Anda di halaman 1dari 2

2.

Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Logo Obat Herbal terstandar :

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang
dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini
membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan
tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan
ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah
ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti
standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat,
standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun
kronis.

http://www.ptphapros.co.id

OBAT HERBAL TERSTANDAR


Obat Herbal Terstandar (OHT) merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di
standarisasi. OHT memiliki grade setingkat di bawah fitofarmaka. OHT belum mengalami uji
klinis, namun bahan bakunya telah distandarisasi untuk menjaga konsistensi kualitas produknya.
Uji praklinik dengan hewan uji, meliputi uji khasiat dan uji manfaat, dan bahan bakunya telah
distandarisasi.
Ada lima macam uji praklinis yaitu uji eksperimental in vitro, uji eksperimental in vivo, uji
toksisitas akut, uji toksisitas subkronik, dan uji toksisitas khusus. Uji toksisitas akut bertujuan
mencari besarnya dosis tunggal yang membunuh 50% dari kelompok hewan coba (LD50). Pada
tahap ini sekaligus diamati gejala toksik dan perubahan patologik organ pada hewan yang
bersangkutan. Sedangkan uji toksisitas jangka panjang (subkronik dan kronik), bertujuan
meneliti efek toksik pada hewan coba setelah pemberian obat ini secara teratur dalam jangka
panjang dan dengan cara pemberian seperti pada pasien nantinya. Lama pemberian bergantung
pada lama pemakaian nantinya pada penderita. Penelitian toksisitas jangka panjang meliputi
penelitian terhadap system reproduksi termasuk teratogenisitas dan mutagenisitas, serta uji
ketergantungan. Walaupun uji farmakologi-toksikologik pada hewan ini memberikan data yang
berharga, ramalan tepat mengenai efeknya pada manusia belum dapat dibuat karena spesies yang
berbeda tentu berbeda pula jalur dan kecepatan metabolisme, kecepatan ekskresi, sensitivitas
reseptor, anatomi, atau fisiologinya.
Kriteria Obat Herbal Terstandar antara lain:
-Aman
-Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau pra-linik
-Bahan baku yang digunakan telah mengalami standarisasi
-Memenuhi persyaratan mutu.
Di Indonesia telah terdapat kurang lebih 17 macam OHT, salah satunya yang memiliki
kandungan hampir sama dengan Nodiar adalah Diapet. Sama seperti Nodiar, Diapet memiliki
khasiat sebagai anti diare. OHT ini dapat memadatkan feces yang cair, sekaligus mengatasi rasa
mulas. Obat ini memiliki kandungan Psidii folium 144 mg, Curcumae domesticae rhizome
(rimpang kunyit) 120 mg, Coicis semen 246 mg, Chebulae fructus 48 mg, dan Granati
pericarpium 42 mg. Daun jambu biji atau Psidii folium diduga menjadi kandungan utama dalam
formulasi obat ini. Sumber lain menyebutkan bahwa zat yang berperan sebagai antidiare dalam
daun jambu biji adalah tanin. Dalam penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling
halus, diketahui kandungan taninnya sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi
kandungan taninnya. Senyawa itu bekerja sebagai astrengent, yaitu melapisi mukosa usus,
khususnya usus besar. Tanin juga menjadi penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein.
Untuk memanfaatkan jambu biji sebagai obat diare dapat dilakukan
dengan merebus 15 - 30 g daun kering jambu biji dalam air sebanyak 150
- 300 ml. Perebusan dilakukan selama 15 menit setelah air mendidih.
Hasil rebusan disaring dan siap untuk diminum sebagai obat diare. Bila
ingin memanfaatkannya dalam bentuk segar, diperlukan 12 lembar daun
segar, dicuci bersih, ditumbuk halus, ditambah cangkir air masak dan garam secukupnya.
Hasil tumbukan diperas, disaring, lalu diminum. Supaya terasa enak, ke dalamnya bisa
ditambahkan madu.
Menurut informasi yang tertera pada kemasan, Diapet memiliki dosis dua kapsul dalam sekali
pakai. Setiap tablet berat komposisinya adalah 600 mg. Bila dosis 2 tablet tersebut dikonversikan
ke dosis hewan uji berupa tikus, dengan faktor konversi dari dosis manusia dengan berat 70 kg,
ke dosis tikus dengan berat 200 g sebesar 0,018 maka dosisnya menjadi:
(70 kg)/(60 kg)1200 mg0,018=25,2 mg/200 gBB tikus
= 0,1275 mg/gBB tikus.
Apabila diketahui berat badan tikus sebesar 210 g, maka:
dosis=(0,1275 mg)g210 g=26,775 mg
kapsul=(26,775 mg)/(600 mg)1 kapsul=0,045 kapsul

Jadi, dosis 26,775 mg setara dengan 0,044 tablet, sehingga tikus dengan berat 210 g memerlukan
0,045 kapsul.

Anda mungkin juga menyukai