Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI

BIOLOGI DASAR
UJI SENSITIVITAS PUTRI MALU

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1) Resa Pahlawan (15308141044)

2) Inuoi Widhi Hakiki (15308141043)

3) Wicak Aji Pangestu (15308144009)

4) Norma Fauziyah (15308144008)

5) Isdini Ganishwardhani (15308144004)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


A. Judul

Uji Sensitifitas pada putri malu (Mimosa pudica)

B. Tujuan

1) Untuk mengetahui sensitifitas putri malu pada waktu yang berbeda

2) Untuk mengetahui respon putri malu pada letak sentuhan yang berbeda

C. Dasar Teori

Setiap organisme mampu menerima rangsangan/ yang disebut iritabilitas, dan mampu pula
menanggapi rangsang tersebut. Salah satu bentuk tanggapan yang umum adalah berupa gerak.
Gerak berupa perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari
tubuh. Jika pada hewan rangsang disalurkan melalui saraf, maka pada tumbuhan rangsang
disalurkan melalui benang plasma (plasmodesma) yang masuk ke dalam sel melalui dinding sel
yang disebut noktah. Putri malu atau dalam bahasa ilmiah Mimosa pudica adalah merupakan
tumbuhan asli Amerika yang telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Bunganya cerah dan
warnanya merah muda. Termasuk anggota suku polong-polongan, berbunga sejak bulan Juni
sampai Agustus. Tumbuhan ini bereaksi terhadap sentuhan dan keadaan gelap dengan
menguncupkan daunnya, menunduk dan terkulai.
Tumbuhan ini mempunyai ke khasan tersendiri yakni daunnya menutup dengan sendirinya
saat disentuh dan membuka kembali setelah beberapa lama. Tanaman berduri ini termasuk dalam
klasifikasi tanaman berbiji tertutup (angios sperma) dan terdapat pada kelompok tumbuhan
berkeping dua atau dikotil. Tumbuhan berdaun majemuk menyirip dan daun bertepi rata ini
memiliki letak daun yang behadapan serta termasuk dalam suku polong-polongan. Mekanisme
mengatupnya daun putri malu (Mimosa pudika) sebagai suatu contoh bahwa tumbuhan mampu
menanggapi adanya suatu rangsang (stimulus) dapat dijelaskan melalui konsep turgor, yaitu
terjadinya perubahan tegangan dinding sel karena akumulasi air.
Tanaman yang berasal dari padang rumput Amerika Selatan ini ketika di beri rangsang
berupa sentuhan akan memperlihatkan dua macam gerak nasti. Salah satunya disebut haptonasti,
merupakan reaksi terhadap sentuhan. Yang satunya disebut fotonasti, reaksi terhadap cahaya.
Kedua reaksi itu terjadi pembengkakan yang disebut bantal daun, pada pangkal tangkai dan pada
titik lekat daun-daun kecilnya. Pada sentuhan paling ringan pun, pembengkakan itu mengosongkan
air simpanannya sehingga daun atau tangkai terkulai. Ketika putri malu di sentuh maka se-sel
motornya yang berisi cairan di bantal daun membocorkan air kedalam ruang antar sel. Hilangnya
tekanan air menyebabkan daun kecil menguncup dan terkulai layu. Semua ini hanya terjadi
beberapa detik saja. Namun, pulihnya tumbuhan itu ke keadaan aslinya dapat memakan waktu
