Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

manusia. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perkembangan fisik, seksual dan

psikososial sebagai ciri dalam masa pubertas (Setianingrum, 2014). Sedangkan menurut WHO

(World Health Organization) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa

peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan

jiwa dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonmi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri ( Kumalasari Intan, dkk, 2012).Pada remaja putri terjadi

suatu perubahan fisik yaitu perubahan organ-organ reproduksi yang ditandai dengan datangnya

menstruasi. (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

Menstruasi merupakan salah satu permasalahan yang penting pada remaja putri. Hal

tersebut menunjukan bahwa siklus masa subur pada wanita sudah dimulai (Stainberg, 2002).

Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi,

mulai dari yang ringan hingga yang berat. Banyak orang yang beranggapan nyeri haid

merupakan hal yang sangat wajar dan dapat terjadi pada perempuan yang mengalami mentruasi

khususnya pada remaja putri, namun tidak sedikit perempuan yang mengalami nyeri yang

berkepanjangan dan terus menerus hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak dapat melakukan

aktifitas selama menstruasi karena rasa nyeri yang tidak tertahankan. Dismenorea juga memiliki
hubungan dengan keadaan psikologis yang tidak nyaman pada perempuan yang menstruasi

seperti, cepat tersinggung, suasana hati yang buruk, mudah marah dan lainlain (Anurogo,2011).

Pada umumnya wanita merasakan keluhan berupa nyeri atau kram perut menjelang haid

yang dapat berlangsung hingga 2-3 hari, dimulai sehari sebelum mulai haid. Nyeri perut saat haid

(dismenorea) yang dirasakan setiap wanita berbeda-beda, ada yang sedikit terganggu namun ada

pula yang sangat terganggu. Salah satu indikator gangguan dari dismenorea akan berdampak

pada prestasi belajar atau nilai. Kurangnya kenyamanan akibat nyeri dismenorea yang dirasakan

akan berpengaruh terhadap keseriusan dalam proses pembelajaran dan jika proses pembelajaran

tersebut terganggu diakibatkan oleh permasalahan reproduksi atau nyeri menstruasi (dismenorea)

yang dialami remaja putri berdampak dengan menurunnya kemampuannya fungsi sehingga

prestasi belajar dan kemampuan bekerjapun ikut menurun. Masalah ini perlu mendapat perhatian

khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap hasil pembelajaran (Zamrad, 2012).

Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri uterus yang bersifat siklik yang terjadi sebelum atau

selama menstruasi (Andriyani, 2013).

Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatik.

Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu pengatahuan berkembang, nyeri

haid mulai banyak di bahas. Banyak ahli yang telah menyumbangkan pikiran dan temuannya

untuk mengatasi nyeri haid. Prevalensi kejadian dismenore masih tinggi, dimana angka kejadian

dismenore didunia mencapai 90% (Holder,2014). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa hampir 95% wanita mengalami dismenore (Calis, 2015), sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011) di SMA Omani dan El Hameed

dkk (2011) di Mesir mendapatkan prevalensi dismenore yang sangat tinggi yaitu sebesar 94%

dan 94,4% (Al Kindi dan Al Bulushi, 2011; El Hameed dkk, 2011). Prevalensi dismenore di
Indonesia tidak memiliki angka yang pasti. Namun begitu, diperkirakan prevalensi dismenore di

Indonesia sebesar 55% dari jumlah perempuan usia produktif yang ada (Mulastin, 2013). Di

Jawa Timur angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenore

primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2010). Di Jawa timur jumlah remaja putri

yang reproduktif yaitu yang berusia 10-24 tahun adalah sebesar 56.598 jiwa. Sedangkan yang

mengalami dismenorea dan datang kebagian kebidanan sebesar 11.565 jiwa (1,31%) (BPS

Provensi Jawa Timur, 2010). Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa

mengganggu bagi wanita yang mengalaminya (Atikah, 2009).

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan.Usia normal bagi seorang

wanita mendapat menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga

yang mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun.

Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ

kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja yang mengalami menarche adalah pada

usia 9-15 tahun. Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek psikologi dan lainnya.

Siklus mentruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari

(Kusmiran, 2013). Terdapat gangguan-gangguan pada menstruasi seperti PMS (Premenstrual

Syndrome),hipomenorrea, polimenorrea, oligomenorrea, amenorrea dan dismenorea (Sukarni

dan Margareth, 2013). Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah

berusia 40-50 tahun, yang dikenal dengan istilah menopause (Sukarni dan Margareth, 2013).

