Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai, sehat juga intervensi

untuk meningkatkan produktifitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga.1

Oleh karena itu pada tanggal 1 Maret 1999 presiden RI mencanangkan pembangunan

nasional berwawasan kesehatan yang artinya setiap sektor harus mempertimbangkan

dampak pembangunan terhadap kesehatan.1

Salah satu indikator dari perilaku hidup bersih dan sehat adalah cuci tangan

dengan menggunakan media pembersih.1 Cuci tangan merupakan salah satu tindakan

sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan media

pembersih seperti sabun untuk menjadi bersih.2 Mencuci tangan secara teratur

merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit yang sangat efektif dan mudah

dilakukan oleh siapa saja untuk mencegah penularan penyakit tertentu.2 Hal ini

dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa bakteri dan virus

serta menyebabkan penyebaran penyakit yang berpindah dari satu orang ke orang

lainnya, baik secara kontak langsung ataupun tidak langsung.2

Diare, ISPA, Infeksi kulit, dan penyakit cacingan merupakan contoh penyakit

yang dapat menyerang siapa saja akibat kebiasaan yang kurang bersih pada diri dan

lingkungan tempat tinggal.3 Sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal

sebelum mencapai usia produktif karena penyakit-penyakit tersebut.4 Berdasarkan


2

penelitian yang dilakukan oleh Mathers4 pada tahun 2014, penyakit-penyakit tersebut

dapat di cegah dengan melakukan kegiatan aseptik seperti mencuci tangan secara

teratur.3

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan penyakit

potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang dapat berujung kematian namun dapat di

cegah dengan kebiasaan sederhana seperti rutin mencuci tangan.4 Survei yang

dilakukan oleh departmen kesehatan pada tahun 2010 meningkat menjadi 374 per 1000

penduduk, kemudian pada tahun 2013 insiden diare naik menjadi 423 per 1000

penduduk.5 Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga di ketahui bahwa angka

kematian akibat diare setiap tahunnya adalah sebanyak 23 per 100.000 penduduk dan

pada balita adalah 75 per 100.000 balita.5 Sampai saat ini diare menjadi masalah

kesehatan masyarakat di Maluku. pada tahun 2014, ditemukan 27.814 kasus dari

perkiraan kasus 35.469 berdasarkan perhitungan estimasi jumlah penduduk dengan

capaian persentase mencapai 78,4% hal tersebut menunjukkan bahwa data yang di

peroleh pada tahun 2014 tersebut mengalami peningkatan dari sebelumnya hanya

sebesar 25.477 kasus pada tahun 2013.5

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tidak muncul dengan sendirinya,

tetapi di ajarkan melalui pendidikan kesehatan yang dilakukan sedini mungkin,

terutama kepada anak usia sekolah.1 Anak usia sekolah yang merupakan aset penting

bangsa ternyata berada dalam kelompok usia yang rentan terhadap masalah kesehatan.3

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung perkembangan seorang

anak dan proses pembelajarannya. selain itu, institusi pendidikan yang di pandang
3

tempat yang efektif untuk mewujudkan pendidikan kesehatan, sebab usia sekolah

merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai hidup bersih dan

sehat.5Anak usia sekolah juga berpotensi menjadi agent of change untuk

mempromosikan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungannya.5

Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang di

praktikan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran sehingga secara mandiri mampu meningkatkan

kesehatan, mencegah penyakit dan memelihara kesehatan serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang di pakai sebagai ukuran

untuk menilai PHBS di sekolah, salah satunya yaitu mencuci tangan dengan air yang

mengalir dan memakai sabun.5

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Ambon adalah salah satu

menengah pertama yang sudah mendapatkan promosi kesehatan mengenai hidup bersih

dan sehat khususnya cuci tangan yang benar, dari Dinas Kesehatan Kota Ambon.

Berdasarkan peninjauan data awal yang dilakukan, ditemukan bahwa di SMPN 2

Ambon sudah tersedia sarana cuci tangan berupa keran air dan sabun cuci tangan.

Selain itu, ada banyak jajanan di luar sekolah yang memungkinkan siswa-siswi SMPN

2 Ambon menggunakan tangan untuk memasukan jajanan ke mulutnya, ataupun

melakukan kontak antara tangan dengan wajah. Karena itu berdasarkan uraian di atas

perlu dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan praktik cuci tangan yang benar

pada anak-anak SMP Negeri 2 Ambon tahun 2017.


4

1.2. Rumusan Masalah

Mencuci tangan secara teratur merupakan salah satu upaya pencegahan

penyakit yang sangat efektif dan mudah dilakukan oleh siapa saja untuk mencegah

penularan penyakit tertentu. Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk

menanamkan nilai-nilai hidup bersih dan sehat. Ada beberapa indikator yang di pakai

sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah, salah satunya yaitu mencuci tangan

dengan air yang mengalir dan memakai sabun.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan dan praktik cuci tangan pada

siswa-siswi SMPN 2 Ambon.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran pengetahuan dan praktik cuci tangan yang benar pada

siswa-siswi SMPN 2 Ambon.

