Anda di halaman 1dari 23

RESPON TROPIS PADA BANGUNAN GEDUNG

DINAS PERHUBUNGAN
KOTA PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH.

ABSTRAK

KFC merupakan perusahaan perseroan yang memiliki hak waralaba dari Yum!Brands
Inc. dan merupakan restoran dengan sistem unit terbesar di dunia. Produk unggulan
Perseroan, Colonels Original Recipe dan Hot & Crispy Chicken, tetap merupakan ayam
goreng paling lezat menurut berbagai survey konsumen di Indonesia. Dapat dipahami jika
produk unggulan KFC berkualitas tinggi ini dapat diterima baik di Indonesia, sebuah negara
dengan konsumsi daging ayam jauh lebih tinggi daripada daging jenis lain. Selain
menyajikan produk unggulannya, KFC juga memenuhi selera konsumen lokal dengan
menawarkan menu pilihan seperti Perkedel, Nasi, Salad dan Jagung Manis, serta produk lain-
lain seperti Crispy Strips, Twister, dan Spaghetti, yang diterima dengan sangat baik oleh
pasar kita. Untuk memberikan nilai tambah kepada konsumen, menu kombinasi hemat dan
bermutu seperti KFC Attack dan Super Panas senantiasa ditawarkan. Meskipun KFC
merupakan salah satu produsen makanan siap saji dan merupakan market leader di Indonesia,
persaingan antar perusahaan siap saji tetap ada dan semakin ketat. Oleh karena itu, KFC
harus mempunyai strategi khusus dalam memasarkan produknya. Periklanan (Iklan TV) dan
promosi penjualan (potongan haraga) merupakan salah satu kombinasi alat promosi yang
dilakukan KFC. Diharapkan dengan kombinasi kedua alat promosi yang optimal tersebut
akan memunculkan minat beli.
Untuk mengetahui apakah kombinasi kedua alat promosi tersebut sudah optimal atau
belum, maka penulis melakukan survey melalui kuesioner yang dibagikan kepada 160
konsumen. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis data secara kualitatif menggunakan tabel distribusi frekuensi dan data
kuantitatif diolah menggunakan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan penyebaran
kuesioner ini diketahui bahwa periklanan melalui TV dan potongan harga berpengaruh dalam
menimbulkan minat beli yang membentuk sebuah tindakan pembelian. Dan setelah diteliti
lebih lanjut dengan SPSS ver.12.00, penulis menemukan bahwa promosi penjualan (Potongan
harga) lebih berpengaruh terhadap minat beli. Dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain.

Kata kunci : Tropis Lembab, Penjualan, PalangkaRaya


TROPICAL RESPONSE ON BUILDING BUILDING
"DINAS PERHUBUNGAN"
CITY OF PALANGKA RAYA, CENTRAL KALIMANTAN.

ABSTRAK

KFC is a franchise company owned by Yum! Brands Inc. And is a restaurant with the
largest unit system in the world. The Company's flagship products, Colonel's Original Recipe
and Hot & Crispy Chicken, remain the most delicious fried chicken according to various
consumer surveys in Indonesia. Understandably if this high quality KFC-grade product is
acceptable in Indonesia, a country with chicken meat consumption is much higher than other
types of meat. In addition to serving its excellent products, KFC also meets the tastes of local
consumers by offering menu choices such as Cakes, Rice, Salad and Sweet Corn, as well as
other products such as Crispy Strips, Twisters, and Spaghetti, which are well received by our
markets. To provide added value to consumers, a cost-efficient and quality combination menu
such as KFC Attack and Super Heat is always offered. Although KFC is one of the fast food
producers and a market leader in Indonesia, the competition between fast-food companies
persists and becomes tighter. Therefore, KFC must have a specific strategy in marketing its
products. Advertising (TV Ads) and sales promotions (rebates) are one combination of
promotional tools by KFC. It is hoped that the combination of these two optimal promotional
tools will generate buying interest.
To find out whether the combination of these two promotional tools are optimal or
not, then the authors conducted a survey through a questionnaire distributed to 160
consumers. Furthermore, the collected data is processed and analyzed qualitatively and
quantitatively. Qualitative data analysis using frequency distribution tables and quantitative
data is processed using multiple linear regression analysis. Based on the distribution of this
questionnaire it is known that advertising through TV and discounted prices have an effect in
generating buying interest that forms a buying act. And after further study with SPSS
ver.12.00, the authors found that sales promotion (Discounts) more influential on buying
interest. And the rest is influenced by other factors.

Keywords: Tropical Wet, Sale, PalangkaRaya.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis khatulistiwa dan
dalam setahun matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari tepat berada di ekuator
setiap tanggal 23 Maret dan 22 September. Sekitar April-September, matahari berada di utara
ekuator dan pada Oktober-Maret matahari berada di selatan ekuator. Pergeseran posisi
matahari setiap tahunnya menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia secara umum
mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada saat matahari berada
di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau, sedangkan saat
matahari ada di selatan, sebagaian besar wilayah Indonesia mengalami musim penghujan.
Kalimantan Tengah secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, yaitu 045 LU, 330 LS,
111 BT dan 116 BT. Wilayahnya terdiri atas daerah pantai dan rawa-rawa dengan
ketinggian 0 - 50 m dari permukaan laut dengan kemiringan 0% - 8%, daerah perbukitan
dengan ketinggian 50 - 100 m dan ketinggian rata-rata 25%. Daerah pantai dan rawa terdapat
di wilayah bagian selatan, sedangkan dataran dan perbukitan berada di wilayah bagian tengah
serta pegunungan berada di bagian utara dan barat daya. Karateristik iklim di Kalimantan
Tengah adalah tropis lembab dan panas. Suhu udara rata-rata 29 C, maksimum 33 C, tidak
ada perbedaan suhu yang signifikan pada malam dengan siang hari. Curah hujan rata-rata
tahunan 2.732 mm dengan rata-rata hari hujan 120 hari. Kelembaban 53%-97% dengan
kecepatan angin 10-14 km/jam dengan intensitas yang rendah dan tiba-tiba bisa berubah
tinggi pada saat hujan. Secara garis besar tropical architecture merupakan salah satu cabang
ilmu arsitektur yang di dalamnya terdapat berbagai macam aspek yang mengutamakan
pemanfaatan iklim dan keadaan sekitar yaitu iklim tropis. Penggunaan atap miring sebagai
penyalur air hujan yang cukup tinggi dan penggunaan bukaan atau jendela dapat membuat
bangunan memiliki kenyamanan serta pencahayaan alami yang baik.
Arsitektur menurut kamus, kata arsitektur (architecture) berarti seni dan ilmu
membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan
techton = tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang. Sedangkan, menurut Le
Corbusier architecture is the masterly, correct and magnificient play of masses seen in light.
Architecture with a capital A was an emotional and aesthetic experience. Tropis merupakan
Iklim yang berlaku pada daerah sekitar garis khatulistiwa. Iklim tersebut memiliki suhu yang
relatif panas, dan juga memiliki curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi. Pada daerah
tropis biasanya memiliki banyak sekali area hijau karena pada daerah ini sinar matahari dapat
terserap dengan baik. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, arsitektur tropis merupakan
konsep desain yang mengadaptasi keadaan lingkungan atau alam tropis, namun tidak hanya
mengandung unsur estetika bangunan saja. karena lokasi banguan Laboratorium FKIP ini
berada di daerah tropis yaitu di Kalimantan Tengah khususnya di Palangka Raya
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Respon Tropis pada bangunan Gedung KFC RTA.MILONO, Kota
Palangka Raya, Kalimantan Tengah ?