lama. Tumbuhan putri malu begitu peka sehingga pernah dianggap mempunyai susunan syaraf
mirip binatang. Gerak ini disebut seismonasti, yang walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan
(tigmonasti), sebagai contoh, gerakan tigmonasti daun putri malu tidak peduli darimana arah
datangnya sentuhan.Tanaman ini juga menguncup saat matahari terbenam dan merekah kembali
setelah matahari terbit. Tanaman putri malu menutup daunnya untuk melindungi diri dari hewan
pemakan tumbuhan (herbivora) yang ingin memakannya. Warna daun bagian bawah tanaman putri
malu berwarna lebih pucat, dengan menunjukkan warna yang pucat, hewan yang tadinya ingin
memakan tumbuhan ini akan berpikir bahwa tumbuhan tersebut telah layu dan menjadi tidak
berminat lagi untuk memakan.
Gerak tigmo nasti (bahasa Yunani; thigma, artinya sentuhan). Jika hanya satu anak-daun
yang dirangsang, rangsangan itu kemudian diteruskan ke seluruh tumbuhan, sehingga anak-daun
lain ikut mengatup. Pengatupan terjadi karena air diangkut keluar dari sel motor pada pulvinus,
kejadian yang berkaitan erat dengan ion K+ . Pada penelitian yang dilakukan oleh Roblin,1982;
Samejima dan Sibaoka, 1980; Simons, 1981 dan peneliti lainnya mengatakan bahwa ada dua
mekanisme yang terjadi dalam pelaksanaan gerak pada putri malu ini. Yang pertama adalah elektris
dan yang lainnya adalah kimiawi. Respon elektris pertama kali dipelajari secara luas oleh Jagadis
Chunder Bose di India antara tahun 1907 dan 1914.
Potensial kerja pada mimosa serupa dengan pada sel hewan, tapi jauh lebih lambat. Pada
sel tumbuhan dan sel hewan, potensial kerja disebabkan oleh aliran sejumlah ion tertentu yang
melintasi membran sel. Pada Mimosa aliran ion itu melewati sel parenkim (yang dihubungkan oleh
plasmodesmata), xilem dan floem dengan kecepatan sekitar 2cm per sekon, sementara potensial
kerja sel hewan berkecepatan puluhan meter per sekon.
Potensial kerja tidak akan melewati pulvinus dari satu anak-daun ke anak-daun lainnya,
kecuali bila respon kimiawi juga terlibat sehingga beberapa anak daun juga terlipat. Respon kimiawi
yang pertama kali dilaporkan oleh Ubaldo Ricca (1916) disebabkan oleh suatu bahan yang bergerak
melalui pembuluh xylem bersamaan dengan aliran transpirasi. Ricca memenggal sebuah batang
dan kedua ujung penggalannya dihubungkan dengan tabung sempit berisi air. Jika sehelai daun di
salah satu sisi tabung dilukai , daun di sisi lainnya akan terlibat. Bahan aktif ini, yang mula-mula
dinamakan faktor Ricca, tapi kini dikenal sebagai turgorin, berhasil diekstrak dari sel yang terluka
dan dioleskan pada suatu potongan batang, dan efek lipatannya dapat diamati. Pergerakan itu
menunjukkan bahwa respon elektris berjalan melalui turgorin dalam sel parenkima, dari satu anak
daun ke anak daun lainnya (Sallisburi: ,102).
D. Metode penelitian
Waktu dan tempat
1. Pagi, pukul : 07.10
2. Siang, pukul : 12.13
3. Sore, pukul : 14.05
4. Lingkungan Ormawa
Alat dan bahan
1. Higrometer
2. Kamera
3. Alat tulis
4. Tumbuhan Putri Malu

