdekat
Dengan angkot: dari Jalan Ir. H. Juanda naik angkot
Kalapa-Dago dan turun di depan Taman Budaya (ongkos:
Cara menuju ke sana :
Rp. 3.000 selama kurang lebih 20 menit perjalanan)
Dengan taksi: sekitar Rp. 30.000 dari daerah kota
biasanya mereka sudah menyusun kegiatan selama satu tahun
Keterangan :
ke depan di awal tahun. Setiap akhir tahun diadakan
pertunjukan Banjidoran (kesenian tradisional dari Karawang
dan Subang) serta kembang api. Jika tidak ada kegiatan,
Taman Budaya akan terlihat sepi. Untuk informasi mengenai
jadwal kegiatan dan lainnya, hubungi no telepon yang tertera
di atas.

Lingkung Seni Daya Sunda

Lingkung Seni Daya Sunda merupakan tempat untuk pertunjukan seni dan budaya yang
terletak di dalam area Kebun Binatang Bandung (Kebun Binatang Tamansari). Tempat ini
didirikan oleh Departemen Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat untuk mengembangkan
dan melestarikan seni tradisional daerah, seperti Tari Ketuk Tilu, gamelan, dan pencak silat.

Biasanya pertunjukan tersebut akan dipentaskan oleh sekitar 20 seniman. Pertunjukan Tari
Ketuk Tilu rutin diadakan setiap Minggu pertama, kedua, dan ketiga, sedangkan pencak silat
setiap Minggu keempat, di setiap bulannya.

Lokasi : Jl. Kebon Binatang No. 6


Telepon : 0813 94135979
Jam operasional : Minggu, pk. 10:00-14:00
Biaya masuk : gratis (sumbangan/donasi sangat diharapkan)
Fasilitas umum rumah sakit, restoran, factory outlet, ATM, mini market,
:
terdekat restoran
Tempat menarik
: ITB, Arena Wisata Andong dan Kuda Tunggang
terdekat
Cara menuju kesana : terletak di dalam Kebun Binatang Taman Sari. Dengan
angkot: dari Jl. Merdeka, naik angkot jurusan Dago dan turun
di Jl. Ganesha (tarif: Rp. 2.000 selama 7 menit perjalanan).
Setelah itu jalan kaki sepanjang Jalan Ganesha sekitar 500
meter (melewati depan kompleks Institut Teknologi Bandung
menuju kebun binatang)
tempat ini merupakan tempat pertunjukan kesenian
tradisional, seperti gamelan, wayang golek, Tari Jaipongan
and Tari Ketuk Tilu (untuk melayani permintaan khusus
harus dilakukan 3 minggu sebelum tanggal pertunjukkan).
Keterangan :
Biasanya pertunjukan ini dipentaskan oleh sekitar 20 artis
dan Anda bisa menghubungi pihak pengelola (Bp. Ahim
Sulaiman) di no. telepon di atas untuk kepastian jadwal
pertunjukan rutinnya.

Balai Sarbini, Jakarta

Gambar 2.4 Balai sarbini


(sumber : Plaza Semanggi, Jakarta
Wikipedia.indonesia.balaisarbini)
Lokasi
Bentuk bangunan Auditorium pertunjukan seni
Luas bangunan 835 m2
Jumlah lantai 2 lantai
Kapasitas Max 1300
Bentuk panggung Panggunng terbuka, terdiri dari 3
level
Fasilitas Auditorium musik
Bangunan Lobby
Hall
Backstage area
Kontrol room
Artist room
4 Function room
Toilet
LED Screen
Harga sewa 140jt (12 jam) weekend
110jt (12 jam) weekdays
Additional 60jt 1 hari
Listrik 20.000 watt

Sirkulasi
Balai sarbini memiliki 2 akses utama sebagai pintu masuk, yaitu pintu masuk melalui drop off
dan pintu masuk melalui Mall Plaza Semangi.
Akses melalui drip off, memiliki 2 pintu utama yang dikondisikan untuk keluar atau masuk
pengunjung/ penonton.
Akses melalui dalam Mall Plaza Semanggi dibagi 3, yaitu pintu masuk untuk penonton, loading
dock, dan pintu masuk untuk pemain/ artist. Akses ini juga dikondisikan sebagai jalur darurat.
Pengunjung : Masuk (main entrance) lobby tangga duduk (Kursi Penonton/ Tribun)
Tangga exit
Pengelola/ staf : Masuk (entrance mall) Bekerja (R. Pengelola)
Artis/pemain : Masuk (main entrance atau entrance mall) artist room stage exit.
Teknisi acara : Masuk (entrance mall) ruang kontrol backstage
Staf Properti (EO) : Masuk (loading dock) gudang backstage
Jalur darurat : Tribun/ Panggung exit mall
Set Audience

