Tugas
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Audit Manajemen
yang dibina oleh Dr. Drs. Bambang Hariadi, M.Ec., Ak.
Oleh
Hayatun Nufus (145020300111016)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
MEI 2017
BALANCE SCORECARD
7.
Pengembangan Balance Scorecard
Balance Scorecard dibagi menjadi Personal Balance Scorecard dan Organizational Balance
Scorecard. Bagian ini diawali dengan penggambaran Organizational Balance Scorecard yang
sudah dikenal, yang membentuk dasar Personal Balance Scorecard.
1. Misi Pribadi
Pernyataan misi pribadi mencakup filosofi hidup dan tujuan hidup keseluruhan.
Perumusan itu didasarkan pada pencarian akan jati diri pribadi (pengetahuan diri)
2. Visi Pribadi
Pernyataan visi pribadi mancakup gambaran, arah, nilai, dan prinsip.
3. Peran Kunci
Peran kunci berhubungan dengan bagaimana cara mengisi berbagai peran penting
dalam hidup untuk mewujudkan misi dan visi pribadi.
4. Faktor Penentu Keberhasilan Pribadi
Faktor penentu keberhasilan pribadi diambil dari misi, visi, dan peran kunci pribadi.
Faktor itu berhubungan dengan keempat perspektif BSC (keuangan, eksternal,
internal, dan pengetahuan serta pembelajaran)
5. Tujuan Pribadi
Tujuan pribadi menggambarkan hasil pribadi yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi pribadi. Tujuan pribadi itu diambil dari faktor penentu keberhasilan
pribadi dan juga merupakan hasil analisis kekuatan dan kelemahan. Tujuan berfungsi
sebagai terobosan yang dapat dicapai.
6. Tolak Ukur Kinerja Pribadi
Tolak ukur kinerja pribadi adalah alat ukur yang akan membantu menilai fungsi
dalam kaitannya dengan faktor penentu keberhasilan dan tujuan pribadi. Targer
pribadi adalah tujuan kuantitatif tolak ukur kinerja pribadi. Target pribadi merupakan
nilai yang harus diupayakan pencapaiannya kemudian dinilai melalui tolok ukur
kinerja pribadi. Target menunjukan nilai yang harus dipakai.
7. Tindakan Perbaikan Pribadi
Tindakan perbaikan pribadi adalah strategi yang digunakan untuk mewujudkan misi,
visi dan tujuan pribadi. Tindakan itu digunakan untuk memperbaiki kemampuan dan
perilaku pribadi, dengan demikian untuk memperbaiki kinerja.
BALANCED SCORECARD PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
1. Finansial/efisiensi operasional
Bagaimana kita melihat/memandang dan memberikan nilai pemegang saham?
2. Pelanggan
Bagaimana pelanggan melihat atau memandang dan mengevaluasi kinerja kami?
3. Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dapatkah kita melanjutkan untuk meningkatkan dan menciptakan nilai kepada
pelanggan, pemegang saham, karyawan, manajemen serta organisasi?
4. Proses dan Produk
Apa yang harus diunggulkan dari proses produk kami?
1. Finansial/efisiensi operasional
Bagaimana kita melihat/ memandang dan memberikan nilai kepada masyarakat dan/atau
pembayar pajak?
2. Pelanggan
Bagaimana orang-orang yang menggunakan jasa/pelayanan public memandang dan
mengevaluasi kinerja kami?
3. Pembelajaran dan pertumbuhan
Dapatkah kita melanjutkan untuk meningkatkan dan menciptakan nilai untuk
masyarakat/membayar pajak, aparatur dan pejabat pemerintah, organisasi pemerintah,
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders).
4. Proses dan Produk
Apakah program-program pembangunan yang dilaksanakan telah memberikan hasil-hasil
sesuai dengan yang diinginkan/diharapkan?
Sejumlah perbedaan perspektif balance scorecard yang ditetapkan pada organisasi
pemerintah mengharuskan kita untuk memodifikasi Implementasi Balanced scorecard dalam
organisasi pemerintah.
