Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ARSITEKTUR KOTA

“SENGKETA LAHAN DI BANJAR TEGAL JAMBANGAN, BALI”

RADINA RIZKI MULIANI

DBB 114 003

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2017
“SENGKETA LAHAN DI BANJAR TEGAL JAMBANGAN, DESA
SAYAN, UBUD, BALI”

GIANYAR, BALIPOST.com – Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Gianyar


akan melakukan pengukuran terhadap sengketa lahan di Banjar Tegal Jambangan, Desa
Sayan, Ubud, Senin (10/4). Proses ini pun dipastikan mendapat pengawalan ketat ratusan
personel Polres Gianyar.

Mengantisipasi terjadinya konflik yang tidak diinginkan selama proses pengukuran tersebut,
legislatif pun kembali melakukan mediasi di Kantor DPRD Gianyar, Minggu (9/4). Mediasi
tersebut dipimpin Ketua DPRD Gianyar I Wayan Tagel Winarta beserta jajaran, dihadiri
Kapolres Gianyar AKBP Waluya, Kepala Kesbangpol Dewa Alit Mudiarta serta perwakilan
warga Tegal Jambangan.

Dijabarkan pengukuran ini dilakukan atas permohonan BPN Gianyar. alasannya dipercepat
karena petugas BPN Gianyar juga dikejar waktu sesuai SOP untuk menuntaskan sengketa. ”
Alasannya karena dikejar SOP itu, jadi mereka mengajukan agenda pengukuran dan di sini
mereka meminta pengawalan polisi untuk mengamankan,” ucap anggota DPRD dari Partai PDI
Perjuangan ini.
Kapolres Gianyar AKBP Waluya mengatakan untuk mengawal proses pengukuran yang
dilakukan petugas BPN Gianyar, akan dikerahkan 300 lebih personil. “Semua personil ini
untuk mengawal proses pengukuran, bila masih juga ada yang menghalangi tentunya kita akan
kembali mencoba mengajak warga untuk bernegosiasi,” katanya.

Tindak Tegas

Namun bila negosiasi tidak berhasil, AKBP Waluya menegaskan akan menindak tegas setiap
warga yang menghalangai proses tersebut. “Tentunya kita akan lihat unsur menghalanginya
seperti apa, kita akan atur setrategi. Bila unsur pidananya memenuhi menghalangi petugas
negara melakukan tugasnya tentu kita akan siapkan unsur pidananya, yakni penegakan
hukum,” jelasnya.

Koordinator warga Tegal Jambangan, Dewa Made Suwanda menyatakan ratusan warga dari
Banjar Tegal Jambangan, akan melakukan perlawanan terhadap proses pengukuran yang
diagendakan petugas BPN Gianyar. “Nanti seluruh warga akan dikerahkan, kalau tidak salah
itu kurang lebih ada 800an orang,” ucapnya usai pertemuan di Kantor DPRD Gianyar.

Dewa Made Suwanda menegaskan komitmen seluruh warga untuk melarang porses
pengukuran oleh BPN Gianyar. “Selaku warga kami sepakat akan melarang proses itu, kalau
mereka memaksa kami terpaksa juga memaksa untuk melarang mereka,” tegas pria berkumis
ini.

Ia mengatakan memiliki bukti pipil dan pembayaran pajak sejak 1987. Sementara warga lainya
ada yang memiliki ADD sebagi bukti kepemilikan.

Menurutnya hal ini pun sudah sah sebagai fakta kepemilikan. Pihaknya juga siap menempuh
jalur hukum, bila pengempon Pura Komuda Saraswati ingin berdebat di pengadilan untuk
sengketa lahan ini. “Kami siap menempuh jalur hukum,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

Sumber : http://www.balipost.com/news/2017/04/10/4879/Hari-Ini,Pengukuran-Sengketa-
Tegal...html
GIANYAR, BALIPOST.com – Dewan Gianyar kembali turun tangan menengahi
permasalahan kasus sengketa lahan di Banjar Tegal Jambangan, Desa Sayan, Ubud
antara warga dengan pengempon Pura Kemude Saraswati. Rapat dipimpin Ketua DPRD
Gianyar I Wayan Tagel Winarta, intansi terkait diminta untuk menunda proses
pengukuran hingga usai pelaksanaan hari raya awal April mendatang.

Rapat gabungan yang digelar di Kantor DPRD Gianyar, Senin (20/3) sejak pukul 10.00 wita
ini, melibatkan jajaran Polres Gianyar, Kodim 1616 Gianyar, BPN Gianyar, perwakilan dari
pihak pengempon Pura Komude Saraswati dan kalangan DPRD Gianyar.

Kepala BPN Gianyar I Komang Wedana membantah bila sertifikat atas pengempon Pura
Kemude Saraswati tersebut dinyatakan bodong. “Penerbitan sertifikat yang kami lakukan
sudah sesuai prosedur,“ tegasnya.

Terkait persoalan yang sudah berlarut-larut ini, pihak yang berkepentingan diharapkan mau
melakukan mediasi. Bila mediasi tidak berhasil, disarankan menempuh jalur hukum. “Ada dua
opsi mau duduk bersama mencari jalan atau mau menempuh jalur hukum,” terangnya.
Sementara terkait pengkuran lahan, pemilik sah lahan yang sudah mengantongi sertifikat
berhak mengajukan pengukuran lahan ulang. “Patok lahan hilang, bisa dilakukan pengukuran
ulang dan kami wajib melayani,” imbuhnya.

