HALAMAN SAMPUL
MAKALAH
Oleh
Kelompok 4
HALAMAN JUDUL
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal dengan dosen
pengampu: Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB.
Oleh:
Kelompok 4
Amanda Rizky F NIM 152310101102
Husnita Faradiba NIM 152310101106
Rohmatun Nazila NIM 152310101111
Qothrun Nada Arifin NIM 152310101214
Hendra Pranata NIM 152310101216
Larasati Setyo P NIM 152310101218
Nunung Ratna Sari NIM 152310101219
Alvin Ferdian P NIM 152310101224
Firmanditya Ayu F NIM 152310101250
Widya Ningtyas NIM 152310101305
Efi Kusdian NIM 152310101308
Siti Amalliatul Kh NIM 152310101349
Kelas D
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker
Pankreas. Penulisan makalah ini bertujuan untuk melakukan pengkajian lebih
dalam mengenai konsep dasar penyakit kanker pankreas dan asuhan keperawatan
pada klien dengan kanker pankreas.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta motivasi dari berbagai
pihak. Sebab demikian tak lupa penulis haturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB. selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Medikal sekaligus pembimbing dalam penyusunan
makalah ini.
2. Kedua orang tua dan semua pihak yang telah bekerjasama serta
mendukung realisasi makalah ini.
3. teman-teman yang telah memberi dorongan dan semangat;
4. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses kegiatan
belajar mengajar untuk semua kalangan. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1
faktor endogen yaitu usia, penyakit pankreas (pankreatitis kronik dan diabetes
mellitus) dan mutasi genetik.
Hampir 60-70% kanker pankreas lokasinya di kaput pankreas, 20-25% berada
di korpus dan kauda pankreas. Simptom dan gejala klinisnya berhubungan dengan
lokasi kanker. Manifestasi yang paling sering dikeluhkan pasien yaitu, nyeri
abdomen, berat badan menurun, asthenia, anoreksia, dan juga ikterus yang. Sekitar
50% pasien kanker pankreas memiliki penyakit diabetes. Pesien dengan lesi di
kaput pankreas biasanya terjadi peningkatan bilirubin dan alkalin fosfat.
Pemeriksaan laboratorium rutin biasanya normal dan tumor marker yang dilakukan
adalah CEA dan CA 19-9. Dimana biasanya terjadinya peningkatan pada kedua
tumor marker tersebut. Tumor marker Ca 19-9 biasanya paling banyak digunakan
karena mempunyai sensitivitas dan spesivitas tinggi (80% dan 60- 70%).
Kanker pankreas merupakan tumor yang membahayakan yang terjadi dalam
waktu yang lama dan berkembang cepat sebelum menunjukkan gejala klinis.
Mayoritas penderita kanker pankreas awalnya tidak menunjukkan gejala yang
spesifik sehingga sering terlambat didiagnosis, akibatnya pasien datang dengan
keadaan stadium lanjut dan termasuk salah satu kanker yang prognosisnya paling
buruk.
Zaman sekarang masyarakat tidak lagi makan-makanan yang alami seperti
singkong, daun-daunan serta rempah-rempahan. Adanya makanan modern junk
food yang mengandung bahan pewarna, pengawet dan perasa yang tidak lagi alami
membuat sel-sel yang tidak semestinya tumbuh, tumbuh secara cepat yang dapat
merusak organ yang ditempatinya. Sel-sel ini tidak berfungsi bagi tubuh, bahkan
membahayakan tubuh. Sel-sel tersebut bernama kanker. Dalam makalah ini penulis
akan membahas tentang kanker pankreas yaitu kanker yang dimulai dari pakreas.
Jika tidak segera diatasi, kanker ini tumbuh menjalar ke organ lain dan dapat
merusaknya. Oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan perlu pencegahan untuk
diri kita agar dapat terhindar dari kanker, diantaranya yaitu dengan menjaga pola
hidup sehat dan olahraga yang cukup serta melakukan penyuluhan penyuluhan
kepada masyarakat mengenai pencegahan penyakit tersebut.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah
yang dapat diuraikan adalah apa itu kanker pankrease, anatomi kanker pankrease
dan epidemiologi, klasifikasi, manifestasi klinik dan lain sebagainya yang
bersangkutan dengan kanker pankreas.
3
1.4.3 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar dari kanker pankreas dan
bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan kanker pankreas
sehingga nantinya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien
dengan kanker pankreas serta ntuk menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang kanker pankreas dalam proses belajar di semester V ini.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal
sekitar 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm (pada manusia). Pankreas terbentang dari atas
sampai ke lengkungan besar dari perut dan biasanya dihuungkan oleh dua saluran
ke duodenum (usus 12 jari ), terletak pada dinding posterior abdomen dibelakang
peritoneum sehingga termasuk organ retroperitoneal kecuali bagian kecil caudanya
yang terletak dalam ligament lienorenalis. Strukturnya lunak dan berlobulus.
1. Bagian Pankreas
Pancreas dapat dibagi kedalam:
a. Caput Pancreatis
Berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagain cekung duodenum.
Sebagian caput meluas dikiri dibelakang arteri dan vena mesenterica
superior serta dinamakan processus uncinatus.
b. Collum Pancreatis
5
Merupakan bagian pancreas yang mengecil dan menghubungkan caput
dengan corpus pancreas. Collum pancreatic terletak di depan pangkal vena
portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior
dari aorta.
c. Corpus Pancreatis
Berjalan ke atas dan kiri, menyilang pada garis tengah. Pada potongan
melintang sedikit berbentuk segitiga.
d. Cauda Pancreatis
Berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis dan mengadakan
hubungan dengan hilum lienale.
2. Hubungan
a. Ke kantor : dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan
mesocolon transversum, bursa omentalis, dang aster.
b. Ke posterior : dari kanan ke kiri : ductus choledochus, vena portae
hepatis dan vena lienalis, vena cava inferior, aorta, pangkal arteria
mesenterica superior, musculus psoas major sinistra, glandula suprarenalis
sinistra, rensinister, dan hilum lienale.
3. Vaskularisasi
a. Arteriae
A.pancreaticoduodenalis superior (cabang A gastroduodenalis)
A.pancreaticoduodenalis inferior(cabang A mesenterica cranialis)
A.pancreaticoduodenalis magna dan A.pancretica caudalis dan inferior
cabang A.lienalis
b. Venae
Venae yang sesuai dengan arteriaenya mengalirkan darah ke sistem porta.