1.3.2. Tujuan khusus

A. Mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi SMPN 2 Ambon

mengenai cuci tangan yang benar.

B. Mengetahui praktik cuci tangan yang dilakukan siswa-siswi SMPN 2

Ambon.
5

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

pendidikan kesehatan untuk lebih baik lagi dalam mempromosikan praktik cuci tangan

yang benar kepada anak-anak usia sekolah, agar praktik tersebut menjadi mudah di

ingat dan di terapkan dalam aktivitas sehari-hari antara lain:

1. Penelitian ini bermanfaat bagi Dinas Kesehatan ataupun Puskesmas yang

berhubungan dengan unit kesehatan siswa di sekolah sebagai tolak-ukur

perencanaan promosi kesehatan.

2. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi SMPN 2 Ambon untuk lebih

mengembangkan pemeliharaan kesehatan siswa dan lebih meningkatkan kesadaran

siswa dalam berperilaku hidup bersih dan sehat dengan cara mencuci tangan yang

benar.

3. Penelitian ini bermanfaat bagi semua profesi kesehatan dan administrasi

pendidikan, bagi kepentingan keilmuan maupun aplikasi di dunia kedokteran.

4. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian lain yang mau di kembangkan,

dalam hal perilaku cuci tangan yang benar dalam ruang lingkup anak usia sekolah.

BAB II
6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2.1.1. Pengertian Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah suatu bentuk upaya dalam

memberikan informasi dan edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku masyarakat tentang cara hidup sehat dalam rangka menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui pendekatan pimpinan(advocacy),

bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (enpowerment).6 Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga didefinisikan sebagai semua bentuk perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran anggota keluarga untuk menolong diri sendiri

di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan masyarakat.7

2.1.2 Tujuan, manfaat dan sasaran PHBS

A. Tujuan dan manfaat PHBS

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan kesadaran,pengetahuan, dan

kemampuan masyarakat dalam melaksanakan dan membudayakan perilaku hidup

bersih dan sehat dilingkungan sekitarnya, terutama agar dapat mengatasi masalah

kesehatannya sendiri.8

B. Sasaran program PHBS


7

Program PHBS yang ditargetkan Kemenkes tahun 2005 guna mencapai visi

Indonesia sehat pada tahun 2010 memiliki beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu:8

a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga dan

masyarakat umum, sehingga dapat memberikan darnpak yang bermakna

terhadap derajat kesehatan.

b. Meningkatkan pengertian tentang pencegahan dan pengobatan terhadap

berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan perilaku

terhadap AIDS, kanker, penyakit jantung, ketergantungan obat dan minuman

keras dan lain-lain, sehingga angka kesakitan menurun.

c. Meningkatkan peran swasta dan dunia usaha dalam upaya pembangunan yang

selama ini masih lebih banyak dibiayai pemerintah seperti imunisasi,

pengasapan (fogging) untuk penanggulangan demam berdarah, penyediaan air

bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman serta peningkatan kebugaran

jasmani.

d. Meningkatkan kreativitas, produktivitas dan peran generasi muda dalam

mengatasi masalah diri, lingkungan dan masyarakat dengan memfungsikan

remaja husada, taman husada dan sebagainya sebagai promotor dalam upaya

kesehatan.

e. Meningkatkan peranan organisasi kemasyarakatan dalam berbagai upaya

pembangunan kesehatan.

Sasaran PHBS ditujukan baik terhadap individu perorangan, kelompok,

ataupun masyarakat ditujukan dalam bentuk pelaksanaan penyuluhan atau


8

pembinaan.9Target sasaran pelaksanaan program ini adalah dalam tatanan tertentu

seperti tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat-tempat

umum dan tempat kerja.9

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS

Penerapan PHBS sebagai suatu program unggulan tidaklah berjalan tanpa

rintangan. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses penerapan program

ini. Lawrence Green dalam Notoatmojo6 menyatakan bahwa terdapat dua faktor

determinan yang sangat berperan penting yaitu faktor perilaku (behavioral faktors) dan

faktor non perilaku (non behavioral). Green6 menjelaskan bahwa faktor perilaku

sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni:6,10

A. Faktor pemudah (predisposing factor)6,10

Pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat

menjadi bagian dari faktor ini.Kedua hal tersebut dianggap berperansebagai pemicu

atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakan

seseorang sebagai akibat dari tradisi, kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan

tingkat sosial ekonomi.

B. Faktor pemungkin (enabling factor)6,10

Faktor ini merupakan pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu

motivasi atau tindakan dapat terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anaknya seperti air bersih, tempat

pembuangan sampah, ketersediaan jamban, dan makanan yang bergizi. Ketersediaan


9

fasilitas-fasilitas tersebut ini pada hakikatnya mendukung terwujudnya perilaku hidup

bersih dan sehat.

C. Faktor penguat (reinforcing factor)10

Faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan yang

dilakukan seorang individu memperoleh dukungan ataukah tidak. Faktor ini terwujud

dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orangtua yang merupakan

tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak. sepertiorang tuayang memberikan

keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau selalu meminum air

yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih

dan sehat bagi anak-anak dikemudian hari.

