D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMOK 3 :
Christine Sihombing (032014008)
Elfrida Lidwina (032014012)
Fernando hutasoit (032014018)
Herlina Br Tarigan (032014024)
Josua davin (032014037)
Natalia sitepu (032014047)
Nelva Silitonga (032014048)
Nora ritonga (032014050)
Wahyuningsih Gea (032014075)
Visi
Menghasilkan perawat professional yang unggul dalam pelayanan kegawardaruratan jantung
dan trauma fisik berdasarkan Daya Kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda
kehadiran Allah di Indonesia tahun 2022.
Misi
1. Melaksanakan metode pembelajaran berfokus pada kegawatdaruratan jantung dan
Trauma fisik yang up to date
2. Melaksanakan penelitian berdasarkan evidance based practice berfokus pada
Kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat berfokus pada kegawatdaruratan pada
komunitas meliputi bencana alam dan kejadian luar biasa
4. Meningkatkan sof skill dibidang pelayanan keperawatan berdasarkan semangat
Daya Kasih Kristus yang menyembuhkan sebagai tanda kehadiran Allah
5. Menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta yang terkait dengan
kegawatdaruratan jantung dan trauma fisik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Asuhan Keperawatan Gangguan Persyarafan Dengan Cerebrovascular
Accident (Cva) . Penulisan ini di lakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam
blok Keperawatan Kritis 1. Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Jagentar Pane, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen
pembimbing.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan mengingat
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar Mahasiswa Mampu memahami dan menyusun Asuhan Keperawatan pada
pasien gangguan persyarafan dengan cerebrovascular accident (CVA)
TINJAUN TEORI
2.1.1 Pengertian
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996),stroke
adalah defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam
sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD).
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan
saja.Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan
anggota derak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat, dan bentuk bentukkecacatan
yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.
2.1.2 Etiologi
d.abnormalitas irama
e.penyakit jantung kongestif
3.Kolestrol tinggi
4.Obesitas
7.Kontrasepsi oral
8.merokok
10.Konsumsi alkohol
2.1.3. Klasifikasi
Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi:
1. Stroke hemoragik
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subarakhnoid. Disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu. Biasanya kejadiaanya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
klien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler.
Perdarahan otak dibagi dua, yaiti:
a. Perdarahan intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intrserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, pons, dan serebellum.
b. Perdarahan subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini berasala dari pecahnya aneurisma berry taau AVM. Aneurisma
yanga pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang
cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke
ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebri.
2. Stroke Nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
2.1.4. Patofisiologi
Infark serebri adalah berkurangnya suplai darah kearea tertentu diotak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembulu darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembulu darah yang tersumbat.
Suplai darah keotak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat) pada gangguan
lokal (trombus,emboli,pendarahan dan spasme vaskular) atau karna gangguan umum
(hipoksia karna gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis seringkali merupakan faktor
penting untuk otak, trombus dapat berasal dari plak arteroklerosis , atau darah dapat beku
pada area stenosis, tempat aliran darah akan lambat atau terjadi turbelensi. Trombus dapat
pecah dari dinding pembulu darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.
Trombus mengakibatkan :
1. Iskemik jaringan otak pada area yang disuplai oleh pembulu darah yang bersangkutan
2. Edema dan kongesti di sekitar area
Area edema ini mengakibatkan difungsi yang lebih besar dari area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan.
Karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadinya perdarahan masif. Oklusi
pada pembulu darah serebri oleh embolus menyebabkan edema dan pembulu darah, maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi pembulu darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembulu darah. Perdarahan intraserebri yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskular, karna perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intra kranial yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falks serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
Menurut ( Fransisca,2011) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien
CVA yaitu :
2. Pemeriksaan Penunjang
Dalam buku (muttaqin,2011) pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
a. Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.
b. Scan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan-CT Scan). Mengetahui
adanya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli serebral, dan tekanan
intralranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subaraknoid dan perdarahan intrakranial. Kadar
protein total meningkat,beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi.
c. Magnestic Resonance Imaging (MRI). Menunjukkan daerah infark,
perdarahan,malformasi arteriovena (MAV).
d. Ultrasonografi doppler (USG doppler). Mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
e. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG). Mengidentifikasi masalah pada
gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
f. Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjer lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subaraknoid.
g. Lumbal Pungsi. Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil
pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yag kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom)
sewaktu hari-hari pertama.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia, gula darah
dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali
c. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
d. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)
e. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Pengobatan konservatif
Pengobatan pembedahan
2.1.7. Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mngkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. Dalam hali imobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan
tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas,
dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala
4. Hidrosefalus
2.2. Konsep Keperawatan
Timbang berat badan pasien (digunakan untuk menentukan dosis obat ),dan teruskan
pencatatan dilembar alur neurologis untuk merefeleksikan parameter pengkajian keperawatan
berikut:
d. Tes rombergs
Pada hasil test rombergs positif,
Dengan kaki bersamaan, pasien Mampu
keseimbangan hilang pada saat mata
menutup matanya dan berdiri mempertahankan
tertutup
selama 5 detik posisi hanya dengan
sedikit goyangan
No Pengkajian Hasil normal orang dewasa Keterangan/variasi
pada usia lanjut
1 Fungsi Motorik
a. Evaluasi Berjalan tanpa sudut
gaya jalan bantuan mempertahankan postur penyokong dan
pasien tegak;gerakan halus ekstremitas koordinasi
;meskipun pada penurunan berat gerakan;pada
badan pengkajian
neurologi,kondi
si keterbatasan
sendi atau
otot harus
termasuk
didalamnya
b. Kaji otot- Massa otot konsisten dengan Gerakan
otot bangun tubuh;kekuatan serta involunter
mengenai: secara bilateral dievaluasi
Tonus sesuai dengan
Ukuran laju distribusi
Kekuatan dan bila ada
Gerakan peningkatan
volunter atau penurunna
gerakan
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Unted States of America:
Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Widagdo, Wahyu. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: TIM.