4. Aliran Limfatik
Limfa berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan dan terletak tepat dibawah
hemidiagfragma kiri selain pleura yang memisahkan dari kosta ke-9, ke-10,
dank e-11. Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteria yang mendarahi
kelenjar. Pembuluh eferen akhirnya mengalir cairan limfe ke nadi limfe
coeliaci dan mesenterica superiors.
5. Inervasi
6
Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis
(Vagus).
6. Ductus Pancreaticus
a. Ductus Pancreaticus Mayor (Wirsungi)
Mulai dari cauda dan berjalan di sepanjang kelenjar menuju ke caput,
menerima banyak cabang pada perjalanannya. Duktus ini bermuara ke
parsdesendens duodenum disekitar pertengahan yang bergabung dengan
ductusholedochus membentuk papilla duodeni mayor vateri. Kadang-
kadang muara duktus pancreaticus di duodenum terpisah dari duktus
choledochus.
b. Ductus Pancreaticus Minor (Santorini)
Mengalirkan getah pancreas dari bagian atas caput pancreas dan kemudian
bermuara ke duodenum sedikit di atas muara duktus pancreaticus pada
papilla duodeni minor.
c. Ductus Choleochus et Ductus Pancreaticus
Ductus Choleochus bersama dengan duktus pankreaticus bermuara
kedalam suatu rongga, yaitu ampulla hepatopancreatica (pada kuda).
Ampulla ini terdapat di dalam suatu tonjolan tunica mukosa duodenum,
yaitu papilla duodeni major. Pada ujung papilla itu terdapat muara ampulla.
2.2 Definisi
Pancreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak retroperitoneal
dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan II. Kepala pancreas
terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke lien. Pancreas
7
pendapat darah dari arteri lienalis dan arteri masentrika superior. Duktus
pankreatikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk ke duodenum, pancreas
menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.(
Syifuddin, 2011)
2.3 Epidemiologi
Kanker pankreas menduduki peringkat ke-12 kanker yang paling sering
terjadi di dunia dengan 338.000 kasus baru dengan diagnosa pada tahun 2012.
Prevalensi pasien kanker pankreas di dunia yang bertahan hidup selama lima tahun
adalah 4.1 per 100.000. Kanker ini bersifat fatal dan merupakan penyebab kematian
ketujuh dari kanker. Kanker pankreas jarang terjadi pada usia < 40 tahun dan sering
terjadi pada usia 60-80 tahun dan lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan
wanita dengan perbandingan 1,2-1,5 : 1. Insidensi kanker pankreas adalah 1-10
kasus per 100.000 dan umumnya meningkat pada negara-negara berkembang.
Di Amerika Serikat, kanker pankreas masuk dalam peringkat keempat
penyebab kematian setelah kanker paru, prostat, dan kolorektal. Pada tahun 2008
insidensi kanker pankreas di Amerika Serikat adalah 37.700 kasus dan 34.300
diantaranya meninggal karena penyakit ini. Survival rate penderita kanker pankreas
8
yang bertahan selama lima tahun < 5%. Di Indonesia, kanker pankreas tidak jarang
ditemukan dan merupakan tumor ganas ketiga terbanyak pada pria setelah tumor
paru dan tumor kolon. Insidensi tertinggi terjadi pada usia 50-60 tahun. Namun,
data kepustakaan kanker pankreas di Indonesia masih sangat sedikit.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi kanker pancreas terdiri dari :
TX : Tumor primer tidak di temukan
T1 : Tidak ada bukti tumor primer
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Diameter terbesar tumor < 2 cm, terbatas dalam pancreas
T2 : Diameter terbesar tumor >2 cm, terbatas dalam pancreas
T3 : Tumor langsung menginvasi duodenum, duktusbiliaris, gaster,
limpa, kolon, dan jaringan sekitarnya, tapi belum mengenai
trunkusseliak atau vena mesenterium superior.
T4 : Tumor mengenai trunkusseliak atau vena mesentrium superior.
Klasifikasi stadium
Stadium 0 : Tis, N0, M0
Stadium IA : T1, N0, M0
Stadium 1B : T2, N0, M0
Stadium IIA : T3, N0, M0
9
Stadium IIB : T1-3, N1, M0
Stadium III : T4, N apapun, M0
Stadium IV : T apapun, N apapun, M1
Ada tahap perkembangan tumor, yang diadopsi oleh pusat kanker ahli untuk
diagnosis dan pengobatan kenyamanan. Klasifikasi kanker pancreas memiliki
empat tahap. Fase nol ditandai dengan pembelahan sel dalam satu lapisan.
Neoplasma adalah mustahil untuk membedakan tubuh tidak bereaksi, gejala-gejala
absen. Dengan langkah berikutnya (untuk umum klasifikasi) penyakit menjadi
dikenali, didiagnosis, dioperasi. Beberapa tahap perkembanagn tumor:
Dari jumlah pasien dengan diagnosis ini ( termasuk tumor kepala) hanya
setengah angka kematian beroperasi adalah 10 - 2%, dan tingkat
kelangsungan hidup lima tahun diproyeksikan 30%.tingkat kelangsungan
hidup menggandakan saja pasca operasi dari 5-FU.
3. Kanker pancreas
Pada langkah 3 terapi sitokin( tidak ada efek toksik) digunakan sebagai
pengganti kemoterapi, yang efisiensi mencapai 2/3.Paramedis menyiapkan
10
obat dua gen di-IFN dan TNF-T, sidang terakhir di Institut Onkologi, St
Petersburg.Mereka menjalankan mekanisme merusak diri sendiri dalam sel
yang sakit sementara meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Saraf dan pembuluh dalam 3 langkah terkena penyakit, tapi tumor tidak
beralih ke organ yang berdekatan.Menurut klasifikasi penyakit mengacu
serius, banyak operasi yang penuh dengan diabetes parah, mengurangi
kualitas hidup ( reseksi duodenum, getah bening dan limpa ectomy).operasi
paliatif mendominasi jenis pembersih saluran empedu atau shunt itu.Shunting
menghilangkan operasi diulang setelah satu tahun ( satu dari lima kebutuhan
pasien).Kemoterapi mengurangi tumor ( sementara), durasi hidup
meningkat.kombinasi perlakuan memperpanjang hidup selama satu tahun,
untuk mencegah metastasis, menghambat pusat neoplasma.
4. Kanker pankreas
Tahap terakhir ( dalam klasifikasi umum) ditandai dengan pertumbuhan sel
yang tidak terkendali ( terkontrol) dari organ.Keracunan organisme diamati
maksimal, penyakit ini sepenuhnya diluncurkan.Menyembuhkan langkah 4
diambil beberapa klinik, paru-paru mencapai pendidikan yang fatal(
melanoma, multiple myeloma), tulang, otak, hati.Ukuran tumor bisa setiap
periode kehidupan tahap terakhir tidak lebih dari lima tahun.