Ketua DPRD Gianyar I Wayan Tagel Winarta meminta agar intansi terkait menunda proses
pengkuran selama berlangsungnya hari raya keagamaan hingga pertengahan April mendatang.
“Kami tidak ingin selama rangkaian hari raya ini terganggung dengan aksi yang tidak kita
inginkan, jadi kami harap penghitungan ini ditunda dulu,“ katanya.

Namun ia menyatakan selama penundaan ini, pihaknya akan melakukan beberapa kali
pertemuan dengan warga dan pihak pengempon Pura Kemude Saraswati. “Selama penundaan
ini kami akan menampung aspirasi dari kedua belah pihak, menggali perspektif masing-
masing. Nah seperti apa nanti hasilnya akan kami sampaikan, “ ucapnya.

Disinggung terkait puluhan kali upaya mediasi yang terbilang sia-sia, Tagel Winarta
mengatakan langkah terkahir yang bisa ditempuh ialah jalur hukum di pengadilan. “Ini salah
satu langkah yang belum ditempuh, dan mengajukan ke pengadilan mungkin bisa menjadi
langkah penentu,“ tandasnya. (manik astajaya/balipost)

Sumber : http://www.balipost.com/news/2017/03/20/2856/sengketa-tanah-tegal-jambangan-
dilakukan-dewan.html
Gianyar, suaradewata.com - Kasus sengketa lahan yang melibatkan warga Tegal Jambangan,
Desa Sayan, Kecamatan Ubud masih bergulir. Senin (20/3) dilaksanakan rapat
koordinasi diikuti Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kapolres Gianyar, Kapolsek
Ubud, Kodim 1616/Gianyar, perwakilan pengempon Pura Kemuda Saraswati dan Ketua DPRD
Gianyar I Wayan Tagel Winarta sebagai pemimpin rapat mediasi membahas persoalan
tersebut. Kemudian pengukuran lahan yang sudah di agenda BPN Gianyar pun kembali
ditunda.

Sebelumnya agenda pengukuran lahan ditunda mengingat adanya kunjungan Raja Salman
beberapa waktu lalu. Kemudian warga Tegal Jabangan pun mendatangi kantor BPN Gianyar
serta DPRD Gianyar guna mempertanyakan munculnya sertifikat mengatasnamakan Duwe
Pura Kemuda Saraswati. Terkait sertifikat yang dikatakan bodong atau palsu tersebut Kepala
BPN Gianyar I Komang Wedana menegaskan bahwa pihaknya mengeluarkan sertifikat sudah
sesuai prosedur.

Terkait persoalan yang sudah berlarut-larut ini, pihak-pihak yang berkepentingan diharapkan
mau melakukan mediasi. Wedana menyampaikan bila hal tersebut tidak berhasil disarankan
untuk menempuh jalur hukum. "Ada dua opsi mau duduk bersama mencari jalan atau mau
menempuh jalur hukum," terangnya.

Kemudian terkait pengukuran lahan, dikatakan pemilik sah lahan berhak mengajukan
pengukuran lahan ulang. "Patok lahan hilang, bisa dilakukan pengukuran ulang dan kami wajib
melayani," imbuhnya.
Sementara itu Ketua DPRD Gianyar I Wayan Tagel Winarta mengatakan pihaknya akan
mengundang warga Tegal Jambangan untuk menyampaikan hasil rapat koordinasi kali ini.
"Kami akan jelaskan sesuai dengan pertemuan, suka dan tidak suka harus diterima," jelasnya.

Terungkap pula dalam mediasi kali ini, lahan yang menjadi rebutan tersebut digunakan untuk
pengembangan pariwisata, rupanya warga penggarap sudah mendapatkan kompensasi atas
tahan tersebut. Perwakilan puri I Gusti Nyoman Darta mengatakan bahwa penggarap sudah
mendapatkan kompensasi sebanyak dua kali.

Kemudian warga yang demo beberapa waktu lalu dikatakan bukan warga penggarap. "Saya
tidak tau meraka siapa, lahan mana yang digarap," ungkapnya. Dikatakan pula demo yang
dilakukan tersebut tidak berdasarkan dan tidak ada bukti. gus/ari

Sumber : https://www.suaradewata.com/read/2017/03/21/201703210002/DPRD-Gianyar-Mediasi-
Sengketa-Lahan-Tegal-Jambangan.html
KOMENTAR

Menurut saya, jika kasus belum sampai ke lembaga peradilan, maka kasus sengketa
tanah dapat diselesaikan dengan cara mengadu kepada Kepala Kantor Pertanahan secara
tertulis, melalui loket pengaduan, kotak surat atau website Kementerian.

Berdasarkan pengaduan tersebut, pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani


Sengketa, Konflik dan Perkara pada Kantor Pertanahan melakukan kegiatan
pengumpulan data, kemudian melakukan analisa untuk mengetahui apakah pengaduan
tersebut merupakan kewenangan Kementerian atau bukan.

Jika memang masalah yang dihadapi termasuk dalam kewenangan Kementerian, maka
akan dilakukan proses berikutnya yaitu penyelesaian sengketa. Hasil dari proses
penyelesaian sengketa tersebut adalah keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN atau
Menteri.

Jadi diusahakan untuk bernegosiasi dengan warga terkait sengketa lahan yang terdapat
di Desa Sayan terlebih dahulu. Jika selama beberapa kali bernegosiasi tidak menemukan
titik tengah, maka mau tidak mau harus dilanjutkan ke ranah hukum. Karena masalah
yang dihadapi dalam sengketa lahan di Desa Sayan tersebut cukup rumit antara warga
desa dengan pemerintah setempat.

Anda mungkin juga menyukai