Selain faktor-faktor diatas, terdapat hal-hal lain yang dapat mempengaruhi

PHBS, sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor internal

dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut faktor eksternal.11

a. Faktor Internal11

Faktor internal yang dimaksudkan contohnya adalah seperti faktor motif.

Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif timbul

karena dilandasi oleh adanya kebutuhan yang dikelompokkan menjadi kebutuhan

biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan rohani.Faktor internal lainnya adalahfaktor

keturunan. Seseorang cenderungmelakukan perilaku tertentu karena memang perilaku

demikian diturunkan oleh orang tuanya. Sifatsifat yang dimiliki seorang anak adalah

cenderung merupakan sifat-sifat yang diperolehnya dari orang tua atau sanak saudara

lainnya.
10

b. Faktor Eksternal11

Faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi seseorang untuk berbuat sesuatu

dapat disebabkan karena adanya suatu doronganatau unsur-unsur tertentu yang berasal

dari luar diri seorang individu. Faktor eksternal merupakan faktor yang tidak dapat

diabaikan, karena pada dasarnya faktor ini menyumbang sebagian besar dari

pengambilan keputusan sebagian besar individu.

2.1.4. Indikator PHBS

Kemenkes RI12 pada tahun 2008 menetapkan indikator pada program PHBS

berdasarkan area atau wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut:

A. Indikator Nasional12

Indikator yang ditetapkan secara nasional terkait dengan program Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat adalah :

a. Persentase penduduk tidak merokok

b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buahbuahan

c. Persentase penduduk melakukan aktivitas fisik atau olahraga

B. Indikator Lokal Spesifik12

Indikator lokal spesifik yang dimaksud adalah indikator masing-masing daerah

yang disesuaikandengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian ada 16 indikator

yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku sehat.

C. Indikator PHBS di setiap tatanan12


11

Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terdiri dari indikator perilaku dan

indikator lingkungan di 5 (lima) tatanan, yaitu:

a. Indikator tatanan rumah tangga

b. Indikator tatanan tempat kerja

c. Indikator tatanan tempat umum

d. Indikator tatanan sarana kesehatan

e. Indikator tatanan sekolah

2.2. PHBS di tatanan sekolah

PHBS yang dilakukan di sekolah adalah merupakan upaya untuk

memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat di lingkungan sekolah untukmengetahui,

berkeinginan dan selanjutnya mampu mempraktikkan budaya PHBS dan serta berperan

aktif dalam mewujudkan terciptanya lingkungan sekolah yang sehat dan layak. Sekolah

adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dengan segala aktivitas yang

direncanakan dan disusun berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh lembaga

pendidikan pemerintah terkait.13

Beberapa indikator yang digunakan untuk menilai terwujudnya PHBS di

lingkungan institusi pendidikan atau sekolah adalah meliputi:12

a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

d. Olahraga yang teratur dan terukur

e. Memberantas jentik nyamuk


12

f. Tidak merokok di sekolah

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

h. Membuang sampah pada tempatnya

2.2.1. Sasaran PHBS di tatanan sekolah

Sasaran PHBS dikembangkan dalam limatatanan yaitu di rumah atau tempat

tinggal, di tempat kerja, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan

sasaran PHBS di tatanan sekolah adalah kepada seluruh komponen atau unit yang

tergabung dalam kelompok lembaga pendidikan sekolah yang selanjutnya terbagi

dalam beberapa kelompok sasaran, yakni:12

A. Sasaran primer12,13

Sasaran primer adalah merupakan sasaran utama dalam lingkungan tatanan

sekolah yang akan diubah perilakunya. Kelompok murid dan guru yang bermasalah

(individu atau kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah) merupakan

bagian dari sasaran ini.

B. Sasaran sekunder12,13

Sasaran sekunder adalah jenis sasaran yang dianggap dapat mempengaruhi

individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah seperti misalnya kepala sekolah,

tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor lainnya yang terkait.13

C. Sasaran tersier13

Sasaran tersier merupakan sasaran yang diharapkan dapat menjadi pembantu

dalam mendukung pendanaan,kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan


13

PHBS di institusi pendidikan seperti kepala desa, lurah, camat, kepala puskesmas,

Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.13

PHBS pada usia sekolah yang kurang baik akan dapat menimbulkan berbagai

penyakit seperti diare, sakit gigi, sakit kulit dan cacingan. Dengan demikian, untuk

mengurangi perkembangan prevalensi dari dampak buruk akibat penyakit tersebut

maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:15

a. Kebersihan kulit

b. Kebersihan rambut

c. Kebersihan gigi

d. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

e. Kebiasaan olahraga

f. Kebiasaan tidur yang cukup

g. Gizi dan menu seimbang

2.2.2. Fasilitas penunjang PHBS

Fasilitas PHBS merupakan sarana yang dipergunakan sebagai pendukung

perilaku hidup bersih dan sehat. Fasilitas yang harus tersedia sebagai faktor pendukung

untuk PHBS pada murid sekolah adalah sebagai berikut:16

A. Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)16,17

Penyediaan tempat cuci tangan di sekolah minimal terdiri atas satu tempat cuci

tangan untuk dua kelas yang dilengkapi dengan:

a. Tersedianya air bersih yang mengalir


14

b. Tersedianya sabun cair atau batang

c. Tersedianya tisu atau lap tangan

B. Kantin Sekolah17

Pengelolaan kantin dan makanan sehat harus memperhatikan beberapa aspek yang

mengacu pada Keputusan Kementrian Kesehatan17 Nomor 1429/ Menkes/ SK/ XII/

2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah yaitu:

a. Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus dan atau tertutup

b. Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam keadaan baik dan

tidak kadaluarsa

c. Tempat penyimpanan makanan harus bersih dan memenuhi persyaratan

kesehatan

d. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih yang mengalir atau dalam

dua wadah yang berbeda dan dengan menggunakan sabun

e. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan di tempat yang bebas pencemaran

f. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan

harus sesuai dengan peruntukannya

g. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali

pakai

h. Penyaji makanan di sekolah harus selalu menjaga kebersihan dengan selalu

mencuci tangan sebelum memasak dan dari toilet

C. Jamban15
15

Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi

syarat kesehatan yakni seperti yang berbentuk leher angsa dengan septictank dan

cemplung tertutup serta yang terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang

tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan,

tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan secara

terpisah.

D. Sarana atau tempat olahraga16,17

Tersedianya tempat berolahraga dan bermain bagi murid sekolah haruslah

dalam keadaan keadaan yang bersih, tidak becek dan tidak membahayakan murid.

E. Pengendalian jentik nyamuk11

Pengendalian jentik nyamuk diamati melalui beberapa hal seperti melalui

indeks container yang menunjukan kepadatan nyamuk Aedes Aegepti di lingkungan

sekolah haruslah nol dan serta tersedianya poster tentang 3M (Menguras, Menutup, dan

Mengubur).

F. Peraturan dilarang merokok11

Tersedianya ketentuan dilarang merokok berupa poster dan peraturan tertulis

yang memiliki kekuatan hukum yang cukup tegas dan dapat memberikan hukuman

yang sesuai bagi pelanggar aturan.

G. Alat penimbang berat dan pengukur tinggi badan16,17

Tersedianya alat penimbang berat dan pengukur tinggi badan yang merupakan

instrumen dasar dalam membantu menentukan status kondisi gizi dan kesehatan siswa.

H. Tempat sampah11
16

Tempat sampah tertutup harus tersedia pada setiap ruangan pada lingkungan

sekolah. Selain itu, tersedia juga tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) dari

seluruh ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan sampah dengan

jarak minimal dengan kelas terdekat adalah 10 meter.

2.3. Mencuci tangan dengan sabun

Terdapat dua teknik dalam melakukan cuci tangan yaitumencuci tangan dengan

menggunakan sabun dan air serta mencuci tangan dengan menggunakan larutan

berbahan dasar alkohol. Langkah-langkah mencuci tangan dengan menggunakan sabun

dan air yang mengalir yaitu:18

A. Basuh tangan dengan air

B. Tuangkan sabun secukupnya

C. Ratakan dengan kedua telapak tangan

D. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya

E. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

F. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

G. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan

sebaliknya

H. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dan

sebaliknya

I. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan

sebaliknya

J. Bilas kedua tangan dengan air


17

K. Keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar kering

L. Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran

M. Kedua tangan telah aman

Gambar 2.1.Cara cuci tangan yang baik18


(Sumber: World Health Organization- WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care [Internet]. 2009 [cited on 12
novermber 2012] Available from : http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44102/1/9789241597906_eng.pdf
18

Seluruh anggota masyarakat pada lingkungan sekolah yakni siswa, guru, dan

staf sekolah harus mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air kecil atau besar,

sesudah beraktivitas atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih

yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman serta patogen

penyebab penyakit lainnya yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain

membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan sehingga

tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.12

Menurut penelitian Quintero19pada tahun 2009, terdapat sekitar 33,6 % siswa

SD dan SMP yang mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir

danhanya sekitar 7% siswa yang rutin setiap harinya mencuci tangan dengan

menggunakan sabun dan air yang mengalir. Kurangnya fasilitas di sekolah terkait

dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir menyebabkan penerapan

kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir masih tergolong

rendah. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa perilaku siswa yang melakukan

cuci tangan pakai sabun dan air yang mengalir dapat menurunkan prevalensi penyakit

digestivus sebesar 0,8% dan menunurunkan absensi siswa karena sakit sebesar 0,7

kali.19

2.3.1. Mencuci Tangan dan Manfaatnya

Kebersihan merupakan kunci untuk hidup sehat. Mencuci tangan merupakan

modal yang paling sederhana untuk dapat hidup secara sehat, karena dengan cuci
19

tangan akan terhindar dari penyakit. Dengan pola hidup yang bersih, ongkos berobat

akibat terserang salah satu penyakit dapat diminimalisir. Membiasakan diri untuk cuci

tangan baik sebelum dan sesudah melakukan aktivitas merupakan salah satu investasi

untuk kemudian hari.20

Manfaat mencuci tangan bagi kesehatan tubuh tidak usah diragukan lagi.

Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat membasmi kuman-kuman yang

dapat menyebabkan penyakit, sehingga dengan mencuci tangan dapat mencegah

penularan penyakit infeksi. Karena penularan penyakit yang terbawa oleh tangan dapat

terjadi ketika orang yang terinfeksi tidak mencuci tangan dengan baik dan benar

kemudian langsung menyentuh atau mengolah makanan dan makanan tersebut

dikonsumsi orang.20

Mencuci tangan dengan baik dan benar menggunakan air dan sabun merupakan

salah satu cara yang sederhana dan efektif untuk pencegahan timbulnya penyakit diare

dan ISPA mulai dari virus flu sehari-hari hingga virus pandemik yang dapat

mematikan, karena merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak-

anak. Setiap tahunnya hampir sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia meninggal

sebelum mencapai umur 5 tahun karena penyakit tersebut.21

Menurut Iswara22 pada tahun 2007 mencuci tangan untuk mengupaya

peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangatlah penting dan sangat

mudah untuk dilakukan. Mencuci tangan sangat menjadi penting jika ditinjau dari

beberapa hal yang harus dilakukan:22

A. Kulit tangan banyak kontak dengan berbagai benda,aktivitas dan lingkungan.


20

B. Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, dan kulit telapak tangan.

C. Kontak mulut dan tangan saat makan atau minum.

D. Dapat menimbulkan penyakit saluran pencernaan.

Kegiatan mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan

setelah beraktivitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan

memakai sabun:23

a. Sebelum dan setelah makan.

b. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah

memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.

c. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.

d. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.

e. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.

f. Setelah menangani sampah.

g. Setelah menggunakan fasilitas umum (toilet, warnet, dll).

h. Pulang bepergian dan setelah bermain.

i. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.

2.4. Resiko Tidak Mencuci Tangan

Sumber penyebab penyakit memang tidak terlihat langsung secara kasat mata

dan bisa berasal dari mana saja. Tangan merupakan media penghantar pertama

penularan penyakit,karena tangan sering melakukan kontak secara langsung dengan

berbagai benda atau area yang bisa saja mengandung banyak kuman penyebab

penyakit. Infeksi umumnya menyebar melalui kontak tangan ke tangan termasuk


21

demam biasa (common cold), flu dan beberapa kelainan sistem pencernaan seperti

diare. Kebersihan tangan yang tidak memenuhi syarat dapat berkontribusi akan

menyebabkan penyakit terkait makan, seperti Salmonella dan infeksi E.

Coli(Escherichia coli).24

Gambar 2.2. Bakteri Salmonella32


(Sumber : Hart, T. Color Atlas of Medical Microbiology Second Edition. London : Licensing Agency; 2004. p.83.)

Gambar 2.3 Bakteri E.Coli32


(Sumber : Hart, T. Color Atlas of Medical Microbiology Second Edition. London : Licensing Agency; 2004. p.83.)

2.4.1. Flora normal di tangan

Bakteri yang ditemukan di tangan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu yang

residen dan transien. Flora residen terdiri dari mikroorganisme yang berada di bawah
22

sel superfisial stratum korneum dan juga dapat ditemukan pada permukaan kulit.

Staphylococcus epidermidis adalah spesies yang dominan, juga S. Hominis dan

Staphylococcus koagulase negatif lainnya serta bakteri Coryneform (propionibacteria,

corynebacteria, dermobacteria dan micrococci). Fungi yang paling sering ada sebagai

flora residen adalah Pityrosporum (Malassezia) spp. Secara umum, flora residen ini

kurang berhubungan dengan infeksi, tetapi dapat menyebabkan infeksi pada kavitas

tubuh yang steril, mata dan kulit yang non-intak.25

Flora transien yang berkoloni pada lapisan luar kulit dapat diangkat dengan

melakukan cuci tangan secara higenis yang rutin. Flora transien tidak hanya

bermultiplikasi pada kulit, tetapi dapat hidup dan bermultiplikasi secara sporadik pada

permukaan tangan. Contohnya S.aureus, basil gram negatif dan yeast.25

2.4.2. Penyakit akibat kurang cuci tangan

Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk

dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang

air besar yang lebih dari biasanya, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin

dapat disertai dengan muntah atau tinja.sedangkanInfeksi Saluran Pernapasan atau

yang lebih sering disebut dengan ISPA merupakan salah satu penyakit yang menyerang

saluran utama pernapasan yaitu hidung, alveoli, adneksanya, sinus, rongga telinga

tengah dan pleura.26

Menurut data dari United Nations International Childrens Emergency Fund

(UNICEF) 26, angka kematian balita di Indonesia mencapai angka 152.000 pada tahun

