Anda di halaman 1dari 17

Rangkaian tindakan

Kepailitan merupakan langkah terakhir yang diambil oleh usaha yang mengalami
tekanan keuangan. Namun, sebelum langkah ini diambil, manajemen biasanya berupaya keras
untuk bekerja sama dengan kreditor perusahaan untuk memenuhi klaim kreditor, sekaligus
berupaya untuk memastikan kelangsungan usaha perusahaan. Sejumlah perjanjian nonyudisial
dapat dilakukan dengan kreditor. Jika langkah ini gagal, maka perusahaan umumnya akan
menghadapi tindakan yudisial yang diberlakukan oleh pengadilan juga.
a. Tindakan Nonyudisial
Terdapat beberapa tindakan nonyudisial yang dapat dijalankan yaitu; perjanjian
restrukturisasi utang, manajemen komite kreditor dan pengalihan aset.
1) Perjanjian restrukturisasi utang
perjanjian antara perusahaan debitor dengan salah satu atau kreditor merupakan hal
yang umum bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara waktu.
Pihak debitor dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo utang, meminta
penurunan suku bunga utang, atau meminta modifikasi persyaratan dalam kontrak utang.
Pihak kreditor umumnya bersedia untuk memberikan konsesi kepada debitor daripada
menghadapi risiko beban legal dan kerugian legal yang timbul dari tindakan hukum
terhadap debitor yang sebelumnya sangat berharga.
Bentuk perjanjian restrukturisasi yang lain adalah perjanjian komposisi (composition
agreement). Dalam kasus ini, pihak kreditor bersepakat untuk menerima klaim dengan nilai
yang lebih rendah dari nilai pokoknya. Keuntungan bagi pihak kreditor adalah mereka akan
segera menerima pembayaran tunai umumnya menegosiasikan pembayaran tunai yang
tersisa. Perjanjian komposisi umumnya melibatkan seluruh kreditor, meskipun beberapa
kreditor mungkin tidak bersedia untuk menyetujui komposisi tersebut.
2) Manajemen komite kreditor
Melalui manajemen komite kreditor (creditors committee management), kreditor
menyetujui untuk membantu pihak debitor dalam mengelola pembayaran yang paing
efisien terhadap klaim kreditor. Kebanyakan komite kreditor memberikan nasihat dan
pedoman kepada pihak kreditor karena pihak kreditor tidak ingin menanggung tambahan
kewajiban dan masalah operasi aktua pihak debitor.
Pembentukan komite kreditor merupakan tindakan nonyudisial yang umumnya
diawali dengan rencana penyelesaian (plant of settlement) yang diajukan oleh pihak
debitor. Rencana penyelesaian ini merupakan dokumen lengkap yang berisi skedul
pembayaran yang menyebutkan utang khusu dan prakiraan pembayaran. Pihak kreditor
kemudian bekerja sama dengan debitor untuk melaksanakan rencana tersebut.
3) Pengalihan aset
Beberapa debitor dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset, seperti piutang
atau instrumen keuangan lainnya, dalam upaya untuk memperoleh uang tunai. Sebagai
contoh, debitor dengan kebutuhan akan uang tunai dapat melakukan anjak piutang usaha
dengan nilai diskon, dan kontrak yang dibuat dapat menentukan apakah piutang tersebut
dijual bersyarat (with recourse) atau tanpa syarat (without recourse).
Ketentuan bersyarat berarti pihak debitor harus menerima setiap pengembalian
piutang usaha yang tak tertagih sebelumnya telah dialihkan. Masalah akuntansi yang timbul
adalah menentukan apakah pengalihan ini harus dicatat sebagai penjualan piutang atau
sebagai perjanjian pendanaan antara perusahaan ddebitor dengan perusahaan anjak piutang.
PSAK 54 menetapkan bahwa pengalihan aset keuangan dianggap sebagai penjualan hanya
jika pihak yang melakukan pengalihan (transferor atau perusahaan debitor) telah
menyerahkan kendali atas aset yang dialihkan tersebut.
Penyerahan kendali berarti aset yang dialihkan tersebut telah dipisahkan dari pihak
yang mengalihkan, dan kemudian pihak yang menerima pengalihan (transferee)
memperoleh hak untuk menjanjikan atau menukarkan aset yang dialihkan, dan bahwa pihak
yang mengalihkan tidak memiliki kendali efektif terhadap aset yang dialihkan, seperti
melalui perjanjian yang memperbolehkan pihak yang mengalihkan untuk membeli kembali
atau menebus aset yang dialihkan.
b. Tindakan Yudisial
Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan oleh
pengadilan niaga dan hakim pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam
Undang-Undang kepailitan No.37/2004. UU kepailitan ini menyediakan kerangka yang
diperlukan untuk pengajuan kepailitan.
Baik debitor maupun kreditor dapat mengajukan sebuah petisi sukarela (voluntary
petition) untuk mendapat perlindungan yudisial dalam bentuk urutan pembebasan (order
of relief) dari inisiasi atau kelanjutan klaim hukum yang diajukan kreditor kepada debitor .
Cara yang lain adalah pihak kreditor mengajukan sebuah petisi pemaksaan (involuntary
petition) atas debitor.
Setelah petisi tersebut diajukan, pengadilan niaga akan mengevaluasi perusahaan dan
menentukan apakah manajemen saat ini tetap mengelola perusahaan atau seorang trustee
ditunjuk oleh pengadilan. Penunjukan trustee merupakan hal yang umum jika pihak
kreditor mengajukan tuduhan terjadinya tuduhan terjadinya kesalahan manajemen atau
