Anda di halaman 1dari 6

INFEKSI NOSOKOMIAL

Infeksi nosokomial atau infeksi di dapat dari rumah sakit (istilah yang digunakan bertukar-tukar).
Infeksi yang tidak terjadi atau tidak dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk di rumah sakit.
(nosokomial menunjukkan hubungan antara perawatan dan timbulnya infeksi. Itu adalah satu criteria
berkaitan dengan waktu, bukan hubungan sebab akibat).
Organisme yang menyebabkan infeksi nosokomial biasanya dating dari tubuh pasien sendiri
(flora endogen). Juga dapat diperoleh dari kontak denga staf (kontaminasi silang), instrument dan jarum
terkontaminasi dan lingkungan (flora eksogen). Karena pasien umumnya selalu berpindah-pindah dan
waktu rawat di rumah sakit lebih pendek, pasien sering dipulangkan sebelum infeksi menjadi nyata
(timbul gejala). Kenyataannya sebagian besar infeksi nosokomial pada pasien rawat inap-dan rawat
jalan-menjadi nyata setelah mereka pulang. Akibatnya, sering kali susah menentukan apakah sumber
organisme yang menyebabkan infeksi itu endogen atau eksogen.
Kejadian infeksi nosokomial di negara berkembang jauh lebih tinggi, terutama infeksi yang
umumnya dapat dicegah (misalnya infeksi pasca bedah seperti secsio sesarea). Di negara-negara ini
terjadinya infeksi nosokomial tinggi karena kurangnya pengawasan, praktik pencegahan infeksi yang
buruk, pemakaian sumber terbatas yang tidak tepat, dan rumah sakit yang penuh sesak.

1
Infeksi nosokomial merupakan suatu masalah yang nyata di seluruh dunia dan terus meningkat
(Alvarado, 2000). Penelitian WHO dan lain-lain, juga menemukan bahwa prevalensi infeksi nosokomial
yang tertinggi terjadi di ICU, perawatan bedah akut, dan bangsal ortopedi. Tidak mengherankan apabila
kejadian infeksi lebih tinggi di antara pasien yang lebih rentan karena usia tua, dan beratnya penyakit
yang sedang di derita. Sekarang, perlu ditambahkan juga pasien yang dirawat dengan berkurangnya
imunitas karena AIDS dan atau TBC resisten terhadap pelbagai obat.

DAMPAK INFEKSI NOSOKOMIAL


Infeksi nosokomial menambahkan ketidakberdayaan fungsional, tekanan emosional, dan kadang-
kadang pada beberapa kasus akan menyebabkan kondisi kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup.
Sebagai tambahan, infeksi nosokomial sekarang juga merupakan salah satu penyebab kematian (Ponce-
de-Leon, 1991). Dampak infeksi nosokomial lebih jelas di negara miskin, terutama yang dilanda
HIV/AIDS, karena temuan terakhir membuktikan bahwa pelayanan medis yang tidak aman merupakan
faktor penting dalam transmisi HIV (Gisselquist dkk, 2002).

2
Selama 10-20 tahun terakhir belum banyak kemajuan dalam mengatasi masalah mendasar yang
menjadi penyebab meningkatnya kejadian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial meningkatkan biaya
pelayanan kesehatan di negara-negara yang kurang mampu karena meningkatnya:
Lama rawat inap di rumah sakit
Terapi dengan obat-obat mahal (seperti obat antiretroviral untuk HIV/AIDS, dan
antibiotik), dan
Penggunaan pelayanan lain (seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, transfusi)
Konsekuensinya, di negara dengan sumber daya rendah, upaya pencegahan infeksi nosokomial
harus dianggap jauh lebih penting jika, upaya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di rumah sakit
dan fasilitas kesehatan lainnya akan dilakukan.

PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL


Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia, secara relatif murah,
yaitu:
Mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan dan
kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan

3
Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk
dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi
Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi lainnya di
mana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab
infeksi sering terjadi
Namun, tidak semua infeksi nosokomial dapat dicegah. Contohnya, beberapa merupakan
pengaruh bertambahnya usia, penyakit kronis seperti diabetes yang tidak terkontrol, penyakit ginjal
berat atau emfisema pulmonum berat, kekurangan gizi berat, perawatan dengan obat-obatan tertentu
(seperti antimikroba, kortikosteroid dan agen-agen lainnya yang dapat menurunkan imunitas),
bertambahnya dampak AIDS (misalnya, infeksi oportunistik) dan radiasi.

4
Protap cuci tangan:
1. Menggulung pakaian, melepaskan semua perhiasan dan jam tangan
2. Tidak menyentuh wastafel
3. Menghidupkan air
4. Mengeluarkan sabun cair yang mengandung antiseptik
5. Menggosok tangan dan lengan dengan cara melingkar
6. Membersihkan kuku
7. Mencuci tangan sampai siku
8. Posisi tangan lebih bawah dari siku
9. Mengeringkan tangan dengan adekuat dari jari menuju lengan bawah
10. Menggunakan kain kering untuk mematikan kran air
Saran:
Tujuan umum: mengetahui upaya pencegahan infeksi nosokomial
Tujuan khusus:
1. Mengetahui pola cuci tangan perawat UGD RS Dr. Sardjito
2. Mengetahui dampak dari pola cuci tangan.

5
KEKURANGAN:
Peneliti tidak mencantumkan protap cuci tangan yang ada di UGD RS Dr.
Sardjito
Peneliti tidak menyebutkan/mencantumkan hasil akhir dari penelitian tentang
infeksi nosokomial yang terjadi

Anda mungkin juga menyukai