2012. Lebih dari dua per tiga kematian anak di bawah lima tahun disebabkan oleh
23

penyakit yang dapat dicegah dengan tindakan yang mudah dan relatif murah seperti

kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Diare dan ISPA merupakan beberapa

penyebab kematian utama anak balita. Salah satu penyebab tingginya angka kematian

karena diare adalah kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga

kebersihan, termasuk mencuci tangan yang baik dan benar.26

Beberapa penyakit yang dapat disebabkan karena kurang pedulinya terhadap

kegiatan cuci tangan pakai sabun, diantaranya:

A. Diare

Penyebab terjadinya diare disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Jalur

masuk bakteri atua virus tersebut melalui benda-benda yang dipegang, hewan,

makanan, air dan udara yang menempel ditangan dan berinteraksi dengan mulut

kedalam pencernaan. Kondisi di lingkungan merupakan faktor utama karena menjadi

habitat bagi bakteri atau virus.27

Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

di negara berkembang termasuk di Indonesia. Hal ini disebabkan karena morbiditas

dan mortalitasnya yang masih tinggi. Pada tahun 2000 sampai tahun 2010 survei

morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan didapatkan

insiden diare meningkat. Pada tahun 2000 insiden diare yaitu 301/1000 penduduk,

tahun 2003 insiden diare naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 insiden diare

naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 insiden diare menjadi 411/1000

penduduk.28
24

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih

menjadi penyebab utama kematian anak di Indonesia. Penyebab utama kematian

akibat diare adalah tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana

kesehatan. Penanganan kasus diare memerlukan tatalaksana yang cepat dan tepat

sehingga dapat menurunkan angka kematian dan pesakitan akibat penyakit ini.28

Tingginya angka kejadian diare anak disebabkan oleh banyak faktor. 29 Faktor-

faktor yang meningkatkan resiko diare yaitu: sanitasi yang buruk, fasilitas kebersihan

yang kurang, kebersihan pribadi buruk (tidak mencuci tangan sebelum, sesudah makan,

dan setelah buang air).29

Sebagian besar (90%) diare disebabkan oleh infeksi rotavirus. Namun, diare

juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit, jamur. Selain itu diare juga

disebabkan oleh karena keracunan makanan, alergi, faktor psikologis yaitu stres.

Penularanyang dapat menyebabkan diare ada tiga yaitu Finger (jari), Food (makanan)

dan Fly (lalat). Anak-anak sering masukin tangan ke dalam mulut sehingga

terkontaminasi virus.29

B. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Penyakit pernapasan merupakan hal yang patut diperhatikan dalam segi

kesehatan dikalangan anak-anak. Penyebab utama ISPA ini disebabkan oleh bakteri

atau virus yang menyerang paru-paru yang membawa korban paling banyak.30

Infeksi Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau

bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
25

berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan

mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor

pejamu. Namun demikian, ISPA juga dapat didefinisikan sebagai penyakit saluran

pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke

manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai

beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok,

coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Contoh patogen yang

menyebabkan ISPA adalah rhinovirus, respiratory syncytial virus,

paraininfluenzaenza virus, severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus

(SARS-CoV), dan virus Influenza.30

ISPA mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian

bawah (termasuk jaringan paruparu) dan organ adneksa saluran pernapasan. Dengan

batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan.Sebagian besar dari

infeksi saluran pernapasan ini hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak

memerlukan pengobatan, namun anak akan menderita pneumonia bila infeksi

pernapasan ini tidak segera diobati dengan antibiotik karena dapat mengakibatkan

kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam

2 golongan yaitu:30

a. ISPA non-Pneumonia atau dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek.

b. ISPA Pneumonia adalah apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti

kesukaran bernapas dan peningkatan frekuensi napas.


26

Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dapat

menyebabkan pernapasan di hidung akan menjadi lambat dan kaku bahkan dapat

berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernapasan akibat iritasi yang

disebabkan oleh bakteri atau kuman. Produksi lendir akan semakin meningkat sehingga

dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan rusaknya sel pembunuh

(Natural Killer Cell) di saluran pernapasan. Hal ini akan menyebabkan sulitnya

bernapas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan pada

saat bernapas dari saluran pernapasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi

saluran pernapasan.31

Munculnya gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold disebabkan

oleh infeksi kelompok virus jenis rhinovirus atau coronavirus. Penyakit ini dapat

disertai dengan demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan

pencemaran udara diduga menjadi salah satu penyebab timbulnya infeksi virus pada

saluran napas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara

pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran

pernapasannya.31
27

2.5. Kerangka Teori

Gambar 2.4. Kerangka Teori


28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Pengumpulan data menggunakan desain penelitian observasional, dimana

observasiakan dilakukan terhadap sekumpulan obyek dengan tujuan untuk melihat

gambaran fenomena yang terjadi pada populasi tertentu, dalam hal ini adalah untuk

mengetahui gambaran pengetahuan dan praktik cuci tangan pada siswa dan siswi di

SMPN 2 Ambon.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ambon yang akan dilaksanakan pada

bulan Oktober 2017. Lokasi tersebut dipilih karena menurut data yang didapatkan dari

Kemendikbud SMPN 2 Ambon merupakan Sekolah Menengah Pertama dengan jumlah

siswa yang terbanyak di Kota Ambon yaitu 1143 siswa dan juga merupakan sekolah

dengan fasilitas kesehatan yang layak dan cukup baik.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
29

Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah siswa-siswi kelas VII pada

SMPN 2 Ambon dengan menggunakan total sampling.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi siswa-siswi kelas VII

SMPN 2Ambon.