2.5 Etiologi
1. Faktor Resiko Eksogen
Merupakan adenoma yang jinak dan adenokarsinoma yang ganas yang berasal
dari sel parenkim (asiner atau sel duktal) dan tumor kistik. Yang termasuk factor
resiko eksogen adalah makanan tinggi lemak dan kolesterol, pecandu alkohol,
perokok, orang yang suka mengkonsumsi kopi, dan beberapa zat karsinogen.
11
2. Faktor Resiko Endogen
Contohnya : Penyakit DM, pankreatitis kronik, kalsifikasi pankreas
(masih belum jelas,). Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke
organ di sekitarnya atau melalui pembuluh darah kelenjar getah bening.
Lebih sering ke hati, peritoneum, dan paru. Tapi agak jarang pada
adrenal, Lambung, duodenum, limpa. Kolestasis Ekstrahepatal. Kanker
di kaput pankreas lebih banyak menimbulkan sumbatan pada saluran
empedu disebut Tumor akan masuk dan menginfiltrasi duodenum
sehingga terjadi perdarahan di duodenum. Kanker yang letaknya di
korpus dan kauda akan lebih sering mengalami metastasis ke hati, bisa
juga ke limpa.
1. Nyeri pada abdomen khususnya di epigastrium. Rasa sakit dan nyeri tekan
pada abdomen yang juga disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi
dan edema pada pankreas sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung
saraf.
12
2. Ikterus obstruktif, dijumpai pada 80-90% kanker kaput pankreas karena
obstruksi saluran empedu oleh tumor dan dapat berkembang hanya jika
penyakitnya sudah tahap lanjut. Kadang-kadang timbul perdarahan
gastrointestinal yang terjadi akibat erosi pada duodenum yang disebabkan
oleh tumor pankreas.
3. Penurunan berat badan yang cepat banyak dan progresif
4. Gangguan rasa nyaman menyebar sebagai rasa nyeri yang menjengkelkan ke
bagian tengah punggung dan tidak berhubungan dengan postur tubuh maupun
aktivitassinoma pankreas.
5. Awitan gejala-gejala dari defisiensi insulin: glukosuria, hiperglikemia, dan
toleransi glukosa abnormal; diabetes mungkin merupakan tanda dini dari
karsinoma.
Deteksi awal kanker pankreas sulit untuk dilakukan dikarenakan tanda dan
gejala klinis yang tidak spesifik. Akibatnya tidak ada program skrining yang
direkomendasikan pada populasi. Namun, pasien yang berisiko tinggi secara
signifikan meningkat 18 kali terhadap kejadian kanker pancreas. Skrining pada
individu berisiko tinggi sangat penting meskipun masih kontroversi dalam beberapa
aspek. Penelitian skrining pada kelompok yang berisiko tinggi menunjukkan lesi
preinvasif pankreas pada beberapa pasien. Penelitian Canto et all, menskrining 225
pasien asimptomatik dengan risiko tinggi dengan menggunakan CT, MRI, dan
Endoscopic Ultrasonography (EUS).Dari penelitian tersebut dijumpai massa
pankreas ataupun dilatasi duktus pankreas (Padmortono, 2009).
1. Laboratorium
Pada pasien kanker pankreas terdapat kenaikan serum lipase, amylase, dan
glukosa. Anemia dan hipoalbuminemia yang timbul sering disebabkan karena
penyakit kankernya dan nutrisi yang kurang. Pasien dengan ikterus obstruktif
terdapat kenaikan bilirubin serum terutama bilirubin terkonjugasi (direk), alkali
fosfatase, waktu protrombin memanjang, bilirubinuria positif. Kelainan
laboratorium lain adalah berhubungan dengan komplikasi kanker pankreas, antara
13
lain : kelainan transaminase akibat metastasis hati yang luas, tinja berwarna hitam
akibat perdarahan saluran cerna atas, steatorea akibat malabsorbsi lemak, dan
sebagainya.
2. Tumor marker CEA- dan Ca 19-9
Pada 85% pasien kanker pankreas dijumpai kenaikan CEA (carcioembryonic
antigen), namun hal ini juga dijumpai pada 65% pasien kanker lain dan penyakit
jinak. CEA adalah HMW-glycoprotein yang umumnya ditemukan pada jaringan
fetus. Biasanya digunakan sebagai tumor marker di keganasan gastrointestinal lain
namun mempunyai kegunaan yang minimal untuk karsinoma pankreas. Nilai
normal CEA kurang dari atau sama dengan 2,5 mg/ml. Universitas Sumatera Utara
18 hanya 40-45% pasien dengan kanker pankreas mempunyai nilai CEA yang
meningkat. Tumor marker Ca 19-9 (carbohydrate antigen 19-9) adalah yang paling
banyak digunakan dan dianggap yang paling baik untuk diagnosis kanker pankreas
karena mempunyai sensitivitas dan spesivitas tinggi (80% dan 60-70%). Ca 19-9
adalah antibody monoclonal yang awalnya dibuat untuk mendeteksi sel kanker
kolorektal. Ca 19-9 tidak dibuat dari sel darah merah namun diabsorbsi di
permukaan sel darah merah setelah diproduksi. Angka normal kadar Ca 19-9 adalah
kurang dari 33-37 U/ml. Evaluasi serum level Ca 19-9 digunakan sebagai tambahan
disamping radiologi untuk mengetahui apakah suatu tumor dapat direseksi atau
tidak. Konsentrasi yang tinggi biasanya terdapat pada pasien dengan besar tumor
3 dan merupakan batas limit reseksi tumor. Ca 19-9 juga meningkat pada
pankreatitis, hepatitis, dan sirosis. Berdasarkan American Society of Clinical
Oncology (ASCO) menyatakan bahwa Ca 19-9 harusnya tidak digunakan untuk
skrining kanker pankreas dikarenakan peningkatan yang salah (false-positive) atau
false normal (false-negative). Ca 19-9 mempunyai peranan penting untuk
mengetahui prognosis dan respon terapi pada pasien setelah mendapat terapi reseksi
dan kemoterapi.