E. Cara kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Ukur kelembaban udara saat percobaan dilakukan dengan menggunakan higrometer

3. Sentuhlah putri malu pada letak yang berbeda (ujung, pangkal, tengah)

4. Amati respon yang terjadi dan catat pada buku

5. Lakukan pada waktu yang berbeda (pagi, siang, sore)

6. Ulangi langkah 1,2,3,4,5 keesokan harinya pada jam yang sama


F. Hasil penamatan
Percobaan Hari ke- 1

Letak sentuhan Kelemba


Waktu
ban
sentuhan Ujung daun Tengah daun Pangkal daun udara
Mengatup pada bagian Mengatup pada bagian Mengatup pada
ujung saja, tidak terkatup tengah saja, tidak bagian pangkal saja,
sempurna terkatup sempurna tidak terkatup
sempurna

Pagi hari
pukul 59%
07.10

Mengatup sempurna Bagian daun Mengatup


pada bagian ujung saja, sempurna seluruhnya,
respon cepat. respon cepat.

Siang
hari
55%
pukul
12.27

Mengatup bagian ujung Respon lambat,


Mengatup bagian
Sore hari saja, respon lambat, tidak mengatup seluruhnya
tengah saja, tidak
pukul terkatup sempurna dari pangkal sampai 57%
terkatup sempurna,
15.20 ujung karena disentuh
respon lambat
berulang
Percobaan hari ke-2

Letak sentuhan Kelemba


Waktu
ban
sentuhan Ujung daun Tengah daun Pangkal daun udara
Mengatup pada
Mengatup pada bagian Mengatup pada bagian
Pagi hari bagian pangkal saja,
ujung saja, tidak terkatup tengah saja, tidak
pukul tidak terkatup 59%
sempurna terkatup sempurna
07.10 sempurna

Bagian daun Mengatup


sempurna seluruhnya,
respon cepat.
Mengatup pada
Mengatup sempurna bagian pangkal saja,
Siang
pada bagian ujung saja, respon cepat, terkatup
hari
respon cepat. sempurna 56%
pukul
12.13

Respon lambat, Respon lambat,


mengatup seluruhnya Mengatup bagian
Sore hari mengatup seluruhnya
mengalir dari ujung tengah saja, tidak
pukul dari pangkal sampai 58,5%
sampai pangkal. terkatup sempurna,
14.05 ujung namun tidak
respon lambat
terkatup sempurna
G. Pembahasan