3.3.3 Besar sampel

Perhitungan besar sampel pada penilitian ini menggunakan rumus

slovin :

Keterangan:

n = Jumlah sampel

P = Proporsi siswa yang mencuci tangan dengan benar = 13% = 0,13

Q = Proporsi siswa yang tidak mencuci tangan dengan benar = 87% = 0,87

d = Ketepatan yang diinginkan (ditentukan)

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah:

1,962 .0,13 . 0,87


=
0,052
30

0,64
=
0,0025

= 256

Dengan memperhitungkan responden yang mungkin dropout sebesar 10%

maka jumlah responden minimal adalah 231 responden. Walaupun demikian dalam

penelitian akan tetap dilibatkan kira-kira sebesar 355 responden sesuai dengan total

populasi siswa kelas VII SMPN 2 Ambon.

3.4 Kriteria Restriksi

3.4.1. Kriteria inklusi

a. Siswa kelas VII SMPN 2 Ambon

3.4.2. Kriteria eksklusi

a. Siswa yang tidak bersedia menjadi responden

3.5 Kerangka Konsep

Gambar 3.1.kerangka konsep


31

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.2.definisi operasional

Defenisi
Variabel Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional

Wawasan ilmu

yang dimiliki

responden di

lihat dari
Pengetahuan A. Baik (>75%)
jawaban yang Kuesioner
mengenai cuci Kuesioner B. Cukup (skor 3-5) Ordinal
benar terhadap pada nomor1-6
tangan C. Kurang (skor 0-2)
pernyataan/perta

nyaan cara cuci

tangan yang

benar

A. Sangat buruk (tidak


Mengamati
Tindakan siswa melakukan ketujuh
Kriteria praktik siswa
dalam langkah)
cuci dalam
Praktik melakukan cuci B. Buruk (melakukan 1-2 Ordinal
tangan melakukan
tangan yang dari 7 langkah)
yang benar cuci tangan
benar C. Cukup (melakukan 3-4
yang benar
dari 7 langkah)
32

D. Baik (melakukan 5-6 dari

7 langkah)

E. Sangat baik (melakukan

ketujuh langkah)

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner (lampiran 3) untuk

menilai pengetahuan dan praktik cuci tangan yang sesuai dengan anjuran World Health

Organization pada siswa-siswi SMPN 2 Ambon. Alat dan bahan yang di gunakan

adalah sebagai berikut:

1. Daftar kriteria penilaian langkah cuci tangan yang benar

2. Daftar pertanyaan penelitian (Kuesioner)

3. Informed consent

4. Pena

5. Kertas data responden

6. Air bersih

7. Sabun

8. Tissue

3.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dengan

melalui pengisian kuesioner serta observasi yang ditujukan terhadap siswa-siswi


33

SMPN 2 Ambonyang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria

eksklusi. Sebelum dilakukan pengumpulan data, siswa akan dijelaskan terlebih dahulu

mengenai tujuan dari penelitian yang akan dilakukan, serta meminta persetujuaan

responden dengan mentandatangani lembar persetujuan peserta penelitian.Kuesioner

akan diisi secara individual dengan pengawasan langsung oleh peneliti untuk

memberikan penjelasan tambahan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mungkin

belum dimengerti oleh responden, sekaligus menjaamin kelengkapan pengisian

kuesioner berdasarkan penilaian masing-masing responden tanpa dipengaruhi oleh

jawaban teman. Setelah siswa selesai melakukan pengisian kuesioner peneliti langsung

mengarahkan siswa untuk melakukan praktik cuci tangan yang langsung dinilai oleh

peneliti.

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data berupa gambaran pengetahuan dan praktik cuci tangan yang telah

diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel-tabel dan

grafik, kemudian diolah menggunakan program komputer Microsoft Excel dan

selanjutnya disajikan persentase untuk menilai perbedaan antara siswa dengan

indikator pengetahuan dan praktik cuci tangan.


34

3.10 Alur Penelitian


35

Gambar 3.2.Alur penelitian

3.11 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


36

Kegiatan Tahun 2017 Bulan ke- Tahun 2018

Bulan ke-

7 8 9 10 11 12 1

Penyusunan

proposal

Seminar proposal

Perbaikan

proposal

Pengumpulan

data

Pengolahan dan

analisis data

Ujian skripsi

3.12 Etika Penelitian


37

Sebelum melakukan penelitian, penelitiakan memberikan surat ijin

permohonan penelitian kepada pihak sekolah dengan memperhatikan etika penelitian,

yang meliputi:

3.12.1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan subyek

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

subyek. Tujuannya adalah supaya maksud dan tujuanpenelitian dapat di mengerti. Jika

subyek bersedia, maka siswa dan guru harus menandatangani lembar persetujuan, jika

subyek tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak subyek.