ketidakmampuan manajemen secara umum.
UU kepailitan memberikan dua alternatif utama berdasarkan perlindungan
pengadilan niaga. Dua alternatif ini sering dikenal penundaan pembayaran (suspension of
payments), dimana pihak debitor memperoleh perlindungan yudisial selama periode
rehabilitasi, yaitu waktu yang digunakan untuk menghapuskan operasi yang tidak
menguntungkan, memperoleh kredit baru, mengembangkan struktur perusahaan yang baru
dengan operasi yang berkesinambungan dan melakukan perjanjian dengan pihak kreditor.
Alternatif kedua adalah pernyataan kebangkrutan dan likuidasi. Pernyataan
kebangkrutan dan likuidasi sering kali dilakukan oleh seorang trustee yang ditunjuk oleh
pengadilan. Aset debitor dijual dan kewajibannya dilunasi bersamaan dengan likuidasi
perusahaan. Perbedaan utama reorganisasi dan likuidasi adalah bahwa setelah reorganisasi
debitor tetap melanjutkan usahanya, sedangkan untuk likuidasi usaha tersebut dihentikan.
c. Penundaan Pembayaran
Penundaaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan
kreditor selama periode waktu yang diperlukan untuk mereorganisasi perusahaan debitor
dan mengembalikan operasi perusahaan ke tingkat yang menguntungkan. Reorganisasi
dilakukan oleh pengadilan niaga dan trustee seringkali diangkat oleh pengadilan untuk
mengarahkan proses reorganisasi. Umumnya reorganisasi dijelaskan melalui 4P
reorganisasi. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan mengajukan petisi (petition)
kepada pengadilan niaga untuk memperoleh perlindungan (protection) dari para
kreditornya. Jika perlindungan telah diberikan, perusahaan menerima surat perintah
pembebasan untuk menunda melakukan pembayaran atas utang-urang sebelum petisi
diajukan. Perusahaan masih terus beroperasi sambil mempersiapkan rencana reorganisasi
(plan of reorganization), yang berfungsi sebagai pedoman operasi selama masa
reorganisasi. Proses reorganisasi (proceeding) tersebut mencakup tindakan-tindakan yang
terjadi dari saat petisi diajukan hingga perusahaan menyelesaikan proses reorganisasi.
Petisi tersebut harus membahas berbagai alternatif untuk melikuidasi debitor dan
membagikan penerimaan kas yang diperkirakan kepada para kredior. Rencana tersebut
harus mencakup penjelasan lengkap mengenai tindakan yang diharapkan akan dilakukan
oleh debitor selama periode reorganisasi dan bagaimana tindakantindakan ini akan
menjadi kepentingan terbaik bagi debitor dan kreditor. Pernyataan pengungkapan
(disclosure statement) dikirimkan kepada seluruh kreditor dan pihak-pihak lain yang
berwenang untuk memberikan suara terhadap reorganisasi. Neraca perusahaan dalam
reorganisasi memiliki sifat khusus, yaitu :
1. Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari rencana reorganisai
harus dilaporkan secara terpisah dari kewajiban yang tidak akan dikompromikan.
Kewajiban yang akan dikompromikan mencakup utang yang tidak dijamin penuh yang
terjadi sebelum proses reorganisasi dan seluruh kewajiban yang terjadi setelah perusahaan
memasukkan petisi reorganisasi untuk proses reorganisasi.
2. Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang diperbolehkan oleh pengadilan
niaga. Jika estimasi yang memadai tidak mungkin dilakukan, maka klaim tersebut harus
diungkapkan dalam catatan kaki.
Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan khusus
sebagai berikut :
1. Jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan langsung dengan reorganisasi, seperti biaya
jasa hukum dan kerugian atas penjualan aset, harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos
reorganisasi pada periode terjadinya. Namun demikian, setiap keuntungan atau kerugian
yang berasal dari operasi dalam penghentian, ataau pos-pos luar biasa, harus dilaporkan
secara terpisah menurut PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan.
2. Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi merupakan hasil
dari debitor yang tidak diwajibkan untuk melunasi utangnya dan menginvestasikan sumber
daya yang tersedia pada instrumen yang menghasilkan bunga. Pendapatan bunga tersebut
harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos-pos reorganisasi. Sejauh mana beban bunga
yang dilaporkan berbeda dari bunga kontraktual atas utang perusahaan harus diungkapkan,
baik dalam kurung laporan laba rugi atau dalam catatan kaki.
3. Laba per saham diungkapkan, namun antisipasi perubahan dalam jumlah lembar saham
biasaatau setara saham biasa yang terjadi sebagai akibat proses reorgansasi harus
diungkapkan.
Laporan arus kas sebuah perusahaan dalam reorganisasi memiliki karakter khusus
sebagai berikut :
1. PSAK 2 tentang laporan arus kas lebih menyarankan penggunaan metode langsung untuk
menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, namun jika metode tidak langsung yang
digunakan, maka perusahaan harus juga mengungkapkan secara terpisah arus kas dari
aktivitas operasi yang berkaitan dengan proses reorganisasi.
2. Arus kas yang berkaitan dengan proses reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari
arus kas yang berasal dari operasi rutin. Sebagai contoh, kelebihan bunga bersih yang
diterima sebagai hasil dari perusahaan tidak membayar utang-utangnya selama proses
reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah.
d. Akuntansi permulaan baru (fresh start accounting)
Akuntansi permulaan baru menghasilkan entitas pelaporan yang baru. Pertama,
perusahaan diwajibkan untuk menghitung nilai reorganisasi aset-aset entitas yang baru
muncul. Nilai reorganisasi (reorganization value) merupakan nilai wajar entitas sebelum
mempertimbangkan kewajiban dan mendekati jumlah yang akan dibayar oleh seorang
pembeli aset entitas yang berminat. Pelaporan permulaan baru harus digunakan per tanggal
konfirmasi rencana reorganisasi jika dua kondisi berikut ini terjadi :
1. Nilai reorganisasi aset dari entitas yang akan muncul sesaat sebelum tanggal konfirmasi
lebih kecil daripada total seluruh kewajiban dan klaim pasca petisi.
2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada sesaat sebelum konfirmasi menerima kurang
dari 50 persen saham dengan hak suara dari entitas yang akan muncul. Hal ini menendakan
bahwa pemegang saham lama telah kehilangan kendali atas perusahaan yang akan muncul.
Nilai reorganisasi ini kemudian dialokasikan untuk aset yang menggunakan alokasi
metode nilai dalam PSAK 22, tentang akuntansi penggabungan usaha. Nilai reorganisasi
yang melebihi jumlah yang dialokasikan terhadap aset berwujud dilaporkan sebagai aset
tidak berwujud yang disebut sebagai nilai reorganisasi yang melebihi jumlah yang
dialokasikan pada aset yang dapat diidentifikasi. Kelebihan ini kemudian dicatat sesuai
dengan PSAK 19 tentang aset tak berwujud. Aset tak berwujud dengan umur terbatas
akan diamortisasi sepanjang umurnya, sedangkan aset tak berwujud dengan umur tak
terbatas akan ditinjau ulang setiap tahun penurunan nilainya untuk mengetahui apakah nilai
tercatat melebihi nilai wajarnya. Kewajiban perusahaan yang baru muncul dicatat sebesar
nilai sekarang jumlah yang akan dibayar. Seluruh saldo laba atau defisit yang ada
dihapuskan. Laporan operasi final disusun sesaat sebelum mengakhiri proses reorganisasi.
Pada intinya, perusahaan merupakan entitas pelaporan yang baru setelah reorganisasi.
Perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan untuk akuntansi permulaan baru harus
menentukan apakah asetnya mengalami penurunan nilai. Selain itu, mereka harus
melaporkan kewajiban sejumlah nilai sekarang jumlah yang akan dibayarkan, dengan
keuntungan atau kerugian dari penilaian kembali kewajiban sebagai pos luar biasa atau
biasa.
Banyak perusahaan yang memutuskan untuk merestrukturisasi operasinya sebagai
bagian dari rencana reorganisasi. Perusahaan-perusahaan tersebut yang tidak memenuhi
untuk akuntansi permulaan baru mencatat biaya restrukturisasi, seperti biaya penutupan
pabrik dan pengurangan tanaga kerja, menggabungkan beberapa sisa operasi, dan
sebagainya berdasarkan PSAK 58, tentang Penghentian Operasi. Kerugian penurunan
nilai dari aset jangka panjang yang dipegang dan digunakan diakui hanya jika nilai tercatat
aset lebih kecil dari estimasi arus kas dari operasi didiskontokan selama masa manfaatnya.
Jumlah kerugian penurunan nilai adalah perbedaan antara nilai tercatat aset dan nilai
wajarnya. Untuk aset jangka panjang individul yang akan dihapuskan dengan penjualan
akan dinilai kembali menjadi nilai terendah antara nilai tercatat atau nilai wajar dikurangi
biaya penjualan.
e. Rencana Reorganisasi
Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci dengan
pembahasan penuh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh selama proses
reorganisasi. Kebanyakan rencana ini berisi pembahasan yang teperinci mengenai hal-hal
berikut :
1. Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan, melalui penjualan atau likuidasi.
2. Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
3. Revaluasi aset dan kewajiban.
4. Pengurangan atau penghapusan klaim pemegang saham terdahulu dan penerbitan saham
baru kepada kreditor atau pihak lainnya.
Rencana reorganisasi harus disetujui oleh paling sedikit separuh dari semua
kreditor, yang memiliki dua pertiga dari jumlah nominal total utang debitor yang belum
lunas, meskipun pihak pengadilan masih dapat mengesahkan rencana yang disetujui oleh
kreditor dengan jumlah yang tidak memenuhi ketentuan, asalkan pihak pengadilan
menemukan alasan bahwa rencana tersebut mewakili kepentingan terbaik seluruh pihak,
layak dan adil bagi kelompok yang tidak menyetujui rencana tersebut.
f. Ilustrasi Reorganisasi
Neraca induk pada tanggal 31 Desember 20x6 disajikan dalam figur 17-1. Pada tanggal 2
Januari 20X7, manajemen PT. Induk mengajukan petisi pada pengadilan niaga dalam
rangka penundaan pembayaran untuk memperoleh penangguhan pembayaran utang dan
waktu untuk merehabilitas perusahaan serta mengembalikannya pada operasi yang
menguntungkan.
Berikut ini adalah garis waktu yang menunjukkan tanggal-tanggal yang relevan untuk contoh
ini.
Proses Reorganisasi
Figur 17-1
Neraca pada tanggal insolvabilitas perusahaan.