1.3 Tujuan
Dapat mengetahui Respon Tropis pada bangunan Gedung Kfc Rta.Milono, Kota Palangka
Raya, Kalimantan Tengah.
1.4 Manfaat
- Agar dapat dijadikan pegangan dalam proses mendesain dan membuka wawasan
mengingat Indonesia merupakan daerah beriklim tropis maka diperlukan desain
arsitektur yang relevan dengan iklim tropis.
- Mengetahui bagaimana menerapkan konsep kenyamanan thermal pada bangunan Restoran di
Kota Palangka Raya, yang memiliki iklim tropis dan rambu rambu apa saja yang perlu
ditaati agar bangunan Restoran mampu memberikan kenyaman bagi pengunjungnya
BAB II
TINJAUAN UMUM ARSITEKTUR TROPIS
2.1 Pengertian Arsitektur Tropis
Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim
tropis. Letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia
memiliki dua iklim, yakni kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat
tinggi dan sinar matahari memancar sangat panas. Dalam kondisi ikim yang panas inilah
muncul ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan gedung maupun rumah yang
dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.

2.2 Iklim Tropis


Climate (iklim) berasal dari bahasa Yunani, klima yang berdasarkan kamus Oxford
berarti region (daerah) dengan kondisi tertentu dari suhu dryness (kekeringan), angin, cahaya
dan sebagainya. Dalam pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi pada suatu waktu
(integration in time) dari kondisi fisik lingkungan atmosfir, yang menjadi karakteristik
kondisi geografis kawasan tertentu. Sedangkan cuaca adalah kondisi sementara lingkungan
atmosfer pada suatu kawasan tertentu. Secara keseluruhan, iklim diartikan sebagai integrasi
dalam suatu waktu mengenai keadaan cuaca (Koenigsberger, 1975:3).
Kata tropis berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu kata tropikos yang berarti garis balik, kini
pengertian ini berlaku untuk daerah antara kedua garis balik ini. Garis balik ini adalah garis
lintan 23027 utara dan garis lintan 23027 selatan.
Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah yang dominan yang pada
hampir keseluruhan waktu dalam satu tahun bangunan bertugas mendinginkan pemakai,
dari pada menghangatkan dan suhu rata-rata pertahun tidak kurang dari 200C
(Koenigsberger. 1975:3). Menurut Lippsmiere, iklim tropis Indonesia mempunyai
kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (kadang-kadang mencapai 90%), curah hujan
yang cukup banyak, dan rata-rata suhu tahunan umumnya berkisar 230C dan dapat naik
sampai 380C pada musim panas.
Pada iklim ini terjadi sedikit sekali perubahan musim dalam satu tahun, satu-
satunya tanda terjadi pergantian musim adalah banyak atau sedikitnya hujan, dan terjadinya
angin besar. Karakteristik warm humid climate (iklim panas lembab) adalah sebagai berikut
(Lippsmiere. 1980:28) :

Landscap, rain forest (hutan hujan) terdapat sepanjang pesisir pantai dan dataran
rendah daerah ekuator.
Kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang tertutup rumput.
Tumbuhan, zona ini tumbuhan sangat bervariasi dan lebat sepanjang tahun.Tumbuhan
tumbuh dengan cepat karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu udara yang panas.
Musim. Terjadi sedikit perbedaan musim. Pada bulan panas kondisi panas dan
lembab sampai basah. Pada belahan utara, bulan dingin terjadi pada Desember-Januari,
bulanpanas terjadi pada Mei sampai Agustus. Pada belahan selatan bulan dingin terjadi
pada April sampai Juli, bulan panas terjadi pada Oktober sampai Februari.
Kondisi langit, hampir sepanjang tahun keadaan langit berawan. Lingkungan awan
berkisar 60%-90%. Luminance (lumansi) maksimal bisa mencapai 7000 cd/m2 sedangkan
luminasi minimal 850cd/m2.
Radiasi dan panas matahari, pada daerah tropis radiasi matahari dikategorikan tinggi.
Sebagian dipantulkan dan sebagian disebarkan oleh selimut awan,meskipun demikian
sebagian radiasi yang mencapai permukaan bumi mempunyai dampak yang besar dalam
mempengaruhi suhu udara.
Temperatur udara, terjad fluktuasi perbedaan temperatur harian dan tahunan.Rata-rata
temperatur maksimum tahunan adalah 30,50C. temperatur rata-rata tahunan untuk malam hari
adalah 250C tetapi umumnya berkisar antara 21-270C. sedangkan selama siang hari berkisar
27-320c. kadang-kadang lebih dari 320C.
Curah hujan sangat tinggi selama satu tahun, umumnya menjadi sangat tinggi dalam
beberapa tahun tertentu. Tinggi curah hujan tahunan berkisar antara 2000-5000 mm, pada
musim hujan dapat bertambah. Sampai 500 mm dalam sebulan. Bahkan pada saat badai bisa
mencapai 100 mm per jam.
Kelembaban, dikenal sebagai RH (Relative humidity), umumnya rata-rata tingkat
kelembaban adalah sekitar 75%, tetapi kisaran kelembabannya adalah 55% sampai hampir
100%. Absolute humidity antara 25-30 mb.
Pergerakan udara, umumnya kecepatan angin rendah, tetapi angin kencang dapat
terjadi selama musim hujan. Arah angin biasanya hanya satu atau dua.
Karakteristik khusus, tingginya kelembaban mempercepat pertumbuhan alga dan
lumut, bahan bangunan organik membusuk dengan cepat dan banyaknya serangga. Evaporasi
tubuh terjadi dalam jumlah kecil karena tingginya kelembaban dan kurangnya pergerakan
udara (angin). Rata-rata badai adalah 120-140 kali dalam satu tahun.

Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah dengan iklim tropis
kering, sebagai contoh adalah di negara-negara Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya, serta
daerah dengan iklim tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar negara-negara di Asia,
termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah di Indonesia, misalnya beberapa bagian
pulau Nusa Tenggara mengarah pada kondisi tropis kering.

2.3 Arsitektur Tropis Kering


2.3.1 Ciri-ciri iklim tropis kering:
-Kelembaban rendah
-Curah hujan rendah
-Radiasi panas langsung tinggi
-Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45o dan -10oCelcius)
-Jumlah radiasi maksimal, karena tidak ada awan.
-Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat
dingin bila dibandingkan tanah basah/lembab).
-Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis.
Pada siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00.
Sering terjadi badai angin pasir karena dataran yang luas.
-Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena perubahan
suhu yang tiba-tiba drastis.

Di daerah benua atau daratan yang cukup luas, banyak terdapat gurun pasir karena di
tempat itu jarang terjadi hujan, bahkan dapat dikatakan tidak terjadi sama sekali, karena angin
yang melaluinya sangat kering, tidak mengandung uap air. Uap air yang terkandung di udara
sudah habis dalam perjalanan menuju ke pedalaman benua itu, atau juga karena terhalang
oleh daratan tinggi atau gunung, sehingga daerah itu menjadi sangat panas dan tidak ada filter
pada tanah dari sengatan sinar matahari, yang mengakibatkan bebatuan hancur menjadi pasir.
Suhu di padang pasir dapat mencapai 50o C hingga 60o C di siang hari, dan di malam hari
dapat mencapai -1o C.
2.3.2 Strategi untuk perancangan bangunan:
-Mempergunakan bahan-bahan dengan time lag tinggi agar panas yang diterima siang
hari dapat menghangatkan ruangan di malam hari. Konduktivitas rendah agar panas
siang hari tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Berat jenis bahan tinggi,
dimensi tebal agar kapasitas menyimpan panas tinggi.
-Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar langsung dan angin atau
debu kering masuk sehingga mempertahankan kelembaban.
-Memperkecil bidang tangkapan sinar matahari dengan atap-atap datar dan rumah-
rumah kecil berdekatan satu sama lain saling membayangi, jalan-jalan sempit selalu
terbayang. Atap datar juga untuk menghindari angin kencang, karena curah hujan
rendah.
-Menambah kelembaban ruang dalam dengan air mancur yang dibawa angin sejuk.
-Pola pemukiman rapat dan jalan yang berbelok untuk memotong arus angin
-Bangunan efisien bila rendah, masif dan padat.

2.4 Arsitektur Tropis Lembab


2.4.1 Ciri Iklim Tropis Lembab
DR. Ir. RM. Sugiyanto, mengatakan bahwa ciri-ciri dari iklim tropis lembab
sebagaimana yang ada di Indonesia adalah kelembaban udara yang tinggi dan temperatur
udara yang relatif panas sepanjang tahun. Kelembaban udara rata-rata adalah sekitar 80%
akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00 dengan minimum sekitar pukul 14.00.
Kelembaban ini hampir sama untuk dataran rendah maupun dataran tinggi.Daerah pantai dan
dataran rendah temperatur maksimum rata-rata 320C.makin tinggi letak suatu tempat dari
muka laut, maka semakin berkurang temperatur udaranya. Yaitu berkurang rata-rata 0,60C
untuk setiap kenaikan 100 m. ciri lainnya adalah curah hujan yang tinggi dengan rata-rata
sekitar 1500- 2500 mm setahun. Radiasi matahari global horisontak rata-rata harian adalah
sekitar 400 watt/m2 dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun, keadaan langit pada
umumnya selalu berawan. Pada keadaan awan tipis menutupi langit, luminasi langit dapat
mencapai 15.00 kandela/m2.Tinggi penerangan rata-rata yang dihasilkan menurut
pengukuran yang pernah dilakukan di Bandung untuk tingkat penerangan global horizontal
dapat mencapai 60.000 lux. Sedangkan tingkat penerangan dari cahaya langit saja, tanpa
cahaya matahari langsung dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat penerangan minimum
antara 08.00 16.00 adalah 10.000 lux. Iklim tropis lembab dilandasi dengan perbedaan suhu
udara yang kecil antara siang hari dan malam hari, kelembaban udara yang tinggi pada waktu
tengah malam serta cukup rendah pada waktu tengah hari. Kecepatan angin ratarata pada
waktu siang hari dapat digambarkan sebagai memadai untuk kenyamanan, yaitu sekitar 1.0
m/det. Pada waktu musim hujan yaitu sekitar 2.0 m/det. Pada waktu musim panas akan
memberikan gambaran tersendiri mengenai upaya pencapaian pendinginan pasif bangunan.
Sekalipun terdapat kondisi yang luar batas kenyamanan thermal manusia, sebenarnya
terdapat potensi iklim natural yang dapat mewujudkan terciptanya kenyamanan dengan
strategi lain. Kenyamanan tersebut tercapai dengan interaksi antar fungsi iklim dengan
lingkungan maupun dengan pemanfaatan teknologi.

2.4.2 Kriteria Perencanaan Pada Iklim Tropis Lembab


Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan
bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor-faktor spesifik yang
hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur,
komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan
yang terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang
berbeda kondisi iklimnya. Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh
dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :
2.4.2.1 Kenyamanan Thermal
Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh manusia
bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan
benda-benda di sekitar arsitekturnya.