Sebagian wanita yang mengalami menstruasi akan timbul nyeri saat menstruasi yang

biasanya disebut dismenore. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian

bawah saat menstruasi. Istilah dismenore hanya dipakai bila nyeri begitu hebat sehingga

mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan (Sukarni dan Margareth, 2013). Selama
dismenorea terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan

vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen

bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri disaat menstruasi (Nur, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dismenorea adalah faktor kecemasan pada

remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, faktor konstitusi seperti

anemia, faktor pengetahuan, dan faktor endokrin atau hormon yang dikarenakan endometrium

memproduksi hormone prostaglandin (Kartono K, 2009). Pada remaja yang tidak siap dalam

menghadapi menstruasi akan mengalami kecemasan dan mengakibatkan penurunan terhadap

ambang nyeri yang pada akhirnya membuat nyeri haid menjadi lebih berat dengan tingkat kronis

dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik) seperti gangguan saluran

pencernaan, nyeri saat haid dan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain

dari berbagai gangguan emosi (Ramaiah, 2003). Remaja yang mengalami kecemasan atau stres

akan terjadi peningkatan sintesis prostaglandin disertai oleh menurunnya kadar esterogen atau

progesteron, kemudian terjadi kontraksi otot uterus, aliran darah uterin, iskemia uterin sehingga

terjadi nyeri haid atau dismenorea (Tambayong, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Wati (2015) di Desa Mojoroto, Kota Kediri dengan

jumlah responden sebanyak 23 anak mendapatkan hasil hampir seluruh responden (87%)

mengalami cemas ringan. Menurut peneliti anak usia sekolah mengalami cemas ringan dapat

dipengaruhi oleh tingkatan kelas, pada penelitian tersebut didapatkan sebagian besar responden

yang mengalami cemas ringan berada pada kelas V. Penelitian lain juga dilakukan oleh

Pancawati, dkk (2008) dari jumlah responden sebanyak 30 orang, sebagian besar responden

mengalami kecemasan dalam kategori sangat berat.


Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang

hubungan kecemasan dengan dismanorea pada remaja putri di SMK Plus ALMAARIF

SINGOSARI

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kecemasan dengan dismanorea pada remaja putri di SMK Plus

ALMAARIF SINGOSARI?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umun :

Untuk Mengetahui apakah ada hubungan kecemasan dengan dismanorea pada remaja putri

di SMK Plus ALMAARIF SINGOSARI

1.3.2 Tujuan khusus:

1. Mengidentifikasi kecemasan remaja putri pada saat menstruasi di SMK Plus

ALMAARIF SINGOSARI

2. Mendiskripsikan tingkat nyeri saat menstruasi pada remaja puteri di SMK Plus

ALMAARIF SINGOSARI

3. Menganalisis hubungan kecemasan dengan kejadian dismenorea pada remaja putri di

SMK Plus ALMAARIF SINGOSARI

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi

a) Hasil penelitian ini mampu menambah kepustakaan, yang dapat dimanfaatkan oleh

mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan dalam penanganan nyeri menstruasi.


b) Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan wawasan bagi

mahasiswa, khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam hal pemahaman

mengenai masalah-masalah yang dihadapi remaja putri pada masa pubertas.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi SMK Plus ALMAARIF

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang

kesehatan reprodusi khususnya dismenorea sehinga bisa diterapkan kepada semua siswa

terutama pada remaja putri di sekolah.

2. Bagi Remaja Puteri

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang dismenorea dan penanganannya sehingga

dapat memahami bagaimana cara mengatasi nyeri menstruasi dengan benar dan dapat

terhindar dari rasa cemas.

3. Bagi Peneliti

a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah didapatkan serta pengalaman dibidang penelitian guna

pengembangan penelitian selanjutnya di bidang kesehatan reproduksi.

b) Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana keparawatan.

4. Bagi Peniliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian

yang serupa dan dapat lebih disempurnakan


HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN DISMENOREA PADA
REMAJA PUTERI DI SMK PLUS ALMAARIF
SINGOSARI KABUPATEN MALANG

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

RIDWAN A, MANAO

2013610161

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2017

Anda mungkin juga menyukai