Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN DISMENOREA PADA

REMAJA PUTERI DI SMK PLUS ALMAARIF


SINGOSARI KABUPATEN MALANG

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
RIDWAN A. MANAO
2013610161

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang

kehidupan manusia. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perkembangan

fisik, seksual dan psikososial sebagai ciri dalam masa pubertas (Setianingrum,

2014). Sedangkan menurut WHO (World Health Organization) remaja merupakan

individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur

mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari kanak-kanak

menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan

menjadi relatif mandiri ( Kumalasari Intan, dkk, 2012). Pada remaja putri terjadi

suatu perubahan fisik yaitu perubahan organ-organ reproduksi yang ditandai

dengan datangnya menstruasi. (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

Menstruasi merupakan salah satu permasalahan yang penting pada remaja

putri. Hal tersebut menunjukan bahwa siklus masa subur pada wanita sudah

dimulai (Stainberg, 2002). Pada saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri.

Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.

Banyak orang yang beranggapan nyeri haid merupakan hal yang sangat wajar dan

dapat terjadi pada perempuan yang mengalami mentruasi khususnya pada remaja

putri, namun tidak sedikit perempuan yang mengalami nyeri yang berkepanjangan

dan terus menerus hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak dapat melakukan

aktifitas selama menstruasi karena rasa nyeri yang tidak tertahankan. Dismenorea
juga memiliki hubungan dengan keadaan psikologis yang tidak nyaman pada

perempuan yang menstruasi seperti, cepat tersinggung, suasana hati yang buruk,

mudah marah dan lainlain (Anurogo,2011).

Pada umumnya wanita merasakan keluhan berupa nyeri atau kram perut

menjelang haid yang dapat berlangsung hingga 2-3 hari, dimulai sehari sebelum

mulai haid. Nyeri perut saat haid (dismenorea) yang dirasakan setiap wanita

berbeda-beda, ada yang sedikit terganggu namun ada pula yang sangat terganggu.

Salah satu indikator gangguan dari dismenorea akan berdampak pada prestasi

belajar atau nilai. Kurangnya kenyamanan akibat nyeri dismenorea yang

dirasakan akan berpengaruh terhadap keseriusan dalam proses pembelajaran dan

jika proses pembelajaran tersebut terganggu diakibatkan oleh permasalahan

reproduksi atau nyeri menstruasi (dismenorea) yang dialami remaja putri

berdampak dengan menurunnya kemampuannya fungsi sehingga prestasi belajar

dan kemampuan bekerjapun ikut menurun. Masalah ini perlu mendapat perhatian

khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap hasil pembelajaran (Zamrad,

2012). Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri uterus yang bersifat siklik yang

terjadi sebelum atau selama menstruasi (Andriyani, 2013).

Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit

psikosomatik. Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu

pengatahuan berkembang, nyeri haid mulai banyak di bahas. Banyak ahli yang

telah menyumbangkan pikiran dan temuannya untuk mengatasi nyeri haid.

Prevalensi kejadian dismenore masih tinggi, dimana angka kejadian dismenore

didunia mencapai 90% (Holder,2014). Penelitian yang dilakukan di Amerika


Serikat menunjukkan bahwa hampir 95% wanita mengalami dismenore (Calis,

2015), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Al Kindi dan Al Bulushi (2011)

di SMA Omani dan El Hameed dkk (2011) di Mesir mendapatkan prevalensi

dismenore yang sangat tinggi yaitu sebesar 94% dan 94,4% (Al Kindi dan Al

Bulushi, 2011; El Hameed dkk, 2011). Prevalensi dismenore di Indonesia tidak

memiliki angka yang pasti. Namun begitu, diperkirakan prevalensi dismenore di

Indonesia sebesar 55% dari jumlah perempuan usia produktif yang ada (Mulastin,

2013). Di Jawa Timur angka kejadian dismenore sebesar 64.25 % yang terdiri

dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder (Info sehat, 2010).

Di Jawa timur jumlah remaja putri yang reproduktif yaitu yang berusia 10-24

tahun adalah sebesar 56.598 jiwa. Sedangkan yang mengalami dismenorea dan

datang kebagian kebidanan sebesar 11.565 jiwa (1,31%) (BPS Provensi Jawa

Timur, 2010). Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa

mengganggu bagi wanita yang mengalaminya (Atikah, 2009).

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Usia

normal bagi seorang wanita mendapat menstruasi untuk pertama kalinya pada usia

12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yang mengalaminya lebih awal, yaitu pada usia

8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun. Menstruasi merupakan perdarahan

yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi

matang. Umumnya, remaja yang mengalami menarche adalah pada usia 9-15

tahun. Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek psikologi dan

lainnya. Siklus mentruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya

menstruasi selama 2-7 hari (Kusmiran, 2013). Terdapat gangguan-gangguan pada


menstruasi seperti PMS (Premenstrual Syndrome),hipomenorrea, polimenorrea,

oligomenorrea, amenorrea dan dismenorea (Sukarni dan Margareth, 2013).

Menstruasi akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-

50 tahun, yang dikenal dengan istilah menopause (Sukarni dan Margareth, 2013).

Sebagian wanita yang mengalami menstruasi akan timbul nyeri saat

menstruasi yang biasanya disebut dismenore. Hampir semua wanita mengalami

rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Istilah dismenore hanya

dipakai bila nyeri begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan

obat-obatan (Sukarni dan Margareth, 2013). Selama dismenorea terjadi kontraksi

otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme

dari arteriol uterin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen

bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri disaat menstruasi (Nur, 2010).

Intensitas nyeri berbeda dipengaruhi oleh deskripsi individu tentang nyeri,

persepsi dan pengalaman nyeri (Kelly, 2007).

Berdasarkan penelitian (Sianipar dkk, 2009) factor-faktor yang

mempengaruhi dismenorea adalah umur, dan aktivitas fisik. Pada remaja yang

tidak siap dalam menghadapi menstruasi akan mengalami kecemasan dan

mengakibatkan penurunan terhadap ambang nyeri yang pada akhirnya membuat

nyeri haid menjadi lebih berat dengan tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan

dapat berbentuk gangguan fisik (somatik) seperti gangguan saluran pencernaan,

nyeri saat haid dan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain

dari berbagai gangguan emosi (Ramaiah, 2003). Remaja yang mengalami

kecemasan atau stres akan terjadi peningkatan sintesis prostaglandin disertai oleh
menurunnya kadar esterogen atau progesteron, kemudian terjadi kontraksi otot

uterus, aliran darah uterin, iskemia uterin sehingga terjadi nyeri haid atau

dismenorea (Tambayong, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh (Wati, 2015) di Desa Mojoroto, Kota

Kediri dengan jumlah responden sebanyak 23 anak mendapatkan hasil hampir

seluruh responden (87%) mengalami cemas ringan. Menurut peneliti anak usia

sekolah mengalami cemas ringan dapat dipengaruhi oleh tingkatan kelas, pada

penelitian tersebut didapatkan sebagian besar responden yang mengalami cemas

ringan berada pada kelas V. Penelitian lain juga dilakukan oleh Pancawati, dkk

(2008) dari jumlah responden sebanyak 30 orang, sebagian besar responden

mengalami kecemasan dalam kategori sangat berat.

Penelitian yang dilakukan oleh Qoriumziah Reida Putri (2013) dengan

judul Hubungan Antara Usia Menarche Dengan Kejadian Dismenorea Primer

Pada Remaja Putri Di Mts Al-Maarif Kecamatan Singosari Kabupaten Malang

Menunjukkan frekuensi responden yang menarche dini dan mengalami

dismenorea primer sejumlah 71,4%, sedangkan yang menarche dini dan tidak

dismenorea primer sejumlah 2 siswi (28,6%). Sebaliknya, yang menarche normal

dan mengalami dismenorea primer sejumlah 9,4% sedangkan yang menarche

normal dan tidak dismenorea primer sejumlah 90,6%. Syamsul dkk (2006) dalam

Erni Nurhidayati, Irman Somantri, dan Yayat Suryati dengan Judul Hubungan

Karakteristik Biografi Remaja Dengan Tingkat Nyeri Pada Dismenorea (Studi Di

SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur), Di kalangan pelajar/mahasiswi Malang, 58% dan

20% dilaporkan tidak dapat hadir kuliah disebabkan dismenorea.


Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang hubungan kecemasan dengan dismanorea pada remaja putri di

SMK plus ALMAARIF SINGOSARI

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kecemasan dengan dismanorea pada remaja putri di

SMK plus ALMAARIF SINGOSARI?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umun :

Untuk Mengetahui apakah ada hubungan kecemasan dengan dismanorea

pada remaja putri di SMK plus ALMAARIF SINGOSARI

1.3.2 Tujuan khusus:

a. Mengidentifikasi kecemasan remaja putri pada saat menstruasi di

SMK plus ALMAARIF SINGOSARI

b. Mengidentifikasi dismanorea pada remaja puteri di SMK plus

ALMAARIF SINGOSARI

c. Menganalisis hubungan kecemasan dengan kejadian dismenorea pada

remaja putri di SMK plus ALMAARIF SINGOSARI

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Institusi

a) Hasil penelitian ini mampu menambah kepustakaan, yang dapat

dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan dalam

penanganan nyeri menstruasi.


b) Bagi pendidikan ilmu keperawatan sebagai bahan bacaan dan wawasan

bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam hal

pemahaman mengenai masalah-masalah yang dihadapi remaja putri

pada masa pubertas.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi SMK Plus ALMAARIF

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang kesehatan reprodusi khususnya dismenorea sehinga bisa diterapkan

kepada semua siswa terutama pada remaja putri di sekolah.

b. Bagi Remaja Puteri

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang dismenorea dan

penanganannya sehingga dapat memahami bagaimana cara mengatasi nyeri

menstruasi dengan benar dan dapat terhindar dari rasa cemas.

c. Bagi Peneliti

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menerapkan

ilmu pengetahuan yang telah didapatkan serta pengalaman dibidang

penelitian guna pengembangan penelitian selanjutnya di bidang

kesehatan reproduksi.

2. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana

keparawatan.

d. Bagi Peniliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan

penelitian-penelitian yang serupa dan dapat lebih disempurnakan.

Anda mungkin juga menyukai