3. Radiografi ( Gastroduodenografi, duodenografi hipotonis)
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi kelainan lengkungan duodenum
akibat kanker pankreas. Kelainan yang dijumpai pada kanker pankreas dapat berupa
pelebaran lengkung duodenum, filling defect pada bagian kedua duodenum
(infiltrasi kanker pada dinding duodenum), bentuk angka 3 terbalik karena
14
pendorongan kanker pankreas yang besar pada duodenum di atas dan dibawah
papilla Vateri
4. Ultrasonografi (USG) USG dapat mengetahui besar, letak, karakteristik tumor,
diameter saluran empedu, duktus pankreatikus, dan letak obstruktif. Dengan USG
Doppler dapat Universitas Sumatera Utara 19 ditentukan ada tidaknya kelainan dan
invasi tumor pada pembuluh darah.
5. Computed Tomography (CT) CT dapat mendeteksi lesi pankreas pada 80%
kasus. Pemeriksaan yang paling baik untuk mendiagnosis dan menentukan stadium
kanker pankreas adalah dengan dual phase multidetector CT dengan kontras dan
teknik irisan tipis (3-5 mm).
6. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Digunakan untuk evaluasi kanker
pankreas.Walaupun kemampuan evaluasi kanker pankreas dengan dual phase
multidetector CT. MRI dengan kontras angiografi atau venografidapat
menunjukkan adanya kelainan pembuluh darah pada kanker pancreas.
7. Endoscopic Retrogade Cholangio-Pancreaticography (ERCP)
ERCP dapat mengetahui atau menyingkirkan adanya kelainan
gastroduodenum dan ampula Vateri, pencitraan saluran empedu dan pankreas,
dapat dilakukan pemasangan stent untuk membebaskan sumbatan saluran empedu
pada kanker pankreas yang tidak dapat dioperasi atau direseksi. MRCP dilakukan
untuk menentukan perbandingan tanpa obstruksi bilier dan tempat obstruksi,
penyebab obstruktif memiliki keuntungan jelas, dan Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP), empedu transhepatik saluran pencitraan alat
invasif, dan lebih aman.
2.8 Penatalaksanaan
Prosedur pembedahan adalah ekstensif untuk mengangkat tumor setempat
yang dapat direseksi. Tindakan bedah yang harus dilakukan biasanya cukup luas
jika ingin mengangkat tumor terlokalisir yang masih dapat direseksi. Namun
demikian, terapi bedah yaitu Definitive (eksisi total lesi), Tidak dapat dilakukan
karena pertumbuhan yang sudah begitu luas. Eksisi total pada lesi sering tidak dapat
terlihat karena pertumbuhan ekstensif ketika lesi terdiagnosa dan kemungkinan
telah bermetastasis dengan luas terutama ke hepar, paru-paru dan tulang. Tindakan
15
bedah tersebut sering terbatas pada tindakan paliatif. Meskipun tumor pankreas
mungkin resisten terhadap terapi radiasi standar, pasien dapat diterapi dengan
radioterapi dan kemoterapi (Fluorourasil, 5-FU) . jika pasien menjalani
pembedahan, terapi radiasi introperatif (IORT = Intraoperatif Radiation Theraphy)
dapat dilakukan untuk memberikan radiasi dosis tinggi pada jaringan tumor dengan
cedera yang minimal pada jaringan lain serta dapat mengurangi nyeri pada terapi
radiasi tersebut. (Brunner & Suddarth, 2002)
2.9 Patofisiologi
Menurut Riyadi, Sujono, 2013 pada umumnya tumor meluas ke
Retroperitoneal ke belakang pankreas, melapisi dan melekat pada pembuluh darah.
Secara mikroskopik terdapat infiltrasi di jaringan lemak peripankreas, saluran
limfe, dan perineural. Pada stadium lanjut, kanker kaput pancreas sering
bermetastasis ke duodenum, lambung, peritoneum, hati dan kandung empedu.
Kanker pancreas pada bagian badan dan ekor pancreas dapat metastasis ke hati,
peritoneum, limpa, lambung dan kelenjar adrenal kiri. Karsinoma di kaput pancreas
sering menimbulkan sumbatan pada saluran empedu sehingga terjadi kolestasis
ekstra-hepatal. Disamping itu akan mendesak dan menginfiltrasi duodenum,
sehingga dapat menimbulkan peradangan di duodenum. Karsinoma yang letaknya
di korpus dan kaudal, lebih sering mengalami metastasis ke hati dan ke limpa.
Konsumsi alcohol, infeksi bakteri/virus akan serta faktor-faktor yang
beresiko mengakibatkan edema pada pancreas (terutama daerah ampula vater).
Edema pada ampulla akan berakibat aliran balik getah empedu dari duktus
koledokus ke dalam duktus pankreatikus. Dengan demikian didalam pancreas akan
terjadi peningkatan kadar enzim yang mengakibatkan peradangan pada pancreas.
Proses peradangan ini kalau ditumpangi mikroorganisme maka akan berakibat
terbawanya toksik kedalam darah yang merangsang hipotalamus untuk
meningkatkan ambang suhu tubuh (muncul panas). Adanya refluks enzim akan
meningkatkan volume enzim dan distensi pada pancreas yang merangsang reseptor
nyeri yang dapat dijalarkan ke daerah abdomen dan punggung. Kondisi ini
memunculkan adanya keluhan nyeri hebat pada abdomen yang menjalar sampai
punggung. Distensi pada pancreas yang melampaui beban akan berdampak pada
16
penekanan dinding duktus dan pancreas serta pembuluh darah pancreas. Pembuluh
darah dapat mengalami cidera bahkan sampai rusak sehingga darah dapat keluar
dan menumpuk pada pancreas atau jaringan sekitar yang berakibat pada ekimosis
pinggang dan umbilicus.
Kerusakan yang terjadi pada pancreas secara sistemik dapat meningkatkan
respon asam lambung sehingga salah satu pertahanan untuk mengurangi tingkat
kerusakan. Akan tetapi kelebihan ini justru akan merangsang respon gaster untuk
meningkatkan ritmik kontraksinya yang dapat meningkatkan rasa mual dan muntah.
Mual akan berdampak pada penurunan intake cairan sedangkan muntah akan
berdampak peningkatkan pengeluaran cairan tubuh. Dua kondisi ini menurunkan
volume dan komposisi cairan tubuh yang secara otomatis akan menurunkan volume
darah. Penurunan volume darah inilah yang secara klinis akan berakibat hipotensi
pada penderita. Penurunan volume darah berkontribusi pada penurunan pengikatan
oksigen dan penyediaan nutrisi bagi sel sehingga terjadi penurunan perfusi sel
termasuk otak. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan agitasi pada
penderita. Ditambah lagi mual akan menurunkan komposisi kalsium darah yang
berdampak pada penurunan eksitasi system persarafan. (Riyadi, Sujono, 2013)
17
PATHWAY
18
2.10 Askep Secara Teoritis
2.10.1 Pengkajian
1. Identitas.
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama.