Sejak digulirkan dari tahun 2007, Kementerian Keuangan telah menggunakan BSC
sebagai alat manajemen strategi untuk menerjemahkan visi, misi dan strategi yang tertuang
dalam Rencana Strategis (Renstra) dan Road Map Kemenkeu ke dalam suatu peta strategi.
Kedisiplinan implementasi BSC diperlukan guna mewujudkan visi Kementerian Keuangan
yaitu Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang dipercaya, akuntabel dan
terbaik di regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.
Mulai tahun 2012, pelaksanaan pengukuran kinerja di Kementerian Keuangan diatur melalui
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja
di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 12/KMK.01/2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan.
PMK ini menetapkan bahwa setiap pegawai di Kementerian Keuangan akan diukur
kinerjanya melalui dua komponen, yaitu IKU dan perilaku. KMK tersebut juga mengatur
tentang penetapan pengelola kinerja, kontrak kinerja, penyusunan dan perubahan peta
strategi, IKU, target, inisiatif strategis dan pelaporan capaian kinerja di Kementerian.
Sampai dengan tahun 2011, IKU telah dibangun dari level Kemenkeu-
Wide (Kementerian Keuangan) sampai Kemenkeu-Five(pelaksana). Sesuai dengan program
kerja pengelolaan kinerja Kementerian, seluruh pegawai Kementerian Keuangan telah
memiliki kontrak kinerja. Dengan demikian, setiap pegawai dapat diukur dan dipastikan
kontribusinya yang secara sinergi diharapkan mampu mendukung pencapaian strategi
kementerian. Untuk mengelola pengukuran kinerja di Kementerian Keuangan, telah ditunjuk
pengelola kinerja di masing-masing unit mulai tingkat Kementerian hingga Satuan Kerja
(Satker) yang dibedakan menjadi pengelola kinerja organisasi dan pengelola kinerja pegawai.
Pada tahun 2012 ini, dilakukan serangkaian refinement pada peta strategi tahun
sebelumnya guna memenuhi kebutuhan akan ukuran kinerja yang lebih strategis serta
penajaman Sasaran Strategis sesuai dengan kebutuhan organisasi dan arahan pimpinan. IKU-
IKU yang telah memenuhi target dan dirasa sudah tidak menantang, untuk digantikan dengan
IKU yang lebih tepat dengan target baru. Kebutuhan penyusunan Inisiatif Strategis wajib
dimiliki oleh organisasi di Kementerian Keuangan hingga ke tingkat satker, sebagai bentuk
upaya pencapaian target IKU yang telah ditetapkan dalam kontrak kinerja. Seluruh komponen
perubahan ini dituangkan dalam komitmen kinerja Menteri Keuangan dan kontrak kinerja
pejabat Eselon I yang ditandatangani pada tanggal 9 Februari 2012.
Jumlah responden yang ditargetkan dalam survei adalah sebanyak 4.056 orang yang
mewakili seluruh unit eselon I secara proporsional, sedangkan realisasi jumlah responden
melebihi target yaitu sebanyak 4.075 orang. Survei dilaksanakan dengan bantuan kuesioner
terstruktur dan wawancara. Hasil pengolahan survei tersebut kemudian dinyatakan dalam
bentuk indeks implementasi SFO sebagai berikut:
Berdasarkan hasil survei, implementasi lima prinsip SFO pada Kementerian Keuangan
termasuk dalam kategori "we are good at this". Untuk mempertahankan kondisi ini atau
bahkan meningkatkan indeks implementasi SFO di Kementerian Keuangan, perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Meningkatkan peran atasan langsung dan change agent dalam komunikasi dan edukasi
pengelolaan kinerja.
2. Melaksanakan monitoring dan review secara berkala untuk mengetahui progress
capaian kinerja dan membangun awareness bersama.
3. Menyusun sistem reward yang fair untuk membedakan organisasi dan individu yang
berkinerja tinggi.
4. Meningkatkan kualitas koordinasi antara unit eselon I dengan unit pengelola SDM dan
unit pelatihan dalam penyusunan kebutuhan kompetensi pegawai dan kebutuhan diklat
yang dibutuhkan.