Tentang
2. Undang.....
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
kedokteran.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
6. Surat Edaran ........................Direktur Jendral Pelayanan Medik
Nomor Y.M 0.2.04.3.5.2504 tanggal 10 Juni 1997 tentang
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Banjarmasin
Pada tanggal : Januari 2017
KARUMKIT BHAYANGKARA TK III BANJARMASIN
2
5. Dalam hal dokter atau dokter gigi yang merawat berhalangan untuk
memeberikan penjelasan secara lansung, maka pemberian penjelasan dapat
didelegasikan kepada dokter atau dokter gigi lain yang kompeten (PMK
290/Menkes/Per/III/2008 Pada Bagian II Penjelasan : Pasal 10 ayat 2)
6. Penjelasan yang akan disampaikan kepada pasien dan atau keluarga oleh
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dengan cara dan bahasa yang
mudah di mengerti yang meliputi :
a. Penjelasan tentang kondisi medis pasien, diagnosis pasti, rencana pelayanan
dan pengobatan dan bagaimana mereka dapat berpartisispasi dalam
memberikan keputusan pelayanan
b. Penjelasan waktu/ kapan informasi tentang rencana pelayanan dan rencana
pengobatan serta bagaimana proses untuk mendapatkan
persetujuan/informed consent
c. Penjelasan tentang siapa yang akan menjelaskan
6. Jenis tindakan medis yang memerlukan informed consent adalah sebagai
berikut :
a. Semua tindakan operasi yang direncanakan dan dilakukan di kamar bedah
b. Semua tindakan operasi yang memerlukan pembiusan umum maupun
pembiusan regional
c. Semua pembiusan umum dan regional blok anesthesia
d. Semua tindakan lumbal pungksi dan pungsi asites
e. Tindakan invasive radiology
f. Semua tindakan radiology dengan kontras ( CT Scan, MRI, IVP)
g. Kuretase oleh dokter kandungan
h. Kanulase vena dalam (Vena seksi)
i. Tindakan Intubasi
j. Transfusi darah/komponenya
k. Hemodialisa
l. Kemoterapi
m. Immunisasi
n. Pemasangan NGT
LAMPIRAN KEP. KARUMKIT BHAY. BJM
NOMOR : KEPo. pemasangan.....
/ / I / 2017
TANGGAL : JANUARI 2017
3
o. Pemasangan WSD
p. Pemasangan Katether
q. Pemasangan Implant
r. Pemasangan IUD
s. Pemasangan Infus
t. Pemasangan Restrain
u. Pemasangan Ventilator
v. Semua tindakan endoskopi
7. Selain tindakan tersebut diatas mulai poin 1 s/d 22, pasien tetap harus diberikan
penjelasan tanpa harus mengisi informed consent yaitu dengan persetujuan
lesan (PMK 290/Menkes/Per/III/2008 pada Bab II Persetujuan Dan Penjelasan
Pasal 3 ayat 2)
8. Tanda tangan saksi dari fihak keluarga boleh diisi pada saat sebelum tindakan
operasi, sewaktu operasi atau sesudah tindakan operasi dan diusahakan oleh
wali pasien tersebut
9. Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran ( Pasal
4 ) PERMENKES RI Nomer 290/Menkes/Per/IV/2008 Tentang persetujuan
Tindakan Kedokteran
10. Dalam hal indikasi kemungkinan perluasan tindakan kedokteran, dokter yang
akan melakukan tindakan juga harus memberikan penjelasan (pasal 11 ayat (1),
PERMENKES RI Nomer 290/Menkes/Per/IV/2008 Tentang persetujuan Tindakan
Kedokteran
11. Pengecualian untuk pasien tertentu tanpa menggunakan informed consent
seperti pasien emergensi yang membutuhkan tindakan life saving dan pasien
tidak sadar tidak didampingi oleh keluarga
4
12. Semua persetujuan informed consent pasien dicatat dan dimasukkan dalam RM
pasien