Nyeri pada abdomen yag hebat khususnya pada epigastrium. Rasa
sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang juga disertai nyeri pada
punggung
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri pada abdomen yag hebat khususnya pada epigastrium dan
ikterus
Riwayat kesehatan dahulu.
Perokok, peminum alkohol, DM.
19
berkeringat malam, serta Keterbatasan partisipasi dalam melakukan
kegiatan. Pekerjaan dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat
stress tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada TD
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stress, mis: merokok, minum alkohol,
keyakinan/religious. Masalah tentang perubahan dalam penampilan,
mis : lesi cacat, alopesia, pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan
tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,
kehilangan control, serta depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
d. Cairan/Makanan
Gejala :
Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif,
bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah
Intoleransi makanan
Perubahan pada BB: penurunan BB hebat, berkurangnya
massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgor kulit, mis
edema.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi mis:
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat.
f. Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang
yang merokok)
g. Keamanan
Gejala :
20
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam, Ruam kulit, ulserasi.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : lemah, pucat
b. Vital sign:
- TD : >140/90, tekanan darah pasien meningkat dikarenakan
adanya nyeri di area abdomen
- Nadi : takikardi
- RR : pernafasan cepat
- Suhu : kenaikan suhu sebagai salah satu tanda ketika komplikasi
c. Sistem tubuh :
- Wajah :
Klien tampak meringis, konjungtiva anemis
- Mulut :
Mukosa bibir kering, napsu makan berkurang, otot menelan lemah
- Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, pernafasan cepat
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : bunyi ketok sonor
Aukultasi : tidak ada suara nafas tambahan
- Abdomen
Inspeksi : teraba tumor masa padat pada epigastrium, klien
memegang perut saat nyeri, kandung empedu membesar,
hepatomegali, splenomegali, asites
Palpasi : nyeri tekan abdomen
Perkusi : bunyi ketok timpani
Aukultasi : bising usus ++
- Integument
Warna kulit pucat, Ikterus, pruritus,
- Ekstremitas
21
Takikardi, kekuatan otot lemah, klien dibantu keluarga dalam
beraktifitas
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik Kanker Pankreas
a) USG : USG abdomen merupakan pilihan metode survei dan diagnosis
kanker pankreas. Yang ditandai dengan sederhana, non-invasif, non-
radioaktif, dapat multi-sumbu pengamatan permukaan, dan lebih jelas
melihat struktur pancreas dengan internal saluran empedu atau tanpa
obstruksi dan lokasi obstruksi. Keterbatasan USG adalah bidang
pandang kecil yang rentan terhadap perut, gas usus, dan somatotip.
Selain itu, USG juga bergantungan dengan pengalaman dokter yang
memeriksa dan peralatan yang digunakan, subjektivitas tertentu, jika
perlu, mengingat kombinasi dari pencitraan maka dapat ditambahkan
dengan pemeriksaan resonansi CT dan magnetik (MRI) serta tes
laboratorium.
b) 2.CT : CT saat ini menjadi metode alat pemeriksa yang terbaik untuk
pankreas dengan pemeriksaan noninvasif, terutama digunakan untuk
diagnosis kanker pankreas dan pementasan. Dapat melihat ukuran dan
lokasi lesi secara luas, tetapi diagnosis kualitatif tidak akurat, tidak
kondusif untuk menampilkan hubungan antara tumor dan struktur
sekitarnya. CT dapat dengan akurat menentukan apakah sudah ada
metastasis pada hati dan kelenjar getah bening.
c) CT menjadi banyak digunakan dalam beberapa tahun terakhir bidang
diagnosis tumor dan sebagai sarana untuk menentukan langkah
pengobatan, anda dapat lebih akurat menilai sifat dan tingkat lesi
stadium tumor ganas dan pilihan pengobatan dengan nilai yang lebih
tinggi.
d) Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan resonansi
magnetik Kolangiopankreatografi (MRCP) : Bukan sebagai metode
pilihan untuk diagnosis kanker pankreas, tetapi ketika pasien alergi
dengan kontras ketingkatkan CT maka dapat dilakukan pemeriksaan
22
scan MRI,tetapi tidak untuk mendeteksi tingkatan stadiumnya. Selain
itu, beberapa lesi sulit untuk dikarakterisasi, berdasarkan pemeriksaan
CT dapat digantikan dengan melakukan MRI, untuk melengkapi
kekurangan dari gambar CT. MRCP dilakukan untuk menentukan
perbandingan tanpa obstruksi bilier dan tempat obstruksi, penyebab
obstruktif memiliki keuntungan jelas, dan Endoscopic Retrograde
Cholangiopancreatography (ERCP), empedu transhepatik saluran
pencitraan alat invasif, dan lebih aman.
23
Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu
24
2. Ketidak Kriteria hasil a. Terapi nutrisi
seimbangan b. Konseling nutrisi
a. Adanya
nutrisi kurang c. Monitor nutrisi
peningkatan berat
dari kebutuhan d. Monitor tanda-
badan sesuai
tubuh tanda vital
dengan tujuan
berhubungan e. Manajemen berat
b. Pengetahuan
dengan bedan
tentang diet sehat
anoreksia, mual, f. Manajemen alergi
c. Mampu
muntah
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
25
b. Integritas kulit pakaian yang
yang baik bisa longgar
dipertahankan b. Jaga kebersihan
(sensasi, kulit agar tetap
elastisitasm bersih dan kering
temperatur, c. Monitor kulit akan
hidrasi, adanya kemerahan
pigmentasi) tidak d. Monitor status
ada luka atau lesi nutrisi pasien
pada kulit e. Manajemen
c. Menunjukkan pengobatan
pemahaman f. Monitor tanda-
dalam proses tanda vital
perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cidera
berulang
5. Defisiensi Kriteria hasil
pengetahuan
a. Menunjukkn a. Pendidikan kesehatan
berhubungan
perilaku patuh b. Peningkatan kesadaran
dengan
terhadap diet kesehatan
keterbatasan
yang disarankan c. Gambarkan proses
kognitif
b. Menunjukkan penyakit dengan cara
perilaku patuh yang tepat
terhadap d. Diskusikan perubahan
pengobatan yang gaya hidup yang
disarankan mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
ayang akan datang dan
26
atau proses
pengontrolan penyakit
Diagnosa Evaluasi
27
P: Pertahankan kondisi, lanjutkan
intervensi.