Gambar 2.6 Denah Balai sarbini

Pola tatanan tempat duduk untuk penonton berbentuk setengah lingkaran dan memiliki ruang
yang dapat digunakan sebagai seat maupun stage tambahan sesuai dengan kebutuhan. Bagian
tengah audiotorium jika dilakukan penambahan kursi dapat menmpung sebanyak 208 kursi.
Namun biasanya pada bagian tengah audiotorium digunakan untuk penonton festival (Berdiri).
Tujuan dibuat bentukan pola kursi dengan setengah lingkaran adalah agar penonton
menddapatkan orientasi visual yang baik ke arah panggung.
Tatanan Kursi
Kursi penonton berupa undakan yang dilapisi oleh karpet sehingga penonton bisa mendapat
visualisasi yang baik. Selain kursi pada tribun terdapat kursi tambahan pada area balkon.
Kursi yang disediakan oleh Balai Sarbini terdiri dari 2 macam, kursi permanen dan non-
permanen. Kursi permanen adalah kursi VIP yang berjumlah 46 kursi dengan menggunakan kursi
busa. Sedangkan kursi non-permanen adalah kursi tribun pada sektor B-I dan balkon yang
berjumlah 1046 kursi.
Tata Cahaya Dan Suara
Semua tata cahaya & suara dilakukan dengan program yang dikendalikan dari ruang kontrol.
Pihak balai sarbini menyediakan teknisi selama operasional pagelaran. Pihak Balai Sarbini sudah
menyediakan sound system dan lighting, sehingga bagi para pihak EO/ Panitia tidak
diperkenankan untuk membawa lighting dan sound tambahan dari pihak vendor.
Suara

Gambar 2.7 Ruang Audio

Cahaya

Gambar 2.8 Auditorium

Tiket pengunjung
Ada 2 cara pembelian dan pengecekan tiket yang semuanya diserahkan pada penyelenggara acara
yaitu kepada panitia/ EO. Umumnya penjualan tiket dilakukan secara online dan pengecekan tiket
dilakukan di depan pintu masuk oleh panitia sementara untuk penjualan tiket ditempat dialkukan
di depan pintu masuk juga. Tidak ada loket tiket untuk menunjang aktifitas ini, semuanya
dilakukan di depan pintu masuk/ meja yang disediakan di entrance. Setelah penonton membeli
tiket, penonton menunggu di lobby balai sarbini sebelum memasuki auditorium.
Utlitas
AC menggunakan sentral dengan ruang ahu yang berada dibelakang panggung. semua jaringan
utilitas berada dilangit-langit tepi dan terhalangi oleh plat beton. Sama seperti sprinkler,
jaringannya hanya ada dijalur sirkulasi tribun atas yang terhubung sengan pintu darurat/ pintu
yang menuju ke mall.
Auditorio De Tenerife, Spanyol

Gambar 2.9 Auditorium De Tenerife

Lokasi : Santa Cruz de


Tenerife, Spanyol
Bentuk bangunan : Pusat Kesenian
(performing arts)
Luas bangunan : 23.000 m2
Jumlah lantai : 3 lantai
Kapasitas : Max 500
Bentuk panggung : Panggunng terbuka
Fasilitas : Auditorium kesenian
bangunan Lobby
Hall
Backstage area
Kontrol room
Artist room
4 Function room
Toilet
LED Screen
Sistem Struktur : Cangkang (Beton
Pracetak)
Gaya Arsitektural : Ekspresionis
Santiago Calatrava adalah salah satu arsitek yang mendunia. Salah satu karyanya yaitu Auditorio
de Tenerife. The Auditorio de Tenerife dirancang oleh arsitek Calatrava Valls Santiago. Hal ini
terletak di Avenue of the Konstitusi di ibukota Canarian, Santa Cruz de Tenerife (Kepulauan
Canary, Spanyol), dan di samping Samudra Atlantik di bagian selatan Pelabuhan Santa Cruz de
Tenerife.
Konstruksi dimulai pada 1997 dan selesai pada tahun 2003. Auditorium ini diresmikan pada
tanggal 26 September tahun itu dengan kehadiran Felipe de Borbon, Pangeran Asturias, dan
kemudian dikunjungi oleh mantan Presiden AS Bill Clinton. Bangunan ini dibingkai dalam ajaran
akhir-modern arsitektur abad ke-20 akhir.
Dekat auditorium berdiri dua Torres de Santa Cruz, yang merupakan bangunan tertinggi di
Kepulauan Canary, dan bangunan tempat tinggal tertinggi di Spanyol hingga 2010. Auditorium
dan menara adalah pemandangan yang paling dikenal dan difoto kota. Bangunan ini berdiri di
sebidang 23.000 m yang auditorium menempati 6471 m, terbagi dalam dua kamar. Ruang
utama atau Symphony, dinobatkan oleh sebuah kubah, memiliki 1.616 kursi yang tersedia di
ampiteater dan panggung dengan pembukaan.