PT INDUK
NERACA
31 Desember 20X6

ASET
KAS 2.000.000
EFEK YANG DIPASARKAN 8.000.000

PIUTANG USAHA 20.000.000


DIKURANGI: PENYISIHAN PIUTANG TAK
TERTAGIH (2.000.000) 18.000.000
PERSEDIAAN 45.000.000
ASET DIBAYAR DIMUKA 1.000.000
JUMLAH ASET LANCAR 74.000.000
ASET TETAP
BIAYA
BIAYA AKUMULASI BELUM
PENYUSUTAN DISUSUTKAN
TANAH 10.000.000 0 10.000.000
BANGUNAN 75.000.000 20.000.000 55.000.000
PERALATAN 40.000.000 4.000.000 36.000.000
TOTAL 125.000.000 (24.000.000) 101.000.000 101.000.000
TOTAL ASET 175.000.000

KEWAJIBAN
UTANG USAHA
WESEL BAYAR :
DIJAMINKAN SEBAGIAN 10.000.000
TIDAK DIJAMINKAN, BUNGA 10% 80.000.000 90.000.000
AKRUAL BUNGA 3.000.000
UPAH YANG MASIH HARUS DIBAYAR 14.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN
LANCAR 133.000.000
UTANG HIPOTEK 50.000.000
TOTAL KEWAJIBAN 183.000.000
EKUITAS PEMEGANG
SAHAM
SAHAM ISTIMEWA 40.000.000
SAHAM BIASA (NILAI NOMINAL RP 1.000) 10.000.000
SALDO LABA (DEFISIT) (58.000.000)
TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM (80.000.000)
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
175.000.000
PEMEGANG SAHAM

Figur 17-2
Rencana Reorganisasi
Pengadilan niaga menerima petisi tersebut dan PT.Induk menyusun rencana reorganisasi.
Rencana ini diajukan pada tanggal 1 Juli 20X7, dan pernyataan pengungkapan dikirimkan kepada
seluruh kreditor dan pihak-pihak yang terpengaruh. Pada tanggal 31 Desember 20X7, perusahaan
menyajikan laporan keuangan untuk periode fiskal tahun 20x7 yang tercantum didalam penundaan
pembayaran. Pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi pada tanggal 2 Januari 20X8 dan dan
selesai 1 April 20X8. PT. Induk mengajukan rencana reorganisasi yang disajikan pada figur 17-02,
beserta laporan keuangan yang telah diaudit dan pengungkapan lain yang diminta oleh pengadilan
niaga.

PT INDUK
RENCANA REORGANISASI
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN
DIAJUKAN PADA TANGGAL 1 JULI 20X7
a. utang usaha sebesar Rp 26.000.000 diperlakukan sebagai berikut (1) sebanyak Rp6.000.000 akan dihapuskan
(2) sebanyak Rp4.000.000 akan dibayarkan secara tunai, (3) sebanyak Rp12.000.000 dari utang yang ada ditukarkan
dengan utang subordinasi dan (4) utang sebesar Rp4.000.000 akan dipertukarkan dengan 4.000 lembar saham biasa
yang baru dikeluarkan.
b. Wesel bayar yang sebagian dijamin sebesar Rp10.000.000 akan doperlakukan sebagai berikut (1) sebanyak Rp2.000.000
akan dibayar secara tunai dan (2) sisanya sebesar Rp 8.000.000 akan ditukarkan menjadi utang prioritas
yang dijamin dengan peralatan
c. Wesel bayar yang tidak dijamin sebesar Rp80.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut : (1) sebanyak
Rp12.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp14.000.000 akan dibayar tunai , (3) sebanyak Rp49.000.000
akan ditukarkan menjadi utang prioritas yang dijamin dengan agunan terhadap aset tetap , dan (4) sebanyak
5.000.000 akan ditukarkan dengan 5.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
d. beban bunga yang masih harus dibayar sebesar Rp3.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut : (1) sebanyak
Rp2.000.000 akan dihapuskan dan (2) sisanya sebesar rp1.000.000 akan dibayar tunai
e. beban upah yang masih harus dibayar Rp14.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut : (1)sebanyak
Rp12.000.000 akan dibayar tunai, (2) sisanya sebesar Rp2.000.000 akan ditukarkan dengan 2.000 lembar
saham biasa yang baru dikeluarkan
f. pemegang saham istimewa akan menerima 80000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan sebagai ganti
saham istimewa yang mereka miliki.
g. pemegang saham biasa sekarang akan menerima 1.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan sebagai ganti
saham biasa yang mereka miliki sekarang