28
BAB 3. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
3.2 Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medis
Kanker Pankreas
2. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada ulu hati
29
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Sudah 2 hari pasien merasakan mual muntah, pusing, muncul penyakit
kuning, berat badan menurun, dan terdapat gangguan pernapasan dispnea
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang pernah dialami
5. Riwayat Pengobatan
Klien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah dari klien pernah menderita penyakit diabetes melitus
Genogram
: Tn. A
: Laki-Laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
30
c. Pola Kebiasaan Pasien
1. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan biasanya makan tiga kali sehari dengan porsi satu piring
sedang berupa nasi, sayur, lauk dan kadang-kadang buah. Minum putih 5-
8 gelas per hari, 16002000 cc per hari. Tidak ada makanan pantangan.
Selama sakit
Pasien mengatakan makan-makanan utama tiga kali sehari sesuai dengan
diet dari rumah sakit yaitu nasi, lauk, sayur dan buah tetapi hanya
menghabiskan 1/3 atau 1/2 porsi saja. Minum air putih dan terkadang teh
2-3 gelas/ hari volume 800 cc. Pasien mengalami penurunan nafsu makan
karena terasa mual dan kadang sampai muntah.
2. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan pasien BAB satu hari sekali dengan konsistensi lunak,
warna kuning, bau khas feses, dan tidak ada lendir darah. BAK 7-9x per
hari, 1400-1800 cc per hari, warna kuning jernih dan bau khas urin. Tidak
ada keluhan BAB dan BAK.
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien BAB satu kali sehari, dengan konsistensi lunak,
warna kuning, bau khas feses, dan tidak ada lendir darah. BAK 6-7 kali
sehari 1500 cc dengan mandiri.
3. Pola Aktivitas-Istirahat-Tidur
a. Sebelum sakit
1) Aktivitas sehari-hari
Pasien mengatakan aktifitas sehari- hari dengan bekerja.
2) Keadaan pernapasan
Pasien tidak mengalami sesak napas ketika melakukan aktivitas.
Tidak ada batuk
3) Keadaan kardiovaskuler
Keluarga mengatakan pasien tidak ada keluhan nyeri dada.
4) Kebutuhan tidur
31
Pasien mengatakan pasien biasa tidur malam 6-7 jam dari pukul
20.00 05.00 WIB, tidur siang kadang 2 jam, tidak ada gangguan
tidur, sebelum tidur biasanya pasien berdoa.
5) Kebutuhan istirahat
b. Selama sakit
1) Penilaian kemampuan klien dalam beraktivitas selama sakit (beri
tanda )
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi/ROM
Keterangan:
0 = mandiri
1 = dengan dibantu alat
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
Kesimpulan: Aktivitas pasien untuk makan minum, berpakaian,
mobilisasi, ambulasi/ROM dilakukan dengan mandiri.Toileting dan
berpindah dibantu oleh alat.
2) Keadaan Pernapasan
32
Pasien mengalami kesulitan dalam bernafas (dipsneu). RR = 26 kali/
menit.
3) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak berdebar- debar dan nyeri di dada.
4) Kebutuhan tidur
Kebutuhan tidur pasien terganggu. Pasien mengatakan tidur malam
pukul 22.00 WIB sampai dengan pukul 05.00 WIB, akan tetapi
kadang pasien terbangun jika merasakan nyeri pada ulu hatinya.
Pasien juga tidur siang selama 3 jam per hari.
5) Kebutuhan Istirahat
Pasien menggunakan waktu istirahatnya untuk berbaring di tempat
tidur.
4. Pola Kebersihan Diri
a. Kulit
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya mandi dua kali sehari pagi dan sore
menggunakan sabun mandi, mandi di kamar mandi, dilakukan dengan
mandiri. Keadaan kulit bersih dan wangi.
Selama sakit
Pasien mengatakan mandi secara mandiri 2 kali sehari di pagi dan sore
hari, pasien mandi di kamar mandi menggunaakan air hangat dan sabun
mandi secara mandiri. Kondisi kulit pasien bersih.
b. Rambut
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa keramas 2 kali sehari, keramas menggunakan
shampo, dilakukan mandiri. Keadaan rambut bersih dan tidak ada
ketombe.
Selama sakit
Pasien mengatakan pasien kemarin sore keramas, keadaan rambut bersih,
wangi, tidak lengket .
c. Telinga
Sebelum sakit
33
Pasien mengatakan biasanya membersihkan telinga setiap terasa kotor
dan setelah mandi serta menggunakan cutton bud .
Selama sakit
Pasien mengatakan mandiri dalam membersihkan telinga. Telinga
dibersihkan setiap hari bersamaan saat mandi, keadaan telinga bersih.
d. Mata
Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien biasanya membersihkan mata setiap mandi,
wudhu dan cuci muka menggunakan air bersih.
Selama sakit
Pasien mengatakan membersihkan mata bersamaan saat mandi
menggunakan air bersih, keadaan mata bersih.
e. Mulut
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa membersihkan mulut dengan menggosok gigi
dua kali sehari bersamaan dengan mandi dan dilakukan mandiri.
Selama sakit
Pasien mengatakan membersihkan gigi dan mulut dengan menggosok
gigi menggunakan pasta gigi dan sikat gigi secara mandiri. Tidak ada
gusi berdarah. Tidak terdapat bau mulut serta gigi bewarna putih bersih.
f. Genitalia
Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien biasa membersihkan genitalia saat mandi
setelah BAK dan BAB menggunakan sabun dan air bersih secara
mandiri.
Selama sakit
Pasien mengatakan dalam membersihkan genitalia bersamaan dengan
mandi dan setelah BAK dan BAB. Kondisi genetalia bersih.
g. Kuku/kaki
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya memotong kuku tangan dan kaki setiap satu
minggu sekali secara mandiri.
34
Selama sakit
Pasien mengatakan belum memotong kuku, kuku tangan dan kaki pendek
dan bersih.
5. Pola Reproduksi Seksual
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada sistem reproduksinnya Selama
sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada sistem reproduksinya.
6. Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual
a. Konsep Diri
1) Identitas Diri
Pasien mengatakan merupakan seorang laki laki dan berpenampilam
layaknya laki-laki yang berstatus menikah.
2) Harga Diri
3) Gambaran Diri
Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota badannya karena
merupakan anugerah dari Tuhan
4) Peran Diri
5) Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh supaya bisa cepat pulang
kerumah.
b. Intelektual
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya saat dokter
memberikan penjelasan. Pasien sesekali juga bertanya tentang
penyakitnya.
c. Hubungan interpersonal
35
Sebelum sakit
Pasien mengatakan hubungan pasien dengan teman-teman, saudara dan
tetangga terjalin baik.