Konsep

Bangunan ini terkenal besar busur nya, elemen ini ditandai


sebelum dan sesudah dalam sejarah arsitektur, itu adalah lengkungan hanya besar didukung oleh
hanya dua poin dari dukungan, sedangkan ujung muncul gravitasi ditangguhkan menentang.
Bangunan biasanya menyala putih terang di malam hari, tapi pencahayaan lebih berwarna
digunakan pada acara-acara khusus. Sebagai contoh, pada Tahun Baru 2007-2008 auditorium
yang dinyalakan dalam warna putih dan kuning, dan jam itu diproyeksikan ke salah satu sayap
bangunan untuk menandai jam. Pada Hari Diabetes Dunia, auditorium diterangi dengan warna
biru, dan pencahayaan khusus juga digunakan selama Awards Dial tahunan Cadena. Auditorium
juga berpartisipasi dalam Earth Hour, sebuah kampanye melawan perubahan iklim di mana
bangunan besar menjadi gelap selama satu jam
Organisasi Ruang Dan Kelengkapan
Calatrava memisahkan kedua ruangan aula dengan sebuah Hall atau foyer yang berada di tengah
bangunan. Hal ini dimaksudkan agar suara dari ruangan satu dan lainnya tidak bercampur.
Sehingga acara dapat terselenggara di kedua aula secara bersamaan.
Kelengkapan ruang yang berada dalam bangunan adalah :
1. Plaza
2. Bar/cafe
3. South terrace
4. North terrace
5. Symphony Hall
6. Control room
7. VIP Room
8. Chamber Music Hall
9. Reharrsal
10. Dressing Room
11. Make Up Room
12. Costumes
13. Hairdressing
Material
Beton Putih adalah keistimewaan material utama yang membuat bangunan ini terasa hidup
walaupun dibiaskan sedikit cahaya. Karena beton ini bercampur dengan Titanium Dioxide
sehingga efek berkilau didapat dari teknologi bahan yang Calatrava ciptakan.
Finishing menggunakan Trencadis yaitu pecahan keramik yang ditempelkan sehingga
membentuk motif atau tekstur tertentu. Interior menggunakan ekspos beton putih yang diberi
lighting sehingga lebih dramatis, lekukan dari bentuk langit-langit juga berpengaruh pada
akustik ruang. Frame dan Kusen sebagian besar menggunakan kayu.

Pencahayaan

Calatrava mendesain bukaan-bukaan alami sehingga cahaya dapat masuk, terutama di bagian Hall
dan Foyer menuju Chamber Symphony. Warna putih mendukung cahaya sehingga dapat berpendar
dan membias ke dalam.
Saung Udjo Bandung

Gambar 2.10 Peta Lokasi Saung Udjo


(Sumber : saung Udjo)
Saung Angklung Udjo / Angklung Orkestra: Salah satu bagian pertunjukan di Saung Angklung
Udjo, Saung Angklung Udjo (SAU) adalah suatu tempat yang merupakan tempat pertunjukan,
pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu. Selain itu, SAU
mempunyai tujuan sebagai laboratorium kependidikan dan pusat belajar untuk memelihara
kebudayaan Sunda dan khususnya angklung.Didir ika n pada tahun 1966 oleh Udjo
Ngalagenadan istrinya Uum Sumiati, dengan maksud untuk melestarikan dan memelihara seni
dan kebudayaan tradisional Sunda.