3.12.2. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya yang berhubungan dengan subyek. Hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

DAFTAR PUSTAKA
38

1. Departemen kesehatan RI. Paradigma sehat menuju Indonesia sehat. Pusat

penyuluhan kesehatan masyarakat; 2010.

2. Handwashing Ordinance Passed in New Jersey. Journal of Environmental

HealthDenver; 2006.

3. Department of Child and Adolescent Health and Development (CAH).

Handbook IMCI Integrated Management of Childhood Illness. 2005. from:

http://whqlibdoc.who.int

4. Mathers. C, Boerma.T, Hogan. D, Ho. J. Levels & trends in child mortality.

UNICEF; 2014.

5. Mulud H, Jong HD, Pattiasina R, Lekatompessy J, Haurissa H, Pakaila J, et al.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Tahun 2014. Dinas kesehatan provinsi

Maluku;2014.

6. Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta;

2007.

7. Notoadmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

8. Departemen Kesehatan Republik Kesehatan. Pencegahan dan pemberantasan

demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta; 2005.

9. Departemen Kesehatan. Rumah tangga sehat dengan perilaku hidup bersih dan

sehat. Kemenkes. Jakarta; 2007.

10. Green L. Health education planing A Diagnostic Approach. Baltimore. The

john hopkins University, Mayfield Publishing co;1980.


39

11. Dachroni. Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di

Tatanan Tempat-Tempat Umum. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara,

Medan; 2002.

12. Depkes RI. Buku Saku Pelaksanaan PHBS Bagi Masyarakat Di Wilayah

Kecamatan. Kemenkes. Jakarta; 2008.

13. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/MENKES/SK/VII/20

05 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan. Depatemen Kesehatan

RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Indonesia; 2005.

14. Ahmadi A. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta: RinekaCipta; 2003.

15. Tarigan, H.G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Keluarga dalam

Penggunaan Jamban di Kota Kalijamben Tahun 2007. Makassar; 2008.

16. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2011.

Jakarta; 2008.

17. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penyelenggaraan

Kesehatan Lingkungan Sekolah. Jakarta; 2006.

18. WHO. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. [Internet]. 2009.

[cited 2017 Sept 01]. Available from:

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44102/1/9789241597906_eng.pdf

19. Quintero C L. Hand Washing School Children In Bayota Colombia. American

Jurnal Of Public Health; 2009.

20. Nadesul H. Sehat itu Murah. PT.kompas media Nusantara. Jakarta; 2011.
40

21. Ejemot, R.I., Ehiri, J.E., Meremikwu, M.M. & Critchley, J.A. Handwashing

for Preventing Diarrhoea. Cochrane Database of System Reviews 2008. The

Cochrane Collaboration; 2008

22. Iswara D. Penting Dan Mudahnya Mencuci Tangan. 2017 [cited 2017 Sept 01].

23. Handayani, S. Cuci Tangan, Cara Efektif Cegah Penyakit. [Internet]. 2002

[cited 2017 Sept 01]. Available from:

http//www.apotiktempo.com/berita.aspx?nid=100176

24. Center for Disease Control and Prevention (CDC). Guideline for Prevention of

Catheter-associated Urinary Tract Infections. [Internet]. 2005 [cited 2017

Sept 01]. Available from:

http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/gl_catheter_assoc.html

25. World Health Organisation. WHO guidelines on hand hygiene in health care.

[Internet]. 2009 [cited 2017 Sept 01]. Available from:

http://apps.who.int/medicinedocs/documents/s16320e/s16320e.pdf

26. UNICEF. Sekitar 35 Juta Balita Masih Beresiko Jika Target Angka Kematian

Anak Tidak Tercapai. [Internet]. 2003 [cited 2017 Sept 01]. Available from:

http://www.unicef.org/Indonesia/id/media_21393.html

27. World Health Organisation. WHO guidelines on hand hygiene in health care.

[Internet]. 2009 [cited 2017 Sept 01]. Available from:

http://apps.who.int/medicinedocs/documents/s16320e/s16320e.pdf

28. Kemenkes RI. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat

Bina Gizi Jakarta; 2011.


41

29. Ramaiah. Pengetahuan Tentang Diare. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta; 2007.

30. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang

Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

[Internet]. 2007 [cited 2017 Sept 03]. Available from:

http://www.who.int/csr/resources/publications/csrpublications/en/ind ex7.html

31. Depkes RI. Pedoman pemberantasan penyalit saluran pernapasan akut.

Departemen Kesehatan RI. Jakarta; 2002.

32. Hart, T. Color Atlas of Medical Microbiology. Ed. 2. Licensing Agency.

London; 2004.

33. Wibowo S. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa di smpn 5 sragen

tahun 2015. Sragen; 2015

Anda mungkin juga menyukai