Selama sakit
Hubungan pasien dengan keluarga, perawat, dokter di rumah sakit
terjalin baik. Terbukti selama rawat inap selalu ada yang menjenguk dan
selama di rumah sakit pasien kooperatif dengan tim medis.
d. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan dalam pengambilan keputusan selalu dibicarakan
kepada keluarganya. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang
ke rumah berkumpul dengan keluarga serta temannya.
e. Support Sistem
Pasien mendapatkan dukungan dari keluarga, perawat dan dokter untuk
segera sembuh dan pulang ke rumah.
f. Mental /Emosional
Pasien mampu mengontrol emosinnya, terbukti saat ditanya perawat dan
dokter mampu merespon dengan baik.
g. Intelegensi
Pasien lulusan SMA, pengetahuanya baik, pasien mengetahui tentang
sakitnya. Pasien mengatakan saat ini ada kesulitan dalam menjawab
perhitungan ( matematika ).
h. Sosial
Pasien mampu membina hubungan baik dengan orang lain. Pasien juga
aktif dalam kegiatan
i. Spritual
Pasien beragama islam dan menunaikan ibadah sesuai agama. Pasien
juga berdoa agar cepat sembuh.
d. Pemerikasan Fisik
1. Keadaan Umum : lemas dan terdapat jaundice
2. Kesadaran : composmentis, GCS = E4V5M6
3. Antropometri : BB : 45 kg TB : 170 cm IMT = 15,57
4. Status gizi : underweight (normal: 18,5-22,9 menurut WHO)
36
5. Tanda tanda vital
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg.
c. Suhu : 38 0C
a. Kepala
Bentuk kepala mesocephalo, tidak ada nyeri tekan pada kepala, tidak
terlihat adanya bekas luka atau jahitan, tidak ada benjolan.
2) Rambut
3) Kesan Wajah
Pasien lemas dan ekspresi menahan nyeri ulu hati dan pusing.
4) Mata
Bola mata simetris kanan dan kiri, pupil isokor, konjugtiva anemis,
sklera berwarna putih, bersih tidak ada kotoran. Terdapat jaundice,
tidak mengalami kesulitan penglihatan pada malam hari, tidak melihat
obyek ganda. Fungsi penglihatan normal, pasien tidak menggunakan
kaca mata untuk melihat atau membaca.
5) Telinga
37
Simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret yang keluar dari kedua
telinga, tidak terdapat massa, daun telinga bersih, fungsi pendengaran
normal.
6) Hidung
Hidung simetris, tidak ada sinusitis, tidak ada secret,pertumbuhan
rambut hidung merata, fungsi pembau normal.
7) Mulut dan Tenggorokan
Mukosa bibir terlihat kering, bibir berwarna pucat, tidak ada
stomatitis, tidak ada gangguan menelan dan mengunyah. fungsi
pengecap normal, tidak terdapat perdarahan dimulut.
b. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada bekas luka, bentuk leher simetris, tidak terdapat
massa, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe.
c. Tengkuk
Tidak ada kaku kuduk.
d. Sirkulasi
Arteri temporalis teraba lemah, arteri karotis teraba kuat. Arteri femoralis
teraba kuat, arteri radialis teraba kuat. Tidak terdapat sianosis pada kuku.
Nadi radialis teraba 81 x /menit.
e. Dada
1) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada ICS IV-V mid clavicula
sinistra
Perkusi : Terdengar suara pekak, intercosta 2 garis parasternal dektra,
intercosta 2 garis parasternal sinistra, sampai intercosta 4 garis
parasternal sinistra, dan intercosta 5 garis mid klavikula sinistra.
Auskultasi : Terdengar S1-S2 terpisah, regular.
2) Paru-paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, pasien terlihat sesak napas (dipsneu)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus teraba seimbang kanan
dan kiri, teraba gerak dada kanan dan kiri simetris.
38
Perkusi : Terdengar suara sonor.
Auskultasi : RR 26x permenit
3) Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada bekas luka.
Palpasi : Tidak teraba massa secara patologis, tidak ada nyeri tekan.
f. Punggung
Tidak ada kelainan tulang belakang,tidak terdapat massa, tidak ada luka.
g. Abdomen
Inspeksi : Pembesaran upnormal (+), tidak ada bekas luka, warna kulit
jaundice, umbilikus bersih.
Auskultasi : Terdengar peristaltik usus 15x per menit di kuadran 3.
Perkusi : Terdengar redup pada kuadran pertama bagian limfe, pada kuadra
kedua terdengar timpani pada bagian lambung, pada kuadra ketiga dan
keempat pada ileus terdengar redup.
Palpasi :
Kuadran I:
Hepar : hepatomegali(+), nyeri tekan(+), shifting dullness
Kuadran II:
Gaster : nyeri tekan abdomen(+), distensi abdomen(+)
Kuadran III:
Massa (skibala, tumor)(+), nyeri tekan(+)
Kuadran IV:
Nyeri tekan pada titik Mc Burney(+)
h. Panggul
Bentuk panggul android, tidak ada keluhan nyeri panggul.
i. Anus dan Rectum
Tidak ada kemerahan/ iritasi, tidak ada pembesaran vena/hemoroid.
j. Genetalia
Pasien seorang laki-laki, tidak ada kelainan bentuk, genetalia lengkap, tidak
ada luka, scrotum lengkap, penis normal tidak ada kelainan bentuk.
i. Ekstremitas
Ekstremitas atas
39
Anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelainan jari, jumlah jari lengkap 10,
tidak ada oedem, terpasang infuse Nacl 0,9% pada tangan kiri 20 tpm.
Kekuatan otot tangan kanan 5 dan tangan kiri 5.
Ekstremitas bawah
Anggota gerak bawah lengkap, tidak ada kelainan jari dan bentuk, tidak ada
oedem, tidak ada bekas luka, tidak ada nyeri tekan, tidak ada varises,
kapileri refill < 2 detik, reflek patela positif. kekuatan otot kaki kanan 5 dan
kaki kiri 5.
e. Pemeriksaan Nervous
Interpretasi semua nervous baik.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
40
lengkung duodenum
d. Ultrasonografi (USG): diketahui besar, letak dan karakteristik kanker,
diameter saluran empedu dan duktus pankreatikus, dan letak obstruksi.