Kriteria dan Prinsip Kenyamanan Thermal


Standar internasional mengenai kenyamanan thermal ( suhu) ISO 7730 : 1994

Menyatakan bahwa sensasi thermal yang di alami manusia merupakan fungsi


dari 4 faktor iklim yaitu: suhu udara, radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin,
serta faktor-faktor individu yang berkaitan dengan laju metabolisme tubuh, serta
pakaian yang di gunakan.
Untuk mencapai kenyamanan thermal haruslah di mulai dari Kualitas udara di sekitar
kita yang harus memiliki kriteria :

Udara di sekitar rumah tinggal tidak mengandung pencemaran yang berasal


dari asap sisa pembakaran sampah, BBM, sampah industru, debu dan sebagainya.
Udara tidak berbau, terutama bau badan dan bau dari asap rokok yang
merupakan masalah tersendiri karena mengandung berbagai cemaran kimiawi
walaupun dalam variable proporsi yang sedikit.

Prinsip dari pada kenyamanan thermal sendiri adalah, teciptanya


keseimbangan antara suhu tubuh manusia dengan suhu tubuh sekitarnya. Karen jika
suhu tubuh manusia dengan lingkungannya memiliki perbedaan suhu yang signifikan
maka akan terjadi ketidak nyamanan yang di wujudkan melalui kepanasan atau
kedinginan yang di alami oleh tubuhUsaha untuk mendapatkan kenyamana thermal
terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup
dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi
langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat
dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas
yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan
terhambat. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan
bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil
dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak
sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat
diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan
pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas.

Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu:

a) Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat.


b) Melindungi dinding dengan alat peneduh.

Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas


dari permukaan, terutama untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai
penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya.
Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperature permukaan naik.
Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan
perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan
menyebabkan aliran panas yang besar.

2.4.2.2 Aliran Udara Melalui Bangunan


- Sirkulasi Udara

Prinsip upaya perancangan bangunan pada daerah beriklim tropis yang benar
harus mempertimbangkan pemanfaatan sebanyak mungkin kondisi alam,
diantaranya adalah pengupayaan pemikiran penghawaan alami untuk memenuhi
kebutuhan udara dan kelancaran sirkulasi udara pada bangunan tersebut.
Brown (1987:123) menyebutkan bahwa prinsip terjadinya aliran udara adalah,
mengalirnya udara dari daerah bertekanan tinggi kearah daerah yang bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan udara terjadi karena adanya perbedaan temperatur pada
masing-masing daerah tersebut, dimana secara horizontal akan menimbulkan
perbedaan tekanan dan secara vertikal akan menimbulkan perbedaan berat jenis.
Dalam upaya pemanfaatan penghawaan alami, perlu diperhatikan bahwa
pengaliran udara yang perlahan-lahan namun kontinyu sangat mutlak diperlukan,
agar udara didalam ruangan selalu diganti dengan udara yang bersih, sehat, segar
dan terasa nyaman. Pada kegiatan rumah tinggal, pergantian udara bisa dikatakan
baik apabila udara didalam ruangan dapat selalu berganti sebanyak 15
m3/orang/jam, semakin kecil ukuran ruang, maka frekuensi pergantian udara harus
semakin sering.
Keterlambatan atau kekurangan volume pergantian udara didalam ruang akan
meningkatkan derajat kelembaban ruang, yang akan menimbulkan perasaan tidak
nyaman, disamping itu udara kotor sisa gas buang yang tidak secepatnya tersalur
keluar akan sangat merugikan kesehatan pemakai ruang. Sebagai pedoman, suatu
ruang akan terasa nyaman untuk tubuh apabila kelembaban didalam ruang tersebut
berkisar antara 40 60%. Pada ruang-ruang yang jarang terkena pengaruh panas
sinar matahari, maka pengendalian kelembaban sangat ditentukan oleh kelancaran
sirkulasi udara yang mengalir didalam ruang tersebut.

Kelembaban tinggi, disamping disebabkan oleh kurang lancarnya sirkulasi


udara didalam ruang dan kurangnya pengaruh sinar matahari, juga disebabkan oleh
faktor-faktor:
AIR HUJAN:
Akibat merembesnya air hujan dari luar dinding kedalam dinding
bangunan,
Akibat merembesnya air hujan yang disebabkan oleh sistem talang air
hujan yang tidak benar, misalnya talang datar yang teletak diatas
dinding memanjang,
Penyusupan air hujan melalui sela daun pintu, jendela dan lain-lain
yang tidak rapat sempurna dan masih terkena tampias air hujan.

KONDISI AIR TANAH


Akibat merembesnya air dari tanah melalui pondasi dan dinding ke
lantai secara kapilerisasi.
Dengan demikian pemecahan teknis akibat adanya kelembaban tinggi
secara rinci juga tergantung dari penyebab utama timbulnya hal
tersebut.
Sirkulasi Udara Dengan Sistem Ventilasi Horisontal
Perancangan tata ruang yang benar harus dengan
memperhatikan kelancaran sirkulasi atau pengaliran udara yang
dapat melalui seluruh ruang-ruang yang dirancang. Kelancaran
aliran/ sirkulasi udara pada suatu susunan ruang bisa diperoleh
dengan:
Membuat lubang-lubang ventilasi pada bidang-bidang
yang saling berseberangan (cross ventilation),
Memanfaatkan perbedaan suhu pada masing-masing
ruang, karena udara akan mengalir dari daerah dengan suhu
rendah (yang mempunyai tekanan tinggi) kedaerah dengan
suhu tinggi (yang mempunyai tekanan rendah).