Satu-satunya pembayaran yang disetujui pengadilan untuk kewajiban prapetisi adalah


pembayaran sebesar Rp. 2.000.000,00 atas hutang hipotek. Masalah pelaporan yang yang
paling penting adalah jumlah reorganisasi harus dilporkan secara terpisah dari jumlah oprasi
lainnya. PT Induk menyusun laporan keuangan berikut per tanggal 31 Desember 20X6:
Figur 17-3
Neraca untuk perusahaan dalam proses reorganisasi

PT INDUK
(BERADA DIBAWAH
PENGUSAAN DEBITOR)
NERACA
31 DESEMBER 20X6
ASET
KAS 40.000.000
PIUTANG PENGEMBALIAN PAJAK
PENGHASILAN 12.000.000
EFEK YANG DAPAT DIPASARKA 8.000.000
PIUTANG USAHA 6.000.000
DIKURANGI : PENYISIHAN PIUTANG
TAK TERTAGIH (1.000.000) 5.000.000
PERSEDIAAN 37.000.000
JUMLAH ASET LANCAR 102.000.000
ASET TETAP 104.000.000
DIKURANGI : AKUMULASI
PENNYUSUTAN (26.000.000) 78.000.000
TOTAL ASET 180.000.000

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN YANG TIDAK
DIKOMPROMIKAN :
KEWAJIBAN LANCAR (PASCAPETISI)
PINJAMAN JANGKA PENDEK 15.000.000
UTANG USAHA 10.000.000
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
:
UTANG HIPOTEK, DIJAMIN PENUH 48.000.000
TOTAL KEWAJIBAN YANG TIDAK
DIKOMPROMIKAN 73.000.000
KEWAJIBAN YANG DIKOMPROMIKAN
:
UTANG USAHA 28.000.000
WESEL BAYAR, SEBAGIAN
DIJAMINKAN 10.000.000
WESEL BAYAR, TIDAK DIJAMIN 80.000.000
AKRUAL BUNGA 3.000.000
UPAH YANG MASIH HARUS DIBAYAR 14.000.000
TOTAL KEWAJIBAN YANG
DIKOMPROMIKAN 133.000.000
TOTAL KEWAJIBAN 206.000.000
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
SAHAM ISTIMEWA 40.000.000
SAHAM BIASA (NILAI NOMINAL RP.
1000) 10.000.000
SALDO LABA (DEFISIT) (76.000.000)
TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM (26.000.000)
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
180.000.000
PEMEGANG SAHAM
Figur 17-4
Neraca untuk perusahaan dalam proses reorganisasi
PT INDUK
(BERADA DIBAWAH PENGUSAAN DEBITOR)
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X7
PENDAPATAN
PENJUALAN 120.000.000

BIAYA DAN BEBAN :


BEBAN HARGA POKOK PENJUALAN 110.000.000
PENJUALAN, OPERASI DAN ADMINISTRASI 21.000.000
BUNGA(BUNGA KONTRAKTUALRP 6.000.000) 3.000.000 134.000.000
KERUGIAN SEBELUM POS REORGANISASI DAN MANFAAT PAJAK
PENGHASILAN (14.000.000)
KERUGIAN PENGHAPUSAN ASET (10.000.000)
IMBALAN JASA PROFESIONAL (8.000.000)
BUNGA YANG DIHASILKAN DARI AKUMULASI KAS 2.000.000
DARI PENUNDAAN PEMBAYARAN
TOTAL POS REORGANISASI (16.000.000)
KERUGIAN SEBELUM MANFAAT PAJAK
PENGHASILAN (30.000.000)
MANFAAT PAKJAK PENGHASILAN 12.000.000
KERUGIAN BERSIH (18.000.000)

Figur 17-5
Laporan arus kas untuk perusahaan dalam proses reorganisasi
PT INDUK
(BERADA DIBAWAH PENGUSAAN DEBITOR)
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X7
ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI :
KAS YANG DITERIMA DARI PELANGGAN 133.000.000
KAS YANG DIBAYAR KE SUPPLIER DAN
KARYAWAN (109.000.000)
BUNGA DIBAYAR (3.000.000)
ARUS KAS BERSIH YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI SEBELUM POS
REORGANISASI 21.000.000
ARUS KAS OPERASI YANG DIGUNAKAN OLEH KEGIATAN
REORGANISASI :
IMBALAN JASA PROFESIONAL (8.000.000)
BUNGA YANG DITERIMA DARI AKUMULASI KAS DARI
PENUNDAAN PEMBAYARAN 2.000.000
ARUS KAS BERSIH YANG DIGUNAKAN UNTUK KEGIATAN
REORGANISASI (6.000.000)
ARUS KAS BERSIH YAG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI
DAN REORGANISASI 15.000.000
ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN INVESTASI
HASIL YANG DIPEROLEH DARI PENJUALAN ASET AKIBAT PENUNDAAN
PEMBAYARAN 10.000.000
ARUS KAS BERSIH YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN
INVESTASI 10.000.000
ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN PENDANAAN :
PINJAMAN BERSIH BERDASARKAN RENCANA PENDANAAN
JANGKA PENDEK 15.000.000
IMBALAN JASA PROFESIONAL (2.000.000)
BUNGA YANG DIHASILKAN DARI AKUMULSI KAS DAN
PENUNDAAN
PEMBAYARAN 13.000.000
PERTAMBAHAN BERSIH KAS 38.000.000
KAS PADA 1 JANUARI 20X7 2.000.000
KAS PADA 31 DESEMBER 20X7 40.000.000
Pada tanggal 2 Januari 20X8, pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi, seperti
yang diajukan PT.Induk menjalankan rencana sebagaiman disajikan figur 17-6 (Hal.313 pada
buku Baker). Setelah analisis yang lengkap, nilai reorganisasi sebesar Rp. 195.000.000,00
ditetapkan untuk aset PT. Induk. Ingat bahwa akuntansi permulaan baru tepat digunakan hanya
jika kedua kondisi berikut ini terjadi: (1) nilai reorganisasi lebih kecil daripada total kewajiban
pascapetisi dan klaim lain yang diperbolehkan, dan (2) pemegang saham dengan hak suara
yang ada sesaat sebelum rencana reorganisasi disetujui memiliki kurang dari 50% dari saham
dengan suara entitas yang akan muncul. Untuk menentukan kondisi pertama PT Induk,
perbandingan dibuat pada tanggal saat rencana reorganisasi disetujui.

Kewajiban pascapetisi Rp. 73.000.000


Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan
pembayaran 133.000.000
Jumlah kewajiban pascapetisi dan klaim yang diperoleh 206.000.000
Nilai reorganisasi (195.000.000)
Kelebihan kewajiban dari nilai reorganisasi 11.000.000

Perhatikan bahwa kondisi pertama untuk akuntansi permulaan baru telah terpenuhi.
Kondisi kedua untuk akuntansi permulaan baru juga terjadi, sebagaimana yang ditujukan pada
figur 17-6 (Hal.313 pada buku Baker). Pemegang saham biasa sesaat sebelum rencana
reorganisasi disepakati untuk memiliki hanya 5% dari saham biasa entitas yang akan muncul.
Oleh karena itu akuntansi permulaan baru digunakan oleh PT Induk. Setelah mempelajari
dengan seksama maka struktur modal perusahaan yang timbul adalah sebagai berikut.

Kewajiban pasca petisi Rp 25.000.000


Utang hipotek pascapetisi 48.000.000
Utang senior 57.000.000
Utang subordinasi 12.000.000
Saham biasa (baru) 20.000.000
Total struktur modal pascapetisi Rp 162.000.000

Jika nilai ditetapkan atas saham yang baru dikeluarkan lebih besar dari nilai nominalnya,
maka akun tambahan modal akan disetor akan dikredit untuk kelebihanny. Modal
pascareorganisasi sebesarRp162.000.000 merupakan nilai reorganisasi sebesar Rp195.000.000
dikurangi dengan Rp.33.000.000 yang dibayarkan untuk kewajiban prapetisi sebagai bagian
dari rencana reorganisasi. Figur 17-7 menunjukkan kertas kerja yg menggambarkan pengaruh
pelaksanaan rencana reorganisasi terhadap akun-akun neraca PT induk ayat jurnal yang
pertama (1) mencatat restrukturisasi utang dan penyesuaian keuntungan dan pembebasan
utang.
1 januari- 1 april 20x8
(1) kewajiban yang dikompromikan 13.000.000
Kas 33.000.000
utang usaha 57.000.000
utang subordinasi 12.000.000
saham biasa (baru) 11.000.000
keuntungan pembebasan utang 20.000.000
mencatat pembebasan utang

Ayat jurnal yang kedua (2) mencatat pertukaran saham dengan saham. Pemegang
saham istimewa terdahulu menerima 8.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
Pemegang saham biasa terdahulu menerima 10.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
1 januari- 1 april 20x8
(2) saham istimewa 40.000.000
saham biasa (lama) 10.000.000
saham biasa(baru) 9.000.000
tambahan modal
setor 41.000.000

Ayat jurnal ketiga dan terakhir (3) mencatat penyesuaian baru dan nilai yang ditetapkan
atas aset entitas yang baru muncul dan penghapusan saldo laba yang ada atau defisit. PSAK 19
menyatakan bahwa aset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas harus diamortisasi selama
umurnya. Aset tak berwujud dengan masa manfaat tak tersebut harus diuji untuk penurunan
nilai paling tidak tiap tahun untuk menentukan apakah aset tersebut mengalami penurunan nilai
dan harus mengakui kerugian untuk pengurangan nilai tercatat aset.
Nilai buku Nilai wajar Selisih
Kas 7.000.000 7.000.000 0
Piutang dana pajak penghasilan 12.000.000 12.000.000 0
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000 10.000.000 2.000.000
Piutang usaha (bersih) 5.000.000 5.000.000 0
Persediaan 37.000.000 33.000.000 (4.000.000)
Aset tetap 78.000.000 85.000.000 7.000.000
Kelebihan nilai reorganisasi atas jumlah yang
dialokasikan terhadap aset yang dapat
diidentifikasikan 0 10.000.000 10.000.000
Total 147.000.000 162.000.000 15.000.000

Ayat jurnal untuk mencatat revaluasi aset dan penghapusan defisit pada permulaan baru adalah
sebagai berikut:
1 April 20X6
(3) Efek yang dapat dipasarkan 2.000.000
Aset tetap 7.000.000
Kelebihan nilai reorganisasi atas jumlah yang
dialokasikan terhadap aset yang dapat diidentifikasikan 10.000.000
Pembebasan utang 20.000.000
Tambahan modal disetor 41.000.000
Persediaan 4.000.000
Saldo laba defisit 76.000.000

Berikut ini adalah figur 17-7


Pegaruh rencana reorganisasi terhadap neraca perusahaan

PENYESUAIAN UNTUK MENCATAT


KONFIRMASI RENCANA

NERACA
PERUSAHAAN
PENGHAPUSAN PERTUKARAN SETELAH
PERMULAAN
PRAKONFIRMASI UTANG SAHAM BARU REORGANISASI
ASET
KAS 40.000.000 (33.000.000) 7.000.000
PIUTANG PENGEMBALIAN 12.000.000 12.000.000
EFEK YANG DAPAT DIPASARKAN 8.000.000 2.000.000 10.000.000
PIUTANG USAHA (BERSIH) 5.000.000 5.000.000

PERSEDIAAN 37.000.000 (4.000.000) 33.000.000


TOTAL 102.000.000 67.000.000
ASET TETAP (BERSIH) 78.000.000 7.000.000 85.000.000
KELEBIHAN NILAI REORGANISASI DARI
JUMLAH YG DIALOKASIKAN PADA
ASET 10.000.000 10.000.000
YANG DAPAT
DIIDENTIFIKASI

TOTAL ASET 180.000.000 (33.000.000) 15.000.000 162.000.000

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN YANG TIDAK DIKOMPROMIKAN :
KEWAJIBAN LANCAR :
PINJAMAN JANGKA PENDEK (15.000.000) (15.000.000)
UTANG USAHA (10.000.000) (10.000.000)
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR:
UTANG HIPOTEK (48.000.000) (48.000.000)
TOTAL (73.000.000) (73.000.000)
KEWAJIBAN YANG DI KOMPROMIKAN: (133.000.000) 133.000.000
UTANG PRIORITAS (57.000.000) (57.000.000)
UTANG SUB ORDINASI (12.000.000) (12.000.000)
TOTAL KEWAJIBAN (206.000.000) 64.000.000 (142.000.000)
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
SAHAM ISTIMEWA (40.000.000) 40.000.000
SAHAM BIASA (LAMA) (10.000.000) 10.000.000
SAHAM BIASA (BARU0 (11.000.000) (9.000.000) (20.000.000)
TAMBAHAN MODAL DISETOR (41.000.000) 41.000.000
SALDO LABA(DEFISIT) 76.000.000 (20.000.000) 20.000.000
(76.000.000) 0
TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM 26.000.000 (31.000.000) 0 (15.000.000) (20.000.000)
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
PEMEGANG
SAHAM (180.000.000) 33.000.000 0 (15.000.000) (162.000.000)

Undang undang Kepailitan


Pengadilan menunjuk akuntan, pengacara atau manajer usaha yang berpengalaman
sebagai trustee untuk melakukan likuidasi yang diselesaikan dalam waktu 6 -12 bulan, trustee
harus menyampaikan laporan secara berkala kepada pengadialan niaga. Seluruh proses
likuiditas diatur dalam UU Kepailitan, yang menjelaskan prosedur khusus yang harus diikuti
dan laporan yang harus dibuat. UU Kepailitan menentukan 3 kelompok kreditur, yaitu:

Kreditur yang Dijamin


Memiliki keterkaitan atau kepentingan pengamanan, terhadap asset khusus yang
sering kali disebut sebagai jaminan atau agunan (collateral). Seseorang kreditur
yang mempunyai kepentingan hukum terhadap suatu asset khusus memiliki prioritas
paling tinggi terhadap aset tersebut.

Kreditur dengan Prioritas


Merupakan kredit yang tidak terjamin, yaitu mereka yang tidak memiliki klaim
jaminan terhadap asset tertentu, yang memiliki prioritas lebih tinggi daripada kreditur
yang tidak dijamin lainnya. Kreditur dengan prioritas dibayar lebih dahulu dari uang
yang tersisa bagi kreditur yang tidak dijamin. Dalam bisnis kewajiban berikut
dianggap sebagai prioritas:
1. Biaya pengurusan kepailitan, termasuk biaya akuntansi dan legal untuk para ahli
yang ditunjuk oleh pengadilan niaga.
2. Kewajiban yang timbul karena aktivitas bisnis normal selama proses kepailitan.
3. Upah, gaji, komisi, termasuk tunjangan dan uang kesehatan yang diperoleh
karyawan dalam waktu 180 hari semenjak tanggal petisi diajukan akan tetap
dibatasi sebesar Rp 10.000.000 tiap orang.
4. Kontribusi pada program manfaat karyawan untuk 180 hari terakhir yang tersisa
setelah penghapusan kompensasi dalam poin 3, namun dibatasi dengan batasan
tersisa sebesar Rp 10.000.000 tiap orang.
5. Deposit atau simpanan dari pelanggan yang telah melakukan pembayaran
sebagian untuk pembelian atau sewa guna usaha barang atau jasa yang tidak
terkirim. Prioritas diberikan pertama-tama sebesar Rp 1.800.000 per orang, sisa
deposit yang masih ada ditambahkan pada klaim yang tidak dijamin.
6. Klaim pajak unit pemerintah yang tidak dijamin, seperti pajak penghasilan, pajak
bangunan, pajak pungutan, dan pajak lainnya.

Kreditur Umum yang Tidak Dijamin


Kreditur umum yang tidak dijamin adalah kreditur-kreditur yang hanya dibayar
setelah kreditur yang dijamin dan kreditur dengan prioritas mendapatkan bayarannya.
Dalam hal ini kreditur umum yang tidak dijamin biasanya memperoleh jumlah yang
lebih kecil dari nilai penuh klaim yang diajukan. Pembayaran kepada kreditur yang
tidak dijamin sering disebut dividen

Statement of Affraid

Accounting Statement of Affairs merupakan laporan keuangan dasar yang dimulai pada
awal proses likuidasi untuk menyajikan perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan
aset, urutan klaim kreditur dan perkiraan jumlah kreditur tidak dijamin yang akan menerima
sebagai hasil likuidasi. Misalkan, alih-alih melakukan reorganisasi, PT Induk memutuskan
pada tanggal 31 Desember 20X6 untuk menggunakan UU Kepailitan.

Akuntansi dan Pelaporan Trustee

Dalam UU Kepailitan dan Likuidasi, pihak trustee umumnya memiliki tanggung jawab
untuk melikuidasi dengan segera perusahaan yang pailit dan membayar kreditur sesuai dengan
status legal bagian mereka yang dijamin atau tidak dijamin.

Pihak trustee memeriksa bukti-bukti klaim kreditur terhadap perusahaan debitur yang
pailit, yaitu aset neto debitur. Pihak trustee yang mengambil alih hak atas aset debitur dalam
proses likuidasi harus membuat laporan keuangan berkala yang diperuntukkan bagi pengadilan
niaga, yang melaporkan kemajuan proses likuidasi dan hubungan fidusia. Catatan akuntansi
trustee berisi kewajiban trustee yang tercipta karena mengakui kepemilikan debitur atas aset
yang telah diterima oleh trustee. Pihak trustee tidak mengalihkan kewajiban debitur karena
masih tetap menjadi tanggung jawab perusahaan debitur secara hukum.

Bentuk umum ayat jurnal pembukaan pihak trustee, saat menerima aset perusahaan debitur
adalah sebagai berikut :
Aset XXX

Perusahaan Debitur-Dalam Posisi Pihak Penerima XXX

Laporan Realisasi dan Likuidasi

Sebuah laporan bulanan, yang disebut sebagai laporan realisasi dan likuidasi, disusun
untuk pengadilan niaga. Laporan ini menunjukan hasil tindakan fidusia yang dilakukan oleh
trustee yang dimulai pada saat pihak trustee menerima aset debitur. Laporan ini memiliki tiga
bagian utama: aset, pos-pos tambahan, dan kewajiban

Bagian aset laporan ini dibagi ke dalam empat kelompok berikut :

Aset

Aset yang akan direalisasikan Aset yang direalisasi

Aset yang diperoleh Aset yang tidak direalisasi

Aset yang akan direalisasikan merupakan aset yang diterima dari perusahaan debitur.
Aset yang diperoleh merupakan aset yang berikutnya diperoleh trustee. Aset yang direalisasi
merupakan aset yang dijual oleh pihak trustee; aset yang tidak direalisasi merupakan aset yang
masih berada dibawah tanggung jawab pihak trustee pada akhir periode. Kas umumnya tidak
dilaporkan dalam laporan realisasi dan likuidasi karena laporan arus kas yang terpisah
umumnya akan dibuat.

Bagian pos-pos tambahan laporan terdiri dari dua pos berikut ini :

Pos-pos Pendukung

Beban tambahan Kredit tambahan

Beban tambahan mencangkup biaya administrasi trustee dan beban kas apa pun yang
dibayarkan oleh pihak trustee. Kredit tambahan mencangkup beberapa pos pendapatan yang
tidak lazim.

Bagian kewajiban laporan ini dibagi sebagai berikut :

Kewajiban

Kewajiban terlikuidasi Kewajiban akan dilikuidasi

Kewajiban tidak dilikuidasi Kewajiban yang timbul


Kewajiban terlikuidasi merupakan klaim kreditur yang telah diselesaikan dalam
periode berjalan. Kewajiban tidak likuidasi merupakan kewajiban yang masih ada selama
periode pelaporan. Kewajiban yang akan dilikuidasi merupakan utang yang masih terdapat
pada buku perusahaan debitur di mana pihak trustee brtanggungjawab atas likuidasinya mulai
pada tanggal penunjukan. Akhirnya, Kewajiban yang timbul terjadi apabila kewajiban baru
dilakukan oleh pihak trustee. Pihak trustee memberikan laporan realisasi dan likuidasi kepada
pengadilan niaga setiap bulannya. Selain itu, laporan arus kas yang pendek dibuat untuk
meringkas penerimaan kas dan pengeluaran kas setiap bulannya

Anda mungkin juga menyukai