Ada metastasis ke limfonodi sekitar dan hati.
e. Computed Tomography (CT): terdapat lesi pankreas dan ada metastasis
hati dan peritonium, invasi pada organ sekitar (lambung, kolon), melekat
atau oklusi pembuluh darah peri-pankreatik.
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI): adanya kelainan pembuluh darah
pada kanker pankreas.
g. Endoscopic Retrograde Cholangio-pankreaticography (ERCP): adanya
kelainan gastroduodenum dan ampula Vateri, pencitraan saluran empedu
dan pankreas.
h. Ultrasonografi Endoskopik: evaluasi kanker, deteksi invasi lokal dan
metastasis pada limfonodi dan hati.
g. Penatalaksanaan / Terapi Medis
a. Infus Nacl 0,9%
b. Operasi
c. Kemoterapi
d. Radioterapi
3.3 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi yang ditandai dengan pasien
mengeluhkan nyeri pada ulu hati, pasien meringis, perubahan selera makan,
TD 100/70.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Hiperventilasi yang
ditandai dengan pasien mengatakan sesak, dispneu dan takipnea.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen yang ditandai dengan pasien dispnea setelah
beraktifitas, keletihan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
faktor biologis yang ditandai dengan pasien mengeluhkan mual muntah,
nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
41
3.4 Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
42
Ajarkan prinsip
manajemnen nyeri
Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri
3. Kontrol lingkungan
yang mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
4. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
5. Evaluasi tindakan
pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
6. Kolaborasi dengan
dokter bila ada
komplain tentang
pemberian analgetik
tidak berhasil.
7. Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri.
2. Gangguan pola nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Memberikan posisi yang
keperawatan selama 2 x 24 jam nyaman, biasanya dengan
klien dapat bernafas dengan peninggian kepala tempat
baik, dengan kriteria hasil: tidur. Balik ke sisi yang
1. Tidak ada bunyi nafas sakit. Dorong klien untuk
tambahan duduk sebanyak mungkin
2. Melaporkan tidak ada sesak 2. Mengobsservasi fungsi
pernapasan, catat frekuensi
43
3. RR dalam batas normal 23 pernapasan, dispnea atau
kali/menit perubahan tanda-tanda vital
3. Menjelaskan pada klien
bahwa tindakan tersebut
dilakukan untuk menjamin
keamanan
4. Menjelaskan pada klien
mengapa sesak atau kolaps
paru-paru dapat terjadi
5. Mempertahankan perilaku
tenang, bantu pasien untuk
kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan
lebih lambat dan dalam
6. Memperhatikan alat bullow
drainase berfungsi baik
7. Berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain.
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi aktivitas
disertai peningkatan
44
tekanan darah, nadi, dan -Bantu pasien untuk
RR mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
-Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas.
2. Peningkatan keterlibatan
keluarga
3. Berikan dukungan spiritual
4. Peningkatan latihan
peregangan
4. Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 2 x 24 jam 6. Manajemen Nutrisi
kebutuhan nutrisi dapat -Tentukan status gizi pasien
terpenuhi. Dengan criteria hasil dan kemampuan pasien
sebagai berikut: untuk memenuhi
1. Adanya peningkatan berat kebutuhan gizi
badan -Intruksikan pasien
2. Berat badan ideal sesuai mengenai kebutuhan
dengan tinggi badan nutrisi (membahas
3. Mampu mengidentifikasi pedoman diet)
kebutuhan nutrisi -Berikan makan yang
4. Tidak ada tanda-tanda terpilih (sudah di
malnutrisi konsultasikan dengan ahli
5. Menunjukkan peningkatan gizi) di butuhkan
fungsi pengecapan dari
menelan
45
3.5 Implementasi
No. Hari/ Implementasi Paraf
tanggal
46
3. Menjelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan
4. Menjelaskan pada klien mengapa sesak atau kolaps paru-paru dapat
terjadi
5. Mempertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri
dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam
6. Memperhatikan alat bullow drainase berfungsi baik
7. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain.
3. 1. Terapi aktivitas
-Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan.
-Membantu klien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
-Membantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luan
-Membantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
-Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.
2. Meningkatkan keterlibatan keluarga
3. Memberikan dukungan spiritual
4. Meningkatkan latihan peregangan
4. 1. Memonitor tanda-tanda vital
2. Memanajemen Nutrisi
-Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi
-Mengintruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (membahas
pedoman diet)
-Memberikan makan yang terpilih (sudah di konsultasikan dengan ahli
gizi) di butuhkan
47
3.6 Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
1.1. Nyeri akut S: Pasien melaporkan nyeri berkurang. RN
berhubungan O: Skala nyeri berkurang dari 7 menjadi 5, dan pasien
dengan ? mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang dengan tanda-
tanda vital dalam batas normal dengan nilai:
TD : 110/80 mmHg,
N :90 kali/menit
S : 370
RR :23 kali/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi ajarkan pasien untuk distraksi,
pengalihan rasa nyeri dengan istirahat atau dengan
berkomunikasi.
2. Gangguan pola S: px mengatakkan sudah tidak sesak nafas lagi RN
nafas berhubungan O: px tampak bernafas dengan spontan tidak ada sesak, tidak ada
dengan ? suara nafas tambahan, ritme pernafasan baik, RR 23 kali/menit
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi dengan memantau pernafasan pada px
3. Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan dirinya merasa sedikit lebih segar dan RN
berhubungan tidak lemas lagi.
dengan ? O: Pasien terlihat sedikit lebih mudah beraktivitas
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi berikan terapi aktivitas, tingkatkan
keterlibatan keluarga, tingkatkan latihan peregang
4. Ketidakseimbangan S: Pasien mengatakan makan teratur. RN
nutrisi: kurang dari O: Pasien tampak segar dan sehat, terdapat peningkatan BB sejak
kebutuhan tubuh dilakukan intervensi.
berhubungan A: Masalah teratasi. sebagian
dengan ?
P: Lanjutkan intervensi
48
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain
untuk mengembangkan lebih lanjut penelitian mengenai kanker pankreas.
49
4.2.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kanker pankreas.
Setelah menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah wawasan
mengenai konsep dasar kanker pankreas dan asuhan keperawatan pada klien
dengan kanker pankreas.
50
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, & Hackley. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: buku saku untuk
Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Padmortono, F.S., 2009. Tumor Pankreas. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B,. Alwi,
I,. Simadibrata, M,. Setiati ,S,.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
: Interna Publishing
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tjokronegoro, Prof.dr.Arjatmo., 2001, Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ii Edisi 3,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Brunner & Suddarths. (2001) Textbook of Medical Nursing. 4th ed Philadelphia:
Lipponcot
51