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Familia : Mimosaceae

Genus :Mimosa

Spesies : Mimosa Pudica

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa sensitivitas putri malu paling besar dipengaruhi oleh
intensitas cahaya dan kelembaban udara. Dibuktikan dengan hasil praktikum yang menunjukkan
bahwa pada percobaan Hari ke-1 dan Hari ke-2 di letak sentuhan dan waktu yang sama hampir
mengalami kemiripan tingkat sensitivitas. Pada tabel Hari ke-1 pada waktu pagi hari dengan tabel
Hari ke-2 pada waktu pagi hari disentuh di letak yang sama, misal sesama ujung, sesama tengah
atau sesama pangkal, hasilnya sama saja karena waktu pelaksanaannya sama yaitu (1) saat pagi
hari dimana kelembaban udara masih tinggi dan cahaya matahari belum terlalu terik, saat disentuh
bagian tertentu baik Pada percobaan hari ke-1 maupun hari ke-2 responnya sama yaitu,saat
disentuh bagian ujung daun, yang mengatup pada bagian ujung saja dan gerakan menutupnya
lambat selain itu daun yang menutup tidak terkatup sempurna. Saat disentuh bagian tengah, hanya
bagian tengah yang disentuh tersebut yang bereaksi (mengatup) meskipun tidak mengatup rapat,
sedangkan bagian ujung dan pangkalnya tetap membuka. Saat bagian pangkal yang disentuh,
hanya bagian tersebut yang terkatup, sedangkan bagian tengah sampai ujung tetap membuka,
selain itu responnya juga lambat (tidak terlalu sensitif). (2) saat siang hari dimana sinar matahari
sangat terik dan intensitas cahayanya banyak kemudian kelembaban udara juga lebih sedikit
dibanding saat pagi hari, pada daun putri malu yang disentuh bagian ujungnya baik pada pecobaan
hari ke-1 maupun hari ke-2 hasilnya sama, yaitu sensitivitas daun tinggi, sehingga saat disentuh
responnya cepat, disentuh pada ujung daun yang mengatup adalah bagian ujung saja dan bagian
yang mengatup tersebutpun terkatup sempurna, tidak seperti saat pagi hari yang saat disentuh
ujungnya responnya lambat dan mengatup tidak sempurna. Saat disentuh bagian pangkal, yang
mengatup pada bagian pangkal yang disentuh saja, dan responnya sangat cepat. Saat disentuh
bagian tengah, semua bagian daunnya terkatup sempurna dari pangkal sampai ujung, hal ini karena
tingkat senitifitas putri malu maksimal pada siang hari. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan teori
bahwa Tanggapan ini dipicu oleh gerakan cepat ion ion kaliun yang terdapat di antara sel sel
parenkim dasar tangkai dun dan ranting. Sentuhan menyebabkan ion ion kalium didorong keluar
dari sel sel yang terdapat di bagian bawah tangkai daun. Peristiwa tersebut lalu diikuti dengan
keluarnya air dari sel sel di daerah itu secara osmosis. Keluarnya air dari dalam sel menyebabkan
tekanan tugor berkurang sehingga tangkai daun tapak luglai dan daun mengatup. Oleh karena itu
pada siang hari saat matahari bersinar terik, intensitas cahayanya tinggi, kelembaban udara sedikit,
kandungan air dalam tumbuhan tidak sebanyak saat pagi hari atau sore hari sehingga keluarnya air
dari sel secara osmosis tersebut hanya sedikit jadi tekanan turgornya juga semakin berkurang
menyebabkan daun putri malu saat disentuh lebih sensitif, responnya cepat dan apabila mengatup
pada bagian tertentu atau pada semua bagian maka akan benar-benar mengataup sempurna. (3)
Saat sore hari dimana kelembaban udara kembali tinggi (meningkat) dan cahaya matahari sudah
berkurang, intensitas cahayanya juga tidak setinggi saat siang hari, saat disentuh bagian tertentu
baik Pada percobaan hari ke-1 maupun hari ke-2 responnya sama yaitu,saat disentuh bagian ujung
daun, responnya lambat dan mengatupnya dau tidak sempurna. Saat disentuh bagian tengah
kesinsitifan benar-benar rendah sehingga perlu berulang menyentuhnya hal tersebut membuat
bagian yang lain ikut terkatup, jadi bukan bagian tengahnya saja yang terkatup. Saat disentuh
bagian pangkal kesensitifannya juga rendah jadi harus disentuh berulang menyebabkan bagian
daun terkatup seluruhnya. Hanya saja bedanya dengan sentuhan bagian tengah, bagian pangkal ini
disentuh berulang, daun mengatup seluruhnya namun membentuk suatu aliran/arah pola
mengatup, yaitu mengatup dari bagian pangkal sampai bagian ujung.

H. Kesimpulan
Faktor yang paling mempengaruhi kesensitifan daun putri malu terhadap rangsang adalah
intensitas cahaya dan kelembaban udara. Hal ini dibuktikan dengan hasil percobaan yang
menunjukkan perbedaan sensitifitas putri malu saat disentuh pada waktu yang bereda. Dimana
saat siang hari adalah saat kesensitifan putri malu paling tinggi karena intensitas cahaya yang tinngi
dan kelembaban udara yang rendah. Adapun letak sentuhan putri malu tidak terlalu
berpengaruh/hasilnya bisa sama atau berbeda tergantung waktu menyentuhnya daun tersebut
I. Daftar Pustaka
Anonim.1996.Materia Medica Indonesia Jilid VI, 158-162.Jakarta : Departemen Kesehatan

Bloom and Fawcett, 1994. Buku ajar histology.Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC.
Handayani Nury, 2009. Buku Kantung Biologi. Jakarta : Pustaka Widyatama.
Sallisbury, Frank B dkk.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB.
Widodo M. Saleh (Sarjana Pertanian IPB) dan Soediartoe Ahmad (Sarjana Pertanian IPB/Ahli

taksonomi). 1980. Tanaman Penutup Tanah. Yogyakarta : IPB.

Anda mungkin juga menyukai