Gambar 2.11 Lounge Saung Angklung Udjo

(Sumber : saung Udjo)

Berlokasi di Jalan Padasuka No.118, Bandung Timur Jawa Barat Indonesia. Akses Untuk
mencapai tempat ini, jika naik kendaraan pribadi Dari Arah Jakarta, pilih arah cipulara ng. Naik
ke jembatan layang Pasopati, ikuti papan petunjuk ke Arah Cicaheum. Sekitar 100 meter
sebelum Terminal Cicaheum, ikuti papan petunjuk menuju Jalan Padasuka. Anda akan menemui
petunjuk ke lokasi. Anda juga dapat menggunakan angkutan umum sebagai pilihan. Dari
Surapati, Turun di perempatan Padasuka (100 meter sebelum Cicaheum), lanjutkan dengan
berjalan kaki atau naik ojek menuju Saung Udjo (500 meter).

Gambar 2.12 Tempat Souvenir Gambar 2.13 Tempat Parkir

Dengan suasana tempat yang segar udaranya dan dikelilingi oleh pohon-pohon bambu, dari
kerajinan bambu dan interior bambu sampaialat musik bambu.Disamping pertunjuka n rutin
setiap sore, Saung Angklung Udjo telah berkali- kali mengadakan pertunjuka n khusus yang
dilakukan pada pagi atau siang hari. Pertunjukkan tersebut tidak terbatas diadakan di lokasi
Saung Angklung Udjo saja, tetapi berbagai undangan tampil di berbagai tempat baik di dalam
maupun di luar negeri, pada bulan Agustus tahun 2000 diSasana Budaya Ganesha ITB, Bandung,
Saung Angklung Udjo mengadakan konser kolaborasi dengan penyanyi cilik yang dijuluki Shirley
Temple-nya Indonesia, yaitu Sherina.S aung Angklung Udjo tidak terbatas pada hanya menjual
seni pertunjukan saja, berbagai produk alat musik bambu tradisional
(angklung,arumba,calungdan lainnya) dibuat dan dijual kepada para pembeli

Gambar 2.14 Panggung Arena


(Sumber : saung Udjo)

Studi Literatur
Studi literatur dalam perancangan gedung kesenian theater ini mengambil refrensi dari buku
Building For the Performing Arts Karangan Ian Appleton. 26

DESAIN AUDITORIUM STANDAR


Batas visual Untuk jazz / pop / rock konser
keterbatasan visual tidak terlalu penting
terutama dengan penambahan layar video
untuk membantu visual. Namun untuk
beberapa pertunjukan untuk
menghasilkan suasana akrab sehingga
wajah pemain dapat dilihat maka batas
20m berlaku.
Akustik auditorium Kinerja akustik mengacu untuk kualitas
suara - musik yang didengar oleh
penonton, dan juga para pemain di
panggung. Pertimbangan desain untuk
akustik auditorium, ketika suara tidak
diperkuat adalah:
Jenis produksi
Bentuk dan ukuran auditorium: jarak
penonton mengelilingi stage: kapasitas
tempat duduk; jumlah dan kedalaman
balkon; layout tempat duduk; untuk
konser, proporsi panjang dengan lebar
dan tinggi dengan lebar; lokasi lighting
dan sound system dan lighting bridge.
Volume auditorium: dihitung dari
jumlah penonton dikalikan dengan rasio
volume orang, sesuai dengan jenis
produksi: 3,4 m3 per orang untuk musik,
9 m3 per orang untuk pidato
Waktu dengung: perbedaan waktu
antara suara langsung ke setiap penonton
dan suara yang terpantul dari semua
permukaan auditorium, perbedaan waktu
pendek untuk pidato dan perbedaan
waktu panjang untuk musik.
Finishes: batas, ukuran, bentuk dan
lokasi permukaan yang dibutuhkan untuk
pantulan, penyerapan dan difusi suara ke
dinding, langit-langit dan lantai, termasuk
desain kursi, yang semua bisa
mempengaruhi waktu dengung.
Kualitas suara

Parkir
Parkir untuk publik

Lokasi dekat dengan pintu masuk utama,


area parkir 25% dari kapasitas auditorium
untuk wilayah kota dengan transportasi
umum yang lengkap. Sedangkan untuk
daerah rural/ pedesaan minimal kapasitas
parkir yang disediakan adalah 40% dari
total kapasitas
Parkir untuk staf dan pengelola
perusahaan

Termasuk di dalamnya parkir untuk


kontainer/ truk
Parkir TV dan radio van

Untuk live broadcast, dengan


mempertimbangkan akses kabel yang
dapat terhubung sampai bagian ruang
dalam auditorium.
Akses dan Entrance
Pintu masuk dan keluar untuk pejalan
kaki dan kendaraan. Pintu masuk umum
utama harus siap diakses oleh semua
masyarakat yang datang ke gedung
termasuk difabel, dan memungkinkan
aksesibilitas dalam cuaca buruk yang
ingin untuk turun dekat dengan pintu
masuk publik. Persyaratan perencanaan
lokal mungkin memerlukan parkir untuk
difabel yang berbatasan langsung dengan
jalan masuk
Pintu keluar darurat dari seluruh
bagian bangunan untuk kebakaran.
Membutuhkan jalan keluar yang terpisah
dari semua bagian dan tingkat
auditorium, termasuk orang difabel

Entrance Pulik
Display eksternal seperti nama
gedung, perusahaan, poster dan iklan,
banner dan bendera mengenai
pertunjukkan yang sedang dan akan
dilaksanakan harus diberi
pencahayaan ketika gelap.
Kanopi harus memberi
perlindungan bagi pejalan kaki yang
mau masuk ataupun penonton yang
melakukan drop off dari cuaca.
Ditempatkan disepanjang pintu masuk
utama.
Dua lapis pintu masuk pada
entrance dan lobi mengurangi bising
dan mencegah penetrasi kebisingan
kedalam area foyer. Pintu otomatis
baik untuk pengguna kursi roda. Jarak
antar pintu sebaiknya minimum 2m.
Beberapa pasang pintu akan sangat
membantu memudahkan kedatangan
dan kepergian penonton jika lobi
cukup besar dan banyak dengan
jumlah pintu berdasarkan puncak
pergerakan.
Akses dan parkir seharusnya
memudahkan penumpang dengan
taksi, mobil dsb untuk melewati area
entrance. Bagian parkir harus
memiliki jalan tersendiri untuk
terhubung dengan entrance.
Jalur keluar diakhir pertunjukkan
sebaiknya menggunakan pintu yang
berbeda tetapi menuju kembali ke
entrance.
Area akses untuk booking tiket dan
menuju restoran sebaiknya dipisahkan
dari publik

500mm-522mm (berlengan)
450mm (tanpa lengan)
430-450mm kemiringan 7-9
600-720mm , 425-500mm
(kursi lipat)
50mm, tinggi dari permukaan
lantai 600mm
Untuk Standart tempat duduk 500mm-522mm (berlengan)
penonton adalah sebagai 450mm (tanpa lengan)
berikut: Lebar kursi
Sandaran kursi 430-450mm kemiringan 7-9
Tinggi kursi 600-720mm , 425-500mm
(kursi lipat)
Lengan kursi 50mm, tinggi dari permukaan
lantai 600mm
Jumlah kursi dalam baris
22 kursi jika terdapat 2
koridor
11 kursi jika 1 koridor
Lebih dari 22 kursi untuk
continental seating

Jarak antar baris (clearway)


Minimal 300mm, tergantung
jumlah kursi dalam 1 baris
Contonental seating jarak
400mm-500mm

Gangways (koridor)
Lebar minimal 1100mm,
difabel 1200mm
Kemiringan ramp 1.10 dan
1.12 untuk difabel
Handrail diperlukan untuk
koridor yang jauh daridinding;
elevasi menurun mulai dari
600 mm; dengan kemiringan
25 . Ketinggian handrail 900
mm-1200 mm dari lantai,
dimensi handrail 100mm

Rasio kepadatan 0,38m - 1.05m. Rasio


kepadatan tergantung ukuran/
dimensi kursi yang digunakan.

Gambar 2. 1 Standar Ukuran Kursi penonton


Sumber: Littlefield (2008, 33-I)

a. Stage & Auditorium/ Arena Panggung


Berbicara mengenai seating, tentunya tidak terlepas dengan penataan auditorium secara
keseluruhan, dengan maksud agar kenyamanan serta suasana yang d iharapkan dapat tercapai,
dan tentunya juga agar pertunjukan bisa dinikmati dengan baik .

Gambar 2.3 Denah Auditorium dan Stage


(sumber : Building For the Performing Arts Karangan Ian Appleton)

Anda mungkin juga menyukai