1. Dengan memperhatikan dua hal diatas, dalam perancangan tata


ruang, perlu dipikirkan. Spesifikasi arah angin dominan pada suatu
lokasi dimana bangunan akan didirikan,
2. Dengan memperhitungkan perancangan tata ruang yang dapat
menghasilkan ruang dengan kondisi suhu ruang yang bervariasi,
untuk mengarahkan dan memperlancar sirkulasi udara ruang, yaitu
dengan upaya pengolahan pelubangan-pelubangan yang berbeda-
beda.
Pada kasus-kasus tertentu dapat terjadi, angin yang datang masuk ke
ruangan ternyata terlalu kencang, sehingga justru menimbulkan
perasaan yang tidak nyaman. Untuk mengatasi hal ini perlu dipikirkan
dan diupayakan adanya semacam louvre atau kisi-kisi yang dipasang
pada lubang tersebut. Kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai sarana untuk
membelokkan dan memperlambat kecepatan angin yang masuk
ruangan, sehingga ruangan bisa terasa nyaman. Brown (1987:87)
menyatakan bahwa dengan dipasangnya louvre atau kisi-kisi tersebut,
dapat mengurangi kecepatan angin dari 9 - 40 km/jam menjadi 5 7,5
km/jam.
Sirkulasi Udara Dengan Sistem Ventilasi Vertikal.
Mangunwijaya (1980:153) menyebutkan bahwa prinsip
perancangan ventilasi vertikal adalah berdasarkan suatu teori
bahwa udara kotor dan kering akan selalu mengalir keatas
secara alamiah, sedangkan udara segar dengan berat jenis yang
lebih besar akan selalu mengalir kebawah atau selalu mendekati
lantai.
Prinsip diatas harus diperhatikan dalam upaya perancangan tata ruang,
sehingga pembuangan udara kotor keluar ruangan dan suplai udara
segar ke dalam ruangan dapat terpenuhi.

Penerapan prinsip-prinsip tersebut pada perancangan fisik ruang


mencakup:

Pelubangan dan atau kisi-kisi pada langit-langit, yang memungkinkan


udara kotor dan kering bisa menerobos keluar ruangan secara vertikal,
Adanya pori-pori pada atap, aplikasinya pada susunan genting yang
masih mempunyai sela-sela.
Penerapan skylight,yaitu upaya memanfaatkan sinar matahari
dengan sistem pencahayaan dari atap, yang dikombinasikan dengan
lubang-lubang ventilasi vertikal pada daerah tersebut, dengan demikian
panas akibat adanya radiasi sinar matahari dari skylight bisa berfungsi
sebagai penyedot udara, hal ini disebabkan didaerah tersebut terjadi
tekanan udara rendah akibat timbulnya kenaikan suhu udara,
Mangunwijaya juga menyebutkan bahwa, perencanaan penghawaan
alami pada perencanaan bangunan akan lebih efektif apabila
merupakan penggabungan antara sistem ventilasi horisontal dengan
sistem ventilasi vertikal, karena kedua sistem tersebut akan saling
menunjang. Berdasarkan penelitian, upaya tersebut ternyata bisa
menaikkan tingkat keberhasilan 10% dibandingkan apabila sistem
tersebut diterapkan secara terpisah.

Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :

a. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan


oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan,
mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau.
b. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal,
mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam
bangunan.
Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat
perbedaan temperatur antara udara di dalam dan diluar ruangan dan
perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat
dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara
yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk
memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya
digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi
yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya
dapat diatur.

2.4.2.3 Penerangan Alami Pada Siang Hari


Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk
penerangan siang hari di dalam bangunan. Tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari
langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan
pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Cahaya langit yang
sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :

A. Komponen langit.
B. Komponen refleksi luar
C. Komponen refleksi dalam

Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar


pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :

A. Luas dan posisi lubang cahaya.


B. Lebar teritis
C. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
D. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
E. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.

Skylight Pencahayaan Alami

- Pemanfaatan Sinar Matahari


Secara umum sinar matahari yang masuk kedalam ruangan bisa dibedakan
dalam beberapa jenis:
a) Sinar Matahari Langsung, yang masuk kedalam ruang tanpa terhalang oleh
apapun,
b) Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan,
untuk nomor 1 dan 2 biasa disebut sinar langit.
c) Sinar matahari refleksi luar, yaitu sinar matahari hasil pantulan (refleksi)
cahaya dari benda-benda yang berada diluar bangunan, dan masuk kedalam ruangan
melalui lubang-lubang cahaya. Termasuk disini adalah sinar matahari yang terpantul
dari tanah, perkerasan halaman, rumput, pohon yang selanjutnya terpantul kebidang
kerja didalam ruangan (bidang kerja adalah suatu bidang khayal atau anggapan,
setinggi 75 cm dari lantai, yang dipergunakan sebagai titik tolak perhitungan
penyinaran).
d) Sinar matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari pantulan cahaya dari
benda-benda atau elemen-elemen didalam ruang itu sendiri.

Sinar matahari yang bermanfaat karena terangnya, juga akan mendatangkan


panas, atau setidak-tidaknya akan menaikkan suhu ruang, dengan demikian perlu
diperhatikan kenyataan:
1. Bahwa gangguan sinar matahari datang dari silau sinarnya, dan kemudian
sengatan panasnya.
2. Sinar matahari disamping memberi terang juga memberi panas.

Dari kedua kenyataan diatas, perlu diambil langkah-langkah dalam upaya


perancangan tata ruang sebagai berikut:
Dalam memanfaatkan sinar matahari, seoptimal mungkin kita memanfaatkan
sinarnya, namun sekaligus mengupayakan langkah-langkah untuk bisa mengurangi
panas yang timbul,
Dalam memanfaatkan potensi sinar matahari, kita tidak mengupayakan cahaya
langsung, tapi cukup cahaya pantulan atau cahaya bias.
Untuk mendapatkan cahaya pantul/bias, lubang cahaya harus diletakkan
didaerah bayang-bayang.
Pemanfaatan cahaya langsung didalam ruang biasanya hanya dipergunakan
pada suatu kasus atau keadaan khusus, yang memerlukan suatu effek arsitektural
khusus, kesan aksentuasi, atau untuk suatu fungsi-fungsi tertentu saja.
Menurut Dirjend Cipta Karya, (1987:12), disebutkan bahwa standard minimal lubang
cahaya untuk ruang-ruang kegiatan sehari-hari adalah 1/8-1/10 dari luas lantai. Dalam
ungkapan fisik, biasanya disain lubang cahaya merupakan pemikiran yang tidak
terpisahkan dari disain lubang ventilasi, dengan demikian rincian bentuk maupun
perletakannya perlu dijabarkan lagi dengan lebih detail dengan mempertimbangkan
kedua aspek tersebut.

- Derajat / Tingkat Penyinaran.

Dalam kegiatan perancangan bangunan, upaya pemikiran pemanfaatan sinar


matahari perlu memperhitungkan 3 faktor yang akan mempengaruhi derajat/tingkat
penyinaran suatu ruang, yaitu:
Ketinggian lubang cahaya Yang dimaksud ketinggian lubang cahaya adalah jarak
vertikal yang diperhitungkan dari bidang kerja kearah ambang atas maupun ambang
bawah lubang cahaya.
Lebar Lubang Cahaya Lebar lubang cahaya merupakan dimensi horizontal dari lubang
cahaya tersebut.
Kedalaman ruang Kedalaman ruang adalah jarak batas ruang terluar dengan batas
datang sinar (misalkan: panjang oversteck dimuka ruang).

Berkaitan dengan ketiga faktor tersebut, menurut Soetiadji, (1986;23), ternyata


terdapat kaitan antara ketinggian lubang cahaya dengan tingkat/derajat penyinaran
pada ruangan berdasarkan tabel dibawah ini:

KETINGGIAN LUBANG DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN


CAHAYA
JENDELA JENDELA
SATU SISI DUA SISI
1. Dikurangi 15 % Turun 19 % Turun 9,5 %
2. Dikurangi 30 % Turun 38 % Turun 25 %
3. Dikurangi 40 % Turun 63 % Turun 44 %

Menurut Soetiadji, lebar lubang cahaya juga memberi pengaruh pada derajat/tingkat
penyinaran sesuai tabel dibawah ini:

LEBAR LUBANG CAHAYA DERAJAT/TINGKAT


PENYINARAN
1. Dikurangi 22 % Turun 7 %
2. Dikurangi 50 % Turun 25 %

Dari tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa ketinggian lubang cahaya ternyata
lebih berperan dalam menentukan derajat/tingkat penyinaran ruang dibandingkan
dengan kelebaran (dimensi horisontal) lubang cahaya.
Ungkapan diatas bisa dijabarkan lebih jelas sebagai berikut:
1. Bahwa walaupun lubang cahaya sudah cukup lebar, namun apabila ketinggian
lubang tersebut kurang memenuhi syarat, tidak akan menghasilkan tingkat
penyinaran ruang yang efektif.
2. Makin tinggi lubang cahaya, akan makin efektif tingkat penyinaran yang dihasilkan
pada suatu ruang.

Sedangkan pengaruh antara panjang/lebar oversteck dimuka lubang cahaya terhadap


derajat/tingkat penyinaran didalam ruang adalah sebagai berikut:

PANJANG DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN


OVERSTECK
SISI DEKAT SISI JAUH
1. 60,00 CM Turun 14 % Turun 7,5 %
2. 120,00 CM Turun 24 % Turun 15 %
3. 180,00 CM Turun 39 % Turun 22 %
.
Dari tabel tersebut bisa dinyatakan bahwa oversteck dimuka lubang cahaya sangat
mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran pada suatu ruang, dengan demikian perlu
perhitungan yang matang dalam perencanaan oversteck diatas/dimuka lubang cahaya,
supaya tidak merugikan kwalitas penyinaran pada ruang tersebut

2.4.2.4 Radiasi Panas Sinar Matahari.


Disamping memancarkan sinar/cahaya, matahari juga akan
mengeluarkan panas. Panas inilah yang harus ditanggulangi dalam upaya
perancangan bangunan, setidak-tidaknya dikurangi sehingga suhu ruangan
bisa sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa pemikiran perancangan ruang sebagai upaya untuk
mengurangi efek panas yang disebabkan oleh radiasi panas sinar matahari
adalah berdasarkan suatu prinsip memasang lubang cahaya didaerah bayang-
bayang/bias cahaya matahari.

Aplikasinya dalam ungkapan fisik sebagai berikut:


1. Memasang tabir sinar matahari pada bagian luar ruang/lubang
cahaya. Cara ini bisa mereduksi radiasi panas sebesar 90 95 %
2. Memasang tabir sinar matahari dibagian dalam ruang/lubang
cahaya. Cara ini dapat mereduksi radiasi panas sinar matahari sebesar 60 70
%

Tabir sinar matahari bisa berupa tabir horisontal (horizontal blind), atau
tabir sinar matahari vertikal (vertical blind), yang pemasangannya bisa dengan
cara pemasangan dengan bentuk permanen, atau yang bersifat
adjustable/moveable, yang bisa diatur sesuai kebutuhan.
Pada penerapannya dalam ungkapan fisik, fungsi tabir sinar matahari
bisa berfungsi ganda, yaitu disamping sebagai sarana untuk mereduksi radiasi
panas sinar matahari, juga sebagai sarana pengatur derajat/tingkat penyinaran
ruang, dengan demikian sebaiknya tabir sinar matahari tersebut diberi warna
yang terang/cerah untuk dapat memberi effek bias yang maksimal.
2.4.2.5 Material
Kemampuan bahan dalam memberikan serapan dan refleksi terhadap radiasi
matahari tergantung jenis dan karakteristik dan warna bahan seperti terlihat dalam
tabel sebagai berikut :
BAB III
PEMBAHASAN RESPON TROPIS PADA BANGUNAN GEDUNG
DINAS PERHUBUNGAN KOTA PALANGKA RAYA,
KALIMANTAN

3.1 Iklim
Pengertian iklim adalah integrasi pada suatu waktu (integration in time) dari kondisi
fisik lingkungan atmosfir, yang menjadi karakteristik kondisi geografis kawasan tertentu.
Sedangkan cuaca adalah kondisi sementara lingkungan atmosfir pada suatu kawasan tertentu.
Dan secara keseluruhan iklim diartikan sebagai integrasi dalam suatu waktu mengenai keadaan
cuaca.
Tropis dari kata tropikos (Yunani) yang berarti garis balik; sekarang pengertian ini
berlaku untuk daerah antara kedua garis balik tersebut, yaitu garis lintang 23 27 utara dan
garis lintang 23 27 selatan. Iklim tropis adalah iklim dimana panas adalah masalah
utama/dominan yang pada hampir keseluruhan waktu dalam satu tahunnya. Bangunan
bertugas mendinginkan pemakai, dari pada menghangatkan, dan suhu rata-rata per tahun
tidak kurang dari 20 C (Koeningsberger, 1975).

3.2 Tropis Lembab


Secara umum iklim tropis terbagi dalam dua zona, yaitu iklim tropis kering dan
tropis lembab. Iklim tropis kering terjadi pada beberapa wilayah padang pasir seperti di
beberapa negara di Timur Tengah, sebagian Spanyol dan sebagainya. Sedangkan tropis
lembab terjadi pada daerah hujan tropis seperti di Asia Tenggara dan beberapa daerah
lain.
Szokolay (dalam Santosa, 1997) mengisyaratkan bahwa iklim tropis lembab
adalah jenis iklim yang sulit ditangani untuk mendapatkan tingkat responsibilitas yang
maksimal, tanpa pengkondisian udara buatan. Iklim tropis di Indonesia menurut
Lippsmeier berada pada zona warm-humid climate dengan sub zona equatorial rain
forest climate. Pada zona ini memiliki kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (bisa
mencapai 90 %), dengan curah hujan cukup banyak. Rata-rata suhu tahunan umumnya
berkisar 23 C dan dapat naik sampai 38 C pada musim panas.

3.3 Respon Alami Terhadap Iklim


Suatu fakta bahwa wilayah Indonesia terletak pada zona tropis lembab yang
menurut Szokolay merupakan daerah dengan iklim yang sulit di tangani tanpa
pengkondisian udara buatan. Radiasi panas merupakan faktor dominan yang harus
dihadapi dengan kelembaban udara tinggi. Perbedaan temperatur pada malam dan siang
hari yang relatif kecil dan curah hujan relatif tinggi adalah bukti keganasan gejala alam
yang sering terjadi di daerah ini. Menciptakan disain bangunan yang bersahabat dengan
alam adalah pemecahan yang paling benar ditinjau dari berbagai sisi. Bangunan yang
bersahabat dengan alam dan iklim setempat adalah bangunan yang mencoba secara
maksimal memanfaatkan potensi iklim dan mengantisipasi kondisi iklim yang tidak
menguntungkan melalui cara yang alami atau sedikit mungkin menggunakan peralatan
mekanis. Konsep demikian akan melahirkan apa yang disebut dengan usaha
penghematan energi (low energy building).
Menurut Ken Yeang, tanda bahwa bangunan tersebut bersahabat ataupun
melawan iklim setempat dapat dilihat dari enclosure systemnya. Bangunan yang
bersahabat memperlihatkan enclosure yang terbuka (open system) sedangkan
kebalikannya bangunan yang melawan kondisi iklim setempat adalah bangunan yang
memiliki enclosure tertutup (closed system) dimana bangunan tersebut berfungsi
sebagai insulator terhadap iklim yang mana sedikit terjadi ataupun tidak terjadi
pertukaran kondisi lingkungan antara lingkungan di luar bangunan dengan lingkungan
dalam bangunan. Kenyamanan termal bangunan diperoleh dengan bantuan peralatan
mekanis sebagai pengontrol, seperti air condition dan lampu pencahayaan buatan. Dan
berbeda dengan open system dimana bangunan berfungsi sebagai suatu lapisan yang
berlubang atau environmental filter, yang menyaring/mengontrol kondisi iklim
lingkungan luar bangunan sebelum masuk ke dalam bangunan.
Jarak antar bangunan memungkinkan untuk aliran angin mencapai full dynamic
proces (Lee dalam Santosa, 1997), dimana aliran angin setelah menyentuh satu
bangunan dan akan mencapai ke bangunan lain, angin sempat turun menyentuh ke
permukaan tanah. Selanjutnya Mas Santosa mengatakan bahwa prinsip susunan massa
bentuk cluster pada kebanyakan lingkungan hunian tradisional adalah suatu bentuk
penghalusan permukaan bumi, karena kondisi demikian akan memberikan kesempatan
pada aliran angin untuk menyentuk ke setiap bangunan dalam lingkungan tersebut.
Dalam proses disain yang mempertimbangkan iklim, pemasukan dan
penyaringan udara dari luar bangunan memiliki fungsi-fungsi : suplai udara bersih,
pendinginan alami, dan pendinginan secara psykologis, dimana tingkat efektifitas
sirkulasi dalam ruangan yang menyangkut pada pola dan kecepatan pergerakan udara
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Yeang, 1987) :
- orientasi dari bangunan
- faktor ekternal yang menonjol
- penghawaan silang (cross ventilation)
- dan posisi bukaan (pintu-jendela-dan jalusi)
- Kemampuan bahan dalam memberikan serapan dan refleksi terhadap radiasi matahari
tergantung jenis dan karakteristik dan warna bahan.
3.4 Konsep Tapak

Konsep tapak adalah analisa perancangan pada sekitar area site dengan berbagai
pertimbangan, diantaranya adalah sebagai berikut :

Lokasi Bangunan Terletak diantara Jl. Kapten Piere Tendean dan Jl. S. Parman

3.4.1 Zoning Tapak

3.4.2 Orientasi Massa Pada Tapak


Massa Bangunan dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah (1)
Matahari (2) Angin (3) Potensi Tapak. Berdasarkan beberapa aspek tersebut maka
diperoleh penempatan massa dengan bentuk linier. (1) Depan menghadap jalan utama
karena merupakan potensi utama atau arah Timur Laut. (2) Belakang menghadap Barat
Daya. (3) kanan menghadap Tenggara. (4) kiri menghadap Barat Laut.

Orientasi bangunan Aula Palangka menghadap ke arah tenggara. Besar


kemungkinan arah hadap bangunan ini lebih mempertimbangkan kemudahan sirkulasi
atau pencapaian bukan berdasarkan lintasan matahari. Dengan demikian sisi lebar
bangunan berada pada bagian utara-selatan dan sisi panjang bangunan berada pada sisi
timur-barat. Pada sisi panjang bangunan inilah (timur-barat) yang cenderung akan
mendapatkan terpaan radiasi matahari langsung dan lama. Kurang lebih 11 jam dalam
sehari bangunan akan diterpa oleh radiasi matahari dari pagi sampai sore hari.
Pemecahan teras keliling bangunan adalah langkah yang tepat karena dapat
menciptakan ruang pembayangan dari atap teras/tritis sehingga radiasi matahari
langsung tidak mengenai sisi panjang dinding bangunan. Pada kenyataanya bagian teras
samping relatif lebih nyaman (lebih sejuk) jika dibandingkan di dalam ruang utama.
Pada bagian teras samping dimana ruang terbuka tanpa penghalangan dinding luar
memungkinkan pergantian udara secara sempurna. Terpaan angin meskipun tidak
kencang memberikan sensasi nyaman daripada rasa panas dan gerah di dalam ruang
utama.
Arah angin dari barat laut kurang direspon dengan baik dengan membuat
bukaan-bukaan ventilasi udara, mengingat bangunan sistem tertutup dengan sepenuhnya
mengandalkan pengkondisian udara buatan untuk menunjang kenyamanan termal dalam
ruang. Bukaan jendela kaca yang ada hanya difungsikan untuk pencahayaan alami.
Bentang ruang aula yang besar (25 m) membutuhkan bukaan kaca yang banyak dari
berbagai sisi agar terang.

3.4.3 Sirkulasi Tapak


Sirkulasi pada tapak terbagi menjadi beberapa bagian yaitu (1) Sirkulasi Kendaraan (2)
Sirkulasi Pejalan Kaki (3) Sirkulasi Servis. Pada Akses Masuk dan Keluar tapak terletak pada
jalan utama yaitu pada JL. S. Parman dan Jl. Kapten Piere Tendean. Jalan Kendaraan menjadi
axis pada site karena mempengaruhi berbagai aspek seperti massa, zoning, dan juga vegetasi.
Pada sisi jalan kendaraan terdapat jalan pedestrian yang ditujukan untuk pejalan kaki. Jalan
servis ditempatkan pada area servis seperti area parkir.

3.5 Konsep Arsitektural


Konsep Arsitektur adalah analisa perancangan yang mengutamakan Aspek
Arsitektural, diantaranya adalah sebagai berikut :

3.5.1 Gubahan Massa


Gubahan massa adalah bentuk massa bangunan yang digunakan pada
perancangan. Pada Dinas Perhubungan ini bentuk massa umum seperti persegi panjang
dan balok.

Berawal dari bentuk massa umum seperti persegi panjang/ balok, bangunan
Kantor ini bertransformasi menjadi bentuk penggabungan/penambahan bentuk kotak
pada bagian depan dan belakang . Adiktif pada salah satu ujungnya merupakan sikap
sebagai penerima dikarenakan orientasi massa bangunan yang berjajar. Untuk
menguatkan kesan Kemudian diberikan tambahan pada salah satu bagiannya sebagai
entrance utama.

3.5.2 Material Fasad


Material yang digunakan pada fasad bangunan Kantor ini diantaranya adalah (1)
Dinding (2) Kaca.
3.5.3 Kontrol Terhadap Radiasi Matahari

Volume bangunan pada bangunan ini sangat lah besar sehingga memungkinkan
orang yang berada didalamnya merasa betah dan nyaman berada didalam Kantor
tersebut. Adapun ukuran tinggi dari bangunan ini adalah sepanjang, yakni 6-7 meter
dibagian depan dan 9-10 meter dibagian belakang. Bahan atap pada bangunan ini
bersifat Non organik dan merupakan bahan yang pabrikasi, yakni atap multiroof.
Dengan digunakannya atap Multiroof yang memiliki sifat cepat dapat mudah panas.
Bahan Atap
Bahan Dinding dan Pemilihan Warna

3.5.4 Gambar Kerja


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada bangunan-bangunan di daerah dengan iklim tropis lembab banyak
mengalami kesulitan untuk memenuhi standar yang disyaratkan sesuai zona
kemyamanan Georg Lipsmeier. Hal ini disebabkan karena variabel yang mempengaruhi
kenyamanan termal kurang mendukung, diantaranya suhu udara, kelembaban relatif,
radiasi sinar matahari dan kecepatan udara dalam ruang. Untuk mencapai kenyamanan
termal yang diinginkan perlu dilakukan kontrol atau tindakan adaptif dari penghuni
diantaranya dengan mengatur sistem ventilasi, memberikan tirai pada bagian bangunan
yang langsung terkena radiasi matahari bahkan disarankan untuk membuat disain
perangkat shading matahari untuk meminimalkan panas radiasi.

Dari pembahasan yang dilakukan kiranya dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut :
1. Penggantian bahan penutup atap dari sirap menjadi bahan logam (metal roof)
memberikan pengaruh kurang baik pada tingkat kenyamanan termal di Aula
Palangka. Sosoran tritis atap teras yang panjang sangat tepat untuk meciptakan
pembayangan ruang melindungi terpaan radiasi matahari langsung pada elemen
dinding khususnya pada sisi timur dan barat.
2. Vegetasi tidak membawa pengaruh signifikan pada kenyamanan termal Aula
Palangka yang tertutup, vegetasi baru akan bermanfaat pada bangunan
sistem terbuka dengan penghawaan alami.

4.2 Saran
Dalam merancang suatu bangunan perlu memperhatikankan masalah
kenyamanan termal. bangunan. Untuk itu disarankan dapat memperhatikan orientasi
terhadap angin (ventilasi silang) dengan memberikan bukaan pada jendela yang
berfungsi sebagai ventilasi udara ke dalam ruangan serta mensiasati supaya radiasi
matahari yang masuk ke ruangan bisa diminimalkan. Hal ini dapat dilihat dari ukuran
dan bentuk yang seragam pada semua sisi bangunan, sedangkan pada setiap sisi
bangunan menerima intensitas dan radiasi sinar matahari yang berbeda-beda. Melalui
kajian pada jendela yang ada penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan model
jendela yang hemat energi, dalam hal ini akan dihasilkan bentuk dan ukuran terbaik
secara spesifik pada sisi bangunan dan posisinya dalam ketinggian bangunan.

Dibawah ini beberapa saran yang dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan
kenyamanan termal pada Aula Palangka sebagai berikut :
1. Pelobangan pada bagian atap sangat diperlukan untuk melepaskan udara panas
yang terjebak pada ruang di bawah atap. Penggunaan kipas cyclone tenaga angin
yang murah pada bagian puncak atap dapat mempercepat pergantian udara panas
yang terjebak di bawah atap.
2. Bouven jendela kaca hidup yang bisa dibuka sewaktu-waktu kurang efektif
mengingat ketinggiannya terlalu sulit untuk dibuka. Akan lebih efektif bila
menggunakan jendela kaca mati tanpa panil yang lebih lebar, sehingga cahaya
langit yang masuk ke dalam ruangpun akan lebih besar dan terang.

Anda